vi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Peningkatan bisnis perkeretaapian menuntut manajemen untuk terus meningkatkan kinerjanya. Namun dengan banyaknya lini operasi di dalam perusahaan, tidak mungkin bagi manajemen mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, tetap saja ada hal-hal yang luput dari perhatiannya termasuk kecurangan (fraud). Maka dari itulah diperlukan suatu pelaksanaan fungsi audit internal yang memadai dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian ini penulis telah menentukan variabel, variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai (Kuncoro, 2003). Variabel tersebut yaitu audit internal sebagai variabel X (variabel independen) dan pencegahan kecurangan (fraud) sebagai variabel Y (variabel dependen). Objek penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan jasa transportasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada di Jl. Perintis Kemerdekaan No 1, Bandung. Penulis mengambil sampel beberapa auditor internal di PT Kereta Api Indonesia (Persero). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Data yang diperlukan diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner dan berbagai literatur yang relevan. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan Rumus Champion dimana jumlah jawaban Ya dibagi dengan jawaban seluruh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah dilaksanakan secara memadai, dan fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) berperan dalam pencegahan kecurangan (fraud).
vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
The raising of railway business demanded management to improve their performance of work. Yet by the amount of operation line, it’s impossible for management to supervise all the activities which become their responsibility, there must be some things that missed from their supervision included fraud. Because of that, the appropriateness of internal audit function in the company is needed. In this research, the writer has determined the variable. Variable is anything that can be given any kind of value (Kuncoro, 2003). Those variables were internal audit as variable X (independent variable) and fraud prevention as variable Y (dependent variable). The object of this research was The Indonesian Railway which is located in Perintis Kemerdekaan Street No 1, Bandung. The writer took a sample some internal auditor in The Indonesian Railway. The research method was analytic descriptive method with case-study approach. All the datas gained through interview, questionnaire, and any literature which is relevant. The datas processed by using Champion Formula where total answer Yes divided by total respondent’s answer. The result of this research is that internal audit function in The Indonesian Railway has implemented properly, and internal audit function in The Indonesian Railway has a role within fraud prevention.
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ...ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ...7
1.4Kegunaan Penelitian ...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ………...9
2.1.1.2.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Audit Internal13 2.1.1.2.3 Profesionalisme Audit Internal ………..14
2.1.1.2.4 Ruang Lingkup Audit ………16
ix Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODE PENELITIAN ………...34
3.1 Objek Penelitian ………34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………49
4.1 Hasil Penelitian ……….49
4.1.2 Peranan Audit Internal dalam Pencegahan Kecurangan (fraud)...54
x Universitas Kristen Maranatha
4.1.2.2 Ruang Lingkup Fraud Auditing ………...56
4.1.2.3 Pendekatan Auditing ………56
4.2 Pembahasan ………...60
4.2.1 Audit Internal yang Memadai ………..60
4.2.2 Peranan Audit Internal dalam Pencegahan Kecurangan (fraud)...61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………63
5.1 Simpulan ………63
5.2 Saran ………..65
DAFTAR PUSTAKA ………....67
LAMPIRAN ………..69
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Ikhtisar variabel, sub variabel, indikator, skala pengukuran,
dan instrumen………45
Tabel II Association coefficien champion………...47
Tabel III Kesimpulan koefisien………48
Tabel IV Hasil penyebaran kuesioner variabel audit internal yang memadai..57
Tabel V Hasil penyebaran kuesioner variabel peranan audit internal
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Struktur Organisasi PT Kereta Api Indonesia (Persero)…………....73
Lampiran B Struktur Organisasi Satuan Pengawas Internal
PT Kereta Api Indonesia (Persero)………74
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini kegiatan dunia usaha tengah bertumbuh. Berbagai pihak sedang berusaha
untuk membina para pengusaha terutama pengusaha mikro dan menengah. Seperti
yang dilakukan oleh Lusia Efriani, alumnus Universitas Airlangga 2003 yang
hari-harinya kini disibukkan dengan pembinaan usaha kecil di wilayah Kepulauan Riau.
Pembinaan yang dilakukan Lusi ini termasuk training keterampilan, solusi mencari
dana atau modal usaha, menghubungkan antara pengusaha kecil dengan pemodal,
membantu mencarikan pemasaran atau distribusi produk usaha kecil dan pembinaan
tertib administrasi (Tribunnews.com, 25 Maret 2010). Selain itu berdasarkan
informasi yang diperoleh dari (Pay, 2010), Kamar Dagang dan Industri (kadin)
Makassar, Sulawesi Selatan akan menuntun pengusaha lokal untuk berkembang.
Pemerintah pun turut berperan dalam mengembangkan pengusaha, seperti
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang mencanangkan 2010 – 2013 sebagai
tahun percepatan program satu juta pengusaha baru di sektor mikro dan menengah,
yang akan dikoordinir Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(Tempointeraktif.com, 18 November 2009).
Dalam pengembangan usaha mikro dan menengah ini, diharapkan seluruh
pihak dapat turut berperan untuk mengembangkan pengusaha di sektor mikro dan
menengah. Pemerintah daerah perlu menerapkan suatu imbauan atau kalau
B A B I P e n d a h u l u a n | 2
Universitas Kristen Maranatha berkantor pusat, kantor cabang di kota/ kabupaten di Jabar, untuk terlibat membina
satu desa. Sumber dana bagi perusahaan yang akan membina desa, bisa
dimungkinkan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) (Aripin, 2010).
Salah satu perusahaan yang terikat dengan tanggung jawab Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kereta Api Indonesia (Persero) terikat dengan
tanggung jawab Corporate Social Responsibility (CSR) dalam hal pembinaan kepada
Usahawan Kecil dan Menengah melalui Program Bina Kemitraan, dan pada tahun
2009 dana pembinaan yang telah terealisasi sebesar Rp 1.524.030.000 (Indonesian
Railways Company Profile, 2009).
PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penyedia jasa angkutan
perkeretaapian, selain berperan dalam pembinaan kepada Usahawan Kecil dan
Menengah, Kereta Api juga turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah dan
perekonomian nasional (Dikun, 2010). Alasannya adalah karena ekonomi Indonesia
diproyeksikan akan tumbuh secara bertahap dan konsisten dari sekitar 5,5 persen di
tahun 2010 menjadi sekitar 7-8 persen atau lebih di tahun 2014. Dalam jangka
panjang, Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara ekonomi maju dan mandiri di
tahun 2025 (Dikun, 2010). Oleh karena itu, pada tahun 2025-2030 jaringan dan
sistem pelayanan transportasi sudah harus terbangun dan secara efisien dan efektif
berfungsi penuh mendukung pergerakan ekonomi nasional. Dengan melihat proyeksi
ekonomi 15 tahun ke depan, maka pergerakan dan mobilitas perekonomian Indonesia
tidak dapat lagi dibebankan sepenuhnya kepada jaringan jalan, karena kenyataan
yang ada pada saat ini, jaringan jalan yang macet dan rusak telah menyebabkan
B A B I P e n d a h u l u a n | 3
Universitas Kristen Maranatha untuk ekspor, menurunkan daya saing ekonomi, dan menjadi penghalang bagi
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Oleh karena itu Indonesia harus membangun
infrastruktur, industri, dan jasa perkeretaapian nasionalnya ke tahapan dimana
jaringan kereta api menjadi alternatif yang sangat rasional dan efisien dan dapat
bersaing secara sehat dengan jaringan jalan dalam memikul beban pergerakan
ekonomi nasional ke depan. Apalagi dipandang dari berbagai sisi, dengan
mengutamakan angkutan berbasis rel akan lebih baik karena dari sisi energi dan
lingkungan terjadi efisiensi 20 hingga 50 persen (Dni, 2010).
Melihat pentingnya peran perkeretaapian bagi perekonomian nasional, dan
bahkan Undang Undang Perkeretaapian Nomor 23 Tahun 2007 pun mengharuskan
pemerintah untuk menempatkan Kereta Api sebagai tulang punggung angkutan
masal penumpang dan barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional
(Dikun, 2010), maka bisnis perkeretaapian itu sendiri pun menjadi meningkat.
Bahkan kini peluang bisnis rel perkotaan di kawasan Asia Pasifik masih menjanjikan
karena sejumlah negara masih mengandalkan kebutuhan transportasi cepat dan
masal. Menurut Eugene van de Weerd, Direktur Frost & Sullivan Indonesia, “Proyek
ini ditujukan mencapai sistem transportasi umum yang lancar, menghubungkan
berbagai daerah pinggiran dan area bisnis di perkotaan” (Dni, 2010). Selain itu,
peningkatan peran Kereta Api dalam perekonomian juga dapat dilakukan dengan
membangun interaksi jaringan Kereta Api dengan kawasan industri, sentra pertanian,
wilayah pertambangan, dan kawasan ekonomi khusus lainnya (Dikun, 2010).
Dengan adanya tuntutan terhadap peran perkeretaapian bagi perekonomian
nasional ini serta dengan adanya peningkatan bisnis perkeretaapian, tentunya
B A B I P e n d a h u l u a n | 4
Universitas Kristen Maranatha kinerjanya di setiap lini operasi perusahaan agar dapat memenuhi tuntutan peran
tersebut. Tetapi dengan banyaknya lini operasi di dalam perusahaan, membuat
manajemen tidak mungkin dapat mengawasi secara penuh kinerja setiap lini operasi,
ada kemungkinan salah satu dari lini tersebut akan sedikit terabaikan. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian internal yang baik yang dirancang sedemikian rupa oleh
manajemen untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti
misalnya kecurangan (fraud). Karena dengan lemahnya pengendalian internal di
dalam suatu perusahaan, maka hal itu dapat memicu terjadinya kecurangan (fraud)
yang akan berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Kecurangan
(fraud) mencakup perbuatan melanggar hukum dan pelanggaran terhadap peraturan
dan perundangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang.
Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu
organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi tersebut
(Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004). Kecurangan (fraud) yang
terjadi dapat berupa pencurian, penggelapan, penyelewengan, dan lain-lain.
Perusahaan memerlukan seorang auditor internal dalam mencapai
pengendalian internal yang baik, karena auditor internal berfungsi untuk
menjalankan audit internal, dimana audit internal merupakan suatu bentuk
pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Setiap kejadian yang tidak sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan akan dapat terdeteksi oleh auditor, termasuk
kecurangan (fraud) yang terjadi dan kemudian auditor internal akan memberikan
saran untuk perbaikan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Standar Profesi Audit
Internal sendiri telah mengemukakan standar yang terkait dengan identifikasi
B A B I P e n d a h u l u a n | 5
Universitas Kristen Maranatha kecurangan) yaitu, audit internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk
dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan (Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal, 2004). Selain itu practice advisory 1210.a2-1,
“identification of fraud” (identifikasi kecurangan), menyarankan agar:
“Auditor internal bertanggung jawab untuk membantu pencegahan
kecurangan melalui pemeriksaan dan pengevaluasian kecukupan dan efektivitas sistem kontrol internal, setara dengan tingkat potensi
eksposur/risiko di berbagai segmen operasi organisasi.” (Sawyer et al, 2006).
Sebelum melakukan penelitian ini lebih lanjut, penulis telah menentukan
variabel terlebih dahulu. Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai
macam nilai (Kuncoro, 2003). Penulis menentukan dua variabel yaitu audit internal
sebagai variabel X (variabel independen) dan pencegahan kecurangan (fraud)
sebagai variabel Y (variabel dependen). Menurut (Sawyer et al, 2006), audit internal
memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha. Penelitian mengenai
peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud) telah dilakukan terlebih
dahulu oleh:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alwin Fauzan pada tahun 2003 dengan
objek penelitian audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian
internal persediaan barang jadi pada PT PINDAD (Persero), Bandung.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa audit internal berperan
dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan barang
jadi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Pahala Simatupang pada tahun 2005
B A B I P e n d a h u l u a n | 6
Universitas Kristen Maranatha dalam meningkatkan manajemen mutu perusahaan pada PT Telkom
Indonesia Tbk. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa audit
internal berperan dalam menunjang implementasi manajemen mutu.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Ihsan
Kusumah pada tahun 2008 dengan judul “Peranan Audit Internal dalam Pencegahan
Kecurangan (fraud) (studi kasus pada PT Bank Jabar Banten Cabang Utama,
Bandung)”. Objek penelitian tersebut adalah audit internal dan pencegahan fraud
pada Kantor PT Bank Jabar Banten Cabang Utama, Bandung. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa audit internal memiliki peran yang signifikan di dalam
pencegahan kecurangan (fraud).
Melihat bahwa audit internal memiliki peran yang penting di dalam kinerja
perusahaan, baik itu perbankan maupun industri, serta untuk menguji apakah audit
internal juga berperan dalam kinerja perusahaan jasa lainnya terutama jasa
transportasi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali dalam hal
peranan audit internal dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud
untuk menyusun sebuah skripsi dengan judul:
“Peranan Audit Internal dalam Pencegahan Kecurangan (fraud) pada
PT Kereta Api Indonesia (Persero)”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang penulis ajukan
B A B I P e n d a h u l u a n | 7
Universitas Kristen Maranatha 1. Apakah fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah
dilaksanakan secara memadai?
2. Apakah fungsi audit internal berperan dalam pencegahan kecurangan (fraud)
pada PT Kereta Api Indonesia (Persero)?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apakah fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia
(Persero) telah dilaksanakan secara memadai.
2. Untuk mengetahui apakah fungsi audit internal berperan dalam pencegahan
kecurangan (fraud) pada PT Kereta Api Indonesia (Persero).
1.4Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Penulis
Untuk memperdalam pemahaman dalam bidang audit internal, serta dapat
menerapkan teori yang telah dipelajari ke dalam kehidupan keseharian.
2. Akademisi
Untuk memberikan pemikiran baru dan informasi dalam menambah
pengetahuan dalam bidang audit internal.
3. Perusahaan
Untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi yang bermanfaat
B A B I P e n d a h u l u a n | 8
Universitas Kristen Maranatha 4. Penelitian Selanjutnya
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan referensi dalam
63 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengenai
peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan (fraud) dan pembahasan yang
telah diuraikan pada Bab IV, penulis menyimpulkan bahwa:
1. Fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah
dilaksanakan secara memadai, karena telah mendukung tujuan dari
adanya fungsi audit internal serta telah memenuhi Standar Profesi Audit
Internal. Hal ini didukung oleh adanya fakta-fakta sebagai berikut:
1) Adanya independensi dan objektivitas yang dapat terlihat melalui:
a. Status organisasi yang baik.
b. Para auditor internal menerapkan sikap objektivitas yang baik.
2) Audit internal paham akan tanggung jawab dan wewenang yang
dimilikinya dalam melaksanakan fungsi audit internal.
3) Setiap anggota tim audit internal melakukan pelatihan audit untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan audit.
4) Audit internal dalam melaksanakan fungsi audit internalnya telah
memenuhi ruang lingkup pekerjaan audit.
5) Audit internal telah melaksanakan survei pendahuluan dengan baik.
6) Pelaksanaan kegiatan audit telah dilaksanakan dengan memadai, hal
B A B V S i m p u l a n d a n S a r a n | 64
Universitas Kristen Maranatha dilaksanakan sesuai dengan Surat Pelaksanaan Tugas Audit (SPTA).
Laporan audit yang dihasilkan pun sudah cukup baik dengan
mencakup lima komponen audit findings (temuan audit), dan auditor
internal selalu melakukan monitoring tindak lanjut terhadap tindakan
koreksi yang dilakukan oleh manajemen.
2. Fungsi audit internal pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) berperan
dalam pencegahan kecurangan (fraud), hal ini dapat terlihat dari
tercapainya tujuan pelaksanaan investigative audit yaitu untuk
menemukan adanya fraud serta penyimpangan di dalam kinerja
perusahaan. Selain itu auditor internal mampu meminimalkan kerugian
dan memberikan rekomendasi hukuman. Fakta-fakta lain yang
mendukung dapat dilihat dari:
1) Standar Pemeriksaan dalam Fraud Auditing
Tim investigative audit mampu menemukan kelemahan atau fraud
yang terjadi di dalam perusahaan. Mereka pun mampu memberikan
bukti yang cukup dan kompeten terhadap dugaan terjadinya fraud.
Auditor internal mampu menemukan adanya penyimpangan, KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme), penyimpangan uang negara, dan
pengadaan barang fiktif.
2) Ruang Lingkup Fraud Auditing
Tim investigative audit melakukan fraud auditing dengan
mempertimbangkan tingkat materialitas dan biaya yang dibutuhkan.
Selain itu, mereka pun mendapatkan suatu petunjuk formal tentang
B A B V S i m p u l a n d a n S a r a n | 65
Universitas Kristen Maranatha diminta oleh manajemen untuk melakukan program peningkatan
integritas bagi para karyawan. Dengan adanya peningkatan integritas
dalam organisasi, fraud dengan mudah dapat diungkapkan karena
adanya kejujuran dan sikap yang tegas dari karyawan.
3) Pendekatan Auditing
Tim investigative audit selalu melakukan pendekatan auditing dalam
melakukan fraud auditing. Mereka dapat melakukan analisis ancaman
dengan baik. Tim investigative audit pun melaksanakan survei
pendahuluan dengan baik sebagai dasar untuk memformulasikan
program audit. Investigative audit ini dilaksanakan oleh para auditor
internal yang memiliki keterampilan, pengetahuan serta pengalaman
yang luas dalam mewawancarai objek audit.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
mencoba untuk memberikan saran-saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan
peran dan fungsi audit internal bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero). Saran-saran
yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1) Sebaiknya investigative audit tidak bersifat insidentil tetapi dilakukan secara
berkala seperti halnya general audit, dan tidak diberitahukan sebelumnya
kepada unit yang akan diperiksa agar diperoleh jaminan bahwa setiap lini
organisasi melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan dengan
B A B V S i m p u l a n d a n S a r a n | 66
Universitas Kristen Maranatha 2) Sebaiknya dalam laporan hasil audit, auditor internal memberikan prioritas
perbaikan yang harus dilakukan oleh manajemen.
3) Sebaiknya auditor internal segera melaksanakan risk-based audit karena hal
itu akan dapat membantu manajemen dalam mengidentifikasi potensi resiko
67
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Auditor. BPKP.
Arens, Alvin A; Elder, Randal J; Beasley, Mark S. (2003). Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Kesembilan. Prentice Hall, New Jersey.
__________________________________________. (2006). Auditing dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas. Prentice Hall, New Jersey.
Aripin, Zaenal. (2010). Percepatan UMKM di Perdesaan. Pikiran Rakyat. Pikiran Rakyat, 20 September 2010, halaman 24.
Champion, Dean J. (1990). Basic Statistic for Social Research. Second Edition. A. Ronald Press Publication, New York.
Dikun, Suyono. (2010). Perkeretaapian Indonesia ke Depan. Naskah antara Menuju Rencana Induk Perkeretaapian Nasional. Indonesia Infrastructure Initiative. Jakarta.
Dni. 2010. Bisnis Rel Perkotaan Meningkat. Koran Jakarta. Koran Jakarta, 3 Desember 2010, halaman 9.
___. 2010. Swasta Memegang Peran Penting. Koran Jakarta. Koran Jakarta, 3 Desember 2010, halaman 9.
Effendi, Arief Muh. Peranan Foresic Auditing dalam Penegakan Good Corporate Governance. Bandung, 22 Mei 2010.
Indonesian Railways Company Profile. (2009). Bandung.
Inilah Solusi Pengusaha Kecil yang Kesulitan Modal.
http://www.tribunnews.com/2010/03/25/inilah-solusi-pengusaha-kecil-yang-kesulitan-modal. Diakses pada tanggal 23 September 2010.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. (2004). Standar Profesi Audt Internal. Penerbit Yayasan Pendidikan Internal Audit, Jakarta.
Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
68
Universitas Kristen Maranatha Mulyadi. (2002). Auditing. Salemba Empat, Jakarta.
Pay, S. (2010). Kadin Bentuk Bank Perkreditan Rakyat bagi Pengusaha Lokal. http://www.tempointeraktif.com/hg/wirausaha/2010/01/31/brk,20100131-222482,id.html. Diakses pada tanggal 23 September 2010.
Ratliff, Richard L. (1998). Internal Auditing Principles and Technique. 2nd edition, The Institute of Internal Auditor, Altanonte Springs, Florida, USA.
Sawyer, Lawrence B; Dittenhofer, Mortimer A; Scheiner, James H. (2006). Audit Internal Sawyer. Buku Tiga. Edisi Lima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Simanjuntak, Riduan. (2007). Kecurangan: Pengertian dan Pencegahan.
http://www.asei.co.id/internal/docs/Asei-Kecurangan.doc. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2010.
Sulawesi Selatan Bidik Satu Juta Pengusaha Mikro di 2013.
http://www.tempointeraktif.com/hg/wirausaha/2009/11/18/brk,20091118-209069,id.html. Diakses pada tanggal 23 September 2010.
Tuanakota, Theodorus M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. (1992). Pemeriksaan Kecurangan : fraud auditing. Rineka Cipta.
___________________. (2000). Audit Internal Suatu Pengantar. Harsindo, Jakarta