RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON
UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN
Tinuk Sri Wahyuni1* dan T. Sundari1 1 Balai Penelitian Aneka Tanaman Kacang dan Umbi Jl.Raya Kendalpayak, Km-8, PO Box 66 Malang 65101
*)E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Uji daya hasil pendahuluan dilaksanakan di KP Muneng pada tahun 2012, menggunakan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Perlakuan adalah 50 klon (terpilih dari kegiatan seleksi plot tunggal tahun 2011) dan tiga varietas pembanding (Adira-1, Adira-4 dan UJ-5). Setiap klon ditanam pada plot berukuran 2 m x 4,5 m, jarak tanam 1 m x 0,75 m. Tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea + 150 kg KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemeliharaan tanaman dila-kukan secara intensif. Tinggi tanaman dan skor tungau merah diamati pada umur 3 dan 6 bulan, sedangkan bobot tajuk tanaman, jumlah dan bobot umbi, panjang dan diameter umbi, kadar pati dan hasil pati diamati pada saat panen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa klon berpengaruh nyata terhadap seluruh variabel kecuali diameter umbi berukuran kecil dan kadar pati. Terpilih 25 klon untuk uji daya hasil lanjutan. Hasil umbi klon terpilih berkisar antara 3,3–6,3 kg/tanaman, sedangkan hasil umbi Adira-4 adalah 4,2 kg/tanaman. Variasi kadar pati dari seluruh klon uji tidak berbeda nyata, berkisar antara 17,9–20,5%. Lima klon dengan hasil pati tertinggi, yaitu klon pada plot no 11, 35, 2, 47 dan 41, berturut-turut meng-hasilkan pati 1.122 g, 1.072 g, 1.004 g, 1.077 g dan 1.016 g/tanaman. Hasil pati lima klon tersebut lebih tinggi dibandingkan Adira-1 (523 g/tanaman), namun setara dengan Adira-4 (779 g/tanaman) dan UJ5 (611 g/tanaman).
Kata kunci: pertumbuhan, hasil umbi, pati, ubikayu Manihot esculenta
ABSTRACT
Growth performance, tuber, and starch yield of cassava clones on preliminary yield trial. Preliminary yield trials was conducted at the Muneng experiment research in 2012,
using a randomized block design with three replications. Treatment was 50 clones (selected from the single plot in 2011) and three check varieties (Adira-1, Adira-4 and UJ-5). Each clone is grown on plots measuring 2 mx 4.5 m, a spacing of 1 m x 0.75 m. Plants were fertilized with 300 kg Urea + 150 kg + 100 kg KCl SP-36/ha. Plant maintenance was carried out intensively. Plant height and red spider mites scores observed at 3 and 6 months, whereas the weight of the plant canopy, the number and tuber weight, length and diameter of the tuber, content and yield of starch were observed at the time of harvest. Results of variance analysis showed that the clones significantly affected all variables except for the small diameter of tuber and starch content. Selected 25 clones for advanced yield trials. Tuber yield of the selected clones was ranged from 3.3 to 6.3 kg/plant, while Adira-4 tuber yield was 4.2 kg / plant. Starch content of clones were tested ranged from 17.9 to 20.5%. Five clones with the highest starch yield, ie clones No. 11, 35, 2, 47 and 41, with the starch yield respectively 1,122 g, 1,072 g, 1,004 g, 1,077 g and 1,016 g/plant. The starch yield of the five clones were higher than Adira-1 (523 g / plant), but equivalent to Adira-4 (779 g / plant) and UJ5 (611 g / plant).
PENDAHULUAN
Klon-klon ubikayu sangat beragam dalam komponen pertumbuhan dan hasilnya. Kera-gaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi keduanya. Teknik budidaya, jenis tanah, tinggi tempat dan kondisi iklim merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi keragaman pertumbuhan dan hasil ubikayu. Tinggi tanaman meru-pakan salah satu karakter agronomis yang penting sebagai penciri klon. Tinggi tanaman selain dipengaruhi oleh kultivar juga dipengaruhi oleh teknik budidaya dan kondisi iklim (Alves 2002).
Permintaan ubikayu di masa mendatang terus meningkat selaras dengan laju pertum-buhan penduduk dan berkembangnya industri berbahan baku ubikayu, utamanya tepung tapioka. Pabrik tapioka menghendaki ubikayu dengan kadar pati tinggi agar rendemen produknya tinggi dan lebih efiesien biaya produksi.
Kualitas umbi ubikayu ditentukan oleh kadar dan kualitas pati, rasa umbi dan kan-dungan nutrisinya. Pati merupakan unsur utama ubikayu (National Research Development
Corporation 2003). Hasil dan kualitas pati ubikayu dipengaruhi oleh klon, umur panen,
dan lokasi (Baafi dan Safo-Kantanka 2007, Benesi et al. 2008). Pati ubikayu terdiri dari dua jenis, yaitu amilosa dan amilopektin, di mana perbandingan antara keduanya akan mempengaruhi tekstur umbi, remah atau padat. Tekstur umbi berkaitan dengan rasa umbi. Ubikayu bertekstur remah mempunyai kandungan amilosa yang rendah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan amilosa pati ubikayu berkisar antara 13,6– 25,0% (Moorthy 2004, Rickard et al. 1991, dan Defloor et al. 1998). Tekstur dan rasa umbi kukus dipengaruhi oleh umur tanaman dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan (Franck et al. 2011). Hujan yang terjadi sebelum panen berhubungan langsung dengan rendahnya kandungan bahan kering dan kadar tepung umbi kukus.
Untuk mendukung perkembangan industri ubikayu diperlukan varietas unggul baru dalam jumlah lebih banyak, karena sejak tahun 1978 hingga saat ini varietas unggul yang telah dilepas hanya 11 varietas. Varietas UJ-5 merupakan salah satu varietas yang dilepas pada tahun 2000. Varietas tersebut memiliki kadar pati tinggi dan sudah berkembang luas di Provinsi Lampung. Tersedianya varietas unggul dalam jumlah banyak akan memudah-kan petani (konsumen) dalam memilih varietas yang sesuai untuk tujuan usahatani dan pemanfaatan hasilnya.
Perakitan varietas unggul baru dengan kadar pati tinggi terus dilakukan. Hingga saat ini telah terpilih sejumlah klon ubikayu dari kegiatan seleksi plot tunggal. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengevaluasi ragam pertumbuhan, komponen hasil, hasil pati dan hasil umbi dan memilih klon-klon harapan untuk uji daya hasil lanjutan.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan di KP Muneng, Maret–Desember 2012, menggunakan ranca-ngan acak kelompok, tiga ularanca-ngan. Sebagai perlakuan adalah 50 klon terpilih dari seleksi plot tunggal tahun 2011 dengan tiga varietas pembanding (Adira-1, Adira-4, dan UJ-5). Setiap klon ditanam pada plot percobaan berukuran 2 m x 4,5 m, jarak tanam 1 m x 0,75 m. Tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea + 150 kg KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan dengan takaran 100 kg Urea + 50 kg KCl + 100 kg SP-36/ha, sedangkan sisanya diberikan pada saat tanaman berumur tiga bulan. Variabel yang diamati pada umur tiga dan enam bulan meliputi tinggi tanaman dan skor serangan hama tungau merah, sedangkan pada saat panen umbi adalah jumlah
dan bobot umbi, bobot tajuk tanaman, panjang dan diameter umbi, kadar dan hasil pati. Kadar pati diduga dengan pendekatan spesific gravity, menggunakan persamaan kadar pati (Y) = 112,1X – 106,4. Di mana X = spesific gravity = Ww/(Wa–Ww); Ww=bobot umbi dalam air dan Wa=bobot umbi di udara (Kawano et al. 1987).
Data yang diperoleh dianalis ragam dan uji F taraf 5% digunakan untuk mengetahui perbedaan nyata di antara perlakuan. Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu apabila nilai F-hitung >F0,05 tabel, maka pengujian dilanjutkan dengan uji BNT taraf
5%. Analisis komponen utama dan analisis kluster menggunakan program SPSS 16.0. Analisis komponen utama digunakan untuk menemukan hubungan dan menyederhana-kan variabel-variabel yang diamati, sedangmenyederhana-kan analisis kluster digunamenyederhana-kan untuk menge-lompokkan klon-klon/varietas yang diuji atas dasar kesamaan sifat variabel dari variabel pertumbuhan, komponen hasil dan hasil umbi serta hasil pati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Umum Tanaman Percobaan
Jumlah tanaman tumbuh dari klon-klon yang diuji sangat bervariasi, berkisar antara 19–94%, rata-rata 59,3%. Seluruh varietas pembanding tumbuh 100% (Gambar 1). Penyebabnya, vigor stek dari klon-klon uji memiliki daya tumbuh yang kurang baik, sedangkan varietas pembanding memiliki daya tumbuh yang baik. Menurunnya daya tumbuh stek karena tenggang waktu penyimpanan stek dari saat panen hingga stek ditanam terlalu lama (2 bulan). Oleh karena itu data hasil dan komponen hasil yang diperoleh dalam penelitian disajikan atas dasar satuan per tanaman, bukan per plot.
2
8
13
18
12
0
5
10
15
20
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
Juml
ah kl
on
Jumlah tanaman tumbuh (%)
50 Klon uji Analisis keragaman Daya tumbuh stek (%) varietas pembanding
Kisaran Rata-rata BNT 5% KK (%) Adira-4 Adira-1 UJ5
19–94% 59,3 31,42 31,48 100 100 100
Gambar 1. Distribusi frekuensi jumlah tanaman tumbuh 50 klon uji, analisis keragaman dan daya tumbuh varietas pembanding. KP Muneng, MT 2012.
Pengaruh Klon/Varietas terhadap Pertumbuhan, Hasil Umbi dan Pati
Hasil analisis ragam dari seluruh variabel pertumbuhan, hasil dan komponen hasil menunjukkan bahwa perlakuan (klon) berpengaruh nyata terhadap seluruh variabel yang diamati, kecuali diameter umbi berukuran kecil dan kadar pati umbi segar (Tabel 1). Variabel yang beragam nyata dipengaruhi oleh perbedaan genetik klon-klon/varietas yang dievaluasi, dan sebaliknya untuk variabel yang tidak berbeda nyata. Kadar pati klon-klon yang diuji tidak berbeda nyata, berarti kadar pati seluruh klon yang dievaluasi setara dengan kadar pati varietas pembanding, termasuk UJ-5. Varietas UJ-5 merupakan varietas berumur genjah dengan potensi hasil umbi dan kadar pati tergolong tinggi dibandingkan dengan varietas unggul lain (Balitkabi, 2011).
Tinggi tanaman 50 klon uji pada umur tiga bulan berkisar 54–115 cm, rata-rata 87,8 cm. Pada umur enam bulan tinggi tanaman meningkat menjadi 115–195 cm, rata-rata 154,7 cm. Sedangkan tinggi tanaman varietas pembanding rata-rata 108,7 cm pada umur tiga bulan dan 181,0 cm pada umur enam bulan (Gambar 2). Tinggi tanaman ubikayu tidak selalu berpengaruh positif terhadap bobot umbi, namun berkaitan dengan jumlah bahan perbanyakan tanaman (stek). Semakin tinggi batang tanaman semakin banyak jumlah stek yang dihasilkan.
Tabel 1. Hasil analisis ragam beberapa variabel pertumbuhan, hasil dan komponen hasil percobaan uji daya hasil pendahuluan (UDHP) klon-klon ubikayu. KP Muneng, MT 2012
Hasil Uji F 5% Variabel
Ulangan Klon JKT
galat BNT 5% (%) KK
Tinggi tanaman umur 3 bln ** ** 158,95 20,41 14,17
Tinggi tanaman umur 6 bln ** ** 288,89 27,52 10,88
Skor serangan tungau merah umur 3 bulan 1) tn ** 0,016 0,21 9,87
Skor serangan tungau merah umur 3 bulan 1) * ** 0,038 0,32 14,27
Bobot tajuk tanaman (kg/tanaman) 1) ** ** 0,05 0,36 11,92
Indeks panen (%) ** ** 70,15 13,56 16,47
Panjang umbi besar (cm) * ** 35,77 9,68 18,42
Panjang umbi sedang(cm) ** ** 14,02 6,06 17,62
Panjang umbi kecil (cm) ** ** 5,89 3,93 16,97
Diameter umbi besar (cm) tn ** 0,74 1,39 15,55
Diameter umbi sedang (cm) tn ** 0,41 1,04 14,95
Diameter umbi kecil (cm) * tn 0,27 tn 15,73
Jumlah umbi/tanaman1) ** ** 0,16 0,40 12,68
Bobot hasil umbi segar (kg/tanaman) 1) ** ** 0,11 0,54 17,37
Kadar pati (%) ** tn 6,81 tn 13,88
Hasil pati (g/tanaman) 1) ** ** 24,72 8,05 20,48
1) Sebelum analisis data ditransformasi √(X+0,5).
*, **, tn = berturut-turut nyata pada uji F-5%, uji F-1% dan tidak berbeda nyata.
Skor serangan tungau merah pada saat tanaman umur tiga dan enam bulan disajikan pada Gambar 3. Pada umur tiga bulan, sebagian besar klon uji (35 klon) terserang ringan (skor 1), namun pada umur enam bulan intensitas serangan meningkat. Jumlah klon yang mendapat serangan dengan skor >1,0 meningkat dari 18 klon pada umur tiga bulan
menjadi 29 klon pada umur enam bulan. UJ-5 merupakan varietas unggul berumur genjah dengan kadar pati tinggi, namun rentan terhadap serangan tungau merah. Pada penelitian ini serangan pada UJ-5 rata-rata mencapai skor 2,3 pada umur tiga bulan, meningkat menjadi 2,7 pada umur enam bulan.
50 Klon uji Analisis keragaman Tinggi tanaman (cm) varietas pembanding Umur
Kisaran Rata-rata BNT 5% KK
(%) Adira-4 Adira-1 UJ-5
3 Bulan 54–115 87,8 20,41 14,17 110 113 103
6 Bulan 115–195 154,7 27,52 10,88 186 184 173
Gambar 2. Distribusi frekuensi tinggi tanaman umur 3 bulan dan 6 bulan, hasil analisis keragaman dan tinggi tanaman varietas pembanding. UDHP ubikayu pati tinggi, KP Muneng, MT 2012.
Kadar pati dari seluruh klon yang diuji tidak berbeda nyata, berkisar antara 17,9– 20,5%. Sedangkan hasil umbi berkisar antara 0,6–6,3 kg/tanaman, dengan hasil pati antara 87–1.095 g/tanaman. Distribusi frekuensi hasil umbi dan pati dari seluruh klon/varietas yang diuji disajikan pada Gambar 4. Distribusi frekuensi tersebut menunjuk-kan bahwa ekor kurva kedua variabel menjulur ke arah menunjuk-kanan, berarti sebagian besar klon memiliki nilai yang lebih kecil dari rata-rata.
Awal musim kemarau terjadi pada saat tanaman berumur tiga bulan. Pada periode ter-sebut, kelembaban tanah dan udara relatif lebih tinggi dibanding pada saat tanaman berumur enam bulan, di mana musim kemarau sudah berlangsung selama tiga bulan. Oleh karena itu serangan hama tungau merah pada umur enam bulan lebih tinggi jika dibandingkan umur tiga bulan.
50 klon uji Analisis keragaman1) Skor tungau varietas pembading
Skor
tungau Kisaran Rata-rata BNT 5% KK (%) Adira-4 Adira-1 UJ-5
3 Bulan 1,0–2,3 1,19 0,205 9,87 1,3 1,0 2,3
6 Bulan 1,0–3,0 1,39 0,316 14,27 1,0 1,0 2,7
1) Sebelum analisis, data ditransformasi dengan √(X+0,5)
Gambar 3. Distribusi skor serangan tungau umur 3 bulan dan 6 bulan, hasil analisis intensitas serangan tanaman varietas pembanding. UDHP ubikayu pati tinggi, KP Muneng, MT 2012
50 klon uji Analisis keragaman1) Varietas pembanding
Variabel
Kisaran Rata-rata BNT 5% KK (%) Adira-4 Adira-1 UJ-5 Hasil umbi segar (kg/tan) 0,6–6,3 3,34 0,54 17,37 4,23 2,67 3,12
Hasil pati (g/tanaman) 87–1122 630,6 8,05 20,48 771 543 610
1) Sebelum analisis, data ditransformasi dengan √(X+0,5)
Gambar 4. Distribusi frekuensi hasil umbi segar dan hasil pati, analisis keragaman dan hasil umbi dan pati varietas pembanding. UDHP ubikayu pati tinggi, KP Muneng, MT 2012.
Saat tanam pada percobaan ini tergolong lambat sehingga kurang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Musim kemarau yang berkorelasi dengan serangan hama tungau merah sudah terjadi pada saat tanaman berumur sekitar tiga bulan dan belum mencapai puncak fase vegetatif. Serangan hama tungau merah menyebabkan kerontokan sebagian
bahkan seluruh daun sehingga pertumbuhan tanaman mengalami stagnasi. Jika cadangan makanan tidak cukup untuk bertahan hidup, tanaman akan mati. Saat tanam yang ideal untuk bertanam ubikayu adalah pada awal musim hujan (Oktober/November).
Kemiripan Klon-Klon Harapan dengan Varietas Pembanding
Hasil analisis komponen utama berhasil mereduksi variabel kadar pati serta mengha-silkan empat faktor (komponen utama). Keempat komponen utama yang terbentuk mampu menerangkan keragaman kumulatif sebesar 85,1% dari keragaman 15 variabel asal. Variabel tinggi tanaman yang diamati pada umur tiga dan enam bulan terkumpul menjadi satu komponen pada komponen 4. Skor serangan tungau merah pada umur tiga dan enam bulan bersama dengan bobot tajuk tanaman terkumpul pada komponen 3. Panjang umbi berukuran kecil, sedang dan besar terkumpul pada komponen 2. Sedangkan variabel lainnya, yaitu diameter umbi berukuran kecil, sedang dan besar, indeks panen dan jumlah umbi, berkumpul menjadi satu komponen dengan hasil umbi atau hasil pati. Hasil pati dan hasil umbi terkumpul menjadi satu komponen karena kadar pati dari seluruh klon/varietas yang dievaluasi tidak beragam.
Tabel 2. Variabel pertumbuhan dan hasil dari empat komponen utama pada uji daya hasil pendahuluan 50 klon harapan ubikayu dengan 3 varietas pembanding. KP Muneng, MT 2012.
Komponen
Utama Nama komponen utama Daftar variabel asal
1 Diameter umbi,
komponen hasil, hasil umbi dan pati
Diameter umbi berukuran besar, sedang dan kecil, indeks panen, jumlah dan bobot hasil umbi, dan hasil pati 2 Panjang umbi Panjang umbi berukuran besar, sedang dan kecil 3 Serangan tungau dan
bobot tajuk
Skor serangan tungau merah umur 3 dan 6 bulan, bobot tajuk tanaman saat panen
4 Tinggi tanaman Tinggi tanaman umur 3 dan 6 bulan
Klon-klon harapan/varietas yang diuji dalam penelitian ini, atas dasar kesamaan sifat dari variabel-variabel utama ditetapkan menjadi 4 kelompok (kluster) dalam analisis
K-mean cluster. Akhir dari proses pengelompokan diperoleh nilai final cluster centers yang
selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Nilai negatif berarti data di bawah rata-rata total, dan sebaliknya. Klon-klon yang menjadi anggota kluster 1 memiliki nilai pengamatan untuk hampir seluruh variabel di bawah rata-rata total, dan sebaliknya klon-klon yang menjadi anggota kluster 4 memiliki ciri variabel yang bernilai positif dan negatif untuk intensitas serangan hama tungau merah.
Dalam analisis K-mean cluster tersebut pembagian klon/varietas menjadi empat kelom-pok sudah tepat. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa nilai F-hitung dari seluruh variabel menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,01 (1%) (Tabel 4). Berarti nilai setiap variabel membedakan karakteristik dari setiap kluster.
Tabel 3. Nilai final cluster centers setiap variabel pada setiap kelompok klon harapan/varietas ubikayu. UDHP ubikayu pati tinggi. KP Muneng, MT 2012
Kelompok (kluster) Skor variabel
1 2 3 4
Tinggi tanaman umur 3 bulan -1,007 0,242 0,503 0,144
Tinggi tanaman umur 6 bulan -1,108 0,189 -0,042 0,397
Skor serangan tungau merah umur 3 bulan -0,227 -0,435 1,729 -0,170 Skor serangan tungau merah umur 6 bulan 0,103 -0,542 1,711 -0,246
Bobot tajuk (kg/tanaman) -0,969 0,802 -0,942 0,230
Indeks panen (%) -0,453 -0,909 0,586 0,598
Panjang umbi besar -1,230 0,680 0,275 0,039
Panjang umbi sedang -1,147 0,470 0,167 0,169
Panjang umbi kecil -0,891 0,388 -0,063 0,179
Diameter umbi besar -0,897 -0,559 -0,336 0,870
Diameter umbi sedang -0,854 -0,560 -0,507 0,906
Diameter umbi kecil -0,727 -0,454 -0,652 0,827
Jumlah umbi total/tanaman -1,007 -0,230 -0,168 0,657
Bobot hasil umbi (kg/tanaman) -1,162 -0,251 -0,568 0,868
Hasil pati (g/tanaman) -1,154 -0,217 -0,575 0,846
Angka negatif berarti data di bawah rata-rata total Angka positif berarti data di atas rata-rata total
Tabel 4. Analisis keragaman nilai final cluster centers setiap variabel pada setiap kelompok klon harapan/varietas ubikayu. UDHP ubikayu pati tinggi. KP Muneng, MT 2012.
Kluster Galat
Skor variabel Kuadrat
tengah db
Kuadrat tengah db
F-hit Sig.
Tinggi tanaman umur 3 bulan 4,398 3 0,792 49 5,554 0,002
Tinggi tanaman umur 6 bulan 5,417 3 0,730 49 7,425 0,000
Skor serangan tungau merah umur 3 bulan 8,241 3 0,557 49 14,805 0,000 Skor serangan tungau merah umur 6 bulan 8,680 3 0,530 49 16,385 0,000
Bobot tajuk (kg/tanaman) 8,583 3 0,536 49 16,022 0,000
Indeks panen (%) 7,966 3 0,574 49 13,889 0,000
Panjang umbi besar 7,390 3 0,609 49 12,139 0,000
Panjang umbi sedang 5,690 3 0,713 49 7,982 0,000
Panjang umbi kecil 3,593 3 0,841 49 4,270 0,009
Diameter umbi besar 9,954 3 0,452 49 22,030 0,000
Diameter umbi sedang 10,514 3 0,418 49 25,183 0,000
Diameter umbi kecil 8,727 3 0,527 49 16,562 0,000
Jumlah umbi total/tanaman 6,861 3 0,641 49 10,701 0,000
Bobot hasil umbi (kg/tanaman) 11,075 3 0,383 49 28,902 0,000
Hasil pengelompokan menunjukkan ada 22 klon (termasuk Adira-4) yang terkumpul pada kluster 4. Ciri kluster tersebut memiliki variabel pertumbuhan, komponen hasil, hasil umbi dan hasil pati di atas rata-rata dengan serangan tungau merah di bawah rata-rata. Berarti klon-klon/varietas yang menjadi anggota kelompok 4 memiliki ciri variabel pertumbuhan, komponen hasil, hasil umbi dan hasil pati diatas rata-rata dan menunjukkan skor serangan tungau merah pada umur tiga dan enam bulan di bawah rata-rata. Klon lainnya yang memiliki hasil umbi atau pati di atas rata-rata, namun apabila indeks panennya di bawah rata-rata berpeluang menjadi anggota kluster lainnya. Ketiga varietas pembanding tidak mengelompok menjadi satu kluster, varietas Adira-1 menjadi anggota kluster 2, sedangkan UJ-5 menjadi anggota kluster 3 (Tabel 5).
Tabel 5. Daftar klon anggota dari setiap kluster atas dasar kesamaan sifat diameter umbi, kom-ponen hasil, hasil umbi dan pati; panjang umbi; skor tungau dan bobot tajuk; dan tinggi tanaman. UDHP ubikayu pati tinggi, KP Muneng MT 2012.
Kluster Jumlah anggota Perlakuan (varietas) anggota kluster
1 10 5, 8, 14, 20,29, 38, 39,40, 45, 48
2 14 4, 6, 9, 15, 16, 19, 25, 30, 31, 32, 33, 34, 50, 52(Adira-1)
3 7 1, 3, 12, 21, 36, 43, 53(UJ-5)
4 22 2, 7, 10, 11, 13, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 35, 37, 41,
42, 44, 46, 47, 49, 51(Adira-4)
Keragaan Klon-klon Terpilih
Terpilih 25 klon, yaitu seluruh klon anggota kluster 4 ditambah 4 klon anggota kluster 2 untuk uji daya hasil lanjutan. Klon yang termasuk anggota kluster 2 adalah klon nomor 30, 31, 4 dan 32. Hasil pati atau hasil umbi keempat klon tersebut tergolong tinggi, namun empat klon memiliki indeks panen atau jumlah umbi relatif lebih rendah dibanding klon-klon anggota kluster 1. Bobot tajuk yang berat atau hasil umbi yang rendah menyebabkan rendahnya indeks panen. Oleh karena itu keempat klon tidak menjadi anggota kluster 4, meskipun hasil umbi atau hasil patinya tergolong tinggi. Keragaan variabel pertumbuhan, hasil dan komponen hasil umbi serta hasil pati klon-klon terpilih yang diranking dari bobot hasil tertinggi beserta tiga varietas pembanding disajikan pada Lampiran 1.
Hasil umbi klon terpilih berkisar antara 3,3–6,3 kg/tanaman, sedangkan hasil umbi Adira-4 adalah 4,2 kg/tanaman. Variasi kadar pati dari seluruh klon uji tidak berbeda nyata, berkisar antara 17,9–20,5%. Lima klon dengan hasil pati tertinggi, yaitu klon pada plot no 11, 35, 2, 47 dan 41, berturut-turut menghasilkan pati 1.122 g, 1.072 g, 1.004 g, 1.077 g dan 1.016 g/tanaman. Hasil pati kelima klon tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Adira-1 (523 g/tanaman), namun setara dengan Adira-4 (779 g/tanaman) dan UJ-5 (611 g/tanaman).
KESIMPULAN
1. Perlakuan (klon/varietas ubikayu) berpengaruh nyata terhadap seluruh variabel yang diamati, kecuali diameter umbi berukuran kecil dan kadar pati.
2. Hasil analisis komponen utama berhasil mereduksi variabel kadar pati serta meng-hasilkan 4 faktor. Keempat komponen utama yang terbentuk mampu menerangkan
3. Terdapat 22 klon (termasuk Adira-4) yang terkumpul pada kluster 4. Ciri kluster ter-sebut memiliki variabel pertumbuhan, komponen hasil, hasil umbi dan hasil pati di atas rata-rata dengan serangan tungau merah di bawah rata-rata.
4. Terpilih 25 klon untuk dilanjutkan pada uji daya hasil lanjutan. Hasil umbi klon terpilih berkisar antara 3,3–6,3 kg/tanaman, sedangkan hasil umbi dari tiga varietas pembanding
rata-rata 3,3 kg/tanaman. Variasi kadar pati dari seluruh klon uji tidak berbeda nyata, berkisar antara 17,9–20,5%. Lima klon dengan hasil umbi dan hasil pati tertinggi (termasuk kluster tinggi) adalah klon pada plot no 11, 35, 2, 47 dan 41. Hasil pati klon-klon tersebut berturut-turut adalah 1.122 g, 1.072 g, 1.004 g, 1.077 g dan 1.016 g/tanaman. Hasil pati kelima klon lebih tinggi dibanding Adira-1 (523 g/tanaman), namun setara dengan Adira-4 (779 g/tanaman) dan UJ5 (611 g/tanaman).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk.Sugianto A. (teknisi KP Muneng) yang telah membantu pelaksanaan percobaan di lapang dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung berperan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala berlimpah.
DAFTAR PUSTAKA
Baafi, E. and O. Safo-Kantanka 2007. Effect of Genotype, age and location on cassava starch yield and quality. Journal of Agronomy 6(4): 581–585.
[Balitkabi], 2011, Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. 179p.
Benesi, I. R. M., M. T. Labuschagne, L. Herselman, N. M. Mahungu and J. K. Saka 2008. The effect of genotype, location and season on cassava starch extraction. Euphytica. Volume 160(1):59–74.
Boadi, N.O., S.K. Twumasi, and J.H. Ephraim.2009. Impact of Cyanide Utilization in Mining on the Environment. Int. J. Environ. Res., 3(1):101–108. http://www.sid.ir/en/VEWSSID/ J_pdf/108220090111.pdf Akses 16 April 2011.
Borojevic, S. 1990. Principles and Methods of Plant Breeding. Elsevier Sci. Pub. Co. Inc. New York, 368p.
Defloor, I.; I. Dehing; J.A. Delcour. 1998. Physico-chemical properties of cassava starch. Starch/Stärke.50:58–64.
Franck, H., M. Christian, A. Noël, P. Brigitte, H.D. Joseph, D. Cornet, and N.C. Mathurin. 2011. Effects of cultivar and harvesting conditions (age, season) on the texture and taste of boiled cassava roots. Food Chemistry 126 (1):127–133. http://www.sciencedirect.com/ science? Akses 16 April 2011.
Ginting, E, K. Hartojo, N. Saleh, Y. Widodo dan Suprapto. 2006. Identifikasi kesesuaian klon-klon ubikayu untuk bahan baku pembuatan bioetanol. Balitkabi, Malang.
Kawano K, Fukuda WMG, and Cenpukdee U, 1987. Genetic and environmental effects on dry matter content of cassava root. Crop Sci. 27:69–87.
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. In Starch in Food; Eliasson, A.C. (Ed.). CRC Press: Boca Raton.FL. pp 321–359.
National Research Development Corporation, 2003. Cassava Starch. http://www.nrdc-india.com/pages/cassstar.htm. [Akses 4 Juli 2006]
Rickard, J.E.; M. Asaoke; J.M.V. Blanshard. 1991. The physic-chemical properties of cassava starch. Trop. Sci. 31:189–207.
Subandi, Y. Widodo, N. Saleh, dan L.J. Santoso. 2006. Inovasi Teknologi Produksi Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Makalah Seminar. 21p. Lokakarya Pengembangan Ubikayu dan Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian di Balitkabi, Malang, 7–8 September 2007.