• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil metabolit steroid sebagai indikator dalam penentuan siklus ovarium owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil metabolit steroid sebagai indikator dalam penentuan siklus ovarium owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797)"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

(c)

Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor)

tjoaor ~ a r ~ c u ~ t u r a ~

f i ~ v e r s ~ t v

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan dan rnenyebutkan surnber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak rnerugikan kepentingan yang wajar IPB.

(2)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul PROFIL

METABOLIT STEROID SEBAGAI INDIKATOR DALAM PENENTUAN SIKLUS OVARIUM OWA JAWA

(Hylobates

moloch AUDEBERT, 1797) adalah karya saya sendiri dengan arahan dari para pembimbing, dan belum pernah diajukan

dalarn bentuk apapun pada Perguruan Tinggi manapun. Sumber inforrnasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2007

Hera Maheshwari

(3)

ABSTRAK

Wera Maheshwari. Profil Metabolit Steroid Sebagai lndikator Dalam Penentuan Siklus Ovarium Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797). Dibimbing oleh DONDIN SMUTHI, sebagai ketua, RNIANY WIDJAJAKUSUMA, HAD1 S.

ALIKODRA, dan BAMBANG PURWANTARA masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing

.

Owa Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) merupakan satwa primata endemik di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan dikategorikan sebagai satwa terancam punah di dalam the International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan dicantumkan pada Appendix I dalam the Convention on International Trade for Endangered Species of Flora and Fauna (CITES) atau tidak boleh diperjualbelikan. Populasi satwa tersebut di alam diperkirakan sekitar 2400

-

7900 ekor dan terus menorun menjadi sekitar

3000

ekor. Habitat asli satwa ini telah mengalami penyusutan hingga 96% dan menyebabkan populasi yang ada mendiami sekitar 21 area hutan yang terutama tersebar di Jawa Barat dan sedikit dijumpai di Jawa Tengah. Mengingat kepunahan Owa Jawa yang dapat terjadi secara cepat, maka sangatlah direkomendasikan untuk dilakukan strategi-strategi manajemen untuk menyelarnatkan pspulasi satwa ini di masa depan, termasuk pengelolaan langsung di tempat penangkaran yang sangat berperan bagi keberlangsungan hidup

satwa

ini. Keberhasilan program pengembangbiakan satwa ini dapat tercapai terutama dengan adanya kecukupan pengetahuan dan informasi mengenai has-ha1 yang berkaitan dengan proses reproduksi satwa tersebut. Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki adalah pengetahuan mengenai dasar-dasar biologi reproduksi satwa tersebut dimana informasi ini belum banyak temngkap pada Owa Jawa. Secara urnum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui profil metablit hormon steroid yang menggambarkan karakteristik siklus ovarium dan siklus menstruasi Owa Jawa betina, melalui pendekatan non- invasif, dengan tujuan-tujuan khusus adalah: 1) Memperoleh inforrnasi mengenai metabolit estrogen dan progesteron yang dapat dianalisis menggunakan teknik Enzyme-Linked lmmuno Sorbenf Assay (ELISA); 2 ) Memperoleh inforrnasi dasar mengenai lamdpanjang siklus ovarium dan fase-fasenya serta kadar metabolit estrogen dan progesteron pada fase-fase tersebut;

3)

Memperoleh gambaran kemungkinan adanya koralasi antara profil metabolit steroid dengan pembengkakan organ kelamin luar dan perilaku seksual; 4) Membandingkan inforrnasi mengenai siklus ovariurn melalui pengukuran metabolit steroid di urine dan feses. Sebanyak 6 ekor Owa Jawa betina yang digunakan dalam penelitian ini krasal dari PSSP-LPPM IPB (Mimis, kandang individu); Pusat Primata Schrnutzer, Jakarta (Ullah, kandang berpasangan); Kebun Binatang Bandung (Donna dan Citah, kandang betpasangan); Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta (Owa 1 dan Owa 2, kandang individu). Analisis hormon dilakukan di Laboratorium Reproduksi LIPI, Cibinong, efisiensi ekstraksi dilakukan di Labratorium Radioimmunoassay Balitnak, Ciawi dan penyiapan contoh di lakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB.
(4)

g p p

P

F u l J h

a 9 9 a

z z z z

" " 3 ; I

z g g s

Q

*

3 s l n A

S r c 3 5 Q

,3

$ 9 5

P Z

g

:

C e .

g o

n m 2 p - .

g

r n n s ~ m " s 3 3 a ~ n .

E j P 9 , C c

= p g " s

m 3 c a G Q

s.C.Q

S

9

= t s = n * a a 4

Z

Q

~

Q

~

a:

2 s

2

s 2 Z - Q

wln S c . n Q B l n

G E - . 0

s.

2.

=I

ggz:

e. Q

r

p

5

5

Hi

n

5 s

3

-

2 %

n"9

5

G!Q

% 3

Q

3.

3

g Q O

5

P'g

g

3 s

'

0"

g

E s

a

e

g

3 , F w

E

X ?

-

kebengkakan berarti dan berpola. Awal pembengkakan maksimal pada Mimis terjadi rerata 9 hari (kisaran 4-18 hari) setelah selesai menstruasi dengan lama pernbengkakan makirnal berwariasi pada setiap siklus dengan kisaran antara 3- 5 hari. Pola pembengkakan tersebut memiliki korelasi yang signifikan

O,

=

< 0.05) dengan pola EIC di urine dan juga EIC di feses @

=

< 0.05). Bila dibandingkan dengan keiima betina yang tidak memperlihatkan pola kebengkakan yang teratur, kadar EIC Mimis baik di urine maupun di feses lebih tinggi, dan kebengkakan terjadi pada kisaran kadar E,C di urin 40-160 nglmg Cr, dan 0.25-0.45 pglg BK di feses, sedangkan pada Ullah, kadar EIC di urine bemuktuasi di nilai 1530 nglmg Cr dan 0.2-0.3 pg/g BK di feses. Pembengkakan organ kelamin luar yang maksimal pada Donna tidak terlihat walaupun kisaran kadar EIC di urine dan feses agak lebih tinggi dari Ullah. Kisaran kadar E,C di urine Donna adalah 40- 60 nglmg Cr dan di feses 0.2-0.25 pglg BK. Pada ketiga o k lainnya yaitu Citatl, Owa 1 dan Owa 2, pengukuran kadar EIC hanya dilakukan pada feses dan walaupun kadar tertinggi padd ketiganya kadang tercapai dengan kadar yang sama pada Wlimis, akan tetapi tidak menyebabkan terjadinya pembengkakan maksimal pada organ kelamin luar ketiga betina tersebut.

Profil metablit steroid yang teratur juga hanya diperoleh pada Mimis dengan fluktuasi yang jelas, yang merefleksikan pola hormonal yang bersiklus dengan fase folikular dan luteal yang dapat dibedakan. Adapun konsentrasi EIC pada saat periivulasi berkisar antara 42.30-153.15 nglmgcr di urine dan 0.22- 0.42 uglg BK di feses, sedangkan pada fase luteal 3.44-27.40 nglmgCr di urine dan 0.050.12 uglg BK di feses. Konsentrasi EIC pada pertengahan fase luteal

(mid-luteal)

adalah 16.13-72-79 ng1mgCr di urine dan 0.1 1-0.16 uglg BK di feses. Dari profil tersebut, dapat pula diperoleh kisaran konsentrasi PdG yaitu 2.98- 9.820 nglmgcr di urine dan 0.20-1.06 ug/g BK di feses pada fase folikular, dan 13.11-62.02 ng/mgCr di urine dan 2.14-9.78 uglg BK di feses padd fase luteall. Berdasarkan atas periode dua puncak EIC di urine dan di feses dari beberapa siklus yang diperokh selarha waMu pdnelitian, diperoleh kisaran panjang siklus ovarium Mirnis adalah 21-25 hari dengan lama fdse folikular yang lebih berwariasi dengan kisaran 1 1-1 8 hari dan lama fase luteal berkisar 8-1 2 hari.

Dari hasil penelfticin ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran metabolit estrogen dan progesteron baik di urine maupun di feses dapat digunakan untuk merefleksikan fluktuasi hormon steroid siklus ovarium pada Owa Jawa, dan melalui analisis profil metgbolit steroid tersebut dapat ditentukan fungsi ovarium

serta lama masing-masihg fase dari siklus ovarium. Pembengkakan organ kelamin luar sebagai Indikator eksternal untuk menetapkan siklus ovarium hanya dapat dipergunakan pad8 individu tertentu. Mengingat Owa Jawa bersifat mnogami dan hanya hidup bersarna pasangannya di h a b i t aslinya memiliki genitalia eksterna yang k i l l sederhana serta tidak nyata, sehingga ddanya perubahan terhadap organ kelamin luar yang jelas terlihat pada Mimis sangat mungkin disebabkan oleh variasi respons individu terhadap pengaruh estrogen dan bukan merupakan suatu sinyal seksual pada betina yang ditujukan pada jantan untuk menginisiasi aktivitas seksual. Faktor eksternal seperti pakan, situasi dan kondisi perkandangan termasuk struktur dan posisi kandang yang mengakihtkan paparan langsung dengan pengunjung, dan juga faktor internal yang melibatkan jalur pengaturan sekresi hormon reproduksi kemungkinan krpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus ovarium pada kelima owa betina yang diobserwasi.

(5)

ABSTRACT r'

*

o p p

n

-.

y g g z

9 2 2 2

' Q S S

- . - . I 1 Hera Maheshwafi. Steroid Metabolite Profile As An Indicator to Determine the

? = = a * Q Q 3

Z S S Q ~ Ovarian Cycle of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1797). Under the

s r c 5 ~ ~ supervision of DONDIN SAJUTHI, as the main supervisor, REWANY

2

8 5 5

, n y j s : WIDJAJAKUSUMA, HAD1 S. ALIKODRA, and BAMBANG PURWANTARA as the

a 3 =

g g

members of the Supervisory Committee.

9

3

- s a d

5

2.

=.

Q l P n , n

c The Javan Gibbon (Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) is an endemic

9

x g 9

s

3 5 ~ 2 %

primate species to the Indonesian island of Java, particularly in West Java and is

3 D 2

5

categorized as critically endangered species by the International Union for the

g z z ~ a

Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), under Appendix I of the

s I

S S T n, Convention on International Trade for Endangered Species of Flora and Fauna

Q~

a 4

x

Z Q Z Q C p (CITES) or trading prohibited, The number of the Javan Gibbon in the wild is

8:

2

~ S Q - Q estimated- to be within a range of 2400

-

7900 individuals and continued to

W Q s s 3

'

decline to be about 3000 individuals. Their natural habitat has already lost around

& - 9 S Q

-.

3

?j's.= a. =:

-.

96% resulting the remaining population live in about 21 forested areas mainly

3

e

D

-

scattered over West Java and little in Central Java. In regards to its

fast

=

5

-

8 ~ 0 ,

S . =.Q extinction, it has been strongly recommended that management strategies that

H

l

2

=

will save Javan Gibbon for tlie future have to be made, including direct

5

management on captive breeding programs which would be a vital role to play in

n

5 %

the survival of this species. The successful of breeding program can mainly by sufficient knowledge on the breeding behavior essential for the be achieved

2

-

5 5

v reproductive of the species. One of the major knowledge that has to be provided

iY3

5

s P

is knowledge on the reproductive biology of the species, which is lack in Javan

-.

3

=!I

$.

Gibbon. The general aim of the present study is to describe steroid metabolite

Q

$ 2

profile which is hoped to be able to reflect the characteristic of ovarian and

5 %

om

menstrual cycle of the Javan Gibbon using non-invasive approach. The research

i w

P

3 s

has also some specifc objectives as follows 1) to obtain information regarding

$

$ $

2 estrogen and progesterone metabolites which is able to analyzed using Enzyme-

n

a

Linked lmmuno Sonbent Assay (ELISA); 2) to obtain basic information on the

e

g

duration of ovarian cycle and its components as well as the level of estrogen and

r

g

g,

prqeterone metabolites at each phases; 3) to examine the relationship between

Z metabolite steroid profile, external genitalia swelling and sexual behavior; 4) to

g

s compare information

on

the ovarian cycle taken from urinary and fecal

x

-.

4

i

s

=

metabolites profile. Six of female Javan Gibbons used in this research are

-

z maintained at the Primate Research Center, LPPM-IPB (Mimis, individual-typed

v

9

cage); Schmutzer Primate Center, Jakarta (Ullah, pairing-typed cage); Bandung

"

jI

Z w

(Donna and Citah, pairing-typed cage); Ragunan Zoo, Jakarta (Owa 1 and

E Owa 2, individual-typed cage). Hormone analyzes was conducted at the

8

m

Laboratorium of Reproduction, LIPI, Cibinong, efficiency of extraction analyzes

E

5

0

was carried out at the Laboratorium of Radioimmunoassay, Balitnak, Ciawi, and

b.

Q sample preparation was completed at the Laboratorium of Physiology,

s

Q

s Department of Anatomi, Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary

E

>

Medicine, IPB.

s

ca

The result showed that in all six females observed, no sexual behavior

3

1.

was detected, however, the occurrence of regular menstrual blood could be seen

E:

0 completely only in Mimis which lasted for 2-3 days. From the menstrual blood

Tj-

7

C

-

observation, the length of menstrual cycle could be determined which range from 21 to 28 days with the mean of 23.8 .t- 0.56 days. Although in all females studied

'

the swelling of external genitalia could be detected but regular cyclic changes
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)

(c)

Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor)

tjoaor ~ a r ~ c u ~ t u r a ~

f i ~ v e r s ~ t v

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan dan rnenyebutkan surnber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak rnerugikan kepentingan yang wajar IPB.

(117)

ABSTRAK

Wera Maheshwari. Profil Metabolit Steroid Sebagai lndikator Dalam Penentuan Siklus Ovarium Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797). Dibimbing oleh DONDIN SMUTHI, sebagai ketua, RNIANY WIDJAJAKUSUMA, HAD1 S.

ALIKODRA, dan BAMBANG PURWANTARA masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing

.

Owa Jawa (Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) merupakan satwa primata endemik di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan dikategorikan sebagai satwa terancam punah di dalam the International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dan dicantumkan pada Appendix I dalam the Convention on International Trade for Endangered Species of Flora and Fauna (CITES) atau tidak boleh diperjualbelikan. Populasi satwa tersebut di alam diperkirakan sekitar 2400

-

7900 ekor dan terus menorun menjadi sekitar

3000

ekor. Habitat asli satwa ini telah mengalami penyusutan hingga 96% dan menyebabkan populasi yang ada mendiami sekitar 21 area hutan yang terutama tersebar di Jawa Barat dan sedikit dijumpai di Jawa Tengah. Mengingat kepunahan Owa Jawa yang dapat terjadi secara cepat, maka sangatlah direkomendasikan untuk dilakukan strategi-strategi manajemen untuk menyelarnatkan pspulasi satwa ini di masa depan, termasuk pengelolaan langsung di tempat penangkaran yang sangat berperan bagi keberlangsungan hidup

satwa

ini. Keberhasilan program pengembangbiakan satwa ini dapat tercapai terutama dengan adanya kecukupan pengetahuan dan informasi mengenai has-ha1 yang berkaitan dengan proses reproduksi satwa tersebut. Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki adalah pengetahuan mengenai dasar-dasar biologi reproduksi satwa tersebut dimana informasi ini belum banyak temngkap pada Owa Jawa. Secara urnum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui profil metablit hormon steroid yang menggambarkan karakteristik siklus ovarium dan siklus menstruasi Owa Jawa betina, melalui pendekatan non- invasif, dengan tujuan-tujuan khusus adalah: 1) Memperoleh inforrnasi mengenai metabolit estrogen dan progesteron yang dapat dianalisis menggunakan teknik Enzyme-Linked lmmuno Sorbenf Assay (ELISA); 2 ) Memperoleh inforrnasi dasar mengenai lamdpanjang siklus ovarium dan fase-fasenya serta kadar metabolit estrogen dan progesteron pada fase-fase tersebut;

3)

Memperoleh gambaran kemungkinan adanya koralasi antara profil metabolit steroid dengan pembengkakan organ kelamin luar dan perilaku seksual; 4) Membandingkan inforrnasi mengenai siklus ovariurn melalui pengukuran metabolit steroid di urine dan feses. Sebanyak 6 ekor Owa Jawa betina yang digunakan dalam penelitian ini krasal dari PSSP-LPPM IPB (Mimis, kandang individu); Pusat Primata Schrnutzer, Jakarta (Ullah, kandang berpasangan); Kebun Binatang Bandung (Donna dan Citah, kandang betpasangan); Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta (Owa 1 dan Owa 2, kandang individu). Analisis hormon dilakukan di Laboratorium Reproduksi LIPI, Cibinong, efisiensi ekstraksi dilakukan di Labratorium Radioimmunoassay Balitnak, Ciawi dan penyiapan contoh di lakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB.
(118)

g p p

P

F u l J h

a 9 9 a

z z z z

" " 3 ; I

z g g s

Q

*

3 s l n A

S r c 3 5 Q

,3

$ 9 5

P Z

g

:

C e .

g o

n m 2 p - .

g

r n n s ~ m " s 3 3 a ~ n .

E j P 9 , C c

= p g " s

m 3 c a G Q

s.C.Q

S

9

= t s = n * a a 4

Z

Q

~

Q

~

a:

2 s

2

s 2 Z - Q

wln S c . n Q B l n

G E - . 0

s.

2.

=I

ggz:

e. Q

r

p

5

5

Hi

n

5 s

3

-

2 %

n"9

5

G!Q

% 3

Q

3.

3

g Q O

5

P'g

g

3 s

'

0"

g

E s

a

e

g

3 , F w

E

X ?

-

kebengkakan berarti dan berpola. Awal pembengkakan maksimal pada Mimis terjadi rerata 9 hari (kisaran 4-18 hari) setelah selesai menstruasi dengan lama pernbengkakan makirnal berwariasi pada setiap siklus dengan kisaran antara 3- 5 hari. Pola pembengkakan tersebut memiliki korelasi yang signifikan

O,

=

< 0.05) dengan pola EIC di urine dan juga EIC di feses @

=

< 0.05). Bila dibandingkan dengan keiima betina yang tidak memperlihatkan pola kebengkakan yang teratur, kadar EIC Mimis baik di urine maupun di feses lebih tinggi, dan kebengkakan terjadi pada kisaran kadar E,C di urin 40-160 nglmg Cr, dan 0.25-0.45 pglg BK di feses, sedangkan pada Ullah, kadar EIC di urine bemuktuasi di nilai 1530 nglmg Cr dan 0.2-0.3 pg/g BK di feses. Pembengkakan organ kelamin luar yang maksimal pada Donna tidak terlihat walaupun kisaran kadar EIC di urine dan feses agak lebih tinggi dari Ullah. Kisaran kadar E,C di urine Donna adalah 40- 60 nglmg Cr dan di feses 0.2-0.25 pglg BK. Pada ketiga o k lainnya yaitu Citatl, Owa 1 dan Owa 2, pengukuran kadar EIC hanya dilakukan pada feses dan walaupun kadar tertinggi padd ketiganya kadang tercapai dengan kadar yang sama pada Wlimis, akan tetapi tidak menyebabkan terjadinya pembengkakan maksimal pada organ kelamin luar ketiga betina tersebut.

Profil metablit steroid yang teratur juga hanya diperoleh pada Mimis dengan fluktuasi yang jelas, yang merefleksikan pola hormonal yang bersiklus dengan fase folikular dan luteal yang dapat dibedakan. Adapun konsentrasi EIC pada saat periivulasi berkisar antara 42.30-153.15 nglmgcr di urine dan 0.22- 0.42 uglg BK di feses, sedangkan pada fase luteal 3.44-27.40 nglmgCr di urine dan 0.050.12 uglg BK di feses. Konsentrasi EIC pada pertengahan fase luteal

(mid-luteal)

adalah 16.13-72-79 ng1mgCr di urine dan 0.1 1-0.16 uglg BK di feses. Dari profil tersebut, dapat pula diperoleh kisaran konsentrasi PdG yaitu 2.98- 9.820 nglmgcr di urine dan 0.20-1.06 ug/g BK di feses pada fase folikular, dan 13.11-62.02 ng/mgCr di urine dan 2.14-9.78 uglg BK di feses padd fase luteall. Berdasarkan atas periode dua puncak EIC di urine dan di feses dari beberapa siklus yang diperokh selarha waMu pdnelitian, diperoleh kisaran panjang siklus ovarium Mirnis adalah 21-25 hari dengan lama fdse folikular yang lebih berwariasi dengan kisaran 1 1-1 8 hari dan lama fase luteal berkisar 8-1 2 hari.

Dari hasil penelfticin ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran metabolit estrogen dan progesteron baik di urine maupun di feses dapat digunakan untuk merefleksikan fluktuasi hormon steroid siklus ovarium pada Owa Jawa, dan melalui analisis profil metgbolit steroid tersebut dapat ditentukan fungsi ovarium

serta lama masing-masihg fase dari siklus ovarium. Pembengkakan organ kelamin luar sebagai Indikator eksternal untuk menetapkan siklus ovarium hanya dapat dipergunakan pad8 individu tertentu. Mengingat Owa Jawa bersifat mnogami dan hanya hidup bersarna pasangannya di h a b i t aslinya memiliki genitalia eksterna yang k i l l sederhana serta tidak nyata, sehingga ddanya perubahan terhadap organ kelamin luar yang jelas terlihat pada Mimis sangat mungkin disebabkan oleh variasi respons individu terhadap pengaruh estrogen dan bukan merupakan suatu sinyal seksual pada betina yang ditujukan pada jantan untuk menginisiasi aktivitas seksual. Faktor eksternal seperti pakan, situasi dan kondisi perkandangan termasuk struktur dan posisi kandang yang mengakihtkan paparan langsung dengan pengunjung, dan juga faktor internal yang melibatkan jalur pengaturan sekresi hormon reproduksi kemungkinan krpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus ovarium pada kelima owa betina yang diobserwasi.

(119)

ABSTRACT r'

*

o p p

n

-.

y g g z

9 2 2 2

' Q S S

- . - . I 1 Hera Maheshwafi. Steroid Metabolite Profile As An Indicator to Determine the

? = = a * Q Q 3

Z S S Q ~ Ovarian Cycle of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1797). Under the

s r c 5 ~ ~ supervision of DONDIN SAJUTHI, as the main supervisor, REWANY

2

8 5 5

, n y j s : WIDJAJAKUSUMA, HAD1 S. ALIKODRA, and BAMBANG PURWANTARA as the

a 3 =

g g

members of the Supervisory Committee.

9

3

- s a d

5

2.

=.

Q l P n , n

c The Javan Gibbon (Hylobates moloch AUDEBERT, 1797) is an endemic

9

x g 9

s

3 5 ~ 2 %

primate species to the Indonesian island of Java, particularly in West Java and is

3 D 2

5

categorized as critically endangered species by the International Union for the

g z z ~ a

Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), under Appendix I of the

s I

S S T n, Convention on International Trade for Endangered Species of Flora and Fauna

Q~

a 4

x

Z Q Z Q C p (CITES) or trading prohibited, The number of the Javan Gibbon in the wild is

8:

2

~ S Q - Q estimated- to be within a range of 2400

-

7900 individuals and continued to

W Q s s 3

'

decline to be about 3000 individuals. Their natural habitat has already lost around

& - 9 S Q

-.

3

?j's.= a. =:

-.

96% resulting the remaining population live in about 21 forested areas mainly

3

e

D

-

scattered over West Java and little in Central Java. In regards to its

fast

=

5

-

8 ~ 0 ,

S . =.Q extinction, it has been strongly recommended that management strategies that

H

l

2

=

will save Javan Gibbon for tlie future have to be made, including direct

5

management on captive breeding programs which would be a vital role to play in

n

5 %

the survival of this species. The successful of breeding program can mainly by sufficient knowledge on the breeding behavior essential for the be achieved

2

-

5 5

v reproductive of the species. One of the major knowledge that has to be provided

iY3

5

s P

is knowledge on the reproductive biology of the species, which is lack in Javan

-.

3

=!I

$.

Gibbon. The general aim of the present study is to describe steroid metabolite

Q

$ 2

profile which is hoped to be able to reflect the characteristic of ovarian and

5 %

om

menstrual cycle of the Javan Gibbon using non-invasive approach. The research

i w

P

3 s

has also some specifc objectives as follows 1) to obtain information regarding

$

$ $

2 estrogen and progesterone metabolites which is able to analyzed using Enzyme-

n

a

Linked lmmuno Sonbent Assay (ELISA); 2) to obtain basic information on the

e

g

duration of ovarian cycle and its components as well as the level of estrogen and

r

g

g,

prqeterone metabolites at each phases; 3) to examine the relationship between

Z metabolite steroid profile, external genitalia swelling and sexual behavior; 4) to

g

s compare information

on

the ovarian cycle taken from urinary and fecal

x

-.

4

i

s

=

metabolites profile. Six of female Javan Gibbons used in this research are

-

z maintained at the Primate Research Center, LPPM-IPB (Mimis, individual-typed

v

9

cage); Schmutzer Primate Center, Jakarta (Ullah, pairing-typed cage); Bandung

"

jI

Z w

(Donna and Citah, pairing-typed cage); Ragunan Zoo, Jakarta (Owa 1 and

E Owa 2, individual-typed cage). Hormone analyzes was conducted at the

8

m

Laboratorium of Reproduction, LIPI, Cibinong, efficiency of extraction analyzes

E

5

0

was carried out at the Laboratorium of Radioimmunoassay, Balitnak, Ciawi, and

b.

Q sample preparation was completed at the Laboratorium of Physiology,

s

Q

s Department of Anatomi, Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary

E

>

Medicine, IPB.

s

ca

The result showed that in all six females observed, no sexual behavior

3

1.

was detected, however, the occurrence of regular menstrual blood could be seen

E:

0 completely only in Mimis which lasted for 2-3 days. From the menstrual blood

Tj-

7

C

-

observation, the length of menstrual cycle could be determined which range from 21 to 28 days with the mean of 23.8 .t- 0.56 days. Although in all females studied

'

the swelling of external genitalia could be detected but regular cyclic changes
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)
(181)
(182)
(183)
(184)
(185)
(186)
(187)
(188)
(189)
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)
(195)
(196)
(197)
(198)
(199)
(200)

Referensi

Dokumen terkait

3.1 Menerapkan aturan yang berkaitan dengan etika dan moral terhadap perangkat keras dan perang lunak  Menjelaskan tentang. aturan hak cipta 

[r]

Berdasarkan (a) dan (b) dapat diketahui bahwa M2 sudah mengetahui konsep perkalian yaitu penjumlahan yang berulang (Hino &amp; Kato, 2019; Park &amp; Nunes, 2001). Namun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada 7 tahap dalam penyelesaian soal aplikasi integral tertentu, (2) divergensi dalam soal matematika teknik dapat dilakukan

Sehingga ketika mengerjakan soal matematika jika konteks yang dipahami kurang tepat siswa akan menjawab dengan kurang tepat, (2) persepsinya lemah sehingga dalam

Data mengenai penerapan pembelajaran aktif tipe quiz team dalam kegiatan belajar mengajar matematika khususnya pada pokok pembahasan bangun ruang sisi datar

“Pengaruh Penyajian Neraca daerah dan Aksebilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah”.. Yogyakarta: Universitas

Hasil kajian juga telah menunjukkan bahawa nilai pekali penyerapan bunyi sabut kelapa akan meningkat pada frekuensi-frekuensi rendah apabila dilapisi dengan plat berlubang yang