Analisis Deformasi-Tegangan pada Medium Ruang Paro Semi-Infinite
Akibat Beban Bawah-Permukaan
Bagian I : Teori
Amrinsyah Nasution1)
Abstrak
Pembahasan deformasi dan tegangan pada medium ruang paro (half-space) akibat beban bawah-permukaan di dalam teori elastisitas merupakan kajian penyelesaian persamaan elastisitas tiga-dimensi benda padat homogeneous isotropic. Hasil fundamental dalam teori elastisitas seperti penyelesaian Kelvin, Mindlin memberikan penyelesaian masalah-masalah praktis melalui metoda sintesis dan superposisi.
Bagian pertama dari dua makalah Analisis Deformasi – Tegangan pada Medium Ruang Paro Semi-Infinite akibat Beban Bawah-Permukaan merupakan analisis fundamental dari penyelesaian deformasi dan tegangan yang terjadi pada medium padat semi-infinite.
Verifikasi penyelesaian yang diuraikan pada bagian I ini dibandingkan terhadap hasil yang sudah diketahui, yaitu penyelesaian Kelvin bagi beban terpusat dalam medium elastik tak hingga, dan penyelesaian Mindlin bagi beban terpusat pada medium ruang paro elastisitas.
Kata-kata kunci: elastisitas, deformasi, tegangan, ruang paro, semi-infinite, beban interior. Abstract
A solution of the three-dimensional elasticity equation for a homogeneous isotropic is given for the case of a force acting in the interior of a semi - infinite solid. The fundamental results in the theory of elasticity such as Kelvin and Mindlin solutions are verified.
Part 1 of the paper deals with the basic fundamental results of the solution of Boussinesq-Papkovitch Stress Function, while Part 2 will elaborate the implementation of the solution for a number of problems of practical importance such as the stiffening effects of embedded short-file in the half-space medium.
Perilaku Rambat Retak Diagonal pada
Beam-Column-Joint
Ananta Sofwan1) Dicky R. Munaf 2) Suharwanto3) Nuroji4) AbstrakPenelitian terhadap struktur beton bertulang secara keseluruhan membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu, pengujian ini dilakukan secara parsial yaitu terhadap komponen struktur Join Balok-Kolom (Beam-Column-Joint) dengan tujuan untuk mengetahui perilaku join balok dan kolom pada suatu struktur. Penelitian ini menggunakan dua buah benda uji yang berbeda jenis penulangan gesernya pada join balok-kolom tersebut dan kedua benda uji tersebut mempunyai mutu beton yang sama yaitu (f'c = 50 MPa. Model komponen struktur Join Balok Kolom yang diteliti adalah join internal, karena bentuk tersebut sering
mendapat kerusakan. Hal ini disebabkan kondisi tersebut menerima gaya dari segala arah (multi aksial). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pola pemasangan tulangan geser pada join balok dan kolom sangat berpengaruh terhadap kapasitas, daktilitas dan mekanisme transfer tegangan pada join balok-kolom. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan rambat retak pada join balok dan kolom, kedua benda uji menunjukkan pola retak yang berbeda arah diagonalnya yang diakibatkan perbedaan pemasangan tulangan gesernya.
Kata-kata kunci: join internal, gaya multi aksial, parsial, retak diagonal. Abstract
To evaluate reinforced concrete structure with full scale, it needs large amount of money, so that many re-searchers evaluated them partially. However, specimen model has to represent actual condition of structure. In this research two different internal joint (+) with compression strength of concrete f'c = 50 MPa were investigated to obtain some information of structure behavior.
These specimens have different shear reinforced pat-tern in their core as experimental variable. The result of this study has indicated that shear reinforcing in core of beam-column joint affects very much to capacity, ductility and transferred mechanism of stress in core in the experiment. Crack pattern in core was also investigated, these specimens has different diagonal crack pat-tern due to different shear reinforcing within their core.
Pengaruh Korosi Baja Tulangan pada Kekuatan
Balok Beton Bertulang
B. Budiono 1)
S. Sugiri1)
D. R. Munaf1)
H. Henry 2)
Abstrak
Kekuatan, daya tahan struktur beton bertulang memerlukan perawatan khusus bila terjadi korosi pada baja tulangan. Korosi baja tulangan terutama tulangan tarik yang disebabkan oleh penetrasi klorida atau karbondioksida melalui pori-pori beton menyebabkan daya dukung dari struktur beton bertulang berkurang. Untuk konsentrasi larutan klorida 3,5%, penurunan ini dapat mencapai sebesar 54,28% pada balok dengan menggunakan mutu beton .30 MPa. Laju korosi ini dapat diperbaiki dengan meningkatkan mutu beton yang digunakan. Untuk beton dengan mutu 50 MPa dengan laju korosi yang sama dengan beton mutu 30 MPa, besar reduksi kekuatan balok berkurang menjadi 7,03%. Selain peningkatan mutu beton yang digunakan, untuk melindungi baja tulangan dapat juga digunakan pelapis metal pada baja tulangan atau galvanisasi. Galvanisasi menye-babkan reduksi kekuatan akibat korosi pada baja tulangan dapat dikurangi menjadi 9,79%. Proteksi lain yang dapat digunakan untuk perlindungan baja tulangan dari serangan korosi adalah menutup permukaan beton dengan cat yang kedap air, sehingga penetrasi klorida tidak dapat terjadi. Dengan menganggap kerusakan atau cacat yang terjadi sebesar 10% dari luas daerah yang dicat, korosi yang terjadi mereduksi kekuatan be-ton bertulang mutu 30 MPa sebesar 8,98%. Perbaikan balok dengan mengganti baja tulangan dan mutu beton yang sama seperti perencanaan awal memberikan penurunan kekuatan 16,71%, sedang sistem galvanisasi penurunan tersebut 2,30% lebih rendah dari kekuatan balok original dengan mutu beton 30 MPa. Untuk mutu beton 50 MPa terjadi peningkatan kekuatan sebesar 1,80% dari kekuatan balok originalnya. Beton yang terendam pada larutan klorida dengan konsentrasi 1,5% menyebabkan penurunan kekuatan sebesar 6,00%.
Kata-kata kunci: korosi, beton bertulang, klorida, galvanisasi, perkuatan, perbaikan, beton normal, beton mutu tinggi. Abstract
The reinforced concrete structures will remain durable and do not require necessary retrofitting and / or re-pair until the corrosion attack the reinforced steel. Penetration of either chloride or Carbon Dioxide through the concrete leads to reinforcement corrosion is reducing the bending capacity. Under 3,5% chloride concentration the ultimate bending moment reduces to 54,24% on beam with fc' = 30 MPa. Increasing the strength design, fc', to 50 MPa improves the beam performance. The reduction of the bending capacity was only 7,03%. Galvanizing of reinforcement steel with a thin layer of Zinc (Zn), reduces the bending capacity by 9,79%. An-other retrofitting technique is the use of waterproofing painted to the surface of the beam that directly attached by corrosion. Under design leak of 10% of the beam surface, the corrosion effect of the beam is insignificant as it is only decreasing it's bending capacity by 8,98%. Repaired technique using reinforcement replacement re-cast concrete results in 16,71% reduction of bending capacity. Whilst for galvanizing specimen gives a bet-ter performance as the bending capacity decreases by 2,30% for the repaired specimen. All repair specimens tested were under fc' = 30 MPa 's. However, beams with fc' = 50 MPa, the repaired specimen reached slightly higher strength (1,80%) of its original condition. Under a solution of 1,5% chloride the reduction of beam strength is significantly lower than solution of 3,5%. The observed reduction of strength was only 6,00%.
Pengaruh Tingkat Resolusi Sistem Jaringan pada Proses Pembebanan Lalu
Lintas dan Kinerja Jaringan Jalan di Kotamadya/Kabupaten Bandung
Ofyar Z. Tamin 1)
Harun al Rasyid Lubis 2)
Lukman H. Dalimunthe 3)
Feriadi Irawan 4)
Abstrak
Tingkat kerincian atau resolusi sistem jaringan jalan akan sangat mempengaruhi akurasi hasil pembebanan Matriks Asal-Tujuan (MAT). Tulisan ini menganalisis pengaruh penggunaan dua metode pembebanan lalu lintas, yaitu: All-or-Nothing dan Keseimbangan-Wardrop pada beberapa tingkat resolusi sistem jaringan di wilayah studi Bandung. Lima tingkat resolusi sistem jaringan akan dikaji dan dibandingkan hasil pembebanannya. Analisis menunjukkan bahwa penyederhanaan sistem jaringan mengakibatkan berkurangnya akurasi hasil pembebanan pada setiap ruas jalan tinjauan.
Semakin sederhana sistem jaringan, semakin rendah pula tingkat akurasinya. Ditemukan bahwa dalam proses penyederhanaan sistem jaringan tersebut terdapat suatu tingkat resolusi optimum. Untuk Kotamadya/ Kabupaten Bandung, tingkat resolusi optimum berada pada tingkat resolusi 3 (tiga) yang terdiri dari: jalan arteri primer, kolektor primer, dan arteri sekunder. Analisis menemukan bahwa kedua metode pembebanan mempunyai tingkat resolusi optimum yang sama yaitu tingkat resolusi 3 serta ditemukan bahwa model pembebanan Keseimbangan-Wardrop menghasilkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan model All-or-Nothing pada setiap tingkat resolusi.
Kata-kata kunci: resolusi sistem jaringan, pembebanan lalulintas, kinerja jaringan jalan Abstract
The level of detail or resolution of road network definition will obviously affect the accuracy of the O-D matrix assignment. This paper analyses the impact of applying two assignment models, namely: All-or-Nothing and Wardrop 's equilibrium, on several different levels of resolutions of road network definition of Bandung. Five levels of resolution will be analyzed and the assignment results will be compared. The result shows that by lowering the level of resolution of road network definition will affect on the accuracy of the assignment's result in each observed link.
The simpler the road network's definition, the lower the level of accuracy of the assignment's result. During the simplification processes, it is found that there is an optimum level of road network definition. It is shown that, for Kotamadya/Kabupaten Bandung, the optimum level of resolution is found at level 3 which includes the primary arterial, primary collector, and secondary arterial roads. The analysis found that the two assignment models have the same optimum level of resolution (level 3); moreover, the Wardrop's equilibrium model produces better results compared to the All-or-Nothing model.