• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI PELANGGAN ATAS KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN D JOMBANG CAFÉ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI PELANGGAN ATAS KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN D JOMBANG CAFÉ"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI PELANGGAN ATAS KUALITAS PELAYANAN

DAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN D’JOMBANG CAFÉ

M. Rizqi Sudirman1, Dra. Grace Widijoko, MSA., Ak2

1

M. Rizqi Sudirman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

2

Dosen Pembimbing Universitas Brawijaya e-mail: dimasreddevil@gmail.com

ABSTRACT

. This research aims to determine the influence of customer perception of service quality and pricing on sales volume. The respondents of the research are the customers of D’Jombang Café, where the data are gathered through questionnaires. The samples are acquired utilizing random sampling. The multiple regression analysis of this research indicates that customer perception of service quality has positive and significant effect on sales volume, yet customer perception of pricing has no have effect on sales volume. Keywords: customer perception of service quality, customer perception of pricing, sales volume.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ariyanti (2014)

mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi

membuat dunia usaha berkembang

dengan pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan yang berusaha menciptakan produk dan jasa

yang dapat memenuhi kebutuhan

konsumen. Di samping itu pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran bahwa

kesejahteraan masyarakat semakin

meningkat, sehingga membuat daya beli masyarakat turut meningkat. Di sisi lain,

perkembangan usaha menyebabkan

timbulnya persaingan yang semakin ketat. Perusahaan yang awalnya memiliki wilayah pemasaran yang luas dan pangsa pasar yang besar, kini mereka dituntut untuk lebih efisien dan efektif agar usahanya tetap mampu bersaing dengan usaha-usaha lain yang sejenis.

Ariyanti (2014)

menyatakan bahwa usaha perusahaan untuk bertahan di dunia usaha yang persaingannya sangat ketat membuat perusahaan melakukan berbagai strategi dan cara agar target perusahaan tersebut dapat terpenuhi. Salah satu target bisnis pada umumnya adalah terpenuhinya

volume penjualan sesuai yang telah mereka targetkan.

“Salah satu bisnis yang menghadapi persaingan ketat ialah bisnis kafe” (Nggaur, 2018). Eksistensi kafe di Jombang telah menjadi pemandangan

sehari-hari khususnya di kalangan

pemuda. Salah satu kafe yang mencuri perhatian penulis adalah kafe D’Jombang Café, yang terletak di Jalan Brawijaya No. 23, Jogoloyo, Kec. Sumobito, Kabupaten Jombang. Hal pertama yang

menarik perhatian penulis adalah

intensitas pengunjung yang datang setiap hari selalu ramai terutama pada saat malam hari. Selain itu D’Jombang Café juga memberikan fasilitas karaoke bagi para pelanggannya yang berminat atau memiliki hobi karaoke. Selain itu pihak kafe juga memberikan layanan berupa live musik di akhir pecan untuk

menghibur pelanggan. Berdasarkan

ketertarikan tersebut maka penulis ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi konsumen untuk datang ke D’Jombang Café. Ketertarikan penulis tersebut mendapat tanggapan positif dari pihak D’Jombang Café, pihak kafe tersebut memiliki permasalahan yang hampir serupa dengan ketertarikan penulis yakni ingin mengetahui faktor

(2)

apa saja yang dapat memengaruhi volume penjualan pada kafe D’Jombang Café karena pihak kafe ingin melakukan evaluasi dan meningkatkan volume penjualan.

Kotler (2001) mengatakan bahwa salah satu hal yang menjadi persoalan penting dalam dunia usaha dagang adalah pemasaran. Pemasaran tidak hanya sekadar penjualan atau

periklanan, namun pemasaran juga

memiliki pengertian baru yaitu

memuaskan kebutuhan pelanggan. “Jika

pemasar memahami kebutuhan

pelanggan dengan baik, mengembangkan produk yang memiliki nilai superior, menetapkan harga, mendistribusikan, dan

mempromosikan produknya dengan

efektif, maka produknya akan terjual dengan mudah” (Amstrong & Kotler, 2001:7). Dari uraian tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu unsur yang

penting mengenai pemasaran yaitu

menetapkan harga dan memahami

kebutuhan pelanggan dengan baik dalam hal ini adalah sebaik apa kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap pelanggannya.

“Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan” (Tjiptono, 2016:59). Kualitas pelayanan menjadi hal yang sangat penting bagi

suatu perusahaan dagang yang

memberikan jasa seperti bisnis kafe ini karena dengan kualitas pelayanan yang baik konsumen akan merasa puas dan bahkan akan setia pada perusahaan tersebut. Menurut McDaniel et al., ( 2001: 268) harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang dan jasa. Harga menjadi fakor yang sangat penting bagi para manajer perusahaan karena

dapat menentukan sejauh mana

pelanggan akan rela melepas uang demi mendapatkan suatu barang atau jasa yang ditawarkan.

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi volume penjualan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah dan Winarningsih (2013) yang bertujuan untuk melihat pengaruh harga dan promosi terhadap volume

penjualan. Penelitian tersebut

menemukan bahwa variabel harga dan promosi secara simultan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap

volume penjualan. Dalam penelitian

Sasangka dan Rusmayadi (2018)

memiliki tujuan untuk membuktikan pengaruh kualitas pelayanan terhadap volume penjualan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas pelayanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan. Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2014)

mengungkapkan bahwa kualitas

pelayanan, harga dan promosi secara

simultan memilki pengaruh yang

signifikan terhadap volume penjualan. Berdasarkan uraian dan hasil

penelitian terdahulu seperti yang

dilakukan oleh Ariyanti, Sasangka dan

Rusmayadi, serta Ardiansyah dan

Winarningsih yang menemukan bahwa kualitas pelayanan, harga, dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah apakah hasil yang sama akan didapatkan pada bisnis kafe dan adakah pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Penulis ingin mengetahui apakah hasil yang sama akan didapatkan namun dengan variabel yang penulis pilih yaitu variabel kualitas pelayanan dan harga akan berpengaruh terhadap volume penjualan dari sisi persepsi pelanggan. Hal tersebut sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi pihak kafe yaitu ingin melakukan evaluasi guna meningkatkan volume penjualan. Maka dari itu penulis memilih judul dalam penulisan ini, yaitu: “Pengaruh Persepsi Pelanggan atas Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Volume Penjualan Café D’Jombang

(3)

Café”. Penelitian ini dilakukan di tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang

dihadapi oleh pihak kafe seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas yaitu pihak kafe ingin melakukan evaluasi terkait faktor apa yang dapat

meningkatkan volume penjualannya.

Maka dari itu, rumusan masalah yang di ambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh persepsi

pelanggan atas kualitas pelayanan

terhadap volume penjualan kafe

D’Jombang Café?

2. Bagaimana pengaruh persepsi

pelanggan atas harga terhadap volume penjualan kafe D’JOmbang Café?.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui, bagaimana Pengaruh persepsi pelanggan atas Kualitas Pelayanan dan harga terhadap volume penjualan pada café D’Jombang Café.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

“Kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta ketetapan penyampaian untuk mengimbangi harapan konsumen” (Nasution, 2004:47). Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2014:7) “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengakibatkan perpindahan

kepemilikan apapun. Produksi jasa

mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak.”

Berry dan Zeithaml (Lupiyoadi,

2006:181) mengungkapkan bahwa

kualitas pelayanan sering didefinisikan sebagai usaha pemenuhan dari keinginan pelanggan serta keputusan penyampaian jasa dalam rangka memenuhi harapan

pelanggan. Kualitas pelayanan adalah salah satu faktor yang penting dalam usaha mencapai keunggulan bersaing. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang

diinginkan, pengelola pelayanan

memerlukan upaya pemenuhan

keinginan pelanggan serta penyampaian yang tepat untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Hal ini berarti ada 2 faktor utama yang memengaruhi kualitas pelayanan yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang diharapkan (perceived service). Bila pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan

(expected service), maka kualitas

pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas pelayanan yang ideal. Akan tetapi bila pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas

pelayanan sangat bergantung pada

kemampuan penyedia pelayan untuk

menyediakan pelayanan kepada

konsumen secara kontinu dan konsisten.

Modernitas dengan kemajuan

teknologi akan mengakibatkan

persaingan yang sangat ketat untuk

memperoleh dan mempertahankan

pelanggan. Kualitas pelayanan menjadi

suatu keharusan yang dilakukan

perusahaan supaya mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan. Pola konsumsi dan gaya hidup pelanggan

menuntut perusahaan mampu

memberikan pelayanan yang berkualitas.

Keberhasilan perusahaan dalam

memberikan pelayanan yang berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah dikembangkan oleh Parasuraman.

Service quality adalah seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan para pelanggan atas layanan yang mereka terima. Service quality dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan atas layanan yang benar-benar

mereka terima dengan layanan

(4)

Kualitas pelayanan menjadi hal utama yang diperhatikan serius oleh perusahaan, yang melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan (Berry dan Zeithaml, 2006:181).

Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang

inti pelayanan, yaitu si pemberi

pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar

masyarakat sekarang mulai

menampakkan tuntutan terhadap

pelayanan prima, mereka bukan lagi sekadar membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang

menikmati kenyamanan pelayanan

(Nanang, 2006). Oleh karena itu dalam

merumuskan strategi dan program

pelayanan, organisasi harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dan sangat

memerhatikan dimensi kualitasnya

(Suratno dan Purnama, 2004:74).

2.1 Pengertian Harga

Menurut McDaniel et al., (2001: 268) harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang dan jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran uang bagi barang dan jasa. Harga dapat

berhubungan dengan nilai persepsi

(perceived value), tidak hanya uang. Ketika barang dan jasa dipertukarkan, perdagangan tersebut disebut barter. Untuk mendapatkan keuntungan, para manajer harus memilih suatu harga yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah, suatu harga yang sama dengan nilai persepsi bagi target konsumen. Jika suatu harga ditetapkan terlalu tinggi di benak konsumen, nilai persepsinya akan

lebih kecil dibandingkan dengan

biayanya, dan peluang penjualan akan hilang.

Menurut Indriyo (2011:226),

penetapan harga merupakan harga

produk yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan tiga dasar pandangan yang meliputi:

1. Biaya Penetapan harga yang

dilandaskan atas dasar biaya adalah

harga jual produk atas dasar biaya produksinya dan kemudian ditambah

dengan margin keuntungan yang

diinginkan.

2. Konsumen Penetapan harga yang dilandaskan atas dasar konsumen yaitu harga ditetapkan atas dasar seslera konsumen. Apabila selera konsumen atau

permintaan konsumen mneghendaki

rendah sebaiknya harga.

3. Persaingan Penetapan harga yang lain adalah atas dasar persaingan, dalam hal ini kita menetapkan harga menurut kebutuhan perusahaan yaitu berdasarkan persaingannya dengan perusahaan lain

yang sejenis dan merupakan

pesaingpesaingnya. Dalam siatuasi

tertentu, sering terjadi perusahaan harus menetapkan harga jualnya jauh di bawah harga produksinya. Hal ini dilakukan karena pertibangan untuk memenangkan pesaing. Suatu perusahaan berupaya agar harga berada pada tingkatan yang umum ditetapkan dalam bidang industrinya. Harga merupakan elemen bauran

pemasaran yang menghasilkan

pendapatan (di pihak produsen) dan

menghasilkan biaya (di pihak

konsumen). Sedangkan menurut Lamb (2000:268) harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran uang bagi barang atau jasa. Juga pengorbanan waktu karena menunggu untuk memperoleh barang atau jasa. Dari beberapa definisi di atas, secara garis besar dapat dijabarkan beberapa faktor-faktor yang memengaruhi harga dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:

a. Aspek nilai, adalah apakah produk yang bersangkutan mempunyai nilai yang sepadan dengan harga yang dikeluarkan baik dari sisi fungsional maupun emosional.

b. Aspek biaya (Moneter), yaitu aspek-aspek yang terkait dengan biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan

(5)

c. Aspek non biaya (non moneter), yaitu yang memepengaruhi harga tidak terkait langsung dengan biaya itu sendiri. Sedangkan menurut Irawan (1990:241) harga merupakan jumlah uang ditambah beberapa produk yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk pelayanannya. Definisi tersebut menjelaskan bahwa harga yang dibayar oleh pembeli tersebut sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Tujuan penetapan harga tersebut

meliputi: meningkatkan penjualan,

mempertahankan dan memperbaiki

market share, stabilisasi harga, mencapai

target pengembalian investasi dan

mencapai laba maksimum. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat harga yaitu kondisi perekonomian, penawaran dan permintaan, elastisitas permintaan, persaingan, niaya, tujuan manager dan pengawasan pemerintah.

2.1 Pengertian Volume Penjualan

Penjualan merupakan puncak

kegiatan dalam seluruh kegiatan

perusahaan. Berikut akan dikemukakan definisi penjualan menurut para ahli. Adapun menurut Soemarso (2002:226), yang dimaksud dengan penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena penjualan barang dan jasa baik secara kredit maupun secara tunai.

Sedangkan definisi volume

penjualan menurut para ahli, yaitu: “Volume penjualan adalah jumlah unit produk atau jasa yang dapat dijual”

(Simamora, 2000:575). Mulyadi

(2001:239) mendefinisikan volume

penjualan sebagai berikut: “Volume

penjualan merupakan ukuran yang

menunjukkan banyaknya atau besarnya jumlah barang atau jasa yang terjual”. Sedangkan menurut Tjiptono (2000:254) “Volume penjualan adalah jumlah barang dan jasa yang terjual berdasarkan data kuantitatif pada periode tertentu”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa volume penjualan adalah besarnya unit produk yang dijual yang dinyatakan dalam jumlah uang

yang harus dicapai dalam penjualan produk.

2.2 Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan

penelitian-penelitian sebelumnya yang akan

menjadi kerangka pemikiran teoritis dan di mana kerangka pemikiran teoritis ini

akan menjadi bahan untuk

pengembangan hipotesis penelitian ini: Penelitian Ardiansyah dan Winarningsih (2013) ini bertujuan untuk melihat pengaruh harga dan promosi terhadap

volume penjualan. Berdasarkan

penelitian tersebut harga dan promosi secara parsial dan simultan memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah yang positif terhadap volume penjualan. Hasil pada penelitian Sasangka dan Rusmayadi (2018) ini membuktikan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh sebesar 67% terhadap volume penjualan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Artinya kualitas pelayanan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap volume

penjualan. Penelitian Ariyanti (2014) bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan, harga dan promosi

terhadap volume penjualan pada

pelanggan Pizza Hut di Solo menyatakan bahwa variabel independen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

2.2.2 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka dalam penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut :

2.2.2.1 Pengaruh Persepsi Pelanggan atas Kualitas Pelayanan terhadap Volume Penjualan

Menurut Tjiptono (2000) kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan volume penjualan. Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat

(6)

meningkatkan volume penjualan disebabkan pengalaman pelanggan yang

menyenangkan dan meminimumkan

pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Pada akhirnya kualitas pelayanan dapat menciptakan kesetiaan pelanggan kepada perusahaan serta

mendorong peningkatan volume

penjualan. Penelitian yang dilakukan

Sasangka dan Rusmayadi (2018)

menyatakan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh sebesar 67% terhadap volume penjualan. Semakin baik kualitas

pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan maka volume penjualan akan semakin meningkat. Dengan demikian kualitas pelayanan berpengaruh terhadap volume penjualan.

H1: Persepsi pelanggan atas kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap volume penjualan

2.2.2.2 Pengaruh Persepsi Pelanggan atas Harga terhadap Volume

Penjualan

Menurut McDaniel et al., (2001:268)

harga merupakan sesuatu yang

diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang dan jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran uang bagi barang dan jasa. Harga dapat

berhubungan dengan nilai persepsi

(perceived value), tidak hanya uang. Untuk mendapatkan keuntungan, para manajer harus memilih suatu harga yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah, suatu harga yang sama dengan nilai persepsi bagi target konsumen. Jika suatu harga ditetapkan terlalu tinggi di benak konsumen, nilai persepsinya akan

lebih kecil dibandingkan dengan

biayanya, dan peluang penjualan akan hilang. Dari penelitian sebelumnya mengenai pengaruh harga terhadap volume penjualan yang dilakukan oleh Ardiansyah dan Winarningsih (2013) dan Ariyanti (2014) menyatakan bahwa variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume penjualan. Semakin baik harga yang ditawarkan

kepada pelanggan maka akan mendorong peningkatan volume penjualan.

H2: Persepsi pelanggan atas harga berpengaruh positif terhadap volume penjualan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian dalam sebuah penelitian dalam ruang lingkup dan

waktu yang ditentukan” (Zuriah,

2009:116). Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan kafe D’Jombang Cafe. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling yaitu Random Sampling karena

pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

3.2 Data Penelitian dan Sumbernya 3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini yaitu penelitian

deskriptif kuantitatif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu. Zuriah (2009:47)

mengungkapkan bahwa terdapat berbagai macam penelitian deskriptif, dalam penelitian termasuk ke dalam penelitian

survey yaitu penelitian yang

mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket agar dapat menggambarkan aspek dari populasi tersebut.

Sumber data dalam penelitian yaitu

data primer. Sekaran (2013:113)

mengungkapkan bahwa data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti dari tangan pertama yang berkaitan dengan variabel dan tujuan spesifik studi. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden yang disebar oleh peneliti kepada pelanggan kafe D’Jombang Cafe.

(7)

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu

dengan menggunakan kuesioner.

“Angket atau kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden” (Sekaran, 2013:68). Menurut Arikunto (2006:151) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan secara langsung kepada responden. Kuesioner

dalam penelitian ini merupakan

kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang mana responden hanya dapat

memilih beberapa alternatif yang

diberikan oleh peneliti sesuai yang

dikatakan oleh Sekaran (2013:68).

Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang daftar pertanyaannya mengadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Ariyanti (2014) yang relevan dengan penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian terdapat variabel penelitian. “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan” (Sugiyono,

2017:58). Menurut Indiriantoro

(2013:56) ada beberapa jenis variabel, diantaranya adalah variabel dependen,

independen, moderating, dan

intervening. Dalam penelitian ini hanya terdapat dua macam variabel yaitu:

variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen adalah tipe variabel yang yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel independen adalah adalah tipe

variabel yang menjelaskan atau

memengaruhi variabel yang lain.

Penelitian ini menggunakan kualitas

pelayanan dan harga sebagai variabel independen (X) dan volume penjualan sebagai variabel dependen (Y).

3.3.1 Variabel Independen

Variabel Independen atau yang sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat atau dependen (Sugiyono,

2017:39). Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah kualitas pelayanan dan harga.

3.3.1.1 Persepsi Pelanggan atas Kualitas Pelayanan (X1)

Kualitas pelayanan merupakan

upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen, serta ketepatan

penyampaian untuk mengimbangi

harapan konsumen. Kualitas Pelayanan Meliputi:

1. Keadaan fisik (tangible) merupakan aspek fisik yang dapat dilihat meliputi: a.Penampilan petugas pelayanan. b.Kondisi penampilan fisik gedung. c.Kebersihan, kenyamanan, dan kerapian ruang penyajian

d.Kemutakhiran peralatan yang

digunakan.

2. Keandalan (reliability) adalah aspek-aspek keandalan sistem pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, dalam hal ini apakah jasa yang diberikan sesuai dengan standar umum atau bahkan standar internasional atau dengan kata lain menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan jasa sesuai dengan yang telah disajikan secara tepat.

a.Kesesuaian daftar menu dengan

ketersediaan menu yang ada.

b.Kualitas ketepatan waktu setelah menu dipesan.

3.Ketanggapan (responsiveness)

merupakan keinginan untuk membantu

pelanggan dan menyediakan jasa

pelayanan yang dibutuhkan tersebut. Dapat juga berarti kecepat tanggapan dari pemberi jasa dalam memberikan jasa

(8)

sekaligus mampu menangkap aspirasi-aspirasi yang muncul dari pelanggan. Dimensi ini meliputi:

a.Kejelasan informasi waktu

penyampaian pemesanan.

b.Kecepatan dan ketepatan dalam

pelayanan kepada pelanggan.

c.Kesediaan petugas pelayanan untuk selalu membantu pelanggan.

d.Keluangan waktu pelayan untuk

menanggapi permintaan pelanggan

dengan cepat.

4. Jaminan keamanan (assurance)

merupakan adanya jaminan bahwa jasa yang diberikan memberikan jaminan keamanan, kemampuan (kompetensi)

sumber daya dalam memberikan

pelayanan yang sesuai dengan standar

dan lain-lain sifatnya memberikan

jaminan bahwa seluruh unsur pemberi jasa dengan apa yang diharapkan.

a.Pelanggan merasa nyaman dan aman.

b.Produk-produk yang ditawarkan

terjamin kehalalannya.

5. Kepedulian (empati) yaitu berkaitan dengan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, keramahan, komunikasi serta

kemampuan memahami kebutuhan

pelanggan. Hal ini meliputi:

a.Perhatian petugas pelayan kepada para pelanggan.

b.Pemahaman petugas akan kebutuhan para pelanggan.

c.Kesabaran petugas pelayanan.

3.3.1.2 Persepsi Pelanggan atas Harga (X2)

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi produk pelayanannya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa harga yang dibayar oleh pelanggan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Dimensi ini meliputi:

1. Aspek nilai, yaitu apakah produk yang bersangkutan mempunyai nilai yang sepadan dengan harga yang dikeluarkan baik dari sisi:

a. Fungsional. b. Emosional.

2. Aspek biaya (Moneter), yaitu aspek-aspek yang terkait dengan biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan

produk/jasa yang bersangkutan.

a.Biaya yang dikeluarkan.

b.Perbandingan dengan competitor. c.Kesulitan yang timbul.

3. Aspek non biaya (non moneter), yaitu yang memengaruhi harga yang tidak terkait langsung dengan biaya itu sendiri: a.Mendorong konsumen untuk membeli kembali.

b.Mendorong konsumen untuk

merekomendasikan ke orang lain

Satuan pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel independen adalah skala likert.

Skala Likert untuk Variabel Independen Skala Deskripsi

1 Sangat Tidak Setuju

2 Tidak Setuju

3 Netral

4 Setuju

5 Sangat Setuju

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel Dependen sering disebut dengan variabel output, kriterian, dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas”

(Sugiyono, 2017:39). Penelitian ini menggunakan volume penjualan sebagai variabel dependen. Menurut Kotler dalam Ariyanti (2014) indikator dari volume penjualan antara lain harga, promosi, kualitas, saluran distribusi, dan produk. Dimensi ini meliputi:

1. Kejelian penerapan segmen. 2. Promosi yang baik.

3. Harga yang terjangkau.

4. Kepedulian terhadap konsumen. 5. Tidak melakukan praktek kotor dalam bersaing dengan competitor.

6. Produk unggul dan pelayanan yang terjamin.

(9)

7. Penerapan bauran pemasaran secara keseluruhan.

3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Regresi Linier Berganda. Analisis

Regresi Linier Berganda merupakan metode yang bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dalam hal ini, bagaimana pengaruh variabel independen yaitu persepsi pelanggan atas kualitas pelayanan dan harga terhadap variabel dependen adalah volume penjualan kafe D’Jombang Cafe. Pengujian akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS ver. 21.

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif

Merupakan proses transformasi data ke dalam bentuk tabulasi agar mudah dipahami dan diinterpretasikan. Ukuran yang digunakan dalam dalam analisis deskriptif berupa frekuensi, tendensi sentral (mean, median, dan modus), disperse (varian dan deviasi standar)

(Indrianto dan Supomo 2012:185).

Statistik deskriptif juga dapat dilakukan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, serta membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.

3.4.2 Uji Kualitas Data

Kualitas data dapat memengaruhi hasil analisis dalam penelitian kuantitatif, oleh karena itu, uji kualitas data menjadi hal yang sangat penting. Kualitas data yang dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dibuat dari hasil proses pengujian data yang meliput: pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Terdapat dua konsep untuk mengukur kualitas data yaitu: reliabilitas dan validitas. Dengan

begitu suatu penelitian akan

menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan valid

sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, maka dari itu dalam

menganalisis mengacu pada skor

responden. Dengan demikian diperlukan pengujian data guna melihat apakah data tersebut valid dan reliabel ataupun tidak.

3.4.2.1 Uji Validitas

“Suatu instrumen pengukur

dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain instrument tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan

yang diharapkan oleh peneliti”

(Indriatoro dan Supomo 2013:182). “Uji signifikansi dilakukan dengan cara melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk atau variabel. Instrumen dinyatakan valid apabila nilai probabilitas < 0.01” (Ghozali, 2011:47).

3.4.2.2 Uji Reliabilitas

Sebuah instrumen dikatakan reliabel

bila dapat diandalkan dan dapat

dipercaya. “Keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas serta konsistensi di mana instrumen pengukur membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran. Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep yaitu konsistensi. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut dengan koefisien” (Indriantoro dan Supomo 2013:180). Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban responden selalu konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian berbentuk kuesioner dengan skala bertingkat. “Suatu variabel dikatakan reliabel atau

andal apabila memberikan nilai

Cronbach‟s Alpha ≥ 0,6 ” (Ghozali, 2011:47).

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah data hasil estimasi regresi yang dilakukan bebas dari adanya

(10)

gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi, dan data berdistribusi normal. Dalam penelitian uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji

multikolinearitas dan

heteroskekdastisitas

3.4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah jika data berdistribusi normal atau

mendekati normal. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Uji Kolmogrov-Smirnov

digunakan sebagai prosedur dalam

pengujian ini dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : residual berdistribusi normal H1 : residual tidak berdistribusi normal Jika nilai sig. (p-value) > 0.05 maka Ho diterima, artinya data berdistribusi normal.

3.4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah model regresi

terdapat korelasi antar variabel

independen. Jika terdapat korelasi yang kuat maka model tersebut telah terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. “Suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF (Variance Influence Factor) lebih kecil dari 10 mempunyai angka mendekati satu” (Ghozali, 2011:86). 3.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

“Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan varian dari residual satu pengamatan yang lain” (Ghozali, 2011:139). Model regresi yang

baik adalah jika tidak terjadi

heteroskedastisitas ditunjukkan dengan nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih besar daripada 0.05. Penelitian ini menggunakan uji statistic metode Glejser

untuk mengetahui apakah terjadi

heteroskedastisitas atau tidak.

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penguian hipotesis penulis menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ada di antara

persepsi pelanggan atas kualitas

pelayanan dan harga terhadap volume

penjualan. Pengujian menggunakan

software SPSS ver. 21. Dari data yang diperoleh melalui uji tersebut dapat disusun persamaan regresi dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan :

Y : Volume Penjualan

X1 :Persepsi Pelanggan atas

Kualitas Pelayanan

X2 : Persepsi Pelanggan atas Harga

a : Konstanta

b : Koefisien linier berganda

e : Standar error

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Responden Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

Kafe D’Jombang Cafe. Responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pelanggan kafe D’Jombang Cafe. Responden dipilih secara acak sesuai dengan waktu pembagian

kuesioner yang dilakukan oleh

penulis ketika mendatangi lokasi

penelitian. Pengambilan data

dilakukan dengan cara menyebar kuesioner secara online melalui google form yang dikirim melalui media social seperti Whatsapp, Line, dan Instagram oleh penulis kepada responden. Waktu pengambilan data yaitu selama tujuh hari sejak 29 April 2020 hingga 6 Mei 2020. Kuesioner

yang tersebar sebanyak 60

kuesioner dan dari 60 kuesioner yang tersebar tersebut terkumpul sebanyak 60 kuesioner dan hanya 50 kuesioner yang dapat digunakan.

(11)

Statistik Deskriptif

Berdasarkan kuesioner yang telah terkumpul, data dari jawaban responden telah direkapitulasi kemudian dianalisis untuk mengetahui Kualitas Pelayanan, Harga dan Volume Penjualan. Berikut hasil deskripsi masing-masing variabel : a. Kualitas Pelayanan

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa data variabel kualitas pelayanan memiliki nilai maksimal 75, nilai minimum 40, Mean 58,6, Median 58, Modus 56, dan standar deviasi 9,28. b. Harga

Dari data yang diperoleh dapat diketahui data variabel Harga memiliki nilai maksimal 35, nilai minium 10, nilai Mean 27, Median 27.5, Modus 33, dan Standar Deviasi 6.04.

c. Volume Penjualan

Dari data yang diperoleh dapat

diketahui

data variabel

Volume

Penjualan memiliki nilai maksimal

15, nilai minium 7, nilai Mean 11.9,

Median 12, Modus 12, dan Standar

Deviasi2.2.

Uji Kulaitas Data

a) Uji Validitas

Karena rhitung pada seluruh item pada variabel tersebut melebihi 0.2306 (rtabel) sehingga pernyataan valid dan kuesioner layak untuk mengukur variabel penelitian.

b) Uji Reliabilitas

Dengan melihat table hasil uji reliabilitas dapat diketahu bahwa nilai koefisien reliabilitas atau Cronbach’s Alpha seluruh variabel lebih besar dari 0.6. Artinya seluruh variabel

telah memenuhi syarat untuk

dikatakan reliabel.

Tabel 1 Hasil Uji Reliabilitas

No

Variabel

Koef. Reliabilitas

Keterangan

1

Kualitas Pelayanan

0.928

Reliabel

2

Harga

0.941

Reliabel

3

Volume Penjualan

0.826

Reliabel

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov diperoleh

hasil signifikasi dari pengujian normalitas sebesar 0.989. Hasil tersebut

lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 yang artinya Ho diterima dan data

(12)

Tabel 2

One-Sample Kolmogorov-Smirvnov Test

Uji Multikolonieritas Silahkan tulis sendiri.

Tabel 3

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel

Tolerance

VIF

Keterangan

Kualitas Pelayanan

0.506

1.978

Tidak Terjadi Multikolinearitas

Harga

0.506

1.978

Tidak Terjadi Multikolinearitas

Berdasarkan hasil perhitungan seperti

yang terdapat pada table 3, variabel independen menunjukkan bahwa nilai VIF variabel kualitas pelayanan dan variabel harga keduanya sebesar 1.978 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 10. Selain itu nilai Tolerance kedua variabel independen tersebut sebesar 0.506 yang mana nilai tersebut lebih

besar dari 0.1. Sehingga dapa ditarik

kesimpulan bahwa kedua variabel

independen tersebut bebas dari

multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel

Sig.

Batas

Keterangan

Kualitas Pelayanan

0.097

0.05

Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Harga

0.724

0.05

Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser seperti yang ditunjukkan pada tabel 4, hasil signifikansi kedua variabel independen memilik nilai yang lebih besar daripada 0.05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan kedua variabel independen tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

(13)

Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini

menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Berikut ini hasil uji hipotesis menggunakan SPSS ver. 21.0. Hipotesis pertama pada penelitian ini menyatakan bahwa persepsi kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap volume penjualan. Hipotesis pertama

diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk analisis regresi, pengukuran dilakukan dengan mengolah data yang telah diperoleh melalui kuesioner menggunakan aplikasi SPSS ver. 21.

Tabel 5

Hasil Uji Hipotesis

Variabel

Koefisien

Regresi

t hitung

Sig.

Konstanta

5.841

Kualitas

Pelayanan

0.100

2.073

0.044

Harga

0.008

0.112

0.911

Pengaruh VARIABEL X1 Terhadap VARIABEL Y

Pada tabel 5 diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 5.841 yang artinya bahwa jika tidak ada nilai persespsi pelanggan atas kualitas pelayanan dan harga (X1 dan X2=0) maka nilai volume penjualan sebesar 5.841. Koefisien nilai X1 sebesar 0.100 yang artinya bahwa setiap ada peningkatan 1% nilai persespsi pelanggan atas kualitas pelayanan maka

nilai volume penjualan bertambah

sebesar 0.100. Karena nilai koefisien regresi tersebut bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X1 terhadap Y adalah positif. Karena pengaruhnya positif maka hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

persespsi pelanggan atas kualitas

pelayanannya maka semakin tinggi volume penjualannya. Dari hasil uji tersebut juga didapat nilai sig yang diperoleh 0.044 < 0.05. Maka dari itu

dapat ditarik kesimpulan bahwa

persespsi pelanggan atas kualitas

pelayanan berpengaruh terhadap volume penjualan. Dengan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa H1 diterima.

Pengaruh VARIABEL X2 Terhadap VARIABEL Y

Hipotesis kedua pada penelitian ini menyatakan bahwa persespsi pelanggan atas harga berpengaruh terhadap volume penjualan. Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Untuk analisis regresi,

pengukuran dilakukan dengan mengolah data yang telah diperoleh melalui kuesioner menggunakan aplikasi SPSS ver. 21. Berikut merupakan rangkuman dari hasil uji hipotesis kedua:

Pada tabel 5 diketahui bahwa koefisien nilai X2 sebesar 0.008 yang artinya bahwa setiap ada peningkatan 1% nilai harga maka nilai volume penjualan naik sebesar 0.008. Dari hasil uji tersebut juga didapat nilai sig yang diperoleh 0.911 > 0.05. Maka dari itu dapat ditarik

(14)

kesimpulan bahwa persepsi harga tidak berpengaruh terhadap volume penjualan dan H2 ditolak. Dari kedua hasil pengujian hipotesis tersebut dapat ditulis persamaan sebagai berikut:

Persamaan Regresi :

Y = a + bX1 + bX2 + e Atau

Y = 5.841+ 0.100X1 + 0.008X2 + e

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi Pelanggan atas Kualitas Pelayanan secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap Volume Penjualan Kafe D’Jombang Cafe. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kualitas pelayanan maka semakin tinggi Volume Penjualan. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini dinyatakan diterima.

2. Persepsi Pelanggan atas Harga secara parsial tidak berpengaruh terhadap Volume Penjualan Kafe D’Jombang Cafe. Hal tersebut menunjukkan bahwa harga yang ditawarkan tidak mempengaruhi Volume Penjualan. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini dinyatakan ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, G., & Kotler, P. (2001).

Prinsip-prinsip pemasaran.

(W. Kristiaji, & D.

Sihombing, Trans.) Jakarta:

Erlangga.

Barata, A. A. (2003). Dasar- Dasar

Pelayanan Prima. Jakarta:

Elex Media kompetindo.

Berry, L. L., & Zeithaml, V. A.

(2006). Manajemen

Pemasaran Jasa (kedua ed.).

(L. Rambat, Ed.) Jakarta:

Salemba Empat.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan

Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Kamelia, L. (2006). Pengaruh Harga

Jual dan Biaya Promosi

Terhadap Volume Penjualan

Teh pada SBUTK PT

Perkebunan Nusantara VI

(Persero) Jambi – Sumatera

Barat. Skripsi. Program Studi

Bisnis dan Manajemen

Fakultas Bisnis dan

Manajemen Universitas

Widyatama, 38.

Kotler, P. (2002). Manajemen

Pemasaran (Millenium ed.,

Vol. 2). Jakarta: PT

Prenhallindo.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009).

Manajemen Pemasaran (13

ed., Vol. 1). Jakarta: Gelora

Aksara Pratama.

Lamb, C. W., Hair, J. F., &

McDaniel, C. (2001).

Pemasaran (Pertama ed.).

Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi.

Jakarta: Salemba Empat.

Nanang, T. (2006, Mei 1). Kualitas

Layanan Sebagai Strategi

Menciptakan Kepuasan.

Jurnal Sains Pemasaran, Vol.

V, 41-62.

(15)

Nasution, M. (2004). Manajemen

Jasa Terpadu. Jakarta: PT

Ghalia Indonesia.

Nur, I., & Bambang, S. (2013).

Metode Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan

Manajemen. Yogyakarta:

BPFE.

Rangkuti, F. (2009). Strategi Promosi

yang Kreatif dan Analisis

Kasus Integrated Marketing

Communication. Jakarta: PT

GramediaPustakaUtama.

Sekaran, U. (2013). Research

Methods for Business. Jakarta:

Salemba Empat.

Simamora, H. (2000). Basis

Pengambilan Keputusan

Bisnis. Jakarta: Salemba

Empat.

Soemarso, S. (2002). Manajemen

Pemasaran Modern. Jakarta:

Salemba Empat.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suratno, S. F., & Purnama, N. B.

(2004). Analisis Tingkat

Kepuasan Wajib Pajak

Terhadap Kualitas Layanan

Kantor Pelayanan Pajak

Yogyakarta Dua. Sinergi

Kajian Bisnis dan

Manajemen, 7, 69-87.

Swasta, B. (1993). Pengantar Bisnis

Modern (3 ed.). Yogyakarta:

Liberty.

Swastha, B., & Irawan. (1990).

Manajemen Pemasaran

Modern. Yogyakarta: Liberty.

Tjiptono, F. (2006). Pemasaran jasa.

Malang: Bayumedia.

Wijaya, T. (2011). Manajemen

kualitas jasa. Jakarta: PT.

Indeks.

Yamit, Z. (2010). Manajemen

Kualitas Produk dan Jasa.

Yogyakarta: Ekonisia.

Zuriah, N. (2009). Metode Penelitian

Sosial Pendidikan

Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi

(16)

Gambar

Tabel 1  Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 5  Hasil Uji Hipotesis  Variabel  Koefisien  Regresi  t hitung  Sig.  Konstanta  5.841  Kualitas  Pelayanan  0.100  2.073  0.044  Harga  0.008  0.112  0.911

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan hutan kota diperoleh dari jumlah emisi CO 2 yang terdapat di Kota Prabumulih dibagi dengan.. kemampuan hutan kota dalam menyerap

Dalam UU Perlindungan Anak, kebijakan penangulangan kekerasan pada anak, dapat diidentifikasi pada bagian upaya perlindungan anak, yaitu mencakup: (1) Diwajibkannya ijin

Daerah Toko Lima yang terletak di desa Muara Badak Ilir merupakan pemukiman penduduk yang dekat dengan pesisir, sehingga di daerah ini terdapat sarana masyarakat yaitu

UUD 1945Pasal 33 ayat (1) UUD 1945menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atasasas kekeluargaan. Kegiatan ekonomi yang sesuai atas asas

Untuk dapat memahami suatu permasalahan matematika yang harus dilakukan adalah pahami bahasa atau istilah yang digunakan dalam bahasa matematika, merumuskan apa yang

hatan dan akan diselenggarakan pada Kamis (4 / 10) pukul 13.00 - 15 .0 0 WIB di Bale Sawala , Gedung Rektorat

Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa jumlah kebutuhan penghubung geser adalah 10 buah kecuali untuk balok bambu susun tiga dengan 6 penghubung geser sebanyak 8

untuk mengikuti Seminar Proposal Penelitian Kompetitif yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,