TINJAUAN ATAS KEWAJIBAN PEMUNGUTAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI PADA PT KERETA API INDONESIA
(PERSERO) BANDUNG
REVIEW OF THE VALUE ADDED TAX COLLECTION
OBLIGATIONS ON
PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) BANDUNG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Jenjang Studi Diploma III Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: Yuni Mustari
21310022
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 7
1.5.2 Waktu Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Kewajiban ... 8
2.2 Pajak ... 9
2.2.1 Pengertian Pajak ... 9
ix
2.2.3 Fungsi Pajak ... 11
2.2.4 Syarat – syarat Pemungutan Pajak ... 12
2.2.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 13
2.2.6 Teori Pemungutan Pajak ... 13
2.2.7 Yurisdiksi Pemungutan Pajak ... 14
2.2.8 Penggolongan Jenis Pajak ... 15
2.3 Pajak Pertambahan Nilai ... 16
2.3.1 Pengertian PPN ... 16
2.3.2 Dasar Hukum PPN ... 16
2.3.3 Karakteristik PPN ... 17
2.3.4 Objek PPN ... 22
2.3.5 Dasar Pengenaan Pajak ... 22
2.3.6 Tarif PPN ... 24
2.3.7 Saat Terutang PPN ... 25
2.3.8 Tempat Terutang PPN ... 27
2.3.9 Pengaruh Kewajiban Pemungutan PPN ... 27
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Objek Penelitian ... 29
3.2 Metode Penelitian ... 30
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.2.1.1 Teknik Penentuan Data ... 32
3.2.2 Sumber Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Hasil Penelitian ... 32
x
4.1.1.1 Sejarah Perusahaan ... 32
4.1.1.2 Stuktur Organisasi ... 40
4.1.1.3 Uraian Tugas ... 41
4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 48
4.1.2 Analisis Deskriptif ... 53
4.1.2.1 Tata Cara Pemungutan PPN pada PT KAI ... 53
4.1.2.2 Dampak perubahan peraturan pemerintah Pemungutan PPN Pada PT KAI ... 56
4.2 Pembahasan Penelitian ... 59
4.2.1 Analisis tata cara pemungutan PPN pada PT KAI ... 59
4.2.1 Pengaruh Peraturan Pemerintah terhadap Pajak Pertambahan Nilai pada PT KAI ... 61
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
66
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta : CV Andi Offset
Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu. Unikom: Bandung 2012
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2012.
Pasal 1 ayat 1 UU No.16 Tahun 2009
Sukardji, Untung. 2011. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: PT Raja Grafindo
Sarwono,Jonathan danSuhayati Ely. 2010. RisetAkuntansiMenggunakanSPSS.
Bandung :GrahaIlmu
Sukrisno, Agus dan Estralita Trisnawati. 2010. Akuntansi Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat
UmiNarimawati, Sri Dewianggadini,danLinnaIsmawati. 2010.PenulisanKarya
Ilmiah. Bekasi : Genesis.
Waluyo, Wirawan B Ilyas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat
Website resmi Direktorat Jenderal Pajak, www.pajak.go.id
Website resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero), www.kereta-api.co.id
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yuni Mustari
Tempat,Tanggal,Lahir : Bandung, 28 Juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 159 Cm
Berat Badan : 47kg
Golongan Darah : AB
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Telepon : 022-82025597 (HP) 085722282809 Alamat : Jl Sarijadi Blok 23 No.104 Rt 03 Rw 02,
Kel.Sukawarna Kec.Sukajadi, Bandung 40164 E-Mail : yunimustarie@yahoo.co.id
Pendidikan :
1998 - 2004 : SDN Sukawarna I Bandung
2004 - 2007 : SMP Indonesia Raya Bandung
2007 - 2010 : SMAN 15 Bandung
2010 - sekarang : D3 Akuntansi di Universitas Komputer
KATA PENGANTAR
Assalamualaikaum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
selamanya terlimpah curahkan kepada jungjunan dan panutan kita, manusia yang
telah dimuliakan oleh Yang Maha Mulia, pembawa cahaya terang benderang dari
kegelapan jaman Jahiliah, kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umat yang selalu istiqomah menjalankan
ajarannya.
Dalam menyusun laporan ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan
serta petunjuk sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Ibu Dr. Surtikanti., SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Bapak Adi Rachmanto., S.Kom, selaku Dosen Wali
5. Bapak Riswono.,SE.,MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan berkenan untuk memberikan
bimbingan, membina, memberi saran, dan mengarahkan penulis sehingga
laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasannya secara ikhlas di
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer
Indonesia Bandung.
7. Mba Nur Utami selaku pembimbing perusahaan yang telah memberikan
kesempatan dan petunjuk pelaksanaan penelitian yang penulis laksanakan di
PT.Kereta Api Pusat (Persero) Bandung.
8. Papa dan Mamah tercinta beserta keluarga yang telah memberikan doa dan
9. Reza Dwi Armianto yang selalu setia menemani penulis mengerjakan laporan
ini, memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, dan kesabaran bagi penulis.
10.Untuk sahabat-sahabat Astri, Elba, Nita, Boyke, Wawan juga semua
teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih banyak atas
motivasinya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap
semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, pihak-pihak
yang terkait dan bagi pihak lain untuk masa yang akan datang sebagai bahan acuan
atau referensi dalam pelaksanaan penelitian atau pembuatan laporan .
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandung, Juli 2014
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewajiban
Menurut Dr.Marwan Mas, SH (2009:35) dalam bukunya “Pengantar
Ilmu Hukum” menyatakan bahwa :
“Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang
bersifat kontraktual.”
Kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2 pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum
yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada
beban kontraktual, ada keharusan atau kewajiban untuk memenuhinya.
Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat adanya kontrak, melainkan dapat
pula muncul dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang
berwenang. Kewajiban disini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang
disebut wajib hukummisalnya mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak
sepeda motor.
2.2 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut Mardiasmo(2011:17) dalam bukunya menyatakan
bahwa :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
9
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 Tahun 2009 pengertian pajak adalah:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur, yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, baik pemeritah pusat
maupun pemerintah daerah. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta
peraturan perpajakan.
3. Sifatnya dapat dipaksakan.
Hal ini berarti pelanggaran atas aturan perpajakan akan berakibat
timbulnya sanksi perpajakan.
4. Tanpa kontraprestasi langsung dari Negara
Dalam hal ini Wajib Pajak tidak akan bisa mendapat balas jasa atau
kontraprestasi secara langsung dari pajak yang telah mereka bayarkan ke
Negara.
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
10
2.2.1 Pemungutan Pajak
Pajak dimasa lalu merupakan pungutan dari raja kepada rakyatnya yang
bertempat tinggal di wilayah yang dikuasai oleh raja tersebut. Pemungutan pajak
di masa lalu hanya berdasarkan kehendak raja. Tapi dijaman modern ini
pemungutan pajak merupakan pungutan dari negara terhadap rakyatnya, oleh
karena itu banyak ahli membuat definisi pajak.
Pajak bagi perusahaan beban yang harus di tanggung dan akan mengurangi
jumlah pendapatan yang akan di peroleh. besarnya beban pajak yang akan di
bayarkan tergantung pada besarnya pendapatan yang akan di peroleh, semakin
besar pendapatan yang di peroleh, semakin besar pula pajak yang akan di bayar,
sebaliknya demikian.
2.2.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak dalam buku Untung Sukardji (2011:21) mempunyai 2 fungsi
yaitu :
1. Fungsi Budgetair atau Finansial
Fungsi budgetair atau finansial yaitu fungsi yang mengumpulkan
uang dari sektor pajak sebanyak-banyaknya yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara.
2. Fungsi Regulerend atau Mengatur
Fungsi regulerend atau mengatur yaitu fungsi pajak yang mengatur
11
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan menjaga kestabilan
dalam bidang tersebut seperti menjaga kestabilan inflasi.
2.2.3 Syarat-syarat pemungutan pajak
Syarat-syarat pemungutan pajak dalam buku Mardiasmo (2012:2) yaitu:
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat keadilan)
Pemungutan pajak yang dikenakan secara adil dan melihat
kemampuan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Pemungutan pajak yang diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945
untuk memberikan jaminan hukum yang adil baik bagi negara
maupun Warga Negara Indonesia.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan
perekonomian dan tidak menganggu kehidupan ekonomi dari Wajib
Pajak.
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)
Pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga biaya pemungutan
pajak tidak terlalu besar.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Pemungutan pajak dilakukan secara sederhana yang berguna bagi
12
2.2.4 Sistem pemungutan pajak
Dalam buku Mardiasmo (2011:7) sistem pemungutan pajak dibagi atas 3
macam yaitu :
1. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberikan wewenang kepada pemungut pajak untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh seseorang atau
Wajib Pajak.
2. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya
utang pajak pada suatu tahun pajak.
3. Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang pada pihak ketiga (selain Fiskus dan Wajib
Pajak) untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang pada suatu tahun pajak.
2.2.5 Teori Pemungutan Pajak
Dalam buku Mardiasmo (2011:3)terdapat lima teori pemungutan pajak
yaitu :
1. Teori Asuransi
Teori Asuransi merupakan teori pemungutan pajak dimana
pembayaran pajak yang dibayarkan oleh warga negara sebagai premi
13
2. Teori Kepentingan
Teori kepentingan merupakan teori pemungutan pajak dimana
negara memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut
dari warga negaranya berdasarkan pada kepentingan masing-masing
individu.
3. Teori Gaya Pikul
Dasar teori pemungutan pajak ini adalah asas keadilan yaitu setiap
orang yang dikenakan pajak harus sama besarnya atau adil dan pajak
yang dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan kemampuan ekonomi
Wajib Pajak.
4. Teori gaya Beli
Teori ini menekankan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan
masyarakat kepada negara dimaksudkan untuk memelihara
kesejahteraan masyarakat dalam negara yang bersangkutan.
5. Teori Bakti
Teori Bakti ini menekankan pada negara mempunyai hak mutlak
untuk memungut pajak dan sebagai organisasi yang mempunyai
tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum maka rakyat
harus membayar pajak kepada negara sebagai kewajiban dan tanda
14
2.2.6 Yurisdiksi Pemungutan Pajak
Dalam buku Wirawan B. Ilyas (2007:18) terdapat tiga yurisdiksi pemungutan
pajak yaitu :
1. Asas Tempat Tinggal
Merupakan suatu asas pemungutan pajak berdasarkan tempat tinggal
atau domisili seseorang atau Wajib Pajak dalam suatu negara.
2. Asas Kebangsaan
Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada
kebangsaan dari wajib pajak tanpa melihat dari mana sumber
penghasilan tersebut didapatkan oleh Wajib Pajak.
3. Asas Sumber
Merupakan suatu asas pemungutan pajak yang didasarkan pada
sumber penghasilan atau tempat penghasilan berada di suatu negara.
2.2.7 Penggolongan Jenis Pajak
Dalam buku Mardiasmo (2011:5) pengelompokkan pajak digolongkan menurut
golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya sebagai
berikut :
A. Jenis-jenis pajak menurut sifatnya yaitu :
1. Pajak langsung yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
15
2. Pajak tidak langsung yaitu beban pajak yang dapat dialihkan kepada
orang lain.
B. Jenis pajak menurut sifatnya yaitu :
1. Pajak subjektif yaitu pajak yang memperhatikan keadaan Wajib
Pajak dari segi kemampuan ekonominya.
2. Pajak objektif yaitu pajak yang melihat pada objek pajaknya, tanpa
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
C. Menurut lembaga pemungutnya yaitu :
1. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan
digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga negara dan
dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
2. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah dan dimasukkan
ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2.3 Pajak Pertambahan Nilai
2.3.1Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Definisi Pajak Pertambahan Nilai menurut undang-undang sebagai berikut:
Menurut Undang-undang No. 42 tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai adalah
“Pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara
16
2.3.2Dasar Hukum PPN dan Perubahan Undang-Undang PPN
Undang-undangPajak Pertambahan Nilai telah beberapa kali diubah dan
terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 menjadi dasar
hukum Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Berikut
ini merupakan perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yaitu :
a. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang pertama kali
digunakan sebagai dasar hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1984
b. Perubahan Undang Nomor 8 Tahun 1984 digantikan
Undang-Undang 11 Tahun 1994.
c. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai mengalami perubahan
kembali dengan diganti menjadi Uundang-Undang Nomor 18 Tahun
2000.
Perubahan Undang Nomor 18 Tahun 2000 diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dan digunakan sebagai dasar hukum Pajak
Pertambahan Nilai sampai sekarang
2.3.3 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia
Menurut Mardiasmo (2011:5) Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
1. Pajak tidak langsung
Beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dialihkan kepada pihak lain.
17
pajak, sedangkan pihak yang menanggung beban pajak berada pada
penanggung pajak.
2. Pajak objektif
Pajak Pertambahan Nilai sangat ditentukan oleh adanya objek pajak.
Kondisi subjektif tidak dipertimbangkan.
3. Multistage Tax
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan secara bertahap pada jalur
produksi dan distribusi.
4. Nonkumulatif
Pajak Pertambahan Nilai tidak bersifat kumulatif walaupun PPN
memiliki karakteristik multistage tax karena menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan.
5. Tarif Tunggal
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia hanya dikenakan tarif tunggal
yaitu sebesar 10%.
6. Credit Method/Invoice method/Indirect substruction method
Metode ini mengandung pengertian bahwa sistem metode kredit
dengan menggunakan rumus yaitu Pajak Keluaran dikurangi Pajak
Masukan.
7. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
Pajak atas konsumsi Dalam Negeri ini menggunakan prinsip tempat
tujuan dimana pajak dikenakan di tempat barang atau jasa akan
18
8. Consumption Type Value AddedTax (VAT)
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia, Pajak Masukan atas
pembayaran pajak saat pembelian barang atau jasa dapat dikreditkan
dengan Pajak Keluaran yang dikenakan atas penyerahan barang atau
jasa.
2.3.4Objek Pemungutan PPN dan PPnBM
Berdasarkan buku Panduan Bagi KPPN dan Bendahara Pemerintah Sebagai
Pemotong/Pemungut Pajak-Pajak Negara (2009:67) objek PPN yang dipungut
oleh Bendahara Pemerintah yaitu :
A. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai wajib memungut, menyetor dan
melaporkan PPN atas :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh PKP Rekanan;
2. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
3. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
2.3.5 Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah
harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, nilai lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 Pasal 4
19
Nomor 1 Tahun 2012 yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang. Dasar pengenaan pajak ada beberapa macam yaitu :
1. Harga jual
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN dan PPnBM dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan
Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut
undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
3. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau yang seharusnya diminta oleh Eksportir.
4. Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor
Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang
20
5. Nilai Lain
Suatu nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk
menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan diaturdalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 Dasar Pengenaan
Pajak untuk Nilai lain yaitu :
a. untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba
kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba
kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
harga jual rata-rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual
eceran;
f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang
21
h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara
adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan
pembeli;
i. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah
harga lelang;
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih.
2.3.6 Tarif Pajak Pertambahan Nilai dan Contoh Penghitungan
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif
PPN atas ekspor Barang Kena Pajak (BKP) adalah 0%.
Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai. Tetapi Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang
diekspor dapat dikreditkan.
1. Contoh penghitungan Pajak Pertambahan Nilai
Pengusaha Kena Pajak “A” menjual BKP secara tunai kepada
Pengusaha Kena Pajak “X” dengan harga jual Rp 20.000.000. PPN
yang terutang :
22
PPN sebesar Rp 2.000.000 merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak “A”, sedangkan bagi Pengusaha Kena
Pajak “X” PPN tersebut merupakan Pajak Masukan.
2.3.7 Saat Terutangnya PPN
Menurut Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor
42 Tahun 2009 saat terutangnya pajak terjadi pada saat :
1. Penyerahan Barang kena Pajak
2. Impor Barang kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
8. Ekspor Jasa Kena Pajak
2.3.8 Tempat Terutang Pajak
Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 ditetapkan bahwa
tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai adalah :
1. Tempat tinggal atau tempat kedudukan.
2. Tempat kegiatan usaha dilakukan.
23
4. Tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat
kegiatan usaha dilakukan yang diatur dengan Peraturan Direktorat
Jenderal Pajak.
5. Satu tempat atau lebih yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
sebagai tempat pemusatan pajak terutang atas pemberitahuan secara
tertulis dari Pengusaha Kena Pajak.
6. Tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha
dilakukan dalam hal pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
2.3.9 Pengaruh Kewajiban Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2012
tanggal 12 Juli 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 85/PMK.03/2012 Tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara
untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
85/PMK.03/2012Dengan ditunjuknya BUMN sebagai pemungut PPN
maka setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak akan dipungut
PPN-nya sebesar 10% dari jumlah penyerahan yang menjadi Dasar
24
tidak bertransaksi dengan Pemungut PPN, maka PPN yang terutang atas
penyerahan ini dapat diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang
diperoleh/dipungut oleh supplier selama suatu masa pajak , atas selisih
kekurangan bayar PPN ini akan disetorkan paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.
Namun dengan adanya mekanisme pemungutan PPN oleh pihak
BUMN, akan mengakibatkan Pengusaha Kena Pajak yang bertransaksi
dengan BUMN sebagai pemungut PPN ini harus membayarkan jumlah
PPN yang terutang atas penyerahan yang mereka lakukan ini secara penuh
tanpa dikurangkan dahulu dengan Pajak Masukannya. Akibatnya dalam
SPT Masa PPN, apabila sebagian besar atau seluruh penyerahan dilakukan
ke BUMN akan menyebabkan adanya kelebihan bayar PPN.
Berikut ini tabel tanggal penyetoran dan pelaporan PPN sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tabel Tanggal Penyetoran dan Tanggal Pelaporan
Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan
PPN
a. Untuk Bendahara pengeluaran sebagai pemungut PPN,paling lama tanggal 7 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
25
b. Untuk Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar sebagai pemungut PPN, harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui KPPN.
TINJAUAN ATAS KEWAJIBAN PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) BANDUNG
Yuni Mustari
Universitas Komputer Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Bandung. Sehubungan dengan hal itu maka penulis melakukan penelitian mengenai Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai di PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Bandung. Fenomena yang terjadi dari hasil penelitian di perusahaan PT.Kereta Api Pusat (PERSERO) Bandung yaitu adanya keterlambatan dalam penyetoran PPN, banyaknya kesalahan pemindah-bukuan yang dilakukan staff keuangan, dengan dirubahnya peraturan PMK sejak Juli 2012 mekanisme pemungutan PPN oleh pihak BUMN lain PPN yang terutang atas penyerahan mengakibatkan perhitungan PPN PT KAI menjadi lebih bayar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemungutan pajak yang ada tersebut benar-benar diterapkan atau tidak diterapkan oleh perusahaan juga pengaruh perubahan peraturan pemerintah Tahun 2012 terhadap perusahaan.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Analisis dalam penelitian ini adalah Tinjauan Atas Kewajiban Pemungutan PPN pada PT Kereta Api Indonesia. Data yang diperoleh penulis meliputi data primer dan data sekunder yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan studi lapangan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.
Dalam peningkatan dan pembangunan nasional Pemerintah memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan perpajakan sebagai pengadaan dana yang merupakan perwujudan peran aktif masyarakat yang dalam hal ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan perubahan peraturan pemerintah berdampak pada perusahaan dengan pembayaran pajak menjadi lebih bayar pada bulan juli 2012 sehingga menguntungkan perusahaan.
ABSTRACT
This research was conducted at PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung. In this connection, the authors conducted a study on the Value Added Tax Collection PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung. The phenomenon that occurs from the results of research on the company PT.Kereta Fire Center (Persero) Bandung is a delay in the remittance of VAT, the number of errors committed bukuan transfer-financial staff, with the conversion of FMD since July 2012 regulatory mechanisms VAT collection by another state party VAT payable on submission of the VAT calculation of PT KAI result of overpayment. The purpose of this study was to determine how the existing tax collection is actually applied or not applied by the company also influence changes in government regulations in 2012 against the company.
The method used is descriptive method. The analysis in this study is a review of Top Collection of VAT liability on PT Kereta Api Indonesia. The data obtained by the authors include primary data and secondary data with the data collection is done through field studies conducted by observation, interviews, documentation and literature.
In the improvement and development of the national government that routinely require a receipt, then the government put a tax provision of funds that embodies the community's active role in this regard is the Value Added Tax (VAT). The results of this study show the changes in government regulations affecting the company with payment of tax overpayment in July 2012 so profitable enterprise.
Keywords: Voting, Value Added Tax
I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. Apabila semua
wajib pajak bersedia memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak,
tentunya akan semakin besar pula
pendapatan yang masuk dari sektor pajak.
Karena sumber pendapatan terbesar
Indonesia berasal dari sektor pajak. Untuk meningkatkan penerimaan Pajak diperlukan
adanya peningkatan kesadaran dan
kepedulian masyarakat di bidang
perpajakan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.. Dalam Undang-Undang tersebut dikenalkan
sebesar-besarnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta
Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajibannya dibidang perpajakan.
Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Ada dua macam kepatuhan yakni kepatuhan formal dan kepatuhan materiil. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan materiil adalah keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive atau hakikat
memenuhi semua ketentuan materil
perpajakan yakni sesuai isi undang-undang perpajakan.
negara kita bisa menumbuhkan keadaan perekonomian. Sektor pajak masih tetap memililki nilai besar bahkan mengalami kenaikan serta menembus sampai pada prosentase terbesar dari sektor non migas
sementara sektor migas cenderung
mengalami penurunan dan juga bantuan dari luar negeri yang bunganya bisa membesar seiring fluktuasi mata uang dolar terhadap rupiah. Diharapkan pemasukan dari sektor pajak terus dinaikkan salah satunya dengan mengadakan kebijakan-kebijakan baru seperti ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi perpajakan dilaksanakan dengan cara meningkatakan jumlah pajak dan objek pajak baru
sedangakan intensifikasi perpajakan
dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak misalnya intensifikasi pajak di sektor-sektor tertentu.
Dalam system self assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sebagai konsekuensi pemberian
kepercayaan tersebut, wajib pajak wajib menyampaikan surat pemberitahuan berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan yang telah diisi secara benar,lengkap,jelas.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kembali ditunjuk sebagai pemungut
PPN.Penunjukan ini sesuai dengan
ketentuan yang diatur melalui Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor
85/PMK.03/2012 yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
136/PMK.03/2012. Dalam PMK tersebut dimuat tentang tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan dari PPN dan daripada pajak keluaran yang dipungut
sendiri. Dengan adanya mekanisme
disetorkan oleh BUMN lain dengan membayarkan jumlah PPN yang terutang atas penyerahan yang mereka lakukan ini secara penuh tanpa melalui mekanisme pajak keluaran dikurangi dahulu dengan pajak masukannya.
Akibatnya dalam SPT Masa PPN,
apabila sebagian besar penyerahan
dilakukan ke BUMN lain akan
mengakibatkan perhitungan PPN masukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selalu menjadi lebih bayar.
Fenomena yang terjadi dari hasil penelitian di perusahaan PT.Kereta Api Pusat (PERSERO) Bandung yaitu adanya keterlambatan dalam penyetoran PPN, banyaknya kesalahan pemindah-bukuan yang dilakukan staff keuangan, dengan dirubahnya peraturan PMK sejak Juli 2012 mekanisme pemungutan PPN oleh pihak BUMN lain PPN yang terutang atas penyerahan mengakibatkan perhitungan PPN PT KAI menjadi lebih bayar. Dari fenomena yang terjadi didalam perusahaan, maka penulis tertarik untuk mengambil
Judul “ TINJAUAN ATAS KEWAJIBAN
PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)”.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat didentifikasikan masalah- masalah yang berkaitan dengan kewajiban
pemungutan pajak pertambahan nilai
sebagai berikut:
1. Adanya keterlambatan dalam
penyetoran juga kesalahan dalam pemindahbukuan di PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Bandung. 2. Dengan dirubahnya peraturan PMK
sejak Juli 2012 mekanisme
pemungutan PPN oleh pihak BUMN lain PPN yang terutang atas
penyerahan mengakibatkan
perhitungan PPN PT KAI menjadi lebih bayar.
I.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata cara pemungutan PPN pada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Bandung ?
2. Bagaimana dampak pemungutan PPN pada PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Bandung ?
I.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
I.4.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan guna meninjau dan
menganalisis tentang kewajiban
pemungutan pajak pertambahan nilai
pada PT Kereta Api Indonesia
(PERSERO) Bandung yang hasilnya
akan digunakan penulis untuk
menyusun laporan.
1.4.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui cara
pemungutan pajak yang ada
tersebut benar-benar diterapkan
atau tidak diterapkan oleh
perusahaan.
2. Untuk mengetahui dampak
kewajiban pemungutan pajak
tersebut pada perusahaan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewajiban
Menurut Dr.Marwan Mas, SH
(2009:35) dalam bukunya “Pengantar
Ilmu Hukum” menyatakan bahwa :
“Kewajiban adalah suatu beban
yang ditanggung oleh seseorang yang
bersifat kontraktual.”
Kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2 pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual,
peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukummisalnya mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.
2.2 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut
Mardiasmo(2011:17) dalam bukunya
menyatakan bahwa “Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang atau yang dapat
dipaksakan dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontrasepsi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16
Tahun 2009 pengertian pajak adalah:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur, yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, baik pemeritah pusat maupun pemerintah daerah. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut berdasarkan dengan
kekuatan undang-undang serta
peraturan perpajakan. 3. Sifatnya dapat dipaksakan.
Hal ini berarti pelanggaran atas aturan perpajakan akan berakibat timbulnya sanksi perpajakan. 4. Tanpa kontraprestasi langsung dari
Negara
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.3 Pajak Pertambahan Nilai
Definisi Pajak Pertambahan Nilai menurut undang-undang sebagai berikut: Menurut Undang-undang No. 42 tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai adalah “Pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi”.
Menurut Mardiasmo (2011:5) Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
1. Pajak tidak langsung
Beban Pajak Pertambahan Nilai dapat dialihkan kepada pihak lain. Pihak yang menyerahkan barang atau jasa sebagai yang membayar pajak, sedangkan pihak yang menanggung beban pajak berada pada penanggung pajak.
2. Pajak objektif
Pajak Pertambahan Nilai sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif tidak dipertimbangkan.
3. Multistage Tax
Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan secara bertahap
pada jalur produksi dan
distribusi. 4. Nonkumulatif
Pajak Pertambahan Nilai tidak bersifat kumulatif walaupun PPN memiliki karakteristik
multistage tax karena
menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan. 5. Tarif Tunggal
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia hanya dikenakan tarif tunggal yaitu sebesar 10%.
6. Credit Method/Invoice
method/Indirect substruction method
Metode ini mengandung
pengertian bahwa sistem
metode kredit dengan
7. Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
Pajak atas konsumsi Dalam Negeri ini menggunakan prinsip tempat tujuan dimana pajak dikenakan di tempat barang atau jasa akan dikonsumsi.
8. Consumption Type Value
AddedTax (VAT)
Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia, Pajak Masukan atas
pembayaran pajak saat
pembelian barang atau jasa dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dikenakan atas penyerahan barang atau jasa.
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu hal yang dijadikan sasaran penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan fakta tentang suatu hal tersebut.
Menurut Husein Umar (2010:29)
mengemukakan bahwa:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan
penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Sedangkan Objek Penelitian
menurut menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah sasaran tentang apa atau siapa yang menjadi objek peneliti untuk mendapatkan suatu data.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut
Sugiyono (2012:2) dalam bukunya yang
berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D menyatakan bahwa:
Menurut Supriyati (2011:33) pengertian metode deskriptif adalah sebagai berikut:
“Untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi”.
Sedangkan pengertian metode
deskriptif menurut Sugiyono (2009:35) menyatakan bahwa :
“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa
membuat perbandingan dan mencari
hubungan variabel itu dengan variabel yang lainnya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
merupakan metode yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis tentang fakta-fakta dari setiap variabel yang diteliti dengan cara mengumpulkan data atau sampel sebagaimana adanya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis sebagai berikut : 1. Penelitian Langsung (Field Research)
Melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian, meliputi:
1. Observasi (observation)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari
dan mengadakan pengamatan
secara langsung ke dalam
perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian di PT Kereta Api Indonesia.
2. Wawancara (interview)
penulis dan pihak yang
berhubungan dengan objek yang sedang diteliti penulis di PT Kereta Api Indonesia (PERSERO). Penulis melakukan wawancara langsung kepada Junior Manager Tax.
3. Dokumentasi (documentation) Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pencatatan dan pengumpulan data yang diidentifikasikan dari
dokumen-dokumen yang ada kaitannya
dengan masalah yang diteliti penulis. Penulis mengumpulkan data dari hasil-hasil laporan pemungutan PPN di PT Kereta Api indonesia.
2. Studi Pustaka (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka yang relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh melalui studi pustaka adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya, dalam melakukan studi kepustakaan ini penulis berusaha mengumpulkan data dari beberapa referensi.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang penulis dapatkan dari PT Kereta Api Indonesia khususnya dalam bab IV ini, adalah data tentang sejarah singkat instansi, struktur organisasi, uraian tugas dari struktur organisasi, aktivitas instansi, kewajiban pemungutan PPN yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (PERSERO).
4.2 Pembahasan .
1. Rekanan wajib membuat faktur
pajak dan SSP untuk setiap
penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero).
2. Pembuatan faktur pajak harus
dilakukan pada saat Penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak;
3. Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak; atau
4. Penerimaan pembayaran termin
dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaaan.
5. Pada saat penagihan Rekanan
harus menyertakan faktur pajak; Jumlah PPN dan PPn BM yang harus dipungut oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Faktur
pajak dengan nilai Dasar
Pengenaan Pajak ditambah PPN
dan PPnBM di atas Rp
10.000.000,00
6. Perusahaan yang melakukan
pemungutanharus membubuhkan
cap “Disetor Tanggal …” dan menandatangani faktur pajak. 7. Jumlah yang dibayarkan kepada
Rekanan sebesar hutang pokoknya (di luar PPN dan PPh), PPN dibayarkan tersendiri.
4.2.2 Analisis Dampak Perubahan
Peraturan Pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai Pada PT Kereta Api Pusat (PERSERO) Bandung
Menurut Peraturan Menteri
Keuangan karena ada beberapa prosedur administrasi yang dianggap kurang efisien sehubungan dengan penunjukan BUMN sebagai Pemungut PPN melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 ,
maka Menteri Keuangan melakukan
penyempurnaan dengan menambahkan
atau mengurangi beberapa ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2012
tanggal 16 Agustus 2012 tentang
Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, serta Tata
Cara Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporannya.
Perubahan yang dilakukan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
136/PMK.03/2012 ini adalah untuk
mengakomodasi tata cara pelaporan SPT Masa PPN bagi BUMN sebagai pemungut PPN dan tata cara pembuatan faktur pajak dan SSP bagi rekanan yang dipungut PPN-nya oleh BUMN. Perubahan yang dilakukan adalah dengan menambah ketentuan pada Pasal 7 ayat (4a) dan Pasal 8A, serta
mengurangi ketentuan pada Lampiran
Bagian angka Romawi II Nomor 5 dan Nomor 6, Bagian angka Romawi III, serta menambahkan format daftar nominative
Faktur Pajak dan SSP yang harus
dilampirkan dalam SPT Masa PPN yang dilaporkan oleh BUMN sebagai Pemungut PPN.
Dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia (Persero) setiap melakukan pemungutan pajak yang dipungut oleh BUMN lain lebih besar daripada pajak
keluaran yang dipungut sendiri.
Pemungutan PPN oleh pihak BUMN lain mempengaruhi Cash flow PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengakibatkan pajak keluaran PT Kereta Api Indonesia (Persero) dipungut dan disetorkan oleh BUMN lain dengan membayarkan jumlah PPN yang terutang atas penyerahan yang mereka lakukan ini secara penuh tanpa melalui mekanisme pajak keluaran dikurangi
dahulu dengan pajak masukannya.
Akibatnya dalam SPT Masa PPN, apabila sebagian besar penyerahan dilakukan ke
BUMN lain akan mengakibatkan
perhitungan PPN masukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selalu menjadi lebih bayar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
maka dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan
pemungutan,penyetoran dan pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengalami
kendala-kendala yaitu adanya keterlambatan
pembayaran atau penyetoran karena
lamanya proses penyerahan tagihan,
kesalahan dalam pengisian SSP,
fakturpajak, dan masih banyaknya transaksi yang dibawah Rp 10.000.000,00 tetapi pada pajak keluaran yang dipungut sendiri. Akibatnya dalam SPT Masa PPN, apabila sebagian besar penyerahan dilakukan ke
BUMN lain akan mengakibatkan
perhitungan PPN PT Kereta Api Indonesia (Persero)selalu menjadi lebih bayar. Pajak keluaran merupakan pajak yang dipungut oleh BUMN lain dengan membayarkan jumlah PPN yang terutang atas penyerahan yang mereka lakukan ini secara penuh tanpa melalu imekanisme pajak keluaran
dikurangi dahulu dengan pajak
masukannya.
5.2 Saran
Sesuai dengan hasil pengamatan
penulis pada dasarnya pelaksanaan
pemungutan di PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah cukup baik. Upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) dalammenghadapi
kendala-kendala harus lebih ditingkatkan untuk meminimalkan hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pemungutan,
penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai seperti:
1. Pembagian tugas yang jelas sangat diperlukan agar semua tugas dan tanggung jawab dapat terealisasi dengan baik, sehingga tidak terdapat salah
pemindahbukuan, dan
pengisian SSP yang benar. 2. Untuk perubahan peraturan
PMK yang sudah berjalan agar dibuktikan terlebih dahulu
angka-angka yang akan
dilaporkan di SPT pada saat
dilakukan perhitungan
pembayaran PPN, sehingga perusahaan membayar PPN tidak selalu lebih bayar.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Husein Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta : CV Andi Offset
Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu. Unikom: Bandung Sukardji, Untung. 2011. Pajak Pertambahan
Nilai. Jakarta: PT Raja Grafindo Sarwono,Jonathan danSuhayati Ely. 2010.
RisetAkuntansiMenggunakanSPSS. Bandung :GrahaIlmu
Sukrisno, Agus dan Estralita Trisnawati.
2010. Akuntansi Perpajakan.
Jakarta:Salemba Empat
UmiNarimawati,SriDewianggadini,danLinna smawati.2010.PenulisanKaryaIlmiah Bekasi : Genesis.
Waluyo, Wirawan B Ilyas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat
Undang-undang:
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2012.
Pasal 1 ayat 1 UU No.16 Tahun 2012
Website:
Website resmi Direktorat Jenderal Pajak, www.pajak.go.id