• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis antara Penderita Stroke Trombotik Akut dengan Kadar Matriks Metalloproteinase-9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis antara Penderita Stroke Trombotik Akut dengan Kadar Matriks Metalloproteinase-9"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 Nomor 1, September – Desember 2020

Perbandingan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis antara

Penderita Stroke Trombotik Akut dengan Kadar Matriks

Metalloproteinase-9

Sita Setyowatie* dan Hendro Susilo*

* Staf Pengajar Departemen Neurologi FK Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

ABSTRAK

Pendahuluan: Stroke merupakan penyebab kecacatan dan ketergantungan baik secara kemanusiaan maupun ekonomi. Studi mengenai keterkaitan kadar MMP-9 dengan perbaikan derajat keparahan klinis saat ini masih terbatas. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbaikan derajat keparahan klinis pada penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 tinggi dan rendah. Tujuan: Mengetahui perbaikan derajat keparahan klinis pada penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 tinggi dan rendah. Metode: Rancangan penelitian adalah cross sectional dan pengambilan subyek penelitian dilakukan berturut-turut menurut kasus yang datang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pengukuran kadar MMP-9 dalam plasma darah. Penderita dikelompokkan ke dalam kadar MMP-9 rendah dan tinggi. Kadar MMP-9 rendah bila < 840 ng/mL dan kadar MMP-9 tinggi bila ≥ 840 ng/mL. Perbaikan derajat keparahan klinis dinilai menggunakan skala ∆NIHSS. Analisa data menggunakan chi square. Hasil: Dari 80 subyek yang diteliti didapatkan penderita dengan perbaikan derajat keparahan klinis dengan kadar MMP-9 rendah (37,9%) lebih besar dibandingkan dengan kadar MMP-9 tinggi (21,6%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,115). Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan perbaikan derajat keparahan klinis pada penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 rendah dalam serum darah dibandingkan dengan penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 tinggi dalam serum darah.

Kata Kunci: Kadar MMP 9, NIHSS, Stroke trombotik akut ABSTRACT

Introduction: Stroke is the major cause of disability and dependency as observed from humanity and economic viewpoint. The published studies regarding the association of MMP-9 levels and clinical severity improvement have remained too few to date. This study is conducted to determine clinical severity improvement in acute thrombotic stroke patients with high and low MMP-9 levels. Objective: Identify the improvement in clinical severity in acute thrombotic stroke patients with high and low MMP-9 levels. Methods: As for study design, this is a cross sectional study which recruits the study subjects consecutively by case which suits inclusion and exclusion criteria. MMP-9 levels in blood plasm is measured. The study subjects are subsequently grouped into two main categories following their MMP-9 levels as low (<840 ng/ml) and high (≥ 840 ng/ml). Amelioration on clinical severity levels is assessed with the help of ∆NIHSS scale. Chi square is employed to analyse the data. Results: From 80 study subjects, it is determined that subjects with clinical severity improvement with low MMP-9 level (37,9%) is greater as opposed to those with high MMP-9 level (21,6%). However, this difference is statistically insignificant (p = 0,115). Conclusion: No difference in clinical severity improvement is observed by measurement of NIHSS scale in acute thrombotic stroke patients with either high or low MMP-9 levels.

(2)

PENDAHULUAN

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus karena dapat menyerang tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun ras. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar keempat di Amerika Serikat dan penyebab disabilitas jangka panjang terbesar di seluruh dunia1. Saat ini didapatkan sebanyak empat juta orang di Amerika Serikat yang hidup dengan keterbatasan fisik akibat stroke dan sekitar 15-30% di antaranya menderita kecacatan yang menetap. Jumlah penderita stroke akan meningkat setiap tahunnya, diperkirakan jumlah penderita stroke akan meningkat menjadi 7,7 juta pada tahun 2020. Saat ini stroke tidak hanya menyerang penduduk usia tua, namun juga dapat menyerang penduduk dewasa muda dan produktif2,3.

Stroke dapat menimbulkan kecacatan dan ketergantungan baik secara kemanusiaan maupun ekonomi, gangguan fungsi kognisi dan kematian. Penderita stroke yang dapat bertahan hingga 30 hari setelah serangan, sekitar 20% membutuhkan perawatan lanjutan. Biaya pengobatan stroke selama perawatan fase akut sampai dengan perawatan jangka panjang di Amerika Serikat sekitar US$ 51,2 milyar tiap tahunnya2,3,4,5.

Kadar MMP pada plasma sirkulasi dapat digunakan sebagai petanda pada stroke dalam hal memprediksi terjadinya perdarahan pada stroke emboli, memprediksi keluaran klinis dan besarnya volume infark. Kadar MMP-9 yang meningkat setelah terjadinya iskemik otak pada plasma berkorelasi positif dengan derajat keparahan stroke yang diukur dengan nilai National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)6.

Hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang mengamati keterkaitan antara besarnya perbaikan derajat keparahan klinis dengan kadar MMP-9 yang rendah dan tinggi pada penderita stroke trombotik akut. Apabila penelitian ini terbukti adanya keterkaitan tersebut, maka pemeriksaan MMP-9 dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemeriksaan yang dapat membantu menjelaskan prognosis kesembuhan pemderita stroke trombotik akut.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan derajat keparahan klinis pada penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 tinggi dan rendah.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

sectional study yang bersifat observasional analitik. Subjek penelitian ini adalah penderita stroke trombotik

akut yang dirawat di IRD, di ruang Seruni, di ruang Seruni A dan di ruang Seruni B RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang datang berturut-turut (sampling from

consecutive admission) sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Agustus 2015. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah (1) Penderita stroke trombotik akut dengan onset serangan antara 24-72 jam; (2) Usia lebih dari 18 tahun; (3) Bersedia mengikuti penelitian (menandatangani informed consent). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah (1) Penderita stroke trombotik akut yang mengalami sepsis; (2) Penderita stroke trombotik akut dengan gangguan fungsi liver atau gagal ginjal; (3) Penderita stroke trombotik berulang, dengan onset sebelumnya ≤ 3 bulan; (4) Penderita stroke trombotik akut yang disertai dengan sindroma koroner akut.

Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, akan dilakukan pengambilan darah vena untuk dilakukan pemeriksaan kadar MMP-9 di laboraturium Prodia dan akan dilakukan pemeriksaan derajat keparahan klinis yang pertama dengan menggunakan skala NIHSS. Pada hari kelima awitan, penderita akan dilakukan pemeriksaan derajat keparahan klinis yang kedua dengan menggunakan skala NIHSS. Perbaikan derajat keparahan klinis apabila didapatkan penurunan minimal 4 poin antara pengukuran NIHSS yang pertama dan kedua atau nilai NIHSS pada pengkuruan kedua adalah 0. Analisis data menggunakan software SPSS.

HASIL

Dari 80 subjek penelitian didapatkan rerata usia pada kelompok dengan perbaikan derajat keparahan klinis adalah 51,23±10,708 tahun dan rerata usia pada kelompok yang tidak didapatkan perbaikan derajat keparahan klinis adalah 57,02±10,838 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada kelompok dengan perbaikan derajat keparahan klinis didapatkan subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 orang (24,4%) lebih kecil dibandingkan subjek penelitian dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (30,8%). Perbedan ini tidak bermakna secara statistik dengan p = 0,523 yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada kelompok dengan perbaikan derajat keparahan klinis didapatkan subjek penelitian dengan normotensi didapatkan sebayak 9 orang (64,3%) lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dengan hipertensi sebanyak 13 orang (19,7%). Perbedaan ini bermakna secara statistik dengan p = 0,001 yang dapat dilihat Tabel 3.

Perbaikan derajat keparahan klinis pada kelompok subjek dengan normoglikemia didapatkan sebayak 14 orang (32,6%) lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dengan hiperglikemia sebanyak 8 orang (21,6%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik dengan p = 0,275 yang dapat dilihat pada Tabel 4.

(3)

Perbaikan derajat keparahan klinis pada kelompok subyek yang tidak merokok didapatkan sebayak 17 orang (29,8%) lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek yang merokok sebanyak 5 orang (21,7%). Perbedaan pada kedua kelompok ini tidak bermakna secara statistik dengan p = 0,464 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Perbaikan derajat keparahan klinis pada kelompok subyek dengan kadar MMP-9 rendah didapatkan sebayak 11 orang (37,9%) lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dengan kadar MMP-9 tinggi sebanyak 11 orang (21,6%). Perbedaan pada kedua kelompok ini tidak bermakna secara statistik dengan p = 0,115. Didapatkan pula rasio odd sebesar 2,222 (IK 95% 0,814-6,064) dengan  error sebesar 38% yang dapat dilihat pada Tabel 6.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan rerata usia subyek penelitian pada kelompok dengan perbaikan derajat keparahan klinis adalah 51,23±10,708 tahun dan pada kelompok tidak didapatkan perbaikan derajat keparahan klinis adalah 57,02±10,838 tahun. Hal sesuai dengan literatur yang ada yaitu peningkatan insiden stroke iskemik paling banyak pada usia 20-54 tahun dan cenderung menurun pada kelompok usia lebih tua7.

Perbandingan jenis kelamin subyek penelitian didapatkan laki-laki sebanyak 41 orang lebih besar daripada perempuan sebanyak 39 orang, hal ini sesuai dengan studi epidemiologi yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki risiko terkena stroke lebih tinggi daripada perempuan, terutama pada kelompok usia kurang dari 65 tahun7,8. Murphy et al juga mengungkapkan bahwa insiden stroke pada laki-laki 1.25 kali lebih tinggi daripada perempuan9.

Berdasarkan analisa data klinis penelitian ini, didapatkan hasil yang signifikan (p=0,001). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kvistad CE et al. bahwa adanya hubungan antara peningkatan tekanan darah dengan keparahan stroke saat penderita masuk rumah sakit10.

Ketika membandingkan antara normoglikemia dengan perbaikan derajat keparahan klinis pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan (p=0,275). Tidak banyak data penelitian yang menyebutkan bahwa dengan menurunkan kadar gula darah dapat memperbaiki keluaran11.

Pada penelitian ini, ketika membandingkan antara riwayat tidak merokok dengan perbaikan derajat keparahan klinis (∆NIHSS) didapatkan hasil yang tidak signifikan (0,464). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Altafi D et al. yang membandingkan keluaran klinis (NIHSS) dari penderita stroke trombotik yang merokok dan penderita stroke trombotik yang tidak

merokok yang memberikan hasil tidak adanya hubungan antara penderita stroke trombotik yang merokok dan tidak merokok dengan keluaran klinis12.

MMP-9 merupakan enzim proteolitik zink dependent yang secara signifikan akan meningkat kadarmya pada penderita stroke trombotik (Castellanos M, et al., 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisovaya OA didapatkan bahwa peningkatan kadar MMP-9 tidak hanya berhubungan dengan peningkatan insiden kardiovaskular namun juga berhubungan dengan fenomena remodelling vaskular jangka panjang13.

Hasil akhir dari penelitian ini didapatkan bahwa perbaikan derajat keparahan klinis pada kelompok subyek dengan kadar MMP-9 rendah didapatkan sebesar 37,9% lebih besar dibandingkan pada kelompok subyek dengan kadar MMP-9 tinggi sebesar 21,6%. Perbedaan pada kedua kelompok ini tidak bermakna secara statistik dengan p = 0,115 dan nilai rasio odd sebesar 2,222 (IK 95% 0,814-6,064). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan.

Ketidaksesuaian dengan hipotesis penelitian yang diajukan dapat disebabkan beberapa hal. Pertama, penelitian ini tidak mempertimbangkan volume infark pada subyek penelitian. Montaner J et al., melakukan penelitian terhadap 39 penderita stroke trombotik yang dilakukan evaluasi saat awitan stroke, 12 jam onset, 24 jam onset dan 48 jam onset dan didapatkan hasil bahwa nilai MMP-9 memiliki korelasi yang positif terhadap NIHSS dan volume infark6. Montaner J et

al., juga mengungkapkan bahwa MMP-9 merupakan prediktor yang kuat untuk memprediksi volume infark14. Ning et al., melalui penelitian yang dilakukan pada 52 penderita stroke trombotik menjelaskan bahwa MMP-9 memiliki korelasi dengan volume infark dan derajat keparahan klinis15.

Kedua, pada penelitian ini tidak membedakan lokasi dari infark yang dapat mempengaruhi keluaran dari stroke pada subyek penelitian. Montaner et al., menjelaskan bahwa adanya hubungan antara MMP-9 dengan lokasi infark6. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucivero et al., pada 29 penderita stroke trombotik menjelaskan bahwa kadar MMP-9 yang tinggi memiliki korelasi dengan partial anterior cerebral infarct dibandingkan lacunar cerebral infarct16. Ketiga, MMP-9 dapat dipengaruhi oleh kekakuan dari pembuluh darah arteri. Kekakuan pembuluh darah arteri dapat memberikan pengaruh pada gangguan hemodinamik yang dapat memicu remodelling pembuluh darah dan meningkatkan resiko kardivaskular. Yasmin et al., melakukan penelitian terhadap 116 penderita dengan hipertensi yang dilakukan pengukuran pulse wave velocity (PWV) pada aorta dan brakial serta dilakukan pengukuran kadar MMP-9 dan kadar serum elastase activity (SEA). Dari penelitian yang dilakukan Yasmin et al., menyatakan bahwa kekakuan pembuluh darah arteri secara signifikan berkorelasi dengan kadar MMP-9.

(4)

KESIMPULAN

Tidak didapatkan perbedaan perbaikan derajat keparahan klinis pada penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 rendah dalam serum darah dibandingkan dengan penderita stroke trombotik akut dengan kadar MMP-9 tinggi dalam serum darah.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengontrol variabel perancu lain yang saat ini belum bisa dikontrol.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan rancangan penelitian berupa studi kohort untuk menilai perbaikan derajat keparahan klinis yang lebih lama, disabilitas dan handicap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, et al.. Heart disease and stroke statistics 2014 update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2014; 129 e28-e292.

2. Yamada Y, Metoki N, Yoshida H, et al.. Genetic Factors for Ischemic and Hemorrhagic Stroke in Japanese Individuals. Journal of the American Heart Association. 2008; 39:2211-2218.

3. Fagan SC, Hess DC. Stroke. In Dipiro JT, Talbert RL Yee GC et al., (Eds). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Edition. New York: The McGraw-Hill Co., Inc.. 2009; pp 373-382.

4. Feigen VL, Krishnamurthi R. Stroke Prevention in the Developing World. Stroke. 2011; 42:3655-3658.

5. Jauch EC, Saver JL, Adams HP, et al.. Guidelines for the Early

Management of Patients with Acute Ischemic Stroke : A Guideline for Healthcare Professional from the American Heart Association/ American Stroke Association. Journal of The American Heart Association. 2013.

6. Montaner J, Sabin JA, Molina CA, et al.. Matrix Metalloproteinase Expression is Realted to Hemorrhagic Transformation After Cardioembolic Stroke. Stroke. 2001; 32: 2762-2767.

7. Mozzaffarian D, Benjamin EJ, Go AS. Heart Disease and Stroke Statistic 2015 Update. Circ. 2015; 131: e29-322.

8. Gilroy J. Basic Neurology 3rd ed. New York: McGraw Hill. 2007; pp225-236.

9. Murphy SJ, Mc Cullough LD, Smith JM. Stroke in the Female: Role of Biological Sex and Estrogen. ILAR J. 2004; 45(2): 147-159.

10. Kvistad CE, Nicola Logallo, Halvor Oygarden, et al.. Elevated Admission Blood Pressure and Stroke Severity in Acute Ischemic Stroke: The Bergen NORSTROKE Study. Cerebrovasc Dis. 2013; 36:351-354.

11. Harm H, Halle E, Meisel A. Post stroke infection – Diagnosis, Prediction, Prevention and Treatment to Improve Parients Outcomes, Brain Trauma Stroke. Touch briefings. 2010; 39: 43-45.

12. Altafi D, Maryam HK, Mahsa HK, et al.. A Comparative Study Of NIHSS Between Ischemic Stroke Patients With and Without Risk Factrors. Tech J Engin & App Sci. 2013; 3(17): 1954-1957.

13. Lisovaya OA. Predicted Value of Circulating Matrix Metalloproteinase-9 in Arteria Hypertension Patients After Acute Ischemic Stroke. Biological Markers and Guided Therapy. 2014; 1(1): 1-9.

14. Montaner J, Rovira A, Molina CA, et al.. Plasmatic level of neuroinflammatory markers predict the extent of diffusion-weighted image lesions in hyperacute stroke. J Cereb Blood Flow Metab. 2003; 23: 1403-1407.

15. Ning M, Furie KL, Koroshetz WJ, et al.. Association between tPA therapy and raised early matrix metalloproteinase-9 in acute stroke. Neurology. 2006; 66: 1550-1555.

16. Lucivero V, Prontera M, Mezzapesa DM, et al.. Different roles of matrix metalloproteinases-2 and -9 after human ischemic stroke. Neurol Sci. 2007; 28(4): 165-70.

(5)

LAMPIRAN

Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia ∆ NIHSS

P

Membaik Tetap

Rerata Usia 51,23±10,708 57,02±10,838 0,35

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelamin Jenis Kelamin ∆ NIHSS Total P Membaik Tetap Laki-laki 10 (24,4%) 31 (75,6%) 41 (100%) 0,523 Perempuan 12 (30,8%) 27 (69,2%) 39 (100%) Total 22 58 80

Tabel 3. Perbandingan Tekanan Darah dengan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis

Tekanan Darah ∆ NIHSS Total P RO (IK 95%)

Membaik Tetap Normotensi 9 (64,3%) 5 (35,7%) 14 (100%) 0,001 7,338 (2,102 – 25,620) Hipertensi 13 (19,7%) 53 (80,3%) 66 (100%) Total 22 58 80

Tabel 4. Perbandingan Gula Darah Acak dengan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis

Gula Darah Acak ∆ NIHSS Total P (IK 95%)RO

Membaik Tetap Normoglikemia 14 (32,6%) (35,7%)29 (100%)43 0,275 1,750(0,638 – 4,803) Hiperglikemia 8 (21,6%) (80,3%)29 (100%)37 Total 22 58 80

Tabel 5. Perbandingan Merokok dengan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis

Status Merokok ∆ NIHSS Total P RO

(IK 95%) Membaik Tetap Tidak Merokok 17 (29,8%) (70,2%)40 (100%)57 0,464 1,530(0,488 – 4,793) Merokok 5 (70,2%) 18 (29,8%) 23 (100%) Total 22 58 80

Tabel 6. Perbandingan Kadar MMP-9 dengan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis

MMP-9 ∆ NIHSS Total P RO (IK 95%)

Membaik Tetap MMP-9 Rendah 11 (37,9%) 18 (62,1%) 29 (100%) 0,115 2,222 (0,814 – 6,604) MMP-9 Tinggi 11 (21,6%) 40 (78,4%) 51 (100%) Total 22 58 80

Gambar

Tabel 4.  Perbandingan Gula Darah Acak dengan Perbaikan Derajat Keparahan Klinis

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian program yang belum optimal juga disebabkan kurangnya pengawasan baik oleh kepala puskesmas maupun oleh dinas kesehatan menye- babkan dana yang ada menjadi tidak

Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. 1.3.3 Keluarga

and Training on therapeutic communication in English is necessary to encourage Indonesian nurses to provide better healthcare service and communication skill to foreign

share lebih besar dari 5 persen maka diperlukan terobosan khusus, misalnya: penambahan aset baru berupa perluasan/pendirian Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan yang menempatkan Pekerja Migran Indonesia untuk kepentingan perusahaan sendiri ditinjau dari

Proses surface preparation menggunakan material abrasif yang disemprotkan ke permukaan material yang akan diberi lapisan coating biasa disebut sebagai proses blasting.. Proses

Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Akibat Buruknya Sarana Sanitasi Buruknya sarana sanitasi yang ada pada tempat umum seperti pasar, akan berdampak bukan hanya pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Informasi Arus Kas dan Rasio Frofitabilitas terhadap Return saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang