• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN POLA PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BOGAK, KECAMATAN TANJUNG TIRAM, KABUPATEN BATU BARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN POLA PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BOGAK, KECAMATAN TANJUNG TIRAM, KABUPATEN BATU BARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN POLA

PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BOGAK, KECAMATAN

TANJUNG TIRAM, KABUPATEN BATU BARA

Rizky Pratama*), Diana Chalil**), Emalisa***)

*) Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

**) Ketua Komisi Pembimbing di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian ,Universitas Sumatera Utara, Medan

***) Anggota Komisi Pembimbing di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian ,Universitas Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK

Nelayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih banyak tercatat berada pada garis kemiskinan. Salah satu penyebabnya adalah pola penerimaan dan pengeluaran yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola pendapatan dan tingkat kesejahteraan nelayan. Data dikumpulkan dari hasil wawancara nelayan di lokasi penelitian yang ditarik secara purposive. Pola penerimaan dianalisis secara deskriptif melalui waktu dan rata-rata penerimaan per minggu pada Musim Barat dan Musim Timur sedangkan tingkat kesejahteraan nelayan dianalisis dengan indikator tingkat kesejahteraan rakyat Badan Pusat Statistik Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan dan pengeluaran nelayan, namun dengan kondisi penerimaan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran. Dengan demikian pendapatan nelayan selalu kurang terlebih pada saat Musim Timur.

Kata kunci: nelayan, indikator kesejahteraan rakyat, musim

ABSTRACT

The fishermen is one of the many society group that still recorded at the poverty line. One reason is the revenue patterns and expenditure patterns are different. The objective of the study was to analysis of welfare level and income pattern of fishermen. Data were collected from interviews of fishermen in the

(2)

study site were drawn purposively. The revenue patterns were analyzed descriptively through time and average revenue per week in the summer season the West and East, while the welfare level of fishermen analyzed by indicators of society’s welfare by the Central Bureau of Statistics 2015. The result of the study showed that there are differences in the income and expenditure of fishermen, but with the condition of revenue is smaller than the expenditure. Therefore the income of fishermen always less especially when east season.

Keywords: fishermen, indicator of society welfare, season

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Batu Bara tidak jauh berbeda dengan kondisi pada umumnya. Masyarakat Kabupaten Batu Bara masih bergelut dengan kemiskinan dan kekurangan terutama masyarakat nelayan yang tinggal di kawasan pesisir.

Tabel 1. Banyaknya Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota di Sumatera Utara, 2010-2013 (%) Kabupaten/Kota Tahun 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Asahan 5.12 5.16 5.16 5.69 Batu Bara 3.09 3.12 3.12 3.31 Binjai 1.21 1.22 1.23 1.23 Dairi 1.81 1.82 1.82 1.69 Deli Serdang 6.44 6.50 6.51 6.49 Gunung Sitoli 0.00 2.88 2.88 2.90 Humbang Hasundutan 1.22 1.23 1.23 1.27 Karo 2.60 2.62 2.62 2.61 Labuhanbatu 2.97 3.00 3.00 2.69 Labuhanbatu Utara 0.00 2.77 2.76 2.76 Labuhanbatu Selatan 0.00 2.94 2.94 2.64 Langkat 7.03 7.09 7.09 7.36 Medan 14.25 14.37 14.36 14.80 Mandailing Natal 3.42 3.45 3.46 2.87 Nias 1.77 1.79 1.78 1.64 Nias Utara 0.00 2.75 2.75 2.88 Nias Selatan 4.03 4.07 4.07 4.02 Nias Barat 0.00 1.71 1.70 1.76 Padang Sidimpuan 1.36 1.37 1.37 1.30

(3)

Padanglawas 1.68 1.69 1.69 1.50 Padanglawas Utara 1.68 1.69 1.69 1.77 Pakpak Barat 0.38 0.38 0.38 0.35 Pematang Siantar 1.85 1.86 1.86 1.88 Simalungun 5.89 5.93 5.93 6.19 Samosir 1.32 1.33 1.32 1.21 Serdang Bedagai 4.21 4.26 4.25 3.99 Sibolga 0.79 0.79 0.79 0.78 Tapanuli Utara 2.34 2.36 2.36 2.38 Tapanulis Tengah 3.50 3.53 3.54 3.67 Tapanuli Selatan 2.11 2.14 2.14 2.17 Tanjung Balai 1.69 1.71 1.70 1.71 Tebing Tinggi 1.27 1.29 1.29 1.27 Toba Samosir 1.18 1.19 1.19 1.20 Sumatera Utara 100 100 100 100

Sumber: Batu Bara dalam Angka, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Batu Bara mengalami fluktuasi kemiskinan yang lumayan drastis pada tahun 2010 sebanyak 3,09% tahun 2011 sebanyak 3,12% pada tahun 2012 sebanyak 3,12% dan pada tahun 2013 sebanyak 3,31%. Sebenarnya Kabupaten Batu Bara ini adalah pemekaran dari Kabupaten Asahan. Dapat kita ketahui dari data bahwa Kabupaten Asahan juga mengalami fluktuasi kemiskinan yang drastis, hampir sama dengan Kabupaten Batu Bara.

Penerimaan lebih kecil dibandingkan pengeluaran nelayan, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan yang sangat jelas. Penerimaan nelayan sangat tergantung oleh Musim Barat dan Musim Timur, sementara pengeluaran mereka rutin untuk kebutuhan hidup keluarga. Melihat situasi dan kondisi para nelayan yang terus bekerja untuk dapat menghidupi keluarganya, mereka harus pergi melaut untuk menangkap ikan. Begitu besar rintangan yang harus dihadapi oleh para nelayan. Pada saat cuaca buruk hal seperti itu yang menjadi hambatan bagi mereka. Mereka tidak dapat melaut apabila ombak laut terlalu besar, badai, hujan beserta angin kencang. Jika cuaca terus menerus memburuk, mereka tidak akan pergi melaut sampai keadaan cuaca benar-benar normal. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi hasil laut sangat besar terutama ikan. Namun sayang, potensi tersebut belum mampu memberikan kesejahteraan bagi para nelayan lokal. Hal ini menjadi permasalahan penelitian untuk menganalisis pola pendapatan dan

(4)

tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana pola pendapatan nelayan di daerah penelitian? 2) Bagaimana tingkat kesejahteraan nelayan di daerah penelitian?

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Rendahnya tingkat pendapatan nelayan disebabkan berbagai faktor, seperti kekurangan modal untuk mengembangkan usaha, menurunnya daya dukung lingkungan yang membuat hasil tangkapan berkurang, rendahnya kualitas sumber daya menusia, rendahnya mutu produk dan sebagainya. Di samping karena kondisi kesejahteraan masyarakat nelayan masih rendah, jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidup, baik dari penangkapan maupun dari budidaya ikan ini cukup besar, maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan atau masyarakat pesisir ini perlu mendapat perhatian besar. Berbagai upaya untuk ke arah ini sudah dilakukan, terutama melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat nelayan atau pesisir. Namun, berbagai program tersebut masih perlu dipertajam lagi, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas (Basri, 2007).

Sanjatmiko (2011) mengemukakan beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan antara lain program kredit usaha nelayan, subsidi bahan bakar minyak, pembagian wilayah penangkapan berdasarkan peralatan tangkap nelayan, larangan penghapusan operasi kapal pukat harimau, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta dan alokasi dana sekitar Rp.927,82 milyar untuk menyejahterakan nelayan. Namun demikian penegakkan regulasi dan implementasi program-program tersebut masih lemah,

(5)

mengindikasikan seolah-olah regulasi dan kebijakan tersebut tidak pernah ada sehingga belum berhasil meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Landasan Teori Teori Kesejahteraan

Mubyarto (1988) menambahkan bahwa indikator kesejahteraan rumah tangga meliputi pendapatan rumah tangga, konsumsi rumah tangga, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KB, mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, menikmati suasana hari raya keagamaan, rasa aman dari tindak kejahatan, kemudahan dalam memperoleh pekerjaan formal dan kemudahan dalam melakukan olahraga dan rekreasi.

Pola Pendapatan

Dalam teori hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan konsumsi. Hukum ini menyatakan bahwa rumah tangga berpendapatan rendah akan mengeluarkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli konsumsi pokok. Sebaliknya, rumah tangga yang berpendapatan tinggi hanya akan membelanjakan sebagian kecil saja dari total pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulannya yang dirumuskan tersebut adalah:

A) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil.

B) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap tidak tergantung pada tingkat pendapatan.

C) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah tangga relatif tetap tidak tergantung pada tingkat pendapatan.

D) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah dan tabungan semakin meningkat (Engel, 1896).

(6)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara karena merupakan desa dengan jumlah nelayan terbanyak di Kecamatan Tanjung Tiram.

Metode Pengambilan Sampel

Sampel ditentukan secara Purposive Sampling yaitu nelayan yang memiliki sampan sendiri.

Metode Penentuan Jumlah Sampel

Besar sampel ditentukan sebanyak 43 sampel dengan menggunakan metode Slovin sebagai berikut:

Dimana:

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (15%)

n = 2 ) 15 , 0 ( 718 . 1 1 718 . 1  n

=

2 ) 0225 , 0 ( 718 . 1 1 718 . 1  n = 43

Metode Analisis Data

Pola pendapatan nelayan dianalisis dengan fluktuasi pendapatan nelayan tiap bulan. Sedangkan tingkat kesejahteraan nelayan dianalisis dengan indikator kesejahteraan rakyat menurut Badan Pusat Statistik 2015 dengan 7 indikator kependudukan, kesehatan & gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi rumah tangga, perumahan & lingkungan dan sosial lainnya dengan masing-masing skor 1, 2 dan 3 yang menunjukkan kriteria kurang, cukup dan baik.

N 1 + Ne2

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Pendapatan Nelayan

Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa Musim Barat disebut juga angin Muson Barat (musim badai) terjadi pada bulan Oktober, November, Desember, Januari, Februari dan Maret, sedangkan Musim Timur disebut juga angin Muson Timur (musim kemarau) terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus dan September. Selanjutnya dari rata-rata penerimaan responden diketahui bahwa jenis ikan utama yang umumnya diperoleh pada Musim Barat dan Musim Timur sama, namun jumlah dan harganya tidak sama.

Pada Musim Barat diperoleh ikan dalam jumlah yang lebih sedikit sehingga harga jualnya relatif mahal, sedangkan pada saat Musim Timur diperoleh ikan dalam jumlah yang lebih banyak sehingga harga jualnya relatif murah. Secara lengkap hasilnya adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Penerimaan Responden Berdasarkan Musim Per Minggu Jenis Ikan

Musim Barat Musim Timur

Jumlah (Kg/Minggu) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) Jumlah (Kg/Minggu) Harga (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) Gembung 13 22.000 286.000 18 18.000 324.000 Gulama 3 11.000 33.000 4 9.000 36.000 Gabus pasir 24 6.000 144.000 25 2.000 50.000 Kerisi 2 15.000 30.000 2 10.000 20.000 Kepiting 2 22.000 44.000 2 22.000 44.000 Selar kuning 2 10.000 20.000 2 6.000 12.000 Udang swallow 2 30.000 60.000 2 30.000 60.000 Total 617.000 546.000

Total Penerimaan Per Bulan (Per Minggu x 4)

2.468.000 2.184.000

Sumber: Data Diolah, 2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa penerimaan responden lebih tinggi pada saat Musim Barat dibandingkan pada saat Musim Timur.

(8)

Tabel 3. Biaya yang Dikeluarkan untuk Melaut Per Minggu

Uraian Biaya (Rp/Minggu) Musim Barat

Bahan Bakar Minyak (Solar) (Rp.70.000 x 4 hari) 280.000

Rokok (Rp.20.000 x 4 hari) 80.000

Total 360.000

Musim Timur

Bahan Bakar Minyak (Solar) (Rp.70.000 x 7 hari) 490.000

Rokok (Rp. 20.000 x 7 hari) 140.000

Total 630.000

Sumber: Data Diolah, 2016

Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan nelayan untuk keperluan melaut pada saat Musim Barat lebih kecil dibandingkan pada saat Musim Timur karena rata-rata pada Musim Barat nelayan hanya melaut sebanyak 4 hari dalam seminggu sedangkan pada saat Musim Timur nelayan melaut sebanyak 7 hari, dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan nelayan dari hasil tangkapan ikan di laut sebagi berikut.

Tabel 4. Pendapatan Nelayan dari Hasil Tangkapan Ikan Per Minggu Musim Barat Musim Timur

л = TR - TC л = TR - TC

л = Rp. 617.000 - Rp. 360.000 = Rp. 257.000

л = Rp. 546.000 - Rp. 630.000 = Rp. - 84.000

Sumber: Data Diolah, 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa pendapatan nelayan pada Musim Barat sebesar Rp.257.000/Minggu & pada Musim Timur sebesar Rp. - 84.000/ Minggu.

Tabel 5. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Responden Secara Rutin

No. Uraian Kisaran Pengeluaran (Rp/Bulan) Rata-Rata Pengeluaran (Rp/Bulan) 1 Kebutuhan Pangan 1. Beras 2. Lauk pauk 3. Minyak goreng 4. Gula 5. Teh 6. Bumbu dapur 7. Lain-lain Jumlah 60.000 - 200.000 100.000 - 300.000 14.000 - 28.000 18.000 - 36.000 4.000 - 8.000 5.000 - 15.000 30.000 - 80.000 116.628 311.860 19.860 23.023 5.302 10.000 51.395 535.977

(9)

2 Kebutuhan Non Pangan 1. Listrik 2. Air 3. Gas elpiji 4. Pendidikan 5. Lain-lain Jumlah 30.000 - 80.000 30.000 - 100.00 38.000 - 57.000 270.000 -500.000 30.000 -400.000 55.349 61.628 46.395 286.512 91.628 541.512 Total 1+2 1.077.489

Sumber: Data Diolah, 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa total pengeluaran rutin rumah tangga responden lebih banyak untuk kebutuhan non pangan dibandingkan untuk kebutuhan pangan.

Tabel 6. Komposisi Pengeluaran Responden Secara Tidak Rutin No. Uraian Kisaran Pengeluaran

(Rp)

Rata-Rata Pengeluaran (Rp)

1 Tahun Ajaran Baru 1.000.000 - 2.000.000 1.520.930

2 Perayaan Hari Besar

1.000.000 - 2.800.000 1.800.000

3 Undangan Pesta 15.000 - 50.000 27.093

Total 3.348.023

Sumber: Data Diolah, 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa pengeluaran untuk tahun ajaran baru anak sekolah pada bulan Juli sebesar Rp.1.520.930, perayaan hari besar Hari Raya Idul Fitri pada bulan Juli dan Hari Raya Idul Adha pada bulan September sebesar Rp.1.800.000 dan undangan pesta sebesar Rp.27.093.

Tabel 7. Komposisi Pendapatan Nelayan Per Bulan Penerimaan Pengeluaran

Selisih (Rp) Bulan Total (Rp) Rutin Tidak Rutin Total

(Rp) Januari 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Februari 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Maret 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 April 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Mei 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Juni 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Juli 1.028.000 1.077.489 1.548.023 2.625.512 -1.597.512 Agustus 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 September 1.028.000 1.077.489 1.827.093 2.904.582 -1.876.582 Oktober 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 November 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582 Desember 1.028.000 1.077.489 27.093 1.104.582 -76.582

(10)

Tabel 7 menunjukkan bahwa pola pendapatan nelayan baik pada saat Musim Barat maupun Musim Timur pendapatan nelayan bernilai negatif, artinya nelayan kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan mereka harus mencari pekerjaan tambahan supaya mendapatkan tambahan uang. Pada saat tidak bisa malaut, nelayan memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara meminjam uang kepada tetangga atau rentenir.

Tingkat Kesejahteraan Nelayan

Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Maksimal dan Minimal Tanggapan Responden

Indikator Skor Jumlah (Orang) Persentase (%) Skor Rata-Rata Kependudukan 1 7 16,28 2 30 69,77 2 3 6 13,95

Kesehatan dan Gizi 1 0 0

2 38 88,37 2 3 5 11,63 Pendidikan 1 0 0 2 5 11,63 3 3 38 88,37 Ketenagakerjaan 1 36 83,72 2 7 16,28 1 3 0 0 Konsumsi Rumah Tangga 1 0 0 2 43 100 2 3 0 0 Perumahan dan Lingkungan 1 5 11,63 2 18 41,86 2 3 20 46,51 Sosial Lainnya 1 4 9,30 2 39 90,70 2 3 0 0

Sumber: Data Diolah, 2016

Kependudukan

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 2, menunjukkan bahwa indikator kependudukan termasuk ke dalam kriteria cukup karena rata-rata responden berstatus sebagai suami dalam kepala keluarga, jumlah tanggungan

(11)

yang berasal dari keluarga besar tidak ada, memiliki anggota keluarga inti dalam satu rumah sebanyak 1 keluarga dan orang yang ikut tinggal dalam satu rumah selain keluarga inti sebanyak 5 orang.

Kesehatan dan Gizi

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 2, menunjukkan bahwa indikator kesehatan dan gizi termasuk ke dalam kriteria cukup karena rata-rata responden menganggap gizi itu sangat diperlukan, anggota keluarga jarang mengalami keluhan kesehatan, keluhan kesehatan dapat mengganggu aktivitas, selalu menyediakan dan untuk kesehatan, sarana kesehatan biasanya puskesmas, tenaga kesehatan yang digunakan bidan, tempat persalinan bayi puskesmas, mereka memperoleh obat-obatan dari puskesmas, biaya obat relatif dan kesehatan itu sangat penting bagi mereka.

Pendidikan

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 3, menunjukkan bahwa indikator pendidikan termasuk ke dalam kriteria baik karena rata-rata responden bisa membaca dan menulis, mengganggap bahwa pendidikan itu sangat penting, sarana pendidikan anak juga cukup memadai, jenjang pendidikan anak tingkat SD dan berpendapat pendidikan di luar sekolah itu juga sangat penting.

Ketenagakerjaan

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 1, menunjukkan bahwa indikator ketenagakerjaan termasuk ke dalam kriteria kurang karena rata-rata responden yang bekerja dalam satu keluarga hanya satu orang, jumlah jam kerja dalam seminggu dibawah 30 jam, tidak ada pekerjaan tambahan dan upah yang diterima dari hasil pekerjaan mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

(12)

Konsumsi Rumah Tangga

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 2, menunjukkan bahwa indikator konsumsi rumah tangga termasuk ke dalam kriteria cukup karena rata-rata responden mengonsumsi beras sebagai makanan pokok, jarang mengonsumsi daging, bahan bakar yang digunakan gas, pendapatn terkadang belum cukup untuk kebutuhan pangan dan non pangan, menyisakan dana untuk kebutuhan sandang dan papan, pendapatan per bulan jarang ditabung.

Perumahan dan Lingkungan

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 2, menunjukkan bahwa indikator perumahan dan lingkungan termasuk ke dalam kriteria cukup karena rata-rata responden memiliki tanah dan rumah sendiri, jenis perumahan panggung yang terbuat dari kayu/papan, jenis penerangnannya menggunakan listrik, sumber air minum dari PAM dan membuang sampah di pekarangan sekitar tempat tinggal mereka.

Sosial Lainnya

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata skor adalah sebesar 2, menunjukkan bahwa indikator sosial lainnya termasuk ke dalam kriteria cukup karena rata-rata responden memanfaatkan tempat ibadah, memiliki hubungan dengan penganut agama lain cukup baik, lingkungan sekitar aman, sarana hiburan yang dimiliki berupa TV, akses wisata mudah tetapi mereka jarang berwisata dan biaya hiburan relatif mahal.

KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan penerimaan dan pengeluaran nelayan, namun dengan kondisi penerimaan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran. Pola pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh musim yaitu Musim Barat dan Musim Timur. Pendapatan nelayan di daerah penelitian lebih tinggi pada saat

(13)

Musim Barat (Musim Badai) dibandingkan pada saat Musim Timur (Musim Terang).

2. Berdasarkan indikator kesejahteraan rakyat Badan Pusat Statistik Tahun 2015 diketahui bahwa nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara tergolong tingkat kesejahteraannya sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Basri. Y. 2007. Bunga Rampai Pembangunan Ekonomi Pesisir. Jakarta: UI Press. BPS Batu Bara. 2015. Batu Bara dalam Angka Tahun 2015. Lima Puluh. Batu

Bara.

Mubyarto, 2003. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. Jakrta: LP3ES. Sanjatmiko. P. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nelayan.

Referensi

Dokumen terkait

Dan Informasi Sekolah dapat diketahui oleh siswa, orang tua, dan masyarakat umum secara cepat dengan Browsing Website, untuk itu dalam tugas akhir ini penulis

[r]

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

Veteran No.18, Nomor : BA.3- 02/Setneg/PAN/Bang-PU.E/06/2012 Tanggal 28 Juni 2012 dan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pada hari ini jumat tanggal dua puluh sembilan bulan Juni tahun dua ribu dua belas bertempat di ruang rapat Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di

Virtual Router Redudancy Protocol (VRRP) berjalan baik di Internet Protocol version 4 (IPv4) ditandai dengan nilai waktu perpindahan dan packet loss yang baik dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada industri tekstil dan produk tekstil berbagai provinsi di Pulau Jawa mengalami permasalahan deindustrialisasi yang terdiri atas