• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran e-learning (kelas A, B, Paralel) macam-macam obat dan penatalaksanaan obat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran e-learning (kelas A, B, Paralel) macam-macam obat dan penatalaksanaan obat"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran e-learning (kelas A, B, Paralel)

macam-macam obat dan penatalaksanaan obat

Baca modul macam-macam obat dan penatalaksanaan obat, Kemudian selesaikan soal MC sebanyak 50 soal (HTTP : adysetiadi. wordpress.com) dengan ditulis tangan jawabanya saja dan 10 soal esay. Tugas dikumpulkan pada akhir kuliah farma. Jika lebih dari kuliah, maka dianggap tidak mengumpulkan tugas dan otomatis nilai tugas 0.

Catatan:

- Kertas kerja hanya diberi nim (nomor induk mahasiswa) tanpa nama mahasiswa.

A. macam-macam obat

1. obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk

hitam, adalah golongan obat jenis:

a) Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas c) Obat Keras

d) Obat Narkotika e) Obat Psikotropika

2. Arti obat bebas terbatas memuat pemberitahuan P.no. 2, artinya: a) Awas! Obat keras bacalah aturan memakainya

b) Awas! Obat keras hanya untuk kumur, jangan ditelan c) Awas! Obat keras hanya untuk bgian luar dari badan d) Awas! Obat keras hanya untuk dibakar

e) Awas! Obat keras tidak boleh ditelan

3. Di dalam brosur terdapat informasi tentang kontraindikasi yang artinya : a) Takaran minum obat

b) Cara minum obat c) Cara menyimpan obat d) Efek samping obat

e) Keadaan pasien yang tidak boleh minum obat tertentu

4. obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi, disebut:

a) Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas c) Obat Keras

d) Obat Narkotika e) Obat Psikotropika

5. Penandaan obat bebas dengan tanda khusus yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna

hitam, seperti terlihat pada gambar berikut adalah jenis obat :

a) Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas c) Obat Keras

d) Obat Narkotika e) Obat Psikotropika

(2)

6. Arti obat bebas terbatas memuat pemberitahuan P.no. 3, artinya: a) Awas! Obat keras bacalah aturan memakainya

b) Awas! Obat keras hanya untuk kumur, jangan ditelan c) Awas! Obat keras hanya untuk bgian luar dari badan d) Awas! Obat keras hanya untuk dibakar

e) Awas! Obat keras tidak boleh ditelan

7. Penandaan obat dengan tanda khusus seperti disamping, adalah jenis obat : a) Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas c) Obat Keras

d) Obat Narkotika e) Obat Psikotropika

8. Tujuan pembuatan Tablet bersalut lepas-berkala adalah: a) Supaya obat tahan terhadap asam lambung

b) menghilankan rasa tak enak dari obat seperti pahit c) untuk melepaskan obat selang waktu panjang d) untuk memudahkan sistem kelarutan

e) untuk menetralkan dengan air ludah

9. Penandaan obat dengan tanda khusus seperti disamping, adalah jenis obat : a) Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas c) Obat Keras

d) Obat Narkotika

e) Obat Herbal Terstandar

10. penggunaan tablet dilarutkan dulu dalam segelas air akan keluar gas CO2 dan tablet akan pecah dan larut. Larutan obat ini apabila diminum seperti minum limun karena mengandung sirop dan segar, karena ada gas gas CO2, misalnya tablet Calcium D Redoxon dikenal dengan CDR, disebut:

a) tablet sublingual b) Tablet efervesen c) tablet bukal d) Tablet kunyah e) Tablet isap

11. Tablet yang dilarutkan antara pipi dan gusi, disebut: a) tablet sublingual

b) Tablet efervesen c) tablet bukal d) Tablet kunyah e) Tablet isap

(3)

12. serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat. Cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam segelas air, terjadi reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan mengeluarkan CO2 dan akan menimbulkan rasa seperti limun:

a) Serbuk terbagi b) Serbuk tak terbagi c) Serbuk efervesen d) Pulveres

e) Pil (pilulae)

13. Beberapa keuntungan obat dijaduikan sediaan kapsul antara lain : 1) menutupi bau dan rasa yang tidak enak

2) menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari 3) Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)

4) Mudah ditelan

14. suatu campuran dua zat cair yang tidak mau campur, biasanya minyak dan air, diman zat cair yang satu terdispersi dalam zat cair yang lain dengan bentuan emulgator. Contoh: Emulsum Olei Iecoris Aselli, bentuk ini disebut :

a) Emulsi b) Eliksir c) Suspense d) Sirup e) Eliksir

15. sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut, disebut : a) tablet

b) kapsul c) Pil (pilulae) d) Kaplet e) Serbuk

16. serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer, disebut:

a) Cair b) Kapsul c) Pulveres d) Serbuk

e) Kaplet (kapsul tablet),

17. Wadah untuk larutan injeksi yang, dibuat dari gelas netral dan ditutup dengan peleburan, merupakan wadah takaran tunggal dosis tunggal diisebut:

a) Vial

b) Botol infuse c) Ampul d) Suspense e) Kristal steril

(4)

18. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Vial b) Botol infuse c) Ampul d) Suspense e) Kristal steril

19. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Vial

b) Botol infuse c) Ampul d) Suspense e) Kristal steril

20. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Vial

b) Botol infuse c) Ampul d) Suspense e) Kristal steril

21. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Vial

b) emulsi c) kaplet d) Suspense e) Kristal steril

22. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Tablet

b) emulsi c) kapsul d) Suspense e) Kristal steril

23. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Tablet

b) emulsi c) kapsul d) Suppusitoria e) pulvis

24. Gambar ini adalah wadah larutan injeksi dalam bentuk : a) Tablet

b) emulsi c) kapsul d) Suspense e) pulvis

(5)

B. penatalaksanaan obat

25. suhu penyimpanan obat supositoria adalah : a) 0-2 °C

b) 2 - 10°C c) < 15°C d) < 5°C e) < 10°C

26. Obat yang diberikan harus sesuai rute yang diprogramkan, dan dipastikan bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk klien. Berikut adalah rute yang tepat sesuai jenis obat:

1) Parentral, obat yang dipakai tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (preset/perinfus)

2) Topikal, pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa..

3) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau suposutoria.

4) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.

27. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip 6 benar. Bagaimana memastikan bahwa obat telah diberikan dengan benar obat :

a) memastikan gelang identifikasi b) mengetahui jadwal pemberian obat c) melihat catatan medical record pasien

d) melakukan perhitungan terhadap kalkulasi obat

e) membuka kemasan obat tablet hanya pada saat diberikan kepada pasien 28. Parameter /indikator penyimpanan obat pada posisi/letak yang benar adalah :

1) tempat yang terang, 2) letak setinggi mata, 3) bukan tempat umum 4) dikunci.

29. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat selama dirumah bagi pasien adalah:

a) Jauhkan dari jangkauan anak – anak.

b) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. c) Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar.

d) Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama. e) Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.

30. Sediaan Aerosol / Spray, jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi, karena: a) Bisa meledak

b) akan mencair c) bahan rusak

d) akan semakin memadat e) bisa menjamur

(6)

31. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip 6 benar. Bagaimana memastikan bahwa obat telah diberikan dengan benar pasien:

a) memastikan gelang identifikasi b) mengetahui jadwal pemberian obat c) melihat catatan medical record pasien

d) melakukan perhitungan terhadap kalkulasi obat

e) membuka kemasan obat tablet hanya pada saat diberikan kepada pasien

32. perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip 6 benar. Tindakan yang dilakukan supaya tepat dalam memperhitungkan dosis obat yaitu:

1) Kemasan obat tablet dibuka hanya pada saat diberikan kepada pasien. 2) melihat catatan medical record pasien

3) Sebelum melakukan perhitungan dosis, alat standar digunakan sesuai kebutuhan 4) Memeriksa dua identitas pasien sebelum obat diberikan pada pasein.

33. Dokumentasi sebelum melakukan pemberian obat sesuai standar Medication Administration

Record (MAR), yang harus dilakukan oleh perawat, antara lain:

1) Menulis nama lengkap pasien, 2) Menulis waktu pemberian,

3) Menulis dosis obat yang dibutuhkan,

4) Menulis cara pemberian obat dan frekuensi pemberian obat.

34. Salah satu cara pemberian obat yaitu Oral, Kelemahan dari pemberian obat secara oral antara lain: 1) kurang disukai jika rasanya pahit

2) efek yang timbul biasanya lambat,

3) beberapa obat akan mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus

4) tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif,

35. Parenteral adalah Pembrian obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Kelemahan dari pemberian obat secara parenteral adalah:

a) efek yang timbul biasanya lambat,

b) Sediaan injeksi atau suntikan tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. c) jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan d) beberapa obat akan mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus

e) tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif,

36. Intra cutan adalah pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan Berapa dosis yang diberikan pada metode penyuntikan ini :

a) 0,01-0,1 ml b) 0,1-0,2 ml c) 0,2-0,3 ml d) 0,3-0,4 ml e) 0,4-0,5 ml

(7)

37. Suntikan intravena yang disuntikkan langsung ke dalam rongga perut, disebut: a) IV (intra vena) b) IM (intramuskuler) c) SC (sub cutan) d) IC (intra cutan) e) IP (intraperitoneal)

38. Beberapa cara pemberian metode parenteral adalah IV, obat tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara langsung, tempat injeksi untuk IV antara lain:

1) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika) 2) Pada tungkai (vena saphenous)

3) Pada leher (vena jugularis) 4) Pada kepala (vena

39. Beberapa cara pemberian metode parenteral adalah IM, obat tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara langsung lewat muskulus, tempat injeksi untuk IM antara lain:

1) paha (vastus lateralis),

2) ventrogluteal (pasien harus berbaring miring), 3) dorsogluteal (pasien harus telungkup),

4) Pada tungkai (vena saphenous)

40. Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah luar, daerah dada dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah adalah metode:

a) IV b) IM c) SC d) IC e) IP

41. Suntikan intravena disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang dasar otak, disebut : a) Injeksi intraperitoneal (ip)

b) Injeksi peridural (pd) c) Intrasisternal (is) d) Intrakardial (ikd) e) Intra arteri (ia),

42. penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati, disebut:

a) Injeksi intraperitoneal (ip) b) Injeksi peridural (pd) c) Intrasisternal (is) d) Intrakardial (ikd) e) Intra arteri (ia),

(8)

43. Inhalasi adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi antara lain:

1) beberapa obat akan mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus 2) terhindar dari efek lintas pertama karena diberikan langsung kepada bronkus.

3) tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif,

4) Obat diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.

44. Aturan minum obat sesuai advis, dimana obat diminum 3 (tiga) kali sehari, berarti : a) obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan sore hari

b) obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari. c) Obat tersebut diminum setiap 8 jam

d) obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari. e) berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari.

45. Aturan minum obat sesuai advis, dimana obat diminum 4 (empat) kali sehari, berarti : a) obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan sore hari

b) obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari. c) Obat tersebut diminum setiap 8 jam

d) obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari. e) berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari.

46. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran. ½ (setengah) sendok takar obat, berarti :

a) obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml. b) obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2.5

ml.

c) obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml.

d) obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2 ml. e) obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2,25

ml.

47. Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis, mudah dan aman. Persiapan alat dan bahan yang perlu disiapkan saat pemberian obat oral antara lain :

1) Daftar buku obat / catatan, 2) jadwal pemberian obat. 3) Obat dan tempatnya.

4) Air minum dalam tempatnya

48. obat yang cara pemberiannya obat dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat, cara ini disebut :

a) sublingual b) bukal

c) Tablet implantasi d) Okulenta

(9)

49. Pemberian obat melalui salep mata untuk pengobatan mata, disebut: a) sublingual b) bukal c) Tablet implantasi d) Okulenta e) Suspense orenzo

50. suatu larutan dalam alcohol atau minyak, berbentuk suspense atau emulsi yang digunakan pada kulit untuk pengobatan otot yang sakit lemah, yang basisnya alcohol digunakan sebagai rube fecient, untuk melancarkan jalan darah, menimbulkan kemerahan, disebut :

a) Linimen, b) Salep c) Krim d) Jeli e) Aerosol Esay:

1. insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk dengan suhu ... 2. bagaimana cara mengatasi agar obat tidak kadaluarsa ... 3. jelaskan tentang rute obat intra muskuler ...

4. contoh Penggunaan Bentuk Sediaan dengan Cara Pemberian Uretral antara lain ... 5. jelaskan cara pemberian obat melalui selaput lendiri dimata ...

6. jelaskan cara pemberian obat melalui selaput lendir di hidung ... 7. sebutkan 2 macam sediaan untuk obat mata ...

8. Aturan minum obat sesuai advis Bila tertulis : 1 (satu) kali sehari, artinya ... 9. Obat yang harus diminum sampai habis adalah ...

(10)

Macam-macam Obat

A. Pendahuluan

Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional. Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas, atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat berizin. Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi Jenis dan jumlah obat, Kemasan obat, Kadaluarsa obat dan Kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal, dan aturan pakai.

B. Peran Obat

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.

Peran obat secara umum adalah sebagai berikut: 1. Penetapan diagnosa

2. Untuk pencegahan penyakit 3. Menyembuhkan penyakit

4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu 6. Peningkatan kesehatan

7. Mengurangi rasa sakit

C. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Penggolongan obat berdasarkan jenisnya terbagi menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika, Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus

1. Obat Bebas

obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B

Compleks, E dan Obat batuk hitam . Penandaan obat bebas dengan tanda khusus yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan, yaitu :

(11)

- Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Peringatan Obat Bebas terbatasPenandaannya berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:

3. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah ( TC 165) dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.

obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :

- Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

- Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral.

- Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

Contoh :Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain.

4. Obat Narkotika

Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan I, II dan III. Contoh :

- Tanaman Papaver Somniferum - Tanaman Kokav Tanaman ganja - Heroinav Morfina

(12)

- Kodeina - Lisergida - Amphetamin

Obat Narkotika juga memiliki nama lain yaitu "Obat Bius"Penandaan Obat Narkotika :

5. Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Contoh: - Diazepam - Nitrazepam - Fenobarbital - Klordiazepoksida - Flunitrazepam

Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah,dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.

Obat tradisional

Penggolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia modern, padahal juga dikenal obat yang berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat tradisional.Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik.

Pengelompokan obat bahan alam Indonesia ini menjadi jamu sebagai kelompok yang paling sederhana, obat herbal terstandar sebagai yang lebih tinggi, dan fitofarmaka sebagai yang paling tinggi tingkatannya. Pokok – pokok pengelompokan tersebut sesuai SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.2411 tanggal 17 Mei 2004.

1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

(13)

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetik dalam negeri adalah kosmetik yang dibuat dan dikemas oleh industri di dalam negeri , meliputi kosmetik lokal, kosmetik lisensi, dan kosmerik kontrak. Kosmetik lokal adalah kosmetik yang diproduksi tanpa lisensi di wilayah Indonesia. Kosmetik lisensi adalah kosmetik yang diproduksi di wilayah Indonesia atas dasar penunjukan atau persetujuan tertulis dari pabrik induatri negara asalnya. Kosmetik kontrak adalah kosmetik yang produksinya dilimpahkan kepada produsen lain berdasarkan kontrak. Kosmetik impor adalah kosmetik produksi pabrik luar negeri yang dimasukan dan diedarkan di wilayah indonesia termasuk kosmerik kontrak. Bahan kosmetik adalah bahan yang berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi kosmetik.

Penggolongan Kosmetik

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik dibagi menjadi dua golongan :

1. Kosmetik golongan I adalah :

a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi

b. Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut, dan mukosa lainnya. c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan. d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui

keamanan dan kemanfaatannya.

2. Kosmetik golongan II adalah :

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

(14)

Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

Berdasarkan fungsinya kosmetik terdiri dari 13 kategori : a. Sediaan bayi

b. Sediaan mandi

c. Sediaan kebersihan badan d. Sediaan cukur

e. Sediaan wangi-wangian f. Sediaan rambut

g. Sediaan pewarna rambut h. Sediaan rias mata i. Sediaan rias wajah j. Sediaan pewarnaan kulit

k. Sediaan mandi surya dan tabir surya l. Sediaan kuku

m. Sediaan higiene mulut

D. Bentuk sediaan obat

obat mempunyai berbagai macam bentuk dan semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Beberapa bentuk obat antara lain adalah Tablet, pil, Kapsul, kaplet, serbuk.

1. Tablet

Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

Macam-macam tablet, ialah :

a. Tablet kempa, yaitu tablet yang paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung desain cetakan

b. Tablet kunyah, yaitu tablet besar yang tidak ditelan tetapi dikunyah, misalnya tablet antacid. c. Tablet bersalut, macam salut antara lain salut gula dibuat dengan larutan gula, salut tekan

dibuat dengan mesin, salut film dibuat dengan salut polimer. Bentuk tablet salut antara lain o Salut enteric, salut yang dapat tahan terhadap asam lambung dan tablet hanya dapat

hancur di usus baru pecah , tempat obat diabsorbsi.

o Salut gula, menghilankan rasa tak enak dari obat seperti pahit dan sebagainya dan ini dilakukan penyalutan dengan gula.

o tablet lepas-berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).

d. Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa, gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat

e. Tablet efervesen, yang pada penggunaannya tablet dilarutkan dulu dalam segelas air akan keluar gas CO2 dan tablet akan pecah dan larut. Larutan obat ini apabila diminum seperti minum limun karena mengandung sirop dan segar, karena ada gas gas CO2, misalnya tablet Calcium D Redoxon dikenal dengan CDR.

f. tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), g. tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), 2. Pil (pilulae)

Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

(15)

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. kapsul diwarnai untuk membantu identifikasi produk

keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah : a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak

b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)

d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.

e. Mudah ditelan

Macam-macam kapsul antara lain :

a. Kapsul gelatin keras, terdiri dasar sebagai wadah obat dan tutupnya. Bentuknya keras, hingga banyak orang menyangka kaca yang tidak dapat hancur. Tetapi bila kapsul ini kena air akan lunak dan hancur.

b. Kapsul gelatin lunak, tertutup dari pabrik dan obatnya sudah dari dulu diisi di pabrik. Agar menarik, kapsul ini diberi warna.

4. Kaplet (kapsul tablet),

Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul, untuk pemberian oral sehingga mudah ditelan

5. Serbuk

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar.

Macam-macam serbuk :

a. Serbuk terbagi, bentuk serbuk ini berupa bungkusan serbuk dalam kertas perkamen atau dalam kentong-kantong plastic kecil, tiap bungkus merupakan satu dosis.

b. Serbuk tak terbagi, serbuk dalam jumlah yang banyak ditempatkan dalam dos, botol mulut lebar, misalnya ialah bedak.

c. Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat. Cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam segelas air, terjadi reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan mengeluarkan CO2 dan akan menimbulkan rasa seperti limun.

6. Pulveres

Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.

7. Cair

a. Larutan, merupakan suatu larutan obat dengan pelarutnya adalah air atau ditambah zat cair lainnya seperti sedikit gliserin, alcohol dan sebagainya.

b. Eliksir, cairan jernih berisi air dan alkohol; dirancang untuk penggunaan oral yang diberi pemanis mengandung obat dan diberi bahan pembantu. Sebagai pelarut adalah gliserin, sirup atau larutan sorbitol.

c. Sirup, adalah larutan obat dalam larutan gula yang jenuh, biasanya diberi esen.

d. Emulsi adalah suatu campuran dua zat cair yang tidak mau campur, biasanya minyak dan air, diman zat cair yang satu terdispersi dalam zat cair yang lain dengan bentuan emulgator. Contoh: Emulsum Olei Iecoris Aselli. Bentuk ini selain untuk oral juga ada yang untuk topical (losion) dan injeksi.

e. Suspense adalah suatu campuran obat berupa zat padat terbagi halus yang terdispersi di dalam medium cairan. Biasanya cairan yang dipakai adalah air, dan harus digojog dulu sebelum digunakan. Bentuk suspense oral dapat berupa, suspansi oral, mixture, magma dan gel.

(16)

- Suspense oral, adalah sediaan cair yang diberi behan pembau dan perasa, mengandung obat padat yang terbagi halus dan tidak larut. Beri tanda gojog dulu sebelum digunakan. Untuk menjaga stabilnya zat padat terdispersi diberi bahan pensuspensi misalnya gom, CMC.

- Mixture, adalah sediaan cair yang mengandung partikel obat padat yang terbagi halus. Beri tanda gojog dahulu sebelum digunakan. Mengandung bahan pensuspensi atau tidak. Karena partikelnya sangat halus mudah terdispersi.

- Magma, adalah sediaan yang mengandung obat padat terbagi halus terdispersi dalam cairan, karena zat padatnya banyak, maka sangat vikses maka tidak mengandung bahan pensuspensi. Sebagai contoh : Milk Magma.

- Gel, merupakan obat padat yang mempunyai daya menyerap air yang sangat besar (hidrasi) dan ukuran partikelnya sangat kecil (koloid), sangat vikses dan tanpa bahan pensuspensi. Sebagai contoh : Koalin gel, Pectin gel sebagi obat anti diare.

- Galenik, merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disaring.

- Ekstrak (extractum), merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

- Imunoserum (immunosera), merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan mengikut kuman/virus/antigen.

- Salep (unguenta), merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

- Suppositoria, merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

- Obat tetes (guttae), merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

- Obat gosok (liniment), yaitu preparat biasanya mengandung alkohol, minyak atau pelembut sabun yang dioles pada kulit

- Losion, yaitu obat dalam cairan, suspensi yang di oles pada kulit untuk melindunginya f. Injeksi (injectiones), merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau

serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut

Macam bentuk sediaan :

- Berupa larutan dalam air, contoh injeksi Vit. C.

- Berupa larutan dalam minyak, contoh injeksi Oleum Camphoratum. - Berupa larutan lain seperti Solutio Petit, contoh injeksi Luminal.

- Berupa suspense obat padat dalam aqua, contoh injeksi Suspensi Hidrokortison Asetat. - Berupa suspense dalam minyak, contoh injeksi Penisilin dalam minyak.

(17)

- Berupa Kristal steril untuk dibuat larutan dengan penambahan pelarut steril yang umumnya aqua steril. Contoh injeksi Penisilin G. Natrium.

- Berupa Kristal steril, untuk dibuat suspense dengan zat cair steril, umumnya aqua steril. - Infusa, merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan

air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Cairan infuse intravena yang berupa larutan dalam volume besar untuk dosis tunggal infusa, sebagai pelarut aquabest steril,seperti dekstrosa, restorasi keseimbangan elektrolit seperti larutan Ringer, pengganti cairan badan seperti larutan NaCl dan Dekstrosa.

- Cairan untuk diagnose, berupa larutan untuk uji coba fungsi organ. Wadah untuk larutan injeksi dapat berupa :

- Ampul, 1 ml, 2 ml, 10 ml, dibuat dari gelas netral dan ditutup dengan peleburan, merupakan wadah takaran tunggal dosis tunggal.

- Vial atau flakon merupakan wadah takaran berganda yang dibuat dari gelas netral dengan tutup karet dan di luarnya dengan tutup (kap) dari alumunium.

- Botol infuse, biasanya 500 ml dan berisi larutan infuse intravena.

E. Rangkuman

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas, atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat berizin. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya terbagi menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika, Masing-masing golongan mempunyai kriteria dan mempunyai tanda khusus. obat mempunyai berbagai macam bentuk dan semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Beberapa bentuk obat antara lain adalah Tablet, pil, Kapsul, kaplet, serbuk, Pulveres dan Cair. Bentuk cair antara lain Larutan, eliksir, sirup,emulsi, suspense dan injeksi.

(18)

PENATALAKSANAAN OBAT

A. Pendahuluan

Perawat melakukan pengkajian terhadap kemampuan klien terhadap pengobatan terhadap dirinya, membantu memutuskan kapan klien menerima pengobatan sesuai dengan waktunya, menerima obat yang tepat dan memonitor efek samping terhadap pengobatan. Klien dan keluarga diberi pengetahuan tentang administrasi pengobatan dan dilibatkan dalam memonitor pasien sebagai bagian integral terhadap peran perawat. Jangan mendelegasikan proses pemberian obat kepada asisten perawat dan gunakan proses keperawatan sebagai bagian dari asuhan keperawatan.

B. Penatalaksanaan Obat

Penatalaksaan obat secara umum dibagi menjadi 2 yaitu pemberian obat langsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.

8. Pemberian obat ke pasien

Dalam membahas tentang prinsip pemberian obat, dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu persiapan, pemberian dan evaluasi.

a. Persiapan

Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat (tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya). Setelah itu melakukan persiapan yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum pengobatan.

b. Pemberian, ada 6 benar yang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat. c. Evaluasi

a. Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap pengobatan. Untuk obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1 jam setelah pemberian.

b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat. Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang ketergantungan obat.

- Pendekatan khusus kepada pasien curiga

Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau pemberian yang diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien. Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien sebelum meminta pasien untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah obat disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun sudah dilakukan pendekatan pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan dalam keadaan darurat.

- Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.

Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya.Perawat harus bersikap tegas dalam pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara keinginan hidup dan mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena pasien merasa diperhatikan.

(19)

Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi hidup.Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan keperawatan diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien. - Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat

Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya menganggap bahwa obat adalah segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-cara melewati proses kehilangan. c. Pendidikan Kesehatan

Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan pemberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

9. Cara Penyimpanan Obat

Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik bentuk sediaannya maupun kemasannya. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kerusakan obat. Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu suhu, posisi, dan kadaluarsa.

a. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), sehingga metode penyimpanan masing-masing obat berbeda-beda, sesuai karakteristik obat, misalnya:

- insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), - vaksin tifoid antara 2 - 10°C,

- vaksin cacar air harus < 5°C (beku)

b. Posisi/letak, yaitu pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.

c. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak. Obat yang kedaluwarsa akan berkurang khasiatnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat: a. Umum di rumah (petunjuk sewaktu pasien pulang)

- Jauhkan dari jangkauan anak – anak.

- Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

- Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.

- Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.

- Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa. b. Khusus :

- Tablet dan kapsul, Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab. - Sediaan obat cair, obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer)

agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.

- Sediaan obat vagina dan ovula, sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.

(20)

- Sediaan Aerosol / Spray, sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

C. Prinsip 6 benar

Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat adalah suatu bentuk pendelegasian terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat dimana Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip 6 benar.

1. Benar Pasien

Obat diberikan kepada pasien yang tepat dengan memastikan gelang identifikasi sesuai prosedur yang berlaku pada institusi tersebut . Kejadian kesalahan pemberian obat terhadap pasien yang berbeda kadang-kadang bisa terjadi. Sangat penting mengikuti langkah-langkah atau prosedur sehingga memberikan obat kepada pasien yang tepat. Sebelum memberikan obat, gunakan paling sedikit dua identifikasi kapanpun pemberian obat akan diberikan (TJC, 2008) dalam Potter & Perry (2009).

Mengidentifikasi pasien yang dilakukan yaitu: nama klien, nomor telepon atau identitas pribadi pasien. Jangan menggunakan identifikasi kamar atau ruangan pasien. Melakukan identifikasi dilakukan pada saat berhadapan dengan pasien. Mengidentifikasi pasien dapat dilakukan dengan memberikan tanda di lengan pasien, kemudian menanyakan nama lengkap pasien dan agency nya sehingga yakin bahwa perawat sudah berhadapan dengan pasien yang benar. Beberapa rumah sakit menggunakan barcode sehingga perawat akan terhindar dari kesalahan identifikasi pasien.

2. Benar Obat

Benar obat adalah obat yang diberikan sesuai dengan yang diresepkan. Kadang-kadang perawat harus menuliskan resep yang ada dalam catatan medical record pasien. Pada saat akan mempersiapkan obat, harus diperiksa sesuai dengan catatan yang ada dalam medical record pasien. Hal yang dilakukan dalam upaya mencegah kesalahan terhadap pemberian obat harus diperiksa ulang tiga kali, yaitu: sebelum memasukkan dari kontainer, dan pada saat sebelum disimpan di kontainer. Persiapan pemberian obat tidak boleh didelegasikan kepada orang lain dan dikelola oleh sendiri kepada klien.

The Joint Commission (TJC, 2008) dalam Potter & Perry (2009), menyatakan hal harus

diperhatikan terhadap benar obat, yaitu:

a. Meyakinkan informasi pengobatan kapanpun terhadap obat yang baru atau obat yang diresepakan pada saat pasien pindah ke ruang perawatan yang lain.

b. Jangan Pernah menyiapkan obat yang berada dalam container yang tidak diberi nama atau label yang tidak jelas.

c. Jika memberikan obat harus memperhatikan unuit dosis dalam kemasan kemudian periksa kembali label pada saat memberikan obat.

(21)

d. Memeriksa kembali seluruh obat yang dibrikan pada klien sesuai dengan catatan medicar=l record pasien.

e. Memeriksa dua identitas pasien sebelum obat diberikan pada pasein. 3. Benar Dosis

Dosis diberikan sesuai dengan karakteristik pasien sesuai hasil perhitungannya dan jenis obatnya (tablet, cairan) dalam jumlah tertentu. Unit dosis sistem sangat baik dilakukan untuk mencegah kesalahan perhitungan obat. Perawat harus mampu melakukan perhitungan terhadap kalkulasi obat yang dibutuhkan pasien. Tindakan yang dilakukan supaya tepat dalam memperhitungkan dosis obat yaitu:

a. Kemasan obat tablet dibuka hanya pada saat diberikan kepada pasien. Bila dibutuhkan dosis obat hanya dosis tertentu, pemotongan tablet tersebut dilakukan dengan ujung pisau atau alat potong obat. Beberapa rumah sakit mengijinkan atau membiarkan perawat untuk menyimpan obat tablet yang sudah terbuka untuk diberikan pada pemberian selanjutnya.

Institute for Save Medication Practise (ISMP, 2006) dalam Potter & Perry (2009) menyatakan

bahwa harus diperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan keterampilan memotong tablet yang dilakukan perawat, sehingga menghindari kesalahan dosis obat.

b. Sebelum melakukan perhitungan dosis, alat standar digunakan sesuai kebutuhan, seperti gelas ukur obat, syringe, dan skala tetesan, untuk mendapatkan pengobatan dengan ukuran yang tepat

4. Benar Waktu

Obat yang diberikan harus sesuai dengan program pemberian, frekuensi dan jadwal pemberian. Perawat terus mengetahui jadwal pemberian obat dalam setiap kali pemberian obat yang diberikan setiap 8 jam atau obat yang diberikan tiga kali dalam satu hari. Hal tersebut dapat dijadwalkan dengan baik, sehingga perawat dapat merubah waktu sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan pasien terhadap obat terutama insulin, diberikan setengah jam sebelum pasien makan. Berikan obat antibiotic sesuai jadwal yang benar, untuk mempertahankan efek terapeutik dalam darah, rentang waktu pemberian obat dilakukan dalam enam puluh menit sesuai jadwal pemberian obat (30 menit sebelum atau setelah jadwal pemberian).

5. Benar Cara/Rute

Obat yang diberikan harus sesuai rute yang diprogramkan, dan dipastikan bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk klien. Selalu konsultasikan kepada yang meresepkan apabila tidak ada petunjuk rute pemberian obat. Pada saat memberikan injeksi, yakinkan bahwa pemberian obat benar diberikan dengan cara injeksi. Sangat penting diperhatikan dalam melakukan persiapan yang benar, karena komplikasi yang mungkin terjadi adalah abscess atau kejadian efek secara sistemik. Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parentral,

topikal, rektal, inhalasi.

a. Oral, adalah rute pemberian yang paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diarbsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tabler ISDN.

b. Parentral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping enteron berarti usus, jadi parentral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (preset/perinfus)

c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa. Misalnya salep, losion,

(22)

d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau suposutoria yang akan

mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax sup), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid sup). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk suposutoria.

e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk

absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin) combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

6. Benar Dokumentasi

Dokumentasi dilaksanakan setelah pemberian obat dan dokumentasi alasan obat tidak diberikan. Perawat dan petugas kesehatan yang lain penting melakukan dokumentasi untuk melakukan komunikasi. Beberapa kesalahan pemberian obat disebabakan komunikasi yang tidak tepat. Dokumentasi sebelum melakukan pemberian obat sesuai standar Medication Administration

Record (MAR), yang harus dilakukan: nama lengkap pasien tidak ditulis dengan nama singkatan,

waktu pemberian, dosis obat yang dibutuhkan, cara pemberian obat dan frekuensi pemberian obat. Masalah yang bisa muncul terhadap penulisan resep obat diantaranya informasi yang tidak lengkap, tulisan yang sulit dibaca, tidak jelas, tidak dimengerti, penempatan angka desimal, untuk dosis obat sehingga terjadi kesalahan dosis dan tidak sesuai standar (Hughes & Ortiz, 2005 dalam Potter & Perry, 2005), maka segera dilakukan kontak terhadap yang menulis resep tersebut. Pembuat resep harus menulis resep secara akurat, lengkap, dan dapat dimengerti. Dokumentasi setelah melakukan pemberian obat sesuai standar MAR, yaitu mencatat segera pemberian obat yang telah diberikan kepada pasien, ketidaktepatan pendokumentasian terhadap kesalahan pemberian dosis obat sehingga menyebabkan penanganan yang kurang tepat terhadap koreksinya, mencatat repson klien setelah pemberian obat apabila ada efek obat maka pendokumentasian waktu, tanggal dan nama petugas yang memberikan dan yang menulis resep dalam catatan medical record pasien.

D. Rute Penggunaan Obat

Zat aktif obat tidak dapat digunakan begitu saja untuk pengobatan, tetapi harus dibuat suatu bentuk yang cocok serta pula dipilih rute penggunaan obat yang sesuai agar tujuan pengobatan dapat tercapai, sehingga dalam pemberian obat perlu pertimbangan mengenai masalah-masalah seperti berikut :

1. Efek apa yang dikehendaki, local atau sistemik

2. Onset yang bagaimana dikehendaki, yaitu cepat atau lambat.

3. Duration yang bagaimana dikehendaki, yang lama atau yang pendek. 4. Apakah obatnya tidak rusak di dalam lambung dan atau di usus.

5. Rute yang mana yang mau digunakan yang relative aman, melalui mulut, suntikan atau melalui dubur.

6. Melalui jalan yang mana yang menyenangkan begi dokter atau pasien. Ada orang yang sukar menelan dan ada orang yang takut disuntik. Dan waktu muntah orang sukar untuk minum obat. 7. Obat yang mana yang harganya relative murah.

Dalam mengkonsumsi obat, ditemukan banyak cara yang dapat dilakukan, tentunya disesuaikan dengan pertimbangan diatas. Berikut ini adalah beberapa cara pemberian obat yaitu Oral, Sublingual, Inhalasi, Rektal, Pervaginam, Perenteral dan Topikal/lokal.

1. Oral

Pemberian obat oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Cara Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Untuk cara pemberian obat ini relatif aman, praktis dan ekonomis. Kelemahan dari

(23)

pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit dan beberapa obat akan mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Bentuk sediaan oral antara lain adalah tablet, kapsul, obat hisap, sirup dan tetesan. Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

2. Parenteral

Pembrian obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Istilah umum yang lain ialah injeksi atau obat suntik. Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspense dalam air atau cairan pembawa lain yang cocok, steril dan digunakan secara parental yaitu dengan merobek lapisan kulit atau lapisan mukosa. Sediaan injeksi atau suntikan tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.

Beberapa cara pemberian metode ini adalah IV, IM, IC, SC a. Intravena (IV)

Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit. Pemberian obat secara intravena merupakan pemberian obat yang sangat berbahaya. obat tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara langsung.

Tempat injeksi

5) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika) 6) Pada tungkai (vena saphenous)

7) Pada leher (vena jugularis)

8) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis) b. Intramuskular (IM)

Injeksi intramuskuler (im) disuntikan masuk otot daging. Injeksi dapat berupa larutan, suspense atau emulsi. Suspense, emulsi dimaksudkan untuk memperoleh efek yang diperpanjang. pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi.

Lokasi penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring miring), dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas (delroid). Tujuan pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat lebih cepat oleh karena vaskularitas otot. c. Injeksi subkutan/ hipodermik (sk/hd)

Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah luar, daerah dada dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. d. Injeksi intrakutan/ intradermal (ik/ id),

Disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml) dalam kulit untuk tujuan diagnose yaitu menetukan suatu penyakit. Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah dermis/epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral. Injeksi intratekal (it) intraspinal, intradural, disuntikkan kedalam susum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lembar vertebrata) yang ada cairan cerebrospinal.

(24)

e. Injeksi intraperitoneal (ip) disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Jarang dipakai karena bahaya infeksi besar.

f. Injeksi peridural (pd) ekstradural, epidural disuntikkan ke dalam epidural, di atas durameter, lapisan penutup otak terluar dan sumsum tulang belakang.

g. Intrasisternal (is) disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang dasar otak. h. Intrakardial (ikd) langsung kedalm jantung.

i. Intra arteri (ia), penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati

3. Inhalasi

Inhalasi adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen dimana kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Alat inhalasi antara lain Penghisap uap, Alat penguap, Alat penyemprot, Aerosol dan Botol (botol pijatan)

4. Selaput lendir

a. Selaput lendir dimulut

Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

Penggunaan pada selaput lender di mulut digunakan :

- Permen obat perlahan-lahan larut dalam mulut, digunakan sebagai tablet hisap, contoh Kalmycin lozenges, suatu obat anti infeksi. Modifikasinya ialah trokhis, contoh wybert, dibuat dengan gom sebagai adonan, decetak lalu dikeringkan.

- Tablet bukal, yaitu cara mamakainya obat dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut. Absorpsi obatnya melalui selaput lender mulut masuk peredaran darah. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral, dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar. Tablet biasanya berisi hormone steroid. contoh sandopart tablet

- Tablet di bawah lidah (Sublingual), yaitu cara memakainya dimasukkan di bawah lidah. Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri, karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan. contoh obat adalah Isosorbid Tablet.

b. Selaput lendir dikulit (Tablet implantasi)

Cara memakainya tablet kecil bulat, pipih steril, berisi hormone steroid dimasukkan di dalam kulit badan lalu dibalut (implantasi) atau diplester.

c. Selaput lendir di dubur (Rektal)

Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat dulkokal supositoria yang

(25)

berfungsi secara local untuk meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.

d. Selaput lendir divagina

Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya saja dimasukan ke dalam vagina. Penggunaan pada selaput lendir di vagina digunakan ovula, bentuknya oval seperti telur. Efek yang diperoleh adalah local, seperti Cacao, maka jangan dipegang lama dan simpan ditempat sejuk. Biasanya mengandung obat hormone atau antiseptic.

e. selaput lender di mata

Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.

Digunakan :

- Okulenta, yaitu salep mata untuk pengobatan mata.

- Larutan mata, yaitu larutan untuk pengobatan mata, dapat sebagai tetes mata atau cuci mata.

- Suspense mata, yaitu suspense untuk pengobatan mata, sebagai tetes mata. f. selaput lender, di hidung

digunakan Larutan atau suspense hidung dapat berupa tetesan (guttae nasals) atau semprotan. Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa hidung yang membengkak (otrivin nasal drop). Bentuk sediaan drop dan spray. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).

g. Penggunaan pada selaput lendir di telinga

Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep) h. selaput lendir di saluran kencing, digunakan basila, berbentuk batang dimasukkan dalam

uretra, biasanya mengandung OI. Cocos dan efek yang diperoleh local. Maka jangan dipegang lama dengan tangan dan simpan dalam tempat sejuk dan biasanya mengandung obat anti septic.

5. Topikal

Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa, misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata. Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk memperoleh efek pada atau di dalam kulit.

Bentuk obat dapat berupa padat, cair dan semi padat.

a. Bentuk obat padat untuk penggunaan topical adalah serbuk yang tujuannya menyerap lembab, mengurangi geseran antar dua lipatan kulit dan sebagai bahan pembawa obat. b. Bentuk obat cair untuk penggunaan topical adalah :

- Sediaan basah seperti kompres, celupan dan untuk mandi. Contoh obat kompres misalnya Rivanol. Cara yang baik adalah celupan atau mandi bagi penyakit kulit, dapat digunakan larutan Rivanol atau larutan PK (Permanganas Kalicus).

- Losion, biasanya ada zat yang tidak larut tersuspensi. digunakan efek menyejukkan. Tidak boleh digunakan pada luka berair, sebab akan terjadi kerak dan bakteri dapat hidup dibawahnya.

- Linimen, suatu larutan dalam alcohol atau minyak, berbentuk suspense atau emulsi. Digunakan pada kulit untuk pengobatan otot yang sakit lemah. Linimen yang basisnya alcohol digunakan sebagai rube fecient, untuk melancarkan jalan darah, menimbulkan kemerahan.

(26)

c. Bentuk obat semi padat pada penggunaan topical, antara lain: - Salep adalah sediaan setengah padat untuk dipakai pada kulit. - Krim adalah sedian setengah padat yang banyak mengandung air.

- Pasta adalah suatu salep yang mengandung serbuk yang banyak, seperti amilum dan ZnO. Bersifat pengering.

- Jeli adalah suatu sediaan semi padat, kental, lekat dan dibuat dari gom yang hidrasi. Digunakan pada kulit atau membrane mukosa untuk efek pelumas atau sebagai bahan pembawa obat.

Fungsi jeli antara lain:

o Pembawa obat untuk pengobatan kulit. o Pelumas pada kulit.

o Pelindung terhadap rangsangan pada kulit, bakteri dan allergen. d. Bentuk obat aerosol untuk penggunaan topical ada dua tipe,

- Aerosol semprotan pembasah atau permukaan. - Aerosol aliran semprotan.

Tabel 4.1 :Penggunaan Bentuk Sediaan

no Cara Pemberian Bentuk Sediaan Utama

1 Oral Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir, suspensi, magma, jel,

bubuk

2 Sublingual Tablet, trokhisi dan tablet hisap 3 Parentral Larutan, suspensi

4 Epikutan/transdermal Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio, tempelan

transdermal, cakram, larutan, dan solutio

5 Konjungtival Salep 6 Introakular/intraaural

Intranasal

Larutan, suspensi

Larutan, semprot, inhalan, salep

7 Intrarespiratori Erosol

8 Rektal Larutan, salep, supositoria

9 Vaginal Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan, supositoria, spon 10 Uretral Larutan, supositoria

Sumber: Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Howard C. Ansel)

E. Prosedur Kerja

Informasi secara umum yang harus diketahui oleh pasien pada saat mendapat terapi obat adalah: a. Cara minum obat sesuai advis dokter atau anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.

Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk masalah kesehatan yang ringan.

b. Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :

- Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00 - 08.00 WIB. - Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00 -13.00 WIB. - Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB. - Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB. c. Aturan minum obat sesuai advis atau dalam etiket harus di patuhi.

Bila tertulis :

- 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.

- 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari.

Gambar

Tabel 4.1 :Penggunaan Bentuk Sediaan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan dari uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PURCHASE AMOUNT dan

 Pada telapak tangan dan kaki mempunyai Pada telapak tangan dan kaki mempunyai susunan yang sangat khas yang disebut : susunan yang sangat khas yang disebut :

Dari observasi yang dilakukan dapat dilihat dari beberapa faktor yang dapat menyebabkan hasil pemecahan masalah siswa yang kurang seperti pengetahuan metakognisi yang

Produksi yang dihasilkan dari usaha budidaya ikan nila dan usahatani padi jika dikalikan dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara

Variable length subnet mask (VLSM) atau disebut juga subnetting merupakan beberapa metode penciptaan alamat untuk subnet Kelas A, B, atau alamat C dengan membagi satu

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa Bakso sapi terpilih dari segi organoleptik dengan menggunakan uji deskripsi yaitu bakso sapi dengan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir Landasan Konseptual

i Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Karunia dan Rahmat-Nya Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2016, yang