STUDI SISTEM MANAJEMEN PENGAMANAN
DI ANAK PERUSAHAAN PT PERTAMINA (PERSERO)
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh:
Gusti Pangestu Mahardhika
104216059
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR UNIVERSITAS
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK
Judul Kerja Praktik
: Studi Sistem Manajemen Pengamanan di Anak
Perusahaan Pertamina (Persero).
Nama Mahasiswa
: Gusti Pangestu Mahardhika
Nomor Induk Mahasiswa
: 104216059
Program Studi
: Teknik Lingkungan
Fakultas
: Perencanaan Infrastruktur
Tanggal Seminar
: Jakarta, 12 September 2019
MENYETUJUI,
Pembimbing Instansi Pembimbing Program Studi
Bently Nevada Tobing, MBA Betanti Ridhosari, S.T., M.T.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam dan Maha Kuasa atas segala nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan judul Analisis Hasil Temuan Checklist Audit Internal Sistem Mananajemen Pengamanan di Area Kamojang, Lahendong, dan Ulu Belu. Adapun penyusunan laporan ini disusun demi memenuhi nilai Mata Kuliah (MK) Kerja Praktik (KP) dalam Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, di Universitas Pertamina.
Pada kesempatan kali ini dengan hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua dan kakak tercinta yang telah terus memberikan semangat dan dukungan terbaik.
2. Bapak Nepos Pakpahan, selaku ex VP HSSE Hulu Pertamina yang telah mengizinkan pelaksanaan kerja praktik.
3. Bapak Bently Nevada, Bapak Riyan Taufani, Bapak Yusman, dan Bapak Karyadi yang tiada lelah untuk membimbing, memberikan pengarahan, dan juga berbagi ilmu selama melakukan kerja praktik.
4. Ibu Nova, dan Bapak Suyadi dan segenap karyawan HSSE Hulu Pertamina atas bantuan, pengarahan, dan keramahannya untuk setiap hari.
5. Ibu Betanti Ridhosari selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan penuh dari awal hingga akhir pelaksanaan kerja praktik. 6. Ibu Evi Siti Sofiyah selaku dosen wali yang tiada henti memberikan motivasi dalam
melaksanakan kerja praktik.
7. Seluruh teman-teman yang telah membantu dan memberikan masukan yang baik.
Mohon dipahami bahwa dalam penulisan laporan kerja praktik ini masih terdapat banyak kekurangan. Selaras dengan hal tersebut maka saya selaku penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kesalahan.
Jakarta, 14 Agustus 2019
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 1
BAB II PROFIL INSTANSI ... 2
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 2
2.1 HSSE Hulu ... 2
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK ... 5
3.1 Orientasi Umum ... 5
3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 5
3.2.1 Studi Pustaka ... 5
3.2.2 Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu ... 6
3.2.3 Sustainability Report ... 7
3.2.4 Security Risk Assessment (SRA) ... 8
3.2.5 Perkap No. 24/2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan ... 8
3.2.6 Pengecekan Hasil Audit ... 9
3.2.7 Penilaian dan Analisis Hasil Audit SMP ... 10
3.3 Presentasi Akhir ... 10
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ... 11
4.1 Standar dan Elemen Sistem Manajemen Pengamanan ... 11
4.2.1 Standar Kebijakan ... 11
4.2.2 Standar Perencanaan ... 11
4.2.3 Standar Pelaksanaan ... 12
4.2.5 Standar Peningkatan ... 15
4.2 Hasil dan Pembahasan Temuan Audit ... 16
BAB V TINJAUAN TEORITIS ... 23
5.1 Tijauan Umum ... 23
5.2 Fungsi Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dalam Pengendalian Bahaya di Lingkungan Kerja ... 23
5.3 Fungsi Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan ... 23
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 25
6.1 Kesimpulan ... 25
6.2 Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Elemen Sistem Manajemen Pengamanan ...10
Tabel 4.1 Jumlah Temuan Setiap Area ...19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi HSSE Direktorat Hulu ... 4
Gambar 2.2 Twelve Corporate Life Saving Rules (CLSR) ... 4
Gambar 3.1 Flow Chart Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 6
Gambar 4.1 Jumlah Temuan Audt Perelemen ...21
Gambar 4.2 Persentase Pencapaian Setiap Area ...22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengamanan proses bisnis merupakan hal yang sangat vital. Segala aspek dalam aktivitas bisnis perlu diperhatikan keamanannya agar keberlangsungan bisnis dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian materil maupun non-materil. Seiring berkembangnya zaman ancaman dan gangguan keamanan terus berkembang, dengan beragam risiko dan dampak. Mulai dari ancaman terhadap tangible asset, mapun non-tangible asset. Sebagian besar ancaman dalam aktivitas bisnis dapat mengancam keamanan nasional, terlebih perusahaan yang dikelola oleh negara.
Sebagai perusahaan yang dikelola oleh negara dengan aktivitas bisnis yang berisiko tinggi, PT Pertamina (Persero) menaruh komitmen dalam menyelenggarakan pengamanan yang sejalan dengan Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) di setiap aspek bisnisnya. Pada tahun 2017 tercatat bahwa PT Pertamina (Persero) memiliki kurang lebih 153 objek vital nasional (obvitnas) (Sustainability Report Pertamina, 2017). Hal tersebut melatarbelakangi perusahaan untuk mengimplementasikan SMP sesuai dengan Peraturan Kapolri (Perkap) No. 24/2007. Definisi dari SMP berdasarkan Perkap No. 24/2007 adalah sistem manajemen yang disusun untuk melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, serta lingkungan kerja dalam penyusunan sistem pengamanan di area yang ditentukan secara terintegrasi dalam rangka mengurangi risiko ancaman dan bahaya, gangguan dan/atau bencana sehingga tercipta ruang lingkup yang aman, produktif, dan efisien dalam bekerja.
Pada tahun 2017, terdapat 38 unit di sektor hulu yang tersertifikasi sistem manajemen pengamanan (Sustainability Report Pertamina, 2017). Syarat untuk mendapatkan sertifikasi tersebut adalah perusahaan harus melakukan audit eksternal dan mencapai nilai yang telah ditentukan. Namun, sebelum itu diperlukan audit internal terlebih dahulu. Harapannya setelah audit internal dilakukan maka target yang ditetapkan perusahaan ketika audit eksternal dilaksanakan akan tergapai.
1.2 Tujuan
Pada beberapa Anak Perusahaan Hulu (APH) PT Pertamina (Persero) audit internal Sistem Manajemen Pengamanan telah dilaksanakan. Beberapa dari hasil audit telah dilaporkan kepada HSSE Direktorat Hulu. Selaras dengan hal tersebut, maka diperlukan analisis dari hasil audit tersebut. Tujuan dari KP kali ini adalah:
1) Menganalisis hasil temuan audit internal Sistem Manajemen Pengamanan di APH PT
Pertamina (Persero).
2) Menganalisis pengaplikasian Sistem Manajemen Pengamanan di APH PT Pertamina
(Persero) berdasarkan hasil temuan audit internal.
3) Mengetahui peran/fungsi Sistem Manajemen Pengamanan di Anak Perusahaan Hulu PT
Pertamina (Persero) untuk mendukung pengendalian bahaya dan pencemaran lngkungan kerja.
BAB II PROFIL INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Pertamina (Persero) merupakan sebuah perusahaan minyak dan gas yang dimiliki oleh negara. Kegiatan bisnis minyak dan gas yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) dimulai dari sektor hulu, hingga sektor hilir. Masing – masing sektor digerakkan oleh beberapa anak perusahan PT Pertamina (Persero) seperti Pertamina Hulu Energi (pada sektor hulu), PT Pertamina Gas (pada sektor tengah), dan Pertamina Retail (pada sektor hilir). Berdiri sebagai PT Permina pada 10 Desember 1957, perusahaan ini berganti nama menjadi PN Permina pada tahun 1960. Setelah delapan tahun berjalan, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin dan menjadi PN Pertamina pada 20 Agustus 1968. Selanjutnya, berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971 PN Pertamina mengubah sebutannya menjadi Pertamina. Singkat cerita pada tahun 2001 kedudukan Pertamina diubah oleh pemerintah, sehingga pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) dilakukan dengan kegiatan usaha. Sebutan Pertamina tetap bertahan hingga tahun 2003 ketika status hukum perusahaan berubah berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, sehingga menjadi PT Pertamina (Persero).
Sebagai perusahaan besar yang dikelola oleh negara, PT Pertamina (Persero) memiliki sasaran untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia. Guna mencapai sasaran atau visi tersebut, PT Pertamina (Persero) memiliki misi untuk menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
2.1 HSSE Hulu
Health Safety Security Environtment (HSSE) Hulu merupakan fungsi yang terletak di bawah direktorat hulu. Pada bagian direktorat hulu, fungsi HSSE Hulu akan dikelola oleh Vice President HSSE Hulu. Adapun secara umum HSSE Hulu memiliki fungsi sebagai pembuat kebijakan, pedoman, rekomendasi, pengawasan, serta perencanaan yang bersifat strategis sehingga aktivitas yang dilakukan oleh anak perusahaan pada sektor hulu dapat membawakan profit dan menggambarkan citra yang baik bagi korporat.
Pada tingkat korporat, terdapat HSSE Korporat yang dikelola langsung oleh Senior Vice President HSSE Korporat. Adapun pada tingkat direktorat terdapat fungsi HSSE pada masing-masing direktorat yang dipimpin oleh Vice President setingkat. Untuk itu, struktur organisasi dari HSSE Direktorat Hulu disusun sesuai Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi HSSE Direktorat Hulu
Pada Gambar 2.1, terdapat dua jenis garis. Pertama terdapat garis komando/garis lurus yang menunjukkan bahwa jabatan yang berada di bawah akan dikomandokan oleh jabatan yang berada di atasnya. Lalu terdapat garis komando (garis lurus) dan garis koordinasi (garis putus-putus) yang menunjukkan bahwa divisi/fungsi/jabatan yang saling tersambung dengan garis tersebut harus saling berkoordinasi dan dapat saling bertukar saran.
Salah satu upaya untuk menjadi World-Class Energy Company adalah dengan menjadikan HSSE sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, PT Pertamina berkomitmen penuh untuk menerapkan Three HSSE Golden Rules yang mana terdiri dari tiga poin yaitu:
1. Patuh terhadap peraturan dan kebijakan yang berlaku.
2. Intervensi apabila terdapat unsafe action dan unsafe condition. 3. Peduli terhadap diri sendiri maupun sesama.
Gambar 2.2 Twelve Corporate Life Saving Rules (CLSR) Sumber: Energia (2019).
Sehubungan dengan itu, maka terdapat Twelve Corporate Life Saving Rules yang terdiri dari 12 (dua belas) poin sebagai pedoman keselamatan yang dalam pengimplementasiannya juga diintegrasikan dengan Three HSSE Golden Rules. Poin-poin dari Twelve Corporate Life Saving Rules dapat dilihat pada Gambar 2.2.
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Pada kegiatan KP di HSSE Hulu Pertamina (Persero) telah banyak aktivitas yang dilakukan. Aktivitas tersebut antara lain adalah orientasi umum, pengumpulan dan pengolahan data, dan presentasi akhir.
3.1 Orientasi Umum
Kegiatan ini dilakukan pada minggu pertama KP. Pada kegiatan ini, dilakukan pengenalan dan pemahaman setiap divisi dari fungsi HSSE Hulu Pertamina (Persero). Selain itu, pemaparan materi seperti induksi keselamatan kerja dan program twelve corporate life saving rules dilakukan untuk menanamkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta kesadaran terhadap bahaya dalam berbagai kondisi, khususnya di Gedung Pertamina Korporat. Tujuan dari orientasi umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum dari fungsi HSSE Hulu Pertamina (Persero).
3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Setelah kegiatan orientasi umum dilakukan dan gambaran umum dari fungsi HSSE Hulu Pertamina (Persero) telah dipahami, maka dilakukan pengumpulan dan pengolahan data. Pada pelaksanaannya, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, dan pengerjaan tugas khusus. Lalu pengolahan data dilaksanakan dengan menilai hasil audit SMP untuk salah satu APH PT X pada area 1, 2, dan 3. Flow chart yang menggambarkan proses pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data selama KP ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Flow Chart Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.2.1 Studi Pustaka
Pada kegiatan ini dilakukan pembelajaran terhadap Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu, Sustainability Report, Laporan Security Risk Assessment salah satu anak perusahaan dan Perkap No. 24/2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana upaya pengamanan dilakukan pada salah satu APH yang selanjutnya pada laporan ini disebut PT X pada area 1, 2, dan 3.
3.2.2 Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu
Dalam rangka mengamankan aktivitas bisnis dan segala aspek yang terlibat di dalamnya, maka diperlukan pedoman yang ditujukan sebagai alat bantu pengamanan. Pada Direktorat Hulu terdapat Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu yang mana pedoman tersebut diperuntukkan bagi APH yang berada di bawah naungan Direktorat Hulu. Pedoman penyelenggaraan pengamanan ini melingkupi alat pengaman untuk satuan pengamanan (sekuriti), seragam, sasaran pengamanan, upaya pengamanan, hingga perihal tentang audit SMP.
Salah satu hal penting yang berkaitan dengan aspek K3 dan pengelolaan lingkungan yang terdapat pada Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu adalah sasaran pengamanan. Terdapat tiga objek yang menjadi sasaran pengamanan dalam penyelenggaraan pengamanan direktorat hulu. Ketiga objek tersebut ialah personil, materiil/fisik, dan kegiatan.
Pengamanan personil dilakukan untuk mengamankan para personil yang terlibat dalam akitivitas
bisnis seperti: o Pejabat. o Tenaga ahli. o Pekerja, rekanan. o Tamu.
Lalu pengamanan materiil/fisik dilakukan untuk mengamankan:
o Lingkungan perusahaan.
o Instalasi perpipaan.
o Instalasi (IT, air, dan listrik). o Hasil produksi. o Alat angkut. o Dermaga.
Selanjutnya jenis-jenis kegiatan yang diamankan antara lain
adalah: o Produksi.
o Pengolahan. o Penerimaan.
o Penimbunan.
o Penyaluran/distribusi. o Pemeliharaan. o Kegiatan proyek. o Eksplorasi.
o Serta kegiatan perusahaan lainnya.
Masing-masing kegiatan pengamanan tersebut memiliki upaya pengamanan yang berbeda. Sebagai contoh, pada pengamanan kegiatan dari APH dilakukan upaya pengamanan seperti:
Melakukan patroli secara terus menerus.
Melakukan penegakan disiplin terkait pelanggaran ketentuan perusahaan oleh setiap insan
Pertamina.
Melakukan pengawasan dan pemeriksaan alat kelengkapan yang akan digunakan untuk
mencegah terjadinya sabotase.
Melakukan pengawasan terhadap keluar masuknya orang di tempat kegiatan.
Mengadakan pemeriksaan terhadap karyawan Mitra Kerja yang akan digunakan dalam setiap
kegiatan
Menunjukkan kesadaran pengamanan kegiatan.
Pemindahan rute aktivitas.
Melakukan koordinasi secara baik dan teratur terhadap fungsi lain yang terkait serta aparat
keamanan dan pejabat pemerintah setempat untuk dapat mengetahui perkembangan
situasi/keadaan di lingkungan kegiatan yang diselenggarakan.
Melakukan kegiatan samaran untuk menyamarkan kegiatan sebenarnya.
Dari kegiatan pengamanan yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat urgensi dari pengamanan demi mengelola dampak sosial, dampak lingkungan dari suatu kegiatan bisnis, dan kesehatan lingkungan kerja.
3.2.3 Sustainability Report
Setiap tahun, PT Pertamina akan mempublikasikan laporan keberlanjutan. Isi dari Laporan Kebelerlanjutan Pertamina secara garis besar adalah pencapaian atas kinerja dari masing-masing sektor, serta penerapan kebijakan dan program dari masing-masing kinerja. Kinerja yang dimaksud meliputi kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Tujuan dari penyusunan dan penerbitan laporan berkelanjutan ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas akan aktivitas dan pencapaian perusahaan. Hal tersebut harus dilakukan sehingga tercipta persepsi yang baik dari masyarakat terhadap perusahaan.
3.2.4 Security Risk Assessment (SRA)
SRA merupakan tindakan pra-operasi dalam aspek pengamanan. Berdasarkan laporan SRA dari salah satu anak perusahaan, penilaian dan pengukuran risiko pengamanan ditujukan untuk beberapa hal, antara lain:
Sebagai dasar pengelolaan obvitnas terkait aspek pengamanan serta acuan untuk menetapkan
mitigasi risiko pengamanan terkait potensi terjadinya ancaman, gangguan, hambatan, serta
tantangan dari aspek pengamanan.
Sebagai acuan fungsi sekuriti dan atau penanggungjawab sekuriti untuk menetapkan tujuan,
sasaran dan program pengamanan serta menetapkan alokasi sumberdaya dalam pengelolaan
operasional pengamanan terkait aset perusahaan di lokasi operasi.
Sebagai acuan pimpinan puncak dalam mengidentifikasi insiden keamanan yang memiliki
dampak timbulnya keadaan darurat keamanan di lokasi operasi.
Selanjutnya jika ditinjau secara umum, ruang lingkup dari SRA adalah:
Penilaian dilakukan terhadap proses bisnis utama dan operasional kritis.
Link up identifikasi aset perusahaan mencakup proses pengolahan dan penyaluran di area operasi
Penetapan ruang lingkup security risk assessment bergantung kepada kebijakan perusahaan itu sendiri. Terdapat beberapa perusahaan yang melakukan security risk assessment dengan ruang lingkup yang cukup jauh dari area operasi. Penilaian dan pengukuran risiko tersebut bertujuan untuk mencegah, dan menanggulangi ancaman, gangguan, hambatan, serta tantangan akibat eksternalitas dari operasi bisnis. Security risk assessment dilakukan dengan melalui tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut adalah kegiatan identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Kegiatan identifikasi risiko dilakukan terhadap aset, ancaman (kriminal dari pihak internal maupun eksternal, dan non-kriminal), dan kerawanan (yang berasal dari manusia, teknologi, lingkungan, dan proses). Setelah kegiatan identifikasi risiko dilakukan, risiko harus dianalisis. Analisis dilakukan dengan cara memperhitungkan probabilitas kejadian dan dampak yang tejadi. Selanjutnya berdasarkan analisis yang dilakukan maka dibuat tingkatan resiko dari masing-masing resiko yang telah diidentifikasi dan dianalisis. Outcome dari ketiga tahapan tersebut adalah untuk mendapatkan tingkat risiko pengamanan pada aset kritis perusahaan yang akan menjadi acuan perusahaan untuk menetapkan tindaklanjut dan penanganan risiko dengan menerapkan pengendalian keamanan pada penerapan operasional pengamanan perusahaan (Laporan Security Risk Assessment, 2010).
3.2.5 Perkap No. 24/2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan
Seperti sistem manajemen lainnya, SMP juga menerapkan metode Plan, Do, Check, dan Action (PDCA). Namun, yang menjadi pembeda dari SMP dengan sistem manajemen lain adalah terdapat standar kebijakan keamanan sebelum standar perencanaan. Pada umumnya, standar kebijakan sudah terlingkupi pada standar perencanaan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan penetapan kerangka kerja dari SMP serta komitmen dari setiap bagian tingkatan manajemen dalam penerapan SMP. Selanjutnya, masing-masing elemen tersebut diklasikfikasikan ke dalam 5 standar, yaitu standar kebijakan kemanan, standar perencanaan, standar implementasi, standar pemeriksaan, dan standar
perbaikan. Pada Tabel 3.1, terdapat klasifikasi untuk masing-masing elemen.
Tabel 3.1 Klasifikasi Elemen Sistem Manajemen Pengamanan
Standar Standar Standar Standar Standar
Kebijakan Perencanaan Implementasi Pemeriksaan Perbaikan
1. Pemeliharaan
2. Pemenuhan
6. Pelatihan,
Aspek 11. Pemantauan dan Kepedulian, 15. Tinjauan
Peraturan dan Pengukuran
Pembangunan dan Kompetensi Manajemen Perundangan Kinerja. Komitmen. Pengamanan. Pengamanan.
7. Konsultasi, 12. Pelaporan,
3. Manajemen Perbaikan, dan 16. Peningkatan
Komunikasi, Pengamanan. Pencegahan Berkelanjutan dan Partisipasi. Ketidaksesuaian Elemen 4. Tujuan dan 8. Pengendalian 13. Pengumpulan
Dokumen dan dan Penggunaan
Sasaran. Catatan Data
5. Perencanaan
9. Penanganan
Keadaan 14. Audit dan Program. Darurta
10.
Pengendalian Proses Infrastruktur
3.2.6 Pengecekan Hasil Audit
Audit dilaksanakan terhadap 1 sistem manajemen yaitu SMP, dan 1 program yaitu Fit to Work (FTW). Secara garis besar FTW adalah program pemeriksaan kesehatan dari setiap pekerja untuk memastikan pekerja fit untuk bekerja (Kurniawidjaya, 2010). Audit FTW dilaksanakan untuk memastikan dan menilai efektivitas program. Audit dilaksanakan dengan menggunakan tools International Sustainability Rating System (ISRS). Tools ISRS adalah sebuah tools yang digunakan untuk menilai dan meningkatkan kinerja dari sebuah sistem manajemen yang berkaitan dengan HSSE dari suatu organisasi, sehingga aktivitas bisnis yang berjalan akan berkesinambungan dan berkelanjutan. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan upaya pengecekan hasil ISRS yang terintegrasi dengan Audit FTW dan Audit SMP. Pengecekan dilakukan pada seluruh Anak Perusahaan Hulu (APH) Pertamina. Objek yang dicek kembali adalah jumlah temuan dan jenis temuan dari masing-masing audit. Hasil rekap temuan audit dalam soft-copy dibandingkan dengan cetakan (print out) hasil temuan dari masing-masing audit di setiap APH, khususnya hasil temuan Audit SMP pada PT X di Area 1, 2, dan 3. Tujuan dari pemeriksaan kembali adalah untuk menyelaraskan hasil temuan audit dan hasil
rekap temuan audit.
3.2.7 Penilaian dan Analisis Hasil Audit SMP
Setelah dilakukannya pemeriksaan kembali maka selanjutnya dilakukan penilaian dan analisis hasil audit. Penilaian hasil audit dilakukan dengan menggunakan checklist audit yang terdapat pada lampiran. Pada checklist audit, terdapat nilai per kriteria (parameter audit) pada setiap elemen, dan bobot per elemen. Penilaian per kriteria dilakukan dengan meninjau temuan audit terhadap checklist audit. Apabila temuan sesuai dengan kriteria atau parameter yang diperhatikan, maka didapatkan nilai sebesar 1, lalu jika didapatkan dokumen yang termasuk pada kriteria maka akan mendapat nilai sebesar 2. Selanjutnya cara untuk mendapatkan nilai per elemen ditunjukkan dengan Persamaan 3.1.
∑
( )
(Persamaan 3.1)
...
Sehingga nantinya akan didapatkan nilai dengan kisaran 0 hingga bobor per elemen. Setelah didapatkan skor per elemen, maka akan didapatkan skor total. Cara penilaian tersebut diatur berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Nomor 521/2015 tentang Pedoman Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Pengamanan Swakarsa Berdasarkan Peraturan Kapolri No 24 Tahun 2007.
Setelah penilaian dilakukan, maka dilakukan analisis sederhana untuk mengetahui efektifitas implementasi tiap elemen SMP dari Area 1, 2, dan 3 yang dibandingkan dengan jumlah temuan tiap elemen pada setiap area, skor pada setiap elemen, rata-rata skor tiap elemen pada 3 area dan skor akhir untuk setiap area. Perhitungan rata-rata skor dihitung dengan cara menghitung fraksi dari masing-masing elemen pada ketiga area, perhitungan ditunjukkan Persamaan 3.2.
... (Persamaan 3.2) Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan SMP hingga mendetil, memperbaiki penerapan yang masih kurang efektif, dan mengetahui pencapaian dari masing-masing area.
3.3 Presentasi Akhir
Presentasi akhir ini merupakan kegiatan yang dilakukan di akhir masa pelaksanaan KP. Konten yang dipresentasikan adalah pembahasan serta hasil dari tugas khusus yang diberikan ketika KP. Tujuan dari presentasi akhir ini adalah untuk memahami atau mendalami tema yang diangkat, serta membantu persiapan presentasi atau seminar KP di Universitas Pertamina. Kegiatan terperinci lain seperti penulisan laporan dan sesi bimbingan dilakukan bersamaan dengan kegiatan yang telah dijabarkan sebelumnya.
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK
Penyelenggaraan pengamanan di Anak Perusahaan Direktorat Hulu Pertamina sudah sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu. Hal tersebut ditunjukkan oleh pelaksanaan Security Risk Assessment, beberapa upaya pengamanan, dan hasil audit internal dari beberapa anak perusahaan.
4.1 Standar dan Elemen Sistem Manajemen Pengamanan
Berdasarkan Perkap No 24 Tahun 2007 untuk membangun sistem pengamanan maka diperlukan sistem manajemen pengamanan perusahaan yang digunakan sebagai wujud pengimplementasian teknik pengamanan. Pengupayaan teknik pengamanan dalam wujud sistem manajemen pengamanan perusahaan di PT Pertamina Persero memiliki enam belas (16) elemen yang terklasifikasi menjadi lima (5) standar yang perlu dipenuhi.
4.2.1 Standar Kebijakan
Elemen 1: Pemeliharaan dan Pembangunan Komitmen
Manajemen puncak merupakan penanggung jawab tertinggi untuk permasalahan keamanan dan sistem manajemen pengamanan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka harus ditetapkan kebijakan pengamanan, struktur tanggung jawab, serta menunjukkan komitmen penuh terhadap sistem manajemen pengamanan. Lalu, tanggung jawab khusus untuk permasalahan pengamanan harus dijatuhkan kepada anggota manajemen puncak yang ditunjuk langsung oleh organisasi. Selain hal tersebut, seluruh pekerja yang berada di bawah tanggung jawab organisasi harus menyadari akan tanggung jawabnya dalam aspek pengamanan termasuk kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
4.2.2 Standar Perencanaan
Elemen 2: Pemenuhan Aspek Peraturan Perundangan Keamanan
Upaya dalam mengidentifikasi dan mendapatkan persyaratan-persyaratan peraturan perundangan dan pengamanan merupakan tanggung jawab organisasi dalam penetapan, penerapan, dan pemeliharaan sistem manajemen pengamanan. Selaras dengan hal tersebut, maka organisasi harus mengkomunikasikan peraturan dan persyaratan kepada pekerja serta pihak yang terlibat, serta menjaga informasi tentang peraturan perundangan tetap terkini.
Elemen 3: Manajemen Pengamanan
Penerapan manajemen pengamanan bertujuan untuk menyediakan panduan dan kerangka kerja yang disesuaikan dengan kondisi aktual. Adapun hal-hal yang harus dilakukan meliputi identifikasi risiko dari aset tangible dan non-tangible, menentukan implikasi dari yang akan terjadi beserta kerugian dan upaya mitigasinya, probabilitas atau kekerapan kejadian, studi kelayakan, analisis biaya, rekomendasi akhir, dan penilaian ulang. Berhubungan dengan hal tersebut, maka data yang diperlukan berupa data atau informasi yang tidak terikat pada data berikut: statistik kejahatan, laporan kejahatan, laporan insiden, keluhan dan gugatan baik dari karyawan maupun masyarakat, informasi intelijen, kondisi ekonomi secara umum, kondisi sekarang, dan informasi dunia industri.
Elemen 4: Tujuan dan Sasaran
Pada saat menetapkan dan meninjau sasaran, terdapat beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan seperti persyaratan operasi bisnis, ketersediaan teknologi, gambaran dari pihak-pihak terkait, serta kondisi keuangan agar sasaran yang ditetapkan realistis. Apabila sasaran sudah ditetapkan, maka organisasi memiliki tanggung jawab penuh kedepannya. Selaras dengan hal tersebut maka yang harus dilakukan oleh organisasi adalah memelihara, dan mengukur sasaran serta tujuan yang telah disepakati. Adapun relevansi dari sasaran dan tujuan dengan komitmen pengamanan, peraturan yang berlaku, perbaikan berkelanjutan, serta syarat lainnya juga harus dipertimbangkan.
Elemen 5: Perencanaan dan Program
Berkaitan dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukanlah program untuk mencapai sasaran dan tujuan. Adapun didalam program tersebut memerlukan persyaratan minimum yang berupa:
Penunjukkan penanggung jawab dan otoritas untuk mencapai sasaran.
Target waktu pencapaian sasaran dan target.
4.2.3 Standar Pelaksanaan
Elemen 6: Pelatihan, Kepedulian, dan Kompetensi Pengamanan
Dalam elemen ini organisasi diharuskan memastikan bahwa setiap personel memiliki kompetensi yang sesuai, diharuskan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan dan sesuai, mengevaluasi pelatihan yang diterapkan dan juga menjaga dokumentasi dari evaluasi yang dijalankan. Selain itu organisasi juga diwajibkan untuk menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk meningkatkan awareness dari setiap personel terkait pengamanan perusahaan.
Elemen 7: Konsultasi, Komunikasi dan Partisipasi
Prosedur yang telah ditetapkan, diterapkan, dipelihara harus dapat berfungsi sebagai prosedur yang:
Komunikatif baik internal bagi seluruh tingkatan maupun eksternal (pihak terkait dalam proses bisnis).
Menghimbau tenaga kerja untuk menyusun rencana seperti:
Pelibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan, sasaran, dan prosedur untuk mengendalikan risiko.
Konsultasi perubahan yang menimbulkan implikasi terhadap risiko pengamanan.
Keterwakilan dalam masalah-masalah pengamanan.
Selain itu organisasi pun harus berkoordinasi dengan pihak eksternal seperti Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM), serta pihak lain yang terkait dalam aspek pengamanan di sekeliling lokasi organisasi.
Elemen 8: Pengendalian Dokumen dan Catatan
Organisasi juga diharuskan untuk menetapkan, menerapkan, serta memilihara prosedur dalam upaya untuk mengendalikan, serta memelihara dokumen serta catatan. Upaya yang dilakukan mulai dari identifikasi, penyimpanan, perlindungan, penarikan, masa simpan, dan pemusnahan catatan.
Elemen 9: Penanganan Keadaan Darurat
Organisasi juga harus memiliki prosedur untuk menangani keadaan darurat. Diharapkan bahwa prosedur tersebut dapat mengidentifikasi potensi terjadinya keadaan darurat, menangani situasi darurat, dan menjadi petunjuk pelaksanaan tim manajemen kritis.
Prosedur yang telah ditetapkan harus diuji dan ditinjau secara berkala. Pengujian dan peninjauan dilakukan guna melatih pihak-pihak terkait dan memastikan adanya relevansi dengan kondisi saat ini.
Elemen 10: Pengendalian proses infrastruktur
Organisasi harus merencanakan pengendalian kegiatan operasional, produk dan/atau jasa yang memiliki risiko gangguan keamanan. Hal tersebut dapat dicapai dengan mendokumentasikan, menerapkan pengawasan dan pemantauan, serta mengevaluasi kebijakan keamanan atas hal-hal terkait prosedur kerja, dan infrastruktur. Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur:
Pengendalian operasi yang aplikatif untuk kegiatan-kegiatan yang ada.
Pengaruh persyaratan-persyaratan operasi.
Pengendalian terkait identifikasi risiko ancaman dari kegiatan jual-beli produk.
Pengendalian terkait identifikasi risiko ancaman yang melibatkan kontraktor dan pengunjung.
Prosedur terdokumentasi untuk menangani kondisi operasi yang tidak memenuhi persyaratan dari kebijakan pengamanan.
4.2.4 Standar Pemeriksaan
Elemen 11: Pemantauan dan pengukuran kinerja
Prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja pengamanan sangat lah diperlukan. Prosedur tersebut harus mencakupi:
Pengukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai kebutuhan.
Pemantauan berkala atas pencapaian sasaran kinerja.
Pemantauan atas efektivitas pengendalian pengamanan.
Pengukuran proaktif kinerja organisasi atas pemenuhan program yang ditetapkan terkait keamanan.
Anlisis hasil pemantauan.
Apabila terdapat peralatan yang digunakan untuk memantau dan mengukur kinerja pengamanan maka harus dibuat prosedur untuk mengkalibrasi dan memelihara peralatan tersebut.
Elemen 12: Pelaporan, Perbaikan dan Pencegahan Ketidaksesuaian
Pelaporan terbagi menjadi dua yaitu pelaporan internal dan eksternal. Setiap pelaporan tersebut diharuskan memiliki prosedur. Pelaporan internal diperlukan prosedur yang digunakan untuk menangani:
Pelaporan identifikasi faktor korelatif sumber ancaman dan gangguan.
Palaporan terjadinya kejadian berpotensi menimbukan gangguan.
Pelaporan ketidaksesuaian penanganan gangguan.
Pelaporan kinjerja keamanan tempat kerja adapun pelaporan ekseternal meliputi:
Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan.
Pelaporan kepada pihak eksternal yang berkepentingan.
Perbaikan dilakukan dengan mendokumentasikan dan menindaklanjuti setiap temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan ulang SMP. Pendokumentasian dari hasil temuan harus dilakukan secara sistematik sehingga efektif dalam penindaklanjutannya. Selain itu organisasi juga diharuskan untuk memiliki prosedur penanganan terkait kondisi yang tidak sesuai terkait kebijakan pengamanan. Prosedur tersebut harus mencakupi:
Pengidentifikasian dan perbaikan ketidaksesuaian.
Penyelidikan ketidaksesuaian.
Evaluasi kebutuhan untuk mengambil tindakan pencegahan.
Penyimpanan serta pengkomunikasian hasil tindakan perbaikan.
Peninjauan ulang tindakan.
Elemen 13: Pengumpulan dan penggunaan data
Organisasi harus menetapkan, menghimpun dan menganalisis data sesuai untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen keamanan, serta untuk melakukan perbaikan berkelanjutan. Analisis data paling tidak harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi keamanan dan potensi ancaman. Pada konteks ini untuk menunjukkan kesesuaian penerapan sistem manajemen pengamanan, organisasi diharuskan mencatat data dan informasi yang mencakup:
Persyaratan eksternal/peraturan perundangan dan internal kinerja pengamanan.
Izin kerja bagi pekerja asing (tambahan guidelines untuk detail pekerja asing).
Sumber gangguan yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat- pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan
proses produksi.
Kegiatan pelatihan aspek pengamanan.
Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan alat pengamanan.
Rincian gangguan, keluhan dan tindak lanjut.
Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.
Audit dan peninjauan ulang sistem manajemen pengamanan
Pengolahan data statistik.
Elemen 14: Audit
Audit sistem manajemen pengamanan dilakukan secara berkala guna mengetahui keefektifan penerapan sistem manajemen pengamanan. Selain itu audit juga harus dilakukan oleh personel yang kompeten dengan cara yang sistematik, indipenden, dan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan dengan frekuensi yang ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber ancaman dan gangguan yang didapatkan di tempat kerja. Adapun hasil dari audit harus ditinjau kembali untuk perbaikan.
4.2.5 Standar Peningkatan
Elemen 15: Tinjauan Manajemen
Tinjauan ulang sistem manajemen pengamanan harus dilakukan secara berkala guna menjamin kesesuaian terhadap tujuan keamanan, dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan. Pengatasan implikasi ancaman dan gangguan terhadap seluruh kegiatan bisnis, seluruh asset dan terhadap kinerja perusahaan harus berada di dalam ruang lingkup tinjauan ulang sistem manajemen pengamanan. Tinjauan tersebut harus meliputi:
Evaluasi terhadap penerapan kebijakan pengamanan.
Tujuan, sasaran, dan kinerja manajemen pengamanan
Hasil temuan audit sistem manajemen pengamanan
Evaluasi efektivitas penerapan sistem manajemen pengamanan dan kebutuhan untuk mengubah SMP sesuai dengan:
Perubahan peraturan perundangan.
Tuntutan dari pihak terkait dan pasar.
Perubahan produk dan kegiatan perusahaan.
Perubahan struktur organisasi perusahaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaporan.
Umpan balik dari pihak terkait termasuk masyarakat sekitar.
Elemen 16: Peningkatan berkelanjutan
Organisasi secara dituntut secara konsisten untuk terus melakukan perbaikan keefektifan manajemen pengamanan melalui pemakaian kebijakan keamanan, tujuan keamanan, hasil audit, tindakan koreksi dan pencegahan, serta tinjauan manajemen.
4.2 Hasil dan Pembahasan Temuan Audit
Penyelenggaraan audit internal SMP tahun 2018 dilaksanakan oleh hampir seluruh APH. Salah satu APH yang telah melaksanakan audit internal sistem manajemen pengamanan tahun 2018 adalah PT X di Area 1, Area 2, dan Area 3. Pada masing-masing area tersebut didapatkan temuan yang menjadi rekomendasi dari assessor atau opportunity for improvement (peningkatan efektifitas terkait sistem yang dijalankan),
Tabel 4.1 Jumlah Temuan Setiap Area
Area Temuan
1 23
2 18
3 17
Total 58
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada hasil audit SMP 2018 didapatkan 58 temuan. Tujuan dari pembandingan jumlah temuan audit pada masing-masing area adalah untuk mengetahui area yang telah menerapkan SMP hingga mendetail. Selanjutnya temuan tersebut kemudian akan menjadi input dari checklist audit yang terdapat pada lampiran. Berdasarkan checklist audit tersebut maka akan didapatkan pencapaian audit dari setiap area. Pada Tabel 4.3, didapatkan pula nilai untuk setiap elemen yang diaudit.
Tabel 4.2 Nilai Audit
Area Elemen 1 Elemen 2 Elemen 3 Elemen 4 Elemen 5 Elemen 6 Elemen 7 Elemen 8 Elemen 9 Elemen Elemen Elemen Elemen Elemen Elemen Elemen Nilai total
10 11 12 13 14 15 16 1 4.75 5 7.5 3 4.5 4.6875 5 5 10 13.636 4.167 5 5 5 5 5 92.241 2 4.5 5 7.5 5 5 4.375 5 5 9.286 14.318 3.333 5 4.167 5 5 5 92.479 3 5 3.5 10 5 5 4.375 5 4.643 9.286 12.955 5 5 5 5 5 5 94.758 Rerata 4.75 4.5 8.333 4.333 4.833 4.479 5 4.881 9.524 13.636 4.167 5 4.722 5 5 5 Rerata 95 90 83.333 86.667 96.667 89.583 100 97.619 95.238 90.909 83.333 100 94.444 100 100 100 dalam persen
Tujuan dari pengklasifikasian temuan pada setiap elemen adalah untuk menganalisis efektifitas setiap elemen, dan sebagai acuan untuk mengevaluasi sistem manajemen pengamanan yang telah dijalankan. Berdasarkan temuan audit pada setiap elemen untuk ketiga area, maka didapatkan Gambar 4.1.
14 12 10 8 6 Area 1 Area 2 4 Area 3 2 0
Gambar 4.1 Jumlah Temuan Audt Setiap Elemen
dari Gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa temuan yang paling banyak dari ketiga area operasi terdapat pada elemen 10 yang berisikan tentang pengendalian operasi. Pada elemen tersebut, Area 1 merupakan area yang paling banyak mendapatkan temuan audit dengan raihan angka 12, yang kemudian disusul oleh Area 2 dan 3 dengan temuan audit sistem manajemen pengamanan yang berjumlah 8 dan 4. Ketiga area operasi, tidak didapatkan temuan audit pada elemen 7, 14, dan 16 dari sistem manajemen pengamanan.
Selanjutnya, dari Tabel 4.2,didapatkan Gambar 4.2, yang menunjukkan besarnya pencapaian pada masing-masing area. PT X menargetkan 2 penghargaan emas, dan 3 penghargaan silver dari 6 area (Annual Report, 2018). Penghargaan emas akan didapatkan apabila nilai yang dicapai melebihi angka 85 (Perkap No. 24, 2007). Pada audit internal kali ini, ketiga area yang melaksanakan audit telah melampaui target audit eksternal untuk mendapatkan penghargaan emas. Berhubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa implementasi SMP sudah berjalan dengan baik
96 94.76 94 92.41 92.48 92 90
Pencapaian 88 86 85 85 85
Target Audit Eksternal
84
82
80
Area 1 Area 2 Area 3
Gambar 4.2 Pencapaian Setiap Area
Gambar 4.3 Nilai Rerata Setiap Elemen dalam Persentase
Berdasarkan Gambar 4.3, tampak jelas bahwa nilai rata-rata terkecil terdapat pada elemen 3, dan elemen 11. Dengan demikian, maka diperlukan sedikit penekanan dalam pengimplementasian elemen 3, dan elemen 11 dari SMP. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan dari pencapaian target dan optimasi pelaksanaan SMP.
Selain itu dapat kita lihat sebelumnya pada Gambar 4.1 bahwa temuan paling banyak terdapat pada elemen 10 tentang pengendalian operasi. Namun pada Gambar 4.3 tampak jelas bahwa persentase nilai rata-rata yang terdapat pada elemen 10 adalah cukup tinggi, yaitu dengan perolehan persentase sebesar 90.9 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak temuan terkait pengendalian operasi yang berada diluar kriteria checklist audit.
BAB V TINJAUAN TEORITIS 5.1 Tinjauan Umum
Setelah dilakukannya pengumpulan, pengolahan, dan analisis data maka diperlukan peninjauan dari data yang didapat selama KP berlangsung dengan dengan teori yang telah dipelajari. Tinjauan pertama dilakukan dengan meninjau penerapan pengamanan oleh Direktorat Hulu terhadap Perkap No. 24/2007. Pada Perkap No. 24/2007 terdapat elemen 1 tentang pemeliharaan dan pembangunan komitmen. Sehubungan dengan itu, jika dilakukan peninjauan terhadap Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu dengan Perkap No. 24/2007 maka dapat dikatakan bahwa Direktorat Hulu Pertamina telah menaruh komitmen penuh dalam upaya pengamanan. Hal lain juga ditunjukkan dengan adanya Audit Internal SMP yang dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun sekali. Pelaksanaan audit ini menggambarkan elemen 14 tentang audit dari SMP berdasarkan Perkap No. 24/2007.
5.2 Fungsi Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dalam Pengendalian Bahaya di Lingkungan Kerja
Secara tidak langsung penerapan SMP memiliki peran dalam pengendalian bahaya di lingkungan kerja (Ricks, 2015). SMP ikut terlibat dalam pengidentifikasian bahaya yang dapat membahayakan aset-aset penting. Pengidentifikasian tersebut dilakukan dalam upaya penilaian resiko kemananan. Selain itu keterkaitan lainnya juga ditunjukkan dengan adanya banyak upaya pengamanan yang diterapkan di Direktorat Hulu. Upaya penyelenggaraan pengamanan tersebut telah tertulis di dalam Pedoman Penyelenggaraan Direktorat Hulu dalam rangka untuk menggapai tujuan dari upaya pengamanan. Salah satu tujuan pengamanan adalah membuat para pekerja merasa aman dan menutup segala kesempatan bagi para pelaku kejahatan (Ricks, 2015).
Keterkaitan lainnya adalah dengan adanya rencana tanggap darurat. Seperti yang kita ketahui bahwa bencana terjadi akibat dua hal, yaitu secara natural akibat alam, dan akibat manusia. Sehubungan dengan itu, maka rencana untuk mengatasi bencana yang lumrah terjadi harus dipersiapkan. Respon yang cepat terhadap bencana dapat menyelamatkan korban jiwa, mencegah cidera yang parah, dan mencegah atau meminimasi adanya kerusakan aset (Ricks, 2015). Agar pelaksanaan dari rencana tanggap darurat tersebut dapat berjalan efektif, maka perencanaan dari upaya tanggap darurat tersebut harus dikoordinasikan dengan substansi yang berkaitan, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan/atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Teori tersebut sesuai dengan penerapan di lapangan. Contohnya adalah salah satu APH telah berkoordinasi dengan BPBD Sumatera Selatan guna pengamanan aset apabila terjadi terjadi bencana. Selain itu teori yang telah dijelaskan juga dituaikan dalam Pedoman Pengamanan Direktorat Hulu, sehingga seharusnya seluruh APH telah menerapkannya.
5.3 Fungsi Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dalam Pengendalian Pencemaran
Lingkungan
Pengamanan aset layaknya sistem distribusi perpipaan dan sumur minyak sangatlah vital. Instalasi distribusi minyak erat kaitannya dengan illegal tapping. Pada tahun 2012 terjadi 810 kejadian illegal tapping dan puncaknya berada pada kasus pencurian di Jalur Pipa Tempino – Plaju milik salah satu APH yang membentang sepanjang 265 km. Kasus tersebut mencatatkan 317801 barel minyak bumi menghilang dan kerugian hingga Rp 300 miliar dengan asumsi 100 USD per barel. Pada kasus tersebut, tercatat bahwa terdapat 6 korban jiwa, dan 15 orang mengalami luka bakar (Prabantoro,
2015). Kerugian akibat illegal tapping tidak hanya sekedar kerugian materi dan korban jiwa, namun juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada lingkungan akibat adanya tumpahan minyak. Peran Sistem Manajemen Pengamanan dalam pengendalian pencemaran lingkungan adalah sebagai tindakan pencegahan atau preventif. Upaya tersebut termasuk dalam upaya pengamanan dengan cara pemasangan teknologi GPS dan peta elektronik, pengawasan intensif dan melakukan kerja sama dengan aparat terkait (TNI dan Polri), serta pemberdayaan masyarakat dalam rangka merawat jalur pipa.
Pengendalian pencemaran lingkungan secara tidak langsung didukung oleh SMP. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan adanya Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan di Direktorat Hulu. Pada pedoman pengamanan terdapat beberapa target pengamanan seperti aset, personil organisasi dan pihak terlibat lainnya, serta jenis-jenis kegiatan dari organisasi. Target pengamanan berupa aset menjadi salah satu upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan dalam segi pengamanan.
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di BAB 4, maka dapat disimpulkan bahwa pada Audit Internal Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) 2018 yang dilakukan di ketiga area PT X didapatkan 23 temuan pada Area 1, lalu pada Area 2 didapatkan pula 17 temuan, dan pada Area 3 didapatkan 18 temuan. Total temuan Audit Internal Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) 2018 ini adalah sebanyak 58 temuan.
Pada setiap elemen SMP terdapat elemen yang memiliki temuan terbanyak pada tiga area, yaitu elemen 10 tentang pengendalian operasi. Namun, elemen 10 memiliki rata-rata score dari ketiga area yang cukup tinggi yaitu sebesar 90.9 persen. Hal tersebut dikarenakan banyak temuan audit yang berada di luar parameter checklist audit.
Lalu, didapatkan pula rata-rata nilai terendah dari ketiga area. Rata-rata nilai terendah terdapat pada elemen 3 tentang manajemen risiko pengamanan, dan pada elemen 11 tentang pemantauan dan pengukuran kinerja. Meskipun rata-rata nilai yang didapat dari kedua element tersebut merupakan yang terendah, namun persentase nya cukup tinggi yaitu 83.3 persen. Akan tetapi akan lebih baik apabila hasil temuan audit segera ditindak lanjuti, sehingga audit berikutnya akan mendapat hasil yang lebih baik.
Terdapat dua jenis fungsi pendukung dari Sistem Manajemen Pengamanan di APH Pertamina (Persero). Pertama adalah fungsi sebagai pendukung pengendalian bahaya di lingkungan kerja, dan kedua adalah sebagai pendukung pengendalian pencemaran lingkungan kerja. Kaitan SMP dengan K3 cukup erat, hal ini dapat dikatakan karena terdapat beberapa poin penting yang saling beririsan. Pertama adalah SMP ikut terlibat dalam penilaian resiko dan bahaya dari aset penting milik perusahaan. Lalu SMP juga mempertimbangkan upaya tanggap darurat untuk meminimasi dampak dan/atau kerusakan aset dan sasaran pengamanan lainnya akibat bencana yang terjadi secara akibat alam atau manusia.
Fumgsi SMP sebagai pendukung pengendalian pencemaran lingkungan kerja terjadi secara tidak langsung. Hal tersebut dikarenakan tindakan pengendalian pencemaran dilakukan pada pengamanan aset sebagai bentuk upaya preventif dari pencemaran lingkungan. Upaya yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan pengawasan yang intensif, melakukan kerja sama dengan aparat terkait (TNI dan Polri), pemberdayaan masyarakat untuk merawat jalur pipa, serta pemanfaatan teknologi.
6.2 Saran
Pengimplementasian SMP yang pada APH Pertamina (Persero) sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap nilai rata-rata pada masing-masing elemen SMP dari ketiga area. Nilai rata-rata dalam persentase pada masing-masing elemen SMP dari ketiga area dapat dikatakan cukup tinggi. Namun mungkin akan lebih baik apabila tetap mempertahankan keefektifan pengimplementasian saat ini dan menindak lanjuti juga menjaga kesinambungan dari tindak lanjut temuan agar implementasi SMP optimal. Terakhir, terdapat sedikit saran terkait sistem audit yang dijalankan. Pengauditan dokumen yang dijalankan akan lebih baik jika berbasis online. Nantinya, anak perusahaan akan mengupload dokumen yang termasuk ke dalam checklist audit SMP ke website khusus. Hal tersebut harapannya dapat meringankan pekerjaan, dan mempercepat proses audit.
DAFTAR PUSTAKA
PT Pertamina (Persero). (2017). Sustainability Report Pertamina 2017. Diakses pada tanggal 17 Juli 2019 dari https://www.pertamina.com/en/documents/laporan-keberlanjutan#
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2007). Perkap No. 24 Tahun 2007 Tentang Sistem
Manajemen Pengamanan. Diakses pada tanggal 17 Juli 2019 dari
http://ntb.polri.go.id/mataram/2016/01/05/perkap-no-24-tahun-2007-ttg- sistem-manajemen-pengamanan-organisasi-perusahaan-dan-atau-lembaga/
HSSE Direktorat Hulu. (2018). Pedoman Penyelenggaraan Pengamanan Direktorat Hulu No. A-001/D00000/2018-SO Revisi Ke-0. Teks Tidak Terpublikasi. Jakarta: Pertamina
PT Geothermal Energy. (2017). Sustainability Report Pertamina Geothermal Energy 2017.Diakses pada tanggal 18 Juli 2019 dari
http://pge.pertamina.com/Uploads/73d6db1c-d6cc-42bb-aeca-53f23bca7704_2017-laporan-keberlanjutan-pge-sr-lowres-web.pdf
Ricks A, Truett. (2015) Physical Security and Safety: A Field Guide for Practitioner. United States: CRC Press.
Prabantoro, Am Putut. (2014). Migas the Untold Story. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press.
HSSE Korporat. (2019). Driving Safety Sebagai Element ke-12 Corporate Life Saving Rules. Energia Weekly. Edisi 25 Maret 2019, hlm 1
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
1 Standard Pemeliharaan dan Terdapat dokumen kebijakan
Policy pembangunan pengamanan yang bertanggal
komitmen yang dan ditanda-tangani oleh
ditunjukan dalam pimpinan puncak organisasi
kebijakan manajemen yang menunjukkan komitmen
formal organisasi, sekaligus Dokumen Management
sebagai pedoman untuk Kebijakan Pimpinan 2 Representatives
menetapkan arah dan Tertinggi ( GM ) - All Function
kerangka prinsip-prinsip kegiatan organisasi serta menjadi pedoman penetapan sasaran pengamanan
organisasi
5 4.75
Kebijakan pengamanan yang
menunjukkan ditetapkan merupakan hasil
kebijakan lama yang Management
tinjauan ulang secara berkala
belum direvisi VS 1 Representatives
untuk memastikan kesesuaian
kebijakan baru (jika - All Function
dan kelayakannya bagi
ada perubahan) organisasi
Mengkomunikasikan sosialisasi kebijakan
kebijakan pengamanan (internal & Management
kepada pihak internal eksternal) yang 2 Representatives
organisasi seperti unsur meliputi: - All Function
manajemen, pegawai/ - foto kegiatan
karyawan melalui tata cara - absensi peserta
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
yang efektif sehingga sadar sosialisasi
dan memiliki tanggung jawab - materi sosialisasi
individu di bidang
pengamanan organisasi
Mengkomunikasikan
kebijakan pengamanan
kepada kepada pihak eksternal
seperti mitra kerja, tamu
Management
organisasi, dan masyarakat
2 Representatives
dengan tata cara yang effektif
- All Function
sehingga mengerti dan patuh
membantu pengamanan
organisasi
Terdapat penunjukan surat penunjukkan
manajemen khusus MR (
(perwakilan
surat penunjukkan
manajemen) dari salah satu tim Implementasi
Management
anggota pimpinan puncak SMP
2 Representatives
oleh Pimpinan Puncak, tugas dan
- All Function
perwakilan manajemen wewenang tim
tersebut diberi tanggung mengacu pada
jawab dan wewenang untuk Perkap 24 tahun
menerapkan sistem 2007
manajemen pengamanan,
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
menyusun sasaran
pengamanan, dan memastikan pengamanan telah dikelola dalam area yang menjadi tanggung jawabnya
Terdapat penetapan struktur
organisasi pengamanan yang terdapat struktur
didokumentasikan, organisasi dalam
Management
dikomunikasikan dan harus Pedoman SMP dan /
2 Representatives
disediakan personil yang atau SMT (bisa
- All Function
cukup dan memadai untuk ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas-tugas Intra Pertamina.
pengamanan
Terdapat penetapan, pendokumentasian, dan
UTP UPJ dari
pengkomunikasian tanggung Management
masing-masing
jawab dan wewenang dari 2 Representatives
pekerja Fungsi
seluruh personil yang - All Function
Security menyelenggarakan tata kelola
pengamanan dan tugas-tugas pengamanan organisasi
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
Terdapat sumber daya - struktur organisasi
(manusia dan keahliannya), - jumlah personil
infrastruktur (sarana dan fungsi Security
1.Human
prasarana), serta (baik organik dan
Resources
terinventarisasi guna non organik) 2
2. Asset
menunjang penerapan sistem - jenis, jumlah, dan
3.Keuangan
manajemen pengaman yang kondisi sarpras
sudah ditetapkan khususnya sarpras
pengamanan
terdapat alokasi anggaran ditunjukkan dalam
dan/atau biaya pengamanan RKAP tahun
organisasi guna menunjang berjalan
penerapan sistem manajemen contoh:
pengaman yang sudah '- biaya koordinasi 2 Security
ditetapkan pengamanan dengan
aparat (TNI,POLRI)
- biaya investasi
sarpras pengamanan
Terdapat Alokasi Anggaran
Dokumen RKAP 2 Security
pengamanan Organisasi
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
2 Plan Pemenuhan peraturan Terdapat prosedur yang
perundangan terdokumentasi untuk
Pengamanan mengidentifikasi, Prosedur
memperoleh, menetapkan, pemenuhan
menerapkan dan memelihara peraturan 2 5 5 Legal
peraturan perundangan perundangan
keamanan dan persyaratan keamanan
pengamanan lainnya yang dapat diterapkan organisasi
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
Terdapat daftar (hasil Antara lain, namun
indentifikasi) dan dokumen tidak terbatas pada
peraturan perundangan :1. Kepres 63 Tahun
keamanan dan menjaga 2004 ttg Obvitnas2.
catatan tersebut tetap terkini Skep 738 3. Perkap
(up to date) No.24 Tahun 2007
tentang Sistem
Manajemen
Pengamanan4.UU
No. 9 tahun 1998
tentang
Kemerdekaan 1. Legal Mengemukakan 2
Pendapat Di Muka 2.Security
Umum5. Perkap No.
16 tahun 2006
tentang
Pengendalian
Massa6. Perkap no.
7 tahun 2012
tentang Tata Cara
Penyelenggaraan
pelayanan,
pengamanan, dan
penanganan perkara
penyampaian
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
pendapat di muka umum, 7.Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, TerhadapKep Khusus, PPNS, dan Bentuk Bentuk Pengamanan Swakarsa,dll8. Kepmen 3407/2012 ttg Penetapan Obvitnas9.UU 34/2004 ttg TNI10. UU 13/2003 ttg Ketenagakerjaan 11. PP 31/2003 ttg pengalihan bentuk pertamina menjadi perusahaan perseroan12.UU No 2/2002 ttg Kepolisian RI dll.
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
terdapat catatan bukti kegiatan sosialisasi /
Pengkomunikasian informasi catatan Bukti
tentang peraturan sosialisasi
perundangan keamanan dan ( Via intrapertamina
2 Legal
peraturan lainnya yang / via email, bukti
relevan kepada orang yang sosialisasi langsung
bekerja untuk dan atas nama )
organisasi serta pihak terkait lainnya
Persyaratan peraturan Pada STK terkait
perundangan keamanan dan pengamanan,
persyaratan pengamanan Referensi sudah
lainnya yang relevan, dilengkapi dengan
dijadikan persyaratan yang 2 Security
rujukan dalam prosedur dan relevan ex: perkap
petunjuk kerja pengamanan 24/2007, kepres
63/2004, SNI ISO
28000:2009
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
Terdapat bukti penerapan Lihat di Dokumen
peraturan perundangan kontrak BUJP,
keamanan baik terkait sarana dan
persyaratan administrasi, prasarana serta
personil, sarana dan prasarana dokumen
serta operasional pengamanan operasional- Surat
izin operasional
BUJP dan Surat 2 Security
Rekomendasi Polda
terkait BUJP-
Seragam Personil
security sesuai
perkap 24/2007-
KTA aktif Personil
Security
3.Manajemen Resiko terdapat dokumen kerangka
Pengamaan kerja dan panduan praktis STK Identifikasi
dalam melaksanakan dan Pengendalian 2 10 7.5 Security
manajemen resiko Resiko
pengamanan
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
terdapat catatan tabel hasil penilaian resiko pengamanan yang meliputi identifikasi aset organisasi (materiil, personil, dokumen/informasi dan kegiatan), penilaian dan
Tabel penilaian
penetapan 1 All Function
resiko tiap fungsi ancaman/gangguan,
penetapan resiko kerugian (dampak kejadian), peluang kejadian (frekuensi kejadian), dan penetapan tingkat resiko pengamanan (level resiko)
hasil manajemen resiko Bukti Kompetensi
pengamanan dikerjakan oleh penilai manajemen
personil yang memiliki resiko sudah pernah
kompetensi yang relevan mengikuti pelatihan
2 Human
seperti : Risk Resources
Management, Risk
Control ,atau Risk
Assesment
Nilai Bobot Nilai
No. Standar Elemen Kriteria Assessment Dokumen Per Per Per Fungsi Terkait
Kriteria Elemen Elemen
terdapat penetapan pilihan mitigasi resiko pengamanan untuk setiap fungsi di
organisasi untuk mengurangi Tabel penilaian
resiko kejadian baik secara resiko tiap fungsi,
fisik (dengan sarana dan yang sudah 1 All Function
prasarana pengamanan), memiliki mitigasi
penggunaan personil, resiko pengamanan
penyusunan prosedur, dan yang berkaitan dengan proses/kegiatan pengamanan
terdapat penetapan sumber data dan informasi sebagai dasar dalam penilaian resiko
-crime index data pengamanan organisasi
- demografi, seperti data kriminal dari
geografi 2 All Function
kepolisian, laporan kriminal
- hasil kajian risk internal, intel dasar meliputi
assesment data demografi, geografi, dan
kondisi sosial, serta data terkait lainnya yang relevan
terdapat penilaian ulang (re- Dokume/catatan ttg
assessment) resiko penilaian ulang resiko 1 All Function
pengamanan secara berkala.