• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM) Sulardi. Santi Widayani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM) Sulardi. Santi Widayani"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)

Sulardi Santi Widayani

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424 Lardiardi@yahoo.com

ABSTRACT

In Large part, Indonesia is a moderate to high intensity earthquake prone area. The condition has a major effect on the planning of earthquake-resistant building structures that must be observed in order not to cause major impacts. The aim of the research is to obtain a high-rise earthquake-resistant structure based on the terms and conditions in the procedures of earthquake resistance planning for the building structure of SNI 1726-2012. Then Planned Structure of reinforced concrete building earthquake resistant with a Special Moment Frame System (SMFS). The result of the calculation generates max θ earthquake stability = 0.0909 ≤ 0.25. Components of reinforced concrete structures are planned based on SNI 2847-2013 regulations. Where the calculation result for the upper structure is the slab consists of the floor slab (h = 140 mm). The recap of the floor slab recapitulation resulted in the focus reinforcement and field X and Y D13 – 225 and D13 – 250. The beam with a dimension of 400 × 700 resulted in a focus reinforcement of 6D19, lower focus 3D19, upper field 3D19, and lower field 5D19, while to leave the field D13 – 225 and the focus of D13 – 100. The column K1 with a dimension of 1100 × 600 resulted in a diameter reinforcement and a 16D25 pitch with a dash for a focus of 6D13 – 150 and to leave the field 6D13 – 200. For the lower structure use the Bored Pile Foundation with the calculation of the reinforcement requirement for the Pile cap for The Long Direction of 15d25 or D25 – 200 and for a Short Direction of 12d25 or D25 – 200. Then the budget plan required for planning the structure is Rp55.671.872.073.

(2)

ABSTRAK

Sebagaian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan gempa dengan intensitas sedang hingga tinggi. Kondisi tersebut berpengaruh besar dalam perencanaan struktur gedung tahan gempa yang harus diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak besar. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan struktur gedung bertingkat yang tahan gempa berdasarkan syarat dan ketentuan dalam tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung SNI 1726-2012. Maka direncanakan struktur bangunan beton bertulang tahan gempa dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hasil perhitungan tersebut menghasilkan kestabilan gempa θmaks = 0,0909 ≤ 0,25. Komponen struktur beton bertulang

direncanakan berdasarkan peraturan SNI 2847-2013. Dimana hasil perhitungan untuk struktur atas adalah Pelat terdiri dari Pelat Lantai (h = 140 mm). Rekapitulasi penulangan pelat lantai menghasilkan tulangan tumpuan dan lapangan arah x dan y D13–225 serta D13–250. Balok dengan dimensi 400×700 menghasilkan tulangan tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah 3D19, lapangan atas 3D19, dan lapangan bawah 5D19, sedangkan untuk sengkang lapangan D13– 225 dan sengkang tumpuan D13–100. Kolom K1 dengan dimensi 1100×600 menghasilkan tulangan tumpuan dan lapangan 16D25 dengan sengkang untuk tumpuan 6D13–150 dan untuk sengkang lapangan 6D13–200. Untuk struktur bawah menggunakan Fondasi Bored Pile dengan hasil perhitungan kebutuhan tulangan untuk pile cap untuk tulangan arah panjang 15D25 atau D25–200 dan untuk tulangan arah pendek 12D25 atau D25–200. Kemudian Rencana Anggaran Biaya yang diperlukan untuk perencanaan struktur tersebut adalah Rp55.671.872.073.

Kata Kunci: Gempa, Perencanaan Gedung, Beton Bertulang, Sistem Ganda.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan struktur bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, awet, mampu menahan beban layan, dan memenuhi tujuan lainnya seperti ekonomis dan kemudahan pelaksanaan. Untuk mecapai tujuan perencanaan tersebut, perencanaan struktur harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa Standar Nasional Indonesia (SNI), dan setiap perancangan struktur gedung bangunan minimal harus mengikuti SNI atau peraturan-peraturan lain yang bisa dibuktikan secara teoritis. Dalam perencanaan bangunan gedung ini digunakan beton bertulang,

karena beton merupakan material yang kuat dalam kondisi tekan tapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tarik beton bervariasi dari 8% ̶ 14% kuat tekannya. Dengan sifat tersebut, beton dimanfaatkan sebagai material pembentuk struktur yang baik seperti beton bertulang, dimana dalam struktur tersebut beton dan tulangan baja yang kuat terhadap tarik bekerja sama menahan gaya-gaya yang ada. Agar bangunan struktur beton bertulang dapat berfungsi dengan baik, perancang struktur wajib mendesain elemen-elemen dengan tepat. Elemen yang sering digunakan dalam struktur beton bertulang yaitu, pelat lantai, balok, kolom, dinding dan fondasi.

(3)

Sehubungan dengan hal diatas, penulis ingin melakukan perencanaan gedung bertingkat tahan gempa 32 lantai pada wilayah gempa berat dengan menggunakan sistem rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK), sesuai dengan SNI 03-2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. Kedua SNI ini merupakan dasar utama dalam perencanaan struktur dengan sistem struktur penahan gaya seismik. Dengan pedoman Standar Nasional Indonesia ini, diharapkan struktur mampu bertahan dari beban gravitasi dan beban gempa tanpa mengalami kegagalan struktur. Apabila terjadi kegagalan struktur balok sehingga dapat memberikan tanda dan waktu bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri sebelum kegagalan kolom terjadi.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan struktur bangunan gedung apartemen 32 lantai sesuai dengan SNI 2847:2013. 2. Menghasilkan dimensi yang

digunakan untuk elemen struktur atas seperti pelat, baok, kolom dan dinding geser (shear wall). 3. Mendapatkan jumlah tulangan

struktur kolom, stuktur balok, struktur pelat lantai, struktur dinding geser dan tulangan struktur fondasi.

4. Mendapatkan harga Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari bangunan gedung apartemen 32 lantai yang direncanakan.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, antara lain sebagai berikut :

1. Struktur bangunan yang ditinjau adalah Gedung Apartemen Trans Park Cibubur.

2. Perencanaan meliputi struktur bawah yaitu fondasi bored pile dan struktur atas yaitu balok, kolo, pelat lantai dan dinding geser. 3. Struktur dirancang dengan

menggunakan beton bertulang. 4. Perencanaan gempa dengan

menggunakan Tata Cara Perhitungan Perencanaan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung (SNI 1726:2012).

5. Analisis struktur beton bertulang menggunakan Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013).

6. Perhitungan beban berdasarkan Persyaratan Beban Minimum untuk Persyaratan Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya (SNI 1727:2013). 7. Wilayah zona gempa 4

8. Analisis struktur dengan menggunakan software ETABS. 9. Menghitung volume pekerjaan dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB) struktur untuk Gedung Apartemen 32 lantai.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

Sistem rangka struktur yang pada dasarnya memiliki rangka pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.

(4)

Komponen struktur yang memikul lateral dan gaya aksial (kolom) yang diakibatkan oleh beban gempa bumi, serta beban aksial terfaktor yang bekerja melebihi Agf’c/10, harus memenuhi persyaratan ukuran penampang sebagai berikut :

1. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm.

2. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4 mm.

2.2 Sistem Ganda (Dual System) Sistem ganda pada dasarnya terdiri dari :

1. Rangka ruang memikul seluruh beban gravitasi.

2. Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral, sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.

3. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul momen dengan dinding geser.

4. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan. 2.3 Analisis Gempa

Beban gempa adalah beban yang timbul akibat perencanaan getaran tanah pada saat gempa terjadi.

Analisa yang digunakan pada perencanaan ini adalah metode analisis respons spectrum. Renspons spectrum adalah suatu spectrum yang disajikan dalam bentuk grafik/ plot antara periode getar struktur T, lawan respns-respons maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Respons-respons maksimum dapat berupa simpangan maksimum (Spectral Displacement, SD), kecepatan maksimum (Spectral Velocity, SV) atau percepatan maksimum (Spectral Acceleration, SA) massa struktur singe degree of freedom (SDOF), (Widodo, 2001). Pembebanan gempa respons spectra berguna untuk melihat perilaku dinamik dari pola geser bangunan tinggi.

3. METODE PENELITIAN

Perencanaan struktur memiliki beberapa metode dan tahapan yang harus dilakukan agar mendapat hasil yang optimal dan sesuai. Berikut merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam perencanaan struktur :

1. Persiapan literature

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi atau referensi yang berkaitan dan mengacu pada tugas akhir. Literature yang akan digunakan sebagai acuan seperti SNI 1726:2012, SNI 1727:2013, SNI 2847:2013 dan PPIUG 1983. 2. Data perencanaan

Dalam melakukan proses pembangunan gedung, perlu adanya gambaran yang berkaitan dengan struktur dan kontruksi bangunan yang sedang direncanakan.

(5)

3. Preliminary design

Preliminary design merupakan desain awal dalam menentukan dimensi penampang struktur yang nantinya akan digunakan dalam pemodelan struktur menggunakan software ETABS. 4. Pemodelan struktur

Memodelkan struktur gedung menggunakan software ETABS dengan memasukan data yang sudah diperoleh seperti preliminary design, mutu material dan pembebanan. 5. Pengecekan perilaku struktur

Pengecekan perilaku struktur dari hasil proses pemodelan untuk penentuan struktur apakah sudah sesuai dengan syarat SNI 1726:2012.

6. Desain penulangan

Mendesain penulangan pelat, balok, kolom dan shear wall (dinding geser) sesuai dengan syarat SNI 2847:2013 dengan hasil gaya dalam yang diperoleh dari ETABS.

7. Desain fondasi tiang

Menentukan jumlah kebutuhan pondasi tiang yang diperlukan dan tebal dimensi pile cap dalam setiap kolom dan shear wall.

8. Rencana anggaran biaya

Menentukan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek dengan harga yang berbeda, sesuai volume pekerjaan.

Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian

(6)

4. DATA PERANCANGAN 4.1 Data Umum

Adapun penjabaran dari data umum desain struktur perancangan gedung tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tipe Bangunan : Apartemen b. Tinggi Bangunan : ±105,5 m c. Jumlah Lantai : 32 Lantai d. Material : Beton Bertulang

e. Sistem Gedung : Sistem Ganda (Dual System)

4.2 Spesifikasi Material Beton Adapun detail spesifikasi beton yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. K-500 (shear wall dan fondasi) Mutu Beton : 41,50 Mpa b. K-400 (kolom, balok dan pelat)

Mutu Beton : 34,86 Mpa c. Possion’s Ratip (vc) : 0,2 d. Berat Jenis (λc) : 2400 kg/m

4.3 Spesifikasi Baja Tulangan

Adapun detail spesifikasi baja tulangan yang digunakan sesuai dengan SNI 2847:2013 adalah sebagai berikut :

a. Fy : 400 Mpa b. Fu : 570 Mpa c. Fye : 440 Mpa d. Fue : 627 Mpa 4.4 Gambar Gedung

Berikut merupakan gambar hasil pemodelan struktur gedung dengan menggunakan program ETABS 2013 serta tamapk sampingnya :

Gambar 2. Denah Struktur Gedung Lt. 1-31 digambar dengan AutoCAD

Gambar 3. Denah Struktur Gedung Lt. Atap digambar dengan AutoCAD

4.5 Data Tanah

Data tanah ini didapat sesuai kondisi eksisting di kawasan Cibubur, Depok, Jawa Barat. Berdasarkan data tanah bore log BH-3A didapat hasil perhitungan nilai N-SPT sesuai dengan klasifikasi situs tanah pada SNI 1726:2012 yaitu termasuk tanah lunak (SE).

4.6 Data Gempa

Wilayah Cibubur, Depok, Jawa Barat masuk kedalam wilayah gempa 4.

(7)

Zona gempa berfungsi memberikan gambaran wilayah-wilayah yang berada pada kawasan rawan gempa. Peta zonasi gempa didapatkan melalui website yang sesuai dengan peraturan SNI 1726:2012. Gedung Apartemen masuk kedalam kategori resiko gempa II menurut SNI 1726:2012. Data gempa rencana didapat dari situs http://puskim.pu.go.id desain spectra Indonesia. Didapat data untuk daerah Cibubur, sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai Perencanaan Spektal Cibubur Variable Nilai PGA (g) 0,382 SS (g) 0,752 S1 (g) 0,317 CRS 1,01 CR1 0,938 FPGA 0,953 FA 1.197 FV 2.731 PSA (g) 0,364 SMS (g) 0,901 SM1 (g) 0,866 SDS (g) 0,6 SD1 (g) 0,578 T0 (detik) 0,192 TS (detik) 0,962

5. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembebanan yang diberikan pada gedung rencana diantaranya yaitu pembebanan gravitasi (meliputi beban mati, beban mati tambahan sesuai PPIUG 1983 dan beban hidup sesuai SNI 1727:2013), dan pembebanan gempa sesuai SNI 1726:2012.

Gambar 4. Pemodelan 3D Gedung 5.1 Kategori Risiko Bangunan

Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 4.1.2, gedung apartemen termasuk kedalam kategori risiko II dengan nilai factor keutamaan gempa, Ie sebesar 1,0.

5.2 Kategori Desain Seismik Nilai SDS = 0,6 dan SD1 = 0,578

dengan kategori risiko II maka kategori desain seismik yang digunakan pada penelitian ini adalah KDS D.

5.3 Sistem Struktur dan Parameter Berdasarkan sistem struktur yang digunakan yaitu sistem rangka pemikul momen khusus, didapat rincian parameternya sebagai berikut :

a. (R) = 7 b. (Ω0) = 2,5

c. (Cd) = 5,5

5.4 Penentuan Perioda Desain

Mengacu pada SNI 1726:2012, nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah perioda (perioda fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda (perioda maksimum).

(8)

Tipe struktur yang digunakan adalah semua sistem struktur lainnya. Berikut merupakan perhitungan batas bawah perioda :

Ta = Ct × Hnx

Ta = 0,0488 × 105,20,75

= 1,603 detik (batas bawah) Berikut merupakan perhitungan batas atas perioda :

T = Cu × Ta

T = 1,4 × 1,603

= 2,244 detik (batas atas)

Berdasarkan program ETABS, didapat nilai perioda berdasarkan mode untuk masing-masing arah, yaitu :

Tx = 4,379 detik Ty = 4,175 detik

Maka perioda desain yang akan digunakan sesuai dengan persyaratan penggunaan perioda desain adalah sebagai berikut :

Tx = 4,379 < 2,244 maka Tx = 2,244 Ty = 4,175 < 2,244 maka Ty = 2,244

5.5 Analisis Mode Ragam Menurut SNI 1726:2012 Pasal 7.9.1 analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatjkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal dari respons yang ditinjau : Tabel 2. Modal Load Participation Rasio

Dapat dilihat bahwa analisis statik partisipasi massa sudah mencapai 100% di kedua arah orthogonal dan analisis dinamik partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%, hal ini menunjukan sedah sesuai dengan persyaratan.

Pengecekan selanjutnya yaitu mengecek Modal Participating Mass Ratio, untuk mode ke-1 dan mode ke-2 haris berada dalam kondisi untuk bertranslasi, kemudian untuk mode ke-3 dan seterusnya gedung harus dalam kondisi untuk berotasi.

Tabel 3. Modal Participating Mass Ratios

Dari table diatas, dapat dilihat pada mode 1 nilai faktor translasi UX memberikan angka dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah X terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi. Pada mode 2 nilai faktor translasi UY memberikan angka yang dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini sesuai dengan animasi. Pada mode 3 nilai RZ dominan, hal ini menunjukan pada mode ini gerak struktur dominan dalam berotasi. Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.

5.6 Gaya Geser Statik

Gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan dari gaya gempa static ekivale tiap lantai. Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa dasar dapat dihitung sesuai pasal 7.8.4 dengan menggunakan persamaan berikut :

Vx =

Fi i = x

(9)

Maka dengan menggunakan rumus tersebut, didapat VBASE SHEAR sebesar

1095837,39 kgf.

5.7 Dinamik Respons Spektra

Adapun parameter spektral dalam membuat kurva respons spektra tersebut didapatkan dari situs puskim.pu.go.id Desain Spektra Indonesia. Kurva spektrum respons desain merupakan fungsi percepatan spectral (Sa) terhadap perioda (T). Kurva tersebut digunakan dalam analisis dinamik untuk mendapat percepatan tanah desain dari masing-masing modal yang ada. Adapun hasil dari gaya geser dinamik yang didapat secara manual dengan membuat kurva respons spektrum desain adalah sebagai berikut :

Vx = 475106,2248 kgf Vy = 512138,6086 kgf

5.8 Simpangan Antar Lantai

Berdassarkan SNI 1726:2012, kontrol simpangan antar lantai tingkat desain tidak boeh melebihi simpangan awal antar lantai tingkat izin. Adapun contoh perhitungan simpangan antar lantai pada lantai atap arah gempa Y adalah sebagai berikut :

δAtap 1492,15 1 3 , 217 5 , 5  = = = e Atap I Cd mm δ31 1452,00 1 0 , 264 5 , 5 31 =  = = e I Cd mm ΔAtap = δAtap ̶ δ31 = 1492,15 ̶ 1452,00 = 40,51 mm

Berdassarkan SNI 1726:2012, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx. Nilai hsx merupakan tinggi antar

tingkat. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

ΔIjin = 0,020 × hsx = 0,020 × 3200 = 64 mm

Maka, ΔAtap < ΔIjin

Tabel 4. Simpangan Antar Lantai X-Dir

(10)

5.9 Kestabilan Bangunan

Analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan atau akibat efek P-Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan factor beban individu tidak melebihi 1,0. Adapun perhitungan control efek P-Delta pada story 5 akibat gempa arah Y adalah sebagai berikut :

θ = 0,0795 5 , 5 3200 27 , 860259 1 7 , 40 29566392 =     =  d sx y e x C h V I P θmaks= 0,0909 0,25 5 , 5 1 5 , 0 5 , 0 =  = d C

Karena nilai θ < 0,1 maka tidak disyaratkan untuk dilakukan perhitungan terhadap pengaruh P-Delta dan nilai θ < θmaks sehingga struktur dalam kondisi

stabil.

5.10 Penulangan Pelat Lantai

Penulangan pelat lantai didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Rekapitulasi Penulangan Pelat

Arah Tumpuan Lapangan

X D13-225 D13-250 Y D13-225 D13-250

Gambar 5. Detail Penulangan Pelat

5.11 Penulangan Balok

Penulangan balok didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Penulangan Balok

Gambar 6. Detail Penulangan Balok

5.12 Penulangan Kolom

Penulangan kolom didapatkan hasil sebagai berikut :

(11)

Gambar 7. Detail Penulangan Balok

5.13 Penulangan Shearwall

Penulangan shearwall didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 8. Detail Penulangan Shearwall

5.14 Fondasi

Diameter tiang rencana = 0,8 m. Kedalaman fondasi berdasarkan bore hole BH-3A didapat 23 m, diambil berdasarkan nilai N-SPT pada data boring log yang menunjukan pada kedalaman tersebut sudah mencapai tanah keras (NSPT = 50).

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah tiang yang digunakan pada struktur kolom dan shear wall adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Jumlah Tiang

Gambar 9. Denah Fondasi Bore Pile

5.15 Rencana Anggaran Biaya

Berdasarkan hasil perhitungan dari pengalian antara Analisa Harga Satuan Pekerja (AHSP) dan Bill of Quantity (BOQ) maka didapat rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB). Adapun total biaya yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk gedung 32 lantai ini dapat dilihat pada table berikut :

(12)

Tabel 10. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

6. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil pembahasan dan tujuan daripada penulisan Penelitian analisis struktur ini adalah sebagai berikut :

1. Struktur gedung bertingkat yang direncanakan, dinyatakan sudah aman terhadap beban-beban yang bekerja sesuai dengan fungsi yang direncanakan dalam perencanaan denah arsitektur sebagai Gedung Apartemen.

2. Struktur gedung beton bertulang bertingkat 32 lantai direncanakan berdasarkan syarat dan ketentuan SNI 1726:2012 dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) diperoleh hasil analisis sebagai

berikut :

a. Analisa Ragam Gerak arah X dan Y, mode-1 dan mode-2 adalah Translasi.

b. Analisan Ragam Gerak arah Z mode-3 adalah Berotasi.

c. Simpangan antar tingkat maksimum pada batas ultimit arah X adalah 4,379 dan Y adalah 4,175.

3. Hasil perhitungan tulangan struktur atas, untuk pelat lantai sebesar D13-225 untuk tulangan utama. Tulangan balok tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah 3D19, tulangan lapangan atas 3D16, lapangan bawah 5D16, tulangan sengkang D13-100. Tulangan kolom K1 15D25 dengan tulangan sengkang lapangan D13-200 dan tulangan sengkang tumpuan D13-150, Tulangan longitudinal shearwall D25-225, boundary D25-100, tulangan transversal shearwall D13-225, boundary D13-150.

4. Hasil perhitungan struktur bawah, fondasi yang digunakan yaitu bored pile dengan dimensi tiang 0,8 mm dan didapat nilai Qijin = 181,713 ton.

5. Hasil Rencana Anggaran Biaya (RAB) Struktur didapat sebesar Rp55.671.872.073.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan perencanaan bangunan yang lebih bernilai ekonomis disarankan agar menggunakan desain pada elemen pembentuk struktur gedung yang

(13)

berbeda-beda, tetapi masih dalam batas persyaratan yang ditentukan. 2. Merencanakan struktur tahan gempa

dengan menggunakan program ETABS 2013, sebaiknya mengikuti acuan SNI yang digunakan, agar desain tepat dan sesuai dengan yang ditargetkan.

7. DAFTAR PUSTAKA

[1] ACI 318-11., Bulding Code Requirements for Structural Concrete, America, 2011

[2] ASCE/SEI 7-10, Minimum Design Loads For Building and Other Structures, American Society of Civil Engineers, Reston, Virginia, 2010.

[3] Arnold, Hugh J., dan Danield C. Feldman., Individual in Organizations, McGraw Hill, Series in Management, New York, 1986. [4] Asroni, Ali., Balok dan Pelat Beton

Bertulang (Edisi Pertama), Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010. [5] Budiman, Hanggoro., “Perancangan

Modifikasi Struktur Gedung Apartemen Pandan Wangi dengan Menggunakan Sistem Ganda untuk Dibangun di Bengkulu”, Jurnal Teknik Pomits, Vol.1, 2012.

[6] Budiono, Bambang, dkk., Contoh Desain Bangunan Tanah Gempa,

Institut Teknologi Bandung, 2017. [7] Desain Spektra Indonesia, diakses

September 2019,

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desa in_spektra_indonesia_2011/

[8] Nawy, E.G., Reinforced Concrete, Potland Cement Assocoation, Refika Aditama, 2015.

[9] Setiawan, Agus., Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2013, Erlangga, 2016.

[10] Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Badan Standar Nasional, 2012. [11] Standar Nasional Indonesia (SNI

1727-2013), Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Badan Strandar Nasional, 2013.

[12] Standar Nasional Indonesia (SNI 2847-2013), Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional, 2013. [13] Tarigan M, Teruna D, “Perbandingan

Respon Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Horizontal Sudut dalam Akibat Gempa dengan Menggunakan Analisis Statik Ekivalen dan Time History”, Jurnal Teknik Sipil USU, 2014.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir  Metode Penelitian
Gambar 2. Denah Struktur Gedung Lt.
Tabel 1. Nilai Perencanaan Spektal  Cibubur  Variable  Nilai  PGA (g)  0,382  S S  (g)  0,752  S 1  (g)  0,317  C RS 1,01  C R1 0,938  F PGA 0,953  F A 1.197  F V 2.731  PSA (g)  0,364  S MS  (g)  0,901  S M1  (g)  0,866  S DS  (g)  0,6  S D1  (g)  0,578
Tabel 3. Modal Participating  Mass Ratios
+5

Referensi

Dokumen terkait

KEHAMILAN PRANIKAH DENGAN UPAYA PENCEGAHAN. KEHAMILAN PRANIKAH

yang berkaitan dengan jajaran Pemerintahan Daerah yaitu Kabupaten. Sukoharjo dan pemberdayaan Dewan Permusyawaratan

Langkah kedua, untuk menentukan model terbaik dilakukan uji koefisien determinasi ( R 2 ) dan presentase rataan galat absolut ( Mean Absolut Percentage Error ).

Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama kuliah dengan mengaplikasikannya dalam suatu bentuk karya nyata dalam pembuatan cool box berbasis termoelektrik pada sepeda motor dan

Hasil penelitian ini dapat ditunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi guru PKn, dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil

The length of time during which a portion of the train is in Canada and a portion of the train is in the United States at the same time is equal to the total length of time it takes

Sehingga jika dalam satu keluarga ada salah satu anggota keluarga yang menderita TB paru maka akan berisiko terhadap anggota keluarga yang lain, karena sering melakukan kontak

Sensitifitas RT-PCR dalam mendeteksi BCMV lebih tinggi dibandingkan DIBA dan I-ELISA karena jumlah sampel daun tanaman minimal yang digunakan untuk pengujian lebih