• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG

PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN

KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA

Nama Penulis: Valendo Batara Dosen Pembimbing: Afiati Indri Wardani

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Abstrak

Penelitian ini menganalisis tentang penerapan gaya kepemimpinan situasional oleh Kepala Bidang pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara. Sumber daya manusia adalah bagian dari asset dalam organisasi. Kesuksesan organisasi dipengaruhi oleh kinerja pegawai. Pada situasi ini, untuk mengefektifkan organisasi, pemimpin mampu membaca situasi dari bawahannya melalui pemilihan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan bawahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan gaya kepemimpinan situasional seluruh Kepada Bidang di setiap unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, Jakarta. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebaiknya pimpinan memperhatikan situasi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tingkat kematangan pegawai. .

Kata Kunci : Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Situasi Abstract

The focus of this study was meant to describe head of unit's leadership style in National Civil Service Agency Regional Office V Jakarta. Human Resources are the main assets of an organization. The succesful of the organization depend on their performance. In this situation, to make an effective organization, a leader has to read follower's situation by chosen a best leadership style to fit with the level of follower maturity. This research aim to give a description of Head Unit's leadership style in National Civil Service Agency Regional Office V Jakarta. The result of this research is showing that a leader should be able to apply the appropriate leadership style to the situation and the characters are owned by employees.

Key Words: Organization, Leadership Syle, Situation Pendahuluan

Teori ilmu administrasi negara mengajarkan bahwa pemerintahan negara pada hakikatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi utama, yaitu fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state). Baik fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur pemerintahan yang secara fungsional bertanggung jawab atas bidang-bidang tertentu kedua fungsi tersebut (Siagian, 2001:128-129).

(2)

Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya manusia atau aparatur pemerintahan menjadi salah satu unsur yang sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan pemerintah dan pembangunan negara. Di Indonesia peran tersebut dimainkan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang dalam pemerintahan sering sekali disebut sebagai “mesin birokrasi”. Sorotan utama terhadap terciptanya good governance dan mengenai perlunya clean

goverment serta nilai efisiensi dan efektivitas menjadikan peran PNS menjadi perhatian yang

cukup serius. Artinya, pembenahan PNS harus menjadi pusat perhatian karena memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pelayanan kepada masyarakat. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur paling utama sumber daya manusia (SDM) dalam instansi pemerintah, baik yang berada di pusat maupun di daerah yang memiliki peran untuk menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pembangunan dalam suatu negara.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut aparatur negara atau Pegawai Negeri Sipil untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mencapai tujuan organisasi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah instansi pemerintah. Keberadaaan Pegawai Negeri Sipil sangat dibutuhkan dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat secara profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan. Pemerintah menyadari betapa penting dan strategis peran serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

Badan Kepegawaian Negara merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden, membantu Presiden dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian negara dalam rangka terciptanya SDM aparatur negara yang profesional serta berkualitas dan bermoral tinggi, guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. BKN mempunyai visi PNS profesional, netral dan sejahterah. Istilah 'profesional' dimaksudkan untuk menunjukkan kriteria pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan suatu jabatan, bekerja dengan produktivitas yang tinggi dan berorientasi pada prestasi kerja. Badan Kepegawaian Negara merupakan salah satu organisasi pemerintah yang mempunyai tugas untuk melayani publik yakni menyelenggarakan pembinaan teknis dan administrasi sumber daya manusia aparatur pemerintah yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan perlu dilakukan agar PNS sebagai salah satu stakeholder (pemangku kepentingan) tetap mendapat kepuasan dalam memperoleh pelayanan dari BKN. Sebagai badan yang bertanggung jawab menyelenggarakan tertib administrasi dan manajemen pegawai negeri

(3)

sipil yang tersebar di seluruh wilayah nusantara yang terdiri dari banyak pulau, maka untuk lebih meningkatkan kualitas pegawainya, badan ini berupaya membentuk beberapa Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara.

Badan Kepegawaian Negara terdiri dari 12 Kantor Regional yaitu Kantor Regional Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Papua, Denpasar, Manado, dan Pekan Baru. Pada karya ilmiah ini mengambil tempat penelitian pada Kantor Regional V BKN Jakarta dikarenakan dari 12 Kantor Regional BKN di Indonesia, Kantor Regional V BKN Jakarta memiliki prestasi kinerja yang paling baik dibandingkan pada Kantor Regional BKN lainnya dalam hal adanya monitoring realisasi nota pertimbangan kenaikan pangkat yang dilaksanakan setahun sekali, melakukan pemantauan seleksi CPNS Daerah untuk formasi umum dan melaksanakan orientasi pengembangan kapasitas PNS pada Kantor Regional V BKN Jakarta yang dilaksanakan selama 14 minggu dalam setahun dengan intensitas seminggu sekali selama 2 jam bagi setiap Bidang dan Bagian pada Kantor Regional V BKN Jakarta. Ketiga hal keunggulan tersebut tidak tercantum dalam tugas pokok dan fungsi PNS Kantor Regional V BKN Jakarta.

Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara merupakan instansi BKN di Daerah (Unit Organisasi Vertikal) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala BKN. Unit kerja pada Kantor Regional V BKN Jakarta adalah Bagian Umum, Bidang Mutasi, Bidang Status Kepegawaian dan Pensiun, Bidang INKA (Informasi Kepegawaian), Bidang BIMTEK (Bimbingan Teknis Kepegawaian) dan DPK pada instansi lain. Pada Kantor Regional V BKN Jakarta terdiri dari PNS jabatan struktural (eselon II, III dan IV) dan PNS jabatan fungsionalis analis kepegawaian, pranata komputer dan umum.

Upaya merealisasikan kinerja yang efektif dari bawahan, sudah menjadi tugas para pemimpin untuk bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam mempengaruhi, mengarahkan, serta berkomunikasi sehingga memperoleh suatu pemahaman mengenai perilaku dan hal-hal yang dapat memenuhi kepuasan dan memotivasi pegawai. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau perusahaan sekecil apapun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai. Secara umum karakter pemimpin di Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara dapat dilihat dari hasil riset budaya organisasi Kantor Regional V BKN tahun 2012. Karakter pimpinan merupakan salah satu hal utama yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi sehingga kompetensi manajerial merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian. Kompetensi manajerial diukur dengan Management Skill Assesment

(4)

Instrument (MSAI). Data kuesioner MSAI didapat dari 26 responden yang menduduki jabatan

Eselon IV s/d Eselon II dan dari 90 responden responden dari seluruh PNS Fungsional unit kerja di Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara Jakarta.

Cara untuk mengetahui pelaksanaan dari gaya kepemimpinan yang tepat pada tingkat kematangan pegawai yang sesuai, penulis mengacu pada teori gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Kepemimpinan situasional merupakan teori kontigensi yang memusatkan perhatian pada para pengikutnya. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, yang menurut Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Teori ini pada hakikatnya memandang hubungan pemimpin-pengikut dengan analogi hubungan orang tua dan anak. Persis seperti orangtua perlu melepaskan kendali ketika anak mereka tumbuh lebih matang dan bertanggung jawab, begitu juga pemimpin dengan pegawainya. Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku pemimpin, mulai dari yang sangat direktif sampai yang sangat memberi kebebasan dan kepercayaan penuh kepada pegawainya. Perilaku yang paling efektif tergantung pada kemampuan pengikut. Teori tersebut mengakui pentingnya pengikut dan membangun logika bahwa pemimpin dapat mengolah kemampuan dan batas-batas motivasi pegawainya.

Alasan penulis mengacu pada teori gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard adalah karena teori gaya kepemimpinan situasional ini mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Model kepemimpinan Hersey dan Blanchard ini sangat dinamis. Ini bukan hanya membantu atasan dan bawahan untuk menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai, tetapi juga memberikan masukan kepada kedua belah pihak bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk mengubah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat bergerak maju atau mundur, bergantung pada kematangan pegawai. Selain itu model kepemimpinan ini merupakan pendekatan yang efektif untuk mengendalikan dan memotivasi pegawai, karena pendekatan ini membuka jalur komunikasi dan mendukung terjadinya kerjasama antar pemimpin dan bawahan didukung oleh dan bergantung pada pemimpin.

Untuk mencapai sejumlah output dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, maka sangat dibutuhkan kepemimpinan yang adaptif, mampu memotivasi bawahan dan responsif terhadap lingkungan. Hal ini ditentukan oleh kemampuan dan keahlihan para pemimpin yaitu mulai dari Kepala Kantor sampai seluruh Kepala Bidang dan Kepala Sub Bidang dari semua unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara.

(5)

Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengambil satu pokok permasalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana penerapan gaya kepemimpinan situasional Kepala Bidang menurut Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, Jakarta.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

Untuk menganalisis penerapan pelayanan prima pada pelayanan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor.

Tinjauan Teoritis Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada satu pendekatan untuk semua situasi (Rivai & Mulyadi, 2009 : 45). Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu diri pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang pemimpin mampu membedakan gaya-gaya kepemimpinan, membedakan situasi, menentukan gaya yang sesuai terhadap bawahan serta mampu menggunakan gaya tersebut secara benar. Penerapan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi akan sangat mempengaruhi maju mundurnya, dinamis statisnya, tumbuh kembangnya, mati hidupnya, senang tidaknya seorang bekerja, dan tercapai tidaknya tujuan organisasi (Sutarto, 1991).

Gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja dan produktivitas kerja pegawai yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Rivai dan Mulyadi (2009 : 42) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi.

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh pemimpin dalam usaha mempengaruhi anggota kelompok untuk mencapai tujuan (Stoner dan Wankel, 1990 : 47). Gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya memusatkan perhatian pada dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya berorientasi pada tugas dan gaya berorientasi pada bawahan. Pemimpin yang berorientasi pada tugas, yaitu pemimpin yang berorientasi mengarahkan dan mengawasi bawahan secara

(6)

ketat untuk menjamin agar tugas dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, pemimpin yang berorientasi pada bawahan, yaitu pemimpin yang berorientasi terhadap motivasi, pembinaan hubungan yang akrab dengan bawahan, serta komunikasi dan penghargaan kepada pegawai.

Sementara itu, menurut Contingency Theory Leadership menyatakan bahwa ada kaitannya antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan (Rivai & Mulyadi, 2009:44). Menurut teori ini seorang pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini akan melahirkan empat gaya kepemimpinan, yaitu :

Gaya kepemimpinan mengarahkan (Direktif)

Gaya kepemimpinan menjual (Selling)

Gaya kepemimpinan ikut serta (Participating)

Gaya kepemimpinan mendelegasikan (Delegating)

Tabel 2.4 Perangkat Perilaku Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan Orientasi Perilaku

Tugas Hubungan

Mengarahkan Tinggi Rendah

Menjual Tinggi Tinggi

Ikut serta Rendah Tinggi

Mendelegasikan Rendah Rendah

Sumber : “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi” edisi ketiga oleh Rivai dan Mulyadi (2009)

Mengenai hubungan perilaku tugas dan perilaku hubungan yang telah diuraikan diatas, maka atas dasar kombinasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan oleh Hersey dan Blanchard (1982 : 151) dibedakan menjadi adanya empat gaya kepemimpinan, yaitu :

1. “Telling” atau mengarahkan merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi tugas dan rendah hubungan, pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada

(7)

perilaku pemimpin yang hanya sebagai pengarah (direktif). Gaya ini dirujuk sebagai gaya instruksi, yang dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan di mana pekerjaan itu harus dilaksanakan. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. (Thoha, 2006 : 67).

2. “Selling” atau menjual merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menerangkan keputusan, pemimpin memberi kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak melakukan pengarahan, pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada perilaku pemimpin selain sebagai pengarah juga sebagai pendukung. Hersey dan Blanchard (1982) dalam Muriatingsih (2008 : 23 – 24) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan ini dinamakan “selling” karena sebagian besar arahannya masih diberikan oleh pemimpin. Namun, melalui komunikasi dua arah dan penjelasan, pemimpin tersebut mencoba untuk membuat pengikutnya secara psikologi mengikuti perilaku yang diinginkan. Gaya ini dirujuk sebagai gaya konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dengan bawahan dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan-keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran dari pengikut. Meskipun dukungan ditingkatkan, tetapi pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin (Thoha, 2006 : 67).

3. “Participating” atau partisipasi merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi hubungan dan rendah tugas, pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan, pemimpin dan bawahan bersama-sama membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pemimpin adalah teman atau sahabat (Partnership). Hersey dan Blanchard (1984) dalam Muriatingsih (2008 : 24) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan ini dibentuk oleh perilaku pemimpin yang memberikan motivasi, menyarankan diskusi, dan meminta partisipasi para pengikut. Disebut sebagai gaya partisipasi, karena posisi control atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipasi ini, pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan

(8)

keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut (Thoha, 2006 : 67).

4. “Delegating” merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; rendah hubungan dan

rendah tugas, pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada perilaku pemimpin yang memberikan keleluasaan penuh kepada bawahannya untuk bertindak. Hersey dan Blanchard (1984) dalam Muriatingsih (2008 : 24) mengatakan bahwa gaya keempat ini, perilaku pemimpin memberikan sedikit arahan, kurangnya intensitas komunikasi dua arah dan perlakuan yang mendukung. Dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri (Thoha, 2006 : 67 – 68).

Metode Penelitian Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, peneliti berangkat dari sejumlah teori dan konsep. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang ada. Dimensi sendiri diperoleh dari beberapa indikator dari sebuah konsep. Setelah sejumlah data yang diperlukan telah diperoleh dari hasil turun lapangan tersebut, kemudian hasilnya dicocokkan kembali dengan teori-teori, konsep, hipotesis, juga asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kuantitatif berupa kuesioner. Selain itu, teknik pengumpulan data kualitatif yaitu wawancara, juga digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Sebagian besar kuesioner disebarkan sendiri oleh peneliti melalui metode face to face

interview ataupun diberikan langsung kepada responden, sisanya yaitu sekitar 30% di

(9)

Teknik Analisis Data

Dalam mengukur variabel penelitian, responden diminta menyatakan persepsinya dengan memilih salah satu dari alternatif jawaban yang ada. Guna menghindarkan adanya bias jawaban, maka tidak dibuat alternatif jawaban netral (sedang), sedangkan untuk menampung jawaban responden diluar klasifikasi jawaban maka disediakan alternatif jawaban tidak tahu. Oleh karena itu, klasifikasi jawaban kuesioner dalam penelitian ini terbagi atas kriteria berikut:

Tabel 1 Bobot Jawaban Kuesioner

Jawaban Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Tidak Tahu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Skala likert yang digunakan adalah skala ordinal karena menggambarkan tingkat kesetujuan terhadap setiap indikator dalam pertanyaan penelitian. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS) 17.

Tabel 2 Kategori Interval Nilai Sum

Kategori Interval

Tinggi 54-108

Rendah 109-270

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Data diinterpretasikan dengan menghitung nilai mean per indikator variabel. Nilai

mean kemudian dikalikan dengan jumlah indikator (27 indikator) dan hasilnya dicocokkan

dengan kategori di atas. Hasil pencocokkan tersebut akan menggambarkan sejauh mana tingkat pelayanan indikator tersebut.

(10)

Hasil Penelitian Dimensi Telling

Dimensi telling merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian instruksi dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui dua indikator, yaitu "Pimpinan mampu memberikan arahan secara jelas kepada bawahannya", "Pimpinan memberitahu kepada bawahannya bagaimana dan kapan melakukan tugas".

Tabel 3 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Sederhana

No Indikator Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Valid

1 Pimpinan mampu memberikan arahan secara jelas kepada bawahannya

24 28 2 - -

2 Pimpinan memberitahu kepada bawahannya bagaimana dan kapan melakukan tugas

13 39 2 - -

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Dari hasil perhitungan 2 indikator dimensi telling diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4 Nilai Sum Pada Dimensi Telling

No Pernyataan Sum Keterangan

1 Pimpinan menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan. 184 Tinggi

2 Pimpinan memberitahukan kepada Anda tentang bagaimana cara

mengerjakan suatu pekerjaan dan kapan pekerjaan itu dilakukan. 173 Tinggi

Rata-Rata Dimensi 178,5 Tinggi

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata dari dimensi telling adalah 178,5.. Merujuk pada tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi telling menghasilkan tingkat penerapan gaya kepemimpinan dengan kategori tinggi.

(11)

Dimensi Selling

Dimensi selling merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pengembangan hubungan yang bersahabat antara pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui tiga indikator, yaitu "Pimpinan berupaya mengembangkan suasana yang bersahabat dalam bekerja", "Pimpinan mudah ditemui untuk berdiskusi mengenai pekerjaan", dan "Pimpinan memberi petunjuk dalam membantu menyelesaikan pekerjaan".

Tabel 5 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Terbuka

No Indikator Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Valid 1 Pimpinan berupaya

mengembangkan suasana yang bersahabat dalam bekerja

21 33 - - -

2 Pimpinan mudah ditemui untuk

berdiskusi mengenai pekerjaan 16 36 2 - -

3 Pimpinan memberi petunjuk dalam

membantu menyelesaikan masalah 18 36 - - -

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Hasil perhitungan rata-rata setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Nilai Sum Pada Dimensi Selling

No Pernyataan Sum Keterangan

1 Pimpinan berupaya mengembangkan suasana yang bersahabat

dalam bekerja. 184 Tinggi

2 Pimpinan mudah ditemui untuk berdiskusi mengenai

pekerjaan. 177 Tinggi

3 Pimpinan memberi petunjuk dalam membantu menyelesaikan

pekerjaan 180 Tinggi

Rata-Rata Dimensi 180,33 Tinggi

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Sama halnya dengan dimensi telling, tingkat penerapan gaya kepemimpinan pada dimensi selling sebesar 180,33 yang termasuk ke dalam kategori tinggi.

(12)

Dimensi Participating

Dimensi participating merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian peran dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui tiga indikator, yaitu "Pimpinan bekerja sama dengan pegawai merumuskan teknis dalam melakukan pekerjaan", "Pimpinan mendengarkan pendapat bawahan", dan "Pimpinan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan".

Tabel 7 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Lancar

No Indikator Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Valid

1 Pimpinan bekerja sama dengan pegawai merumuskan teknis dalam melakukan pekerjaan

11 38 4 - 1

2 Pimpinan mendengarkan pendapat

bawahan 9 41 1 - 3

3 Pimpinan melibatkan bawahan

dalam pengambilan keputusan 5 38 7 - 3

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Hasil perhitungan rata-rata setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Nilai Sum Pada Dimensi Participating

No Pernyataan Sum Keterangan

1 Pimpinan melibatkan Anda untuk bersama-sama merumuskan

cara atau teknis dalam melakukan pekerjaan. 169 Tinggi

2 Pimpinan melakukan komunikasi dua arah secara intensif. 165 Tinggi

3 Pimpinan mengajak anda untuk terlibat dalam pengambilan

keputusan 152 Tinggi

Rata-Rata Dimensi 162 Tinggi

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata dari dimensi participating adalah 162. Merujuk pada tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi participating menghasilkan tingkat penerapan gaya kepemimpinan dengan kategori tinggi.

(13)

Dimensi Delegating

Dimensi delegating merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian kepercayaan penuh dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui dua indikator, yaitu "Pimpinan melimpahkan pengambilan keputusan sepenuhnya terhadap pegawai",

Tabel 9 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Tepat

No Indikator Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tidak Valid 1 Pimpinan memberikan

kesempatan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaannya menurut caranya masing-masing

8 34 11 - 1

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Hasil perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 10 Nilai Sum Pada Dimensi Tepat

No Pernyataan Sum Keterangan

1 Pimpinan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan

pekerjaan menurut cara anda sendiri. 156 Tinggi

Sumber: Data Primer Peneliti, 2014

Berdasarkan tabel 10 tersebut, dari seluruh total responden yang berjumlah 54 orang, tentang pernyataan nomor 1 memiliki nilai sum di atas 109 sehingga karakteristik variabel gaya kepemimpinan pada dimensi delegating adalah tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pimpinan di lingkungan Kantor Regional V BKN Jakarta tetap memberi kesempatan dan kepercayaan kepada pegawai untuk kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan.

Hasil dan Analisis Tingkat Pelayanan

Setelah melakukan analisis terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh para pimpinan-pimpinan pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berjumlah 54 orang menilai gaya kepemimpinan Selling diterapkan oleh Kepala Bidang pada setiap unit kerja tersebut. Dengan hasil rata-rata dimensi sebesar 180,33 atau 66,79%. Skor ini berada pada kriteria tinggi yaitu antara 180-270. Sementara itu sebesar 178,5 atau 66,11% responden

(14)

menjawab gaya kepemimpinan Telling, sebanyak 162 atau 60% responden menilai gaya kepemimpinan participating, dan sebanyak 156 atau 57,78% menilai responden gaya kepemimpinan Delegating. Secara garis besar hasil perhitungan terhadap gaya kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.17 Hasil Analisa Gaya Kepemimpinan

No Gaya Kepemimpinan Rata-Rata

Dimensi Persentase Kategori

1 Telling 178,5 66,11 Tinggi

2 Selling 180,33 66,79 Tinggi

3 Participating 162 60 Tinggi

4 Delegating 156 57,78 Tinggi

Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, Juli 2014

Dari tabel 5.17 di atas dapat dijelaskan bahwa dari empat model gaya kepemimpinan situasional berdasarkan teori Hersey dan Blanchard, gaya kepemimpinan Selling menunjukkan skor dan persentase tertinggi; sedangkan gaya kepemimpinan Delegating menunjukkan skor dan persentase terendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan Selling memiliki intensitas penggunaan yang paling tinggi dari tiga model gaya kepemimpinan lainnya dan gaya kepemimpinan Delegating memiliki intensitas penggunaan paling rendah dari tiga model gaya kepemimpinan situasional lainnya oleh Kepala Bidang pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara.

Simpulan

Hasil analisis yang dilakukan kepada 54 Pegawai Negeri Sipil Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara menilai pimpinannya (Kepala Bidang seluruh unit kerja) cenderung menerapkan gaya kepemimpinan Selling. Gaya kepemimpinan Selling memiliki intensitas penggunaan yang paling tinggi dari tiga model gaya kepemimpinan lainnya. Kepala Bidang seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara Jakarta memberikan kelonggaran dalam menyelesaikan pekerjaan (arahan tugas hanya berupa penjelasan), melakukan komunikasi dua arah, memberikan kesempatan kepada pegawai untuk menyumbangkan ide atau gagasan, mendengarkan masukan dari bawahan dalam pengambilan, serta tanggung jawab pelaksanaan keputusan masih tetap pada pimpinan.

(15)

Saran

1. Menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kematangan psikologis pegawai. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai karena tingginya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap produktivitas kerja PNS di Kantor Regional V BKN Jakarta.

2. Melakukan peningkatan kualitas pegawai dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing. Dalam kaitan ini, untuk meningkatkan pemahaman terhadap alat bantu kerja dan pemahaman terhadap standar kerja (SOP) dapat dilakukan dengan Diklat khusus atau Diklat Teknis terkait dengan hal-hal tersebut.

3.

Daftar Pustaka

Buku:

Blanchard, Ken And The Founding Associates and Consulting Partners of the Ken Blanchard Companies. Leading At A Higher Level (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2007).

Hersey, Paul & Kenneth H Blanchard. Management of Organizational Behavior: Utilizing

Human Resources, Edisi ke-4, (NewJersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, 1982). Hersey, Paul & Kenneth H. Blanchard, and Dewey E.Johnson. Management of

Organizational Behavior: Utilizing Human Resources, Seventh Edition, (New

Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1996)

Hersey, Paul & Kenneth H. Blanchard, Management Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, diterjemahkan oleh Agus Dharma, (Jakarta:

Erlangga, 1990)

Rivai, Veithzal dan Mulyadi Dedi. (2010) Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo.

Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1993).

Publikasi Elektronik:

"Gaya Kepemimpinan Situasional",

http://edymartin.wordpress.com/2007/10/19/gaya-kepemimpinan: situasional/Frater, diakses pada tanggal 2 Juli 2014.

Gambar

Tabel 1 Bobot Jawaban Kuesioner
Tabel 3 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Sederhana
Tabel 5 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Terbuka
Tabel 7 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Lancar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi

Learning Comunity : 1 Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman 2 Ada kerjasama untuk memecahkan masalah 3 Pada umumnya hasil kerja kelompok

Purwiyatno Hariyadi - phariyadi.staff.ipb.ac.id FOOD VALUE = x ETC Flavor Functionality Ethic Texture Taste Performance QTY/Calorie Nutrition Appearance Eco-Friendliness Q

Pengujian BET dilakukan untuk mengetahui luas permukaan aktif dari WO 3 dalam bentuk serbuk menggunakan alat Quantachrome autosorb iQ, prosesnya dengan memberikan pemanasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara hormon testosteron darah dengan kadar kalsium ranggah muda rusa Timor sebesar 0,825 dan hubungan negatif

The fact that this industry represents our best protection when we are entering in this new hyperdigital world with all its cybersecurity perils should instill a sense

Dengan menggunakan metode bermain peran (role play) dengan tema “Daily Conversation at School” disertai dengan terjemahannya dan juga materi percakapan mengenai Tata Boga

Dengan polymer polycarboxylate yang menghasilkan electrosteric stabilization yang cukup kuat untuk tetap menahan dan menjaga jarak antar partikel semen maka akibatnya tidak hanya