• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

11

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON

(Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING

ABSTRAK

Keragaman genetik merupakan dasar dalam pemuliaan tanaman. Program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan sumber ketahanan terhadap penyakit virus kuning merupakan langkah penting dalam pengembangan varietas tahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahan genotipe-genotipe melon terhadap penyakit virus kuning, informasi ketahanan yang didapat digunakan untuk pemilihan induk tahan dan rentan, selanjutnya digunakan dalam pembentukan materi kegenetikan. Hasil pengujian ketahanan terhadap penyakit virus kuning pada 20 genotipe melon menunjukkan terdapat satu genotipe MEV1 dari grup dudaim dengan kategori ketahanan sangat tahan dengan intensitas serangan virus 0% dan 19 genotipe lainnya (cantaloupe dan inodorous) menunjukkan kategori ketahanan sangat rentan dengan kisaran intensitas serangan virus sebesar 66.8 - 98.11%. Genotipe MEV1 grup dudaim digunakan sebagai genotipe donor (tetua tahan) yang mangandung gen ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Tetua rentan dipilih dari grup cantaloupe dan inodorous. Materi kegenetikaan yang dibentuk adalah set populasi hasil persilangan antar satu tetua tahan dengan sembilan tetua rentan sehingga dihasilkan sembilan turunan pertama (F1), selanjutnya turunan pertama dilakukan selfing menghasilkan sembilan turunan kedua (F2).

Kata kunci : dudaim, materi genetik, penyakit virus kuning, tetua tahan

ABSTRACT

Genetic variability is the basic of plant breeding. Plant breeding program to obtain the source of resistance to yellow virus is an important step in the development of resistant variety. The objective of this study is to evaluate of resistance on melon genotypes to yellow virus, the expected resistance result use for selection resistant and susceptible parents. Examination of resistance to yellow virus in twenty genotipes melon showed one line from the dudaim group (MEV1) was high resistance to YV (0%), other lines belong to cantaloupe and inodorous showed highly susceptible performance, with diseases intensity 66.85- 98.11%. Genotype MEV1 used for resistant parent, susceptible parent select from cantaloupe and inodorous group. The genetic material obtained from population set as crossing between one resistant parent and nine susceptible parents, this cross result revealed nine first progenies (F1) and it selfed cross between F1 until revealed nine second progenies (F2).

(2)

12

PENDAHULUAN

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Hal ini karena kebutuhan melon yang terus meningkat, harga yang relatif lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan komoditas lainnya. Meski demikian melon merupakan tanaman yang memerlukan perhatian yang khusus dan sangat intensif dalam perawatannya. Perubahan kondisi lingkungan dan perkembangan hama dan penyakit akan sangat berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan. Salah satunya serangan penyakit virus kuning yang akhir-akhir ini menjadi masalah besar bagi petani melon, karena dampak serangannya sangat merugikan bahkan hingga gagal panen. Penyakit virus kuning pada melon disebabkan oleh infeksi Begomovirus anggota kelompok Geminivirus (famili Geminiviridae). Penyakit virus kuning yang disebabkan oleh infeksi Begomovirus juga dilaporkan menyerang tanaman cabe (Aidawati et al. 2005), Kacang-kacangan (Garrido-Ramirez et al. 2000), kapas (Naveed & Zahid, 2007), ubi kayu dan tomat (Lapidot & Freidman, 2002). Penyakit yang disebabkan oleh virus ini ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci yang populasinya sangat tinggi pada saat musim kemarau. Gejala yang ditimbulkan pada melon berupa daun menguning, keriting, sampai tanaman kerdil dan tidak berbuah. Gejala yang ditimbulkan pada tanaman tembakau berupa daun muda yang tulang daunnya lebih jernih, penebalan tulang daun, penggulungan daun, infeksi lanjut menyebabkan daun mengecil, berwarna kuning terang serta tanaman menjadi kerdil (Semangun, 2001).

Upaya pengendalian penyakit virus kuning pada melon dengan memusnahkan tanaman sakit maupun penyemprotan insektisida untuk mengendalikan vektornya belum memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu penggunaan varietas tahan merupakan cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini. Varietas tahan dihasilkan melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Kegiatan tersebut dimulai dengan mengoleksi plasma nutfah dan melakukan pengujian ketahanan plasma nutfah tersebut terhadap serangan penyakit virus kuning. Pembakuan metode pengujian yang tepat dalam skrining ketahanan melon terhadap penyakit virus kuning sangat diperlukan. Pada penelitian Ganefianti (2010), penularan Begomovirus pada tanaman cabai efektif dilakukan dengan menggunakan vektor B. tabaci, dengan metode penularan secara masal maupun individual. Metode individual lebih efektif untuk menapis genotipe yang tahan atau rentan, namun metode ini menyulitkan untuk menguji genotipe dalam jumlah yang banyak, karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Metode masal dapat memberikan hasil lebih efektif dengan pengaturan penyebaran yang merata dari populasi B. tabaci pada populasi tanaman uji.

Ketahanan terhadap virus dilaporkan terdapat pada melon, menurut Daryono et al.(2005) genotipe Mawatauri, Kohimeuri, PI 161375 and PI 371795 memiliki ketahanan terhadap Kyuri green mottle mosaic virus (KGMMV). Terdapatnya galur tahan dan rentan akan memberikan informasi sumber-sumber genetik ketahanan, dari materi ini dapat dipelajari kendali gentik ketahanan untuk menentukan langkah pemuliaan lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahan genotipe-genotipe melon terhadap penyakit virus kuning, informasi ketahan yang didapat digunakan untuk

(3)

13 pemilihan induk tahan dan rentan, selanjutnya digunakan dalam pembentukan materi kegenetikan.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mencakup dua kegiatan yaitu skrining ketahanan genotipe melon dan pembentukan materi genetik. Skrining ketahanan genotipe melon terhadap penyakit virus kuning dilakukan pada bulan Juli sampai September 2011 di rumah kaca biakan Bemisia sp Laboratorium Bioteknologi PT BISI Internasional Tbk, Pare, Kediri. Pembentukan materi genetik dilakukan dari bulan Oktober 2011 sampai bulan Januari 2012 di lahan percobaan, Farm Karangploso, Malang.

Bahan Tanaman dan Isolat Begomovirus

Bahan tanaman yang digunakan adalah 20 genotipe melon generasi

selfing ke-5 sampai ke-6 dari tiga grup melon (dudaim, cantaloupe dan inodorous)

koleksi PT BISI International Tbk, yang telah digalurkan sejak tahun 2008 (Tabel 2.). Sumber inokulum adalah Begomovirus isolat Kencong yang dipelihara pada tanaman pumpkin yang merupakan koleksi Laboratorium Bioteknologi PT BISI Internasional Tbk.

Tabel 2. Genotipe melon bahan penelitian

No Kode

Genotipe Nama Genotipe Tipe

Warna kulit buah

Warna

daging Keterangan 1 MEV1 M 9001 Dudaim Hijau tua Putih 6 kali selfing 2 MEV2 CM902 Cantaloupe Hijau putih 6 kali selfing 3 MEV3 Rock melon 1 Cantaloupe Hijau Putih 6 kali selfing 4 MEV4 CM905 Cantaloupe Hijau Putih 6 kali selfing 5 MEV5 CM906 Cantaloupe Hijau muda Hijau 6 kali selfing 6 MEV6 Pop light green Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 7 MEV7 CM910 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 8 MEV8 Rock melon 2 Cantaloupe Hijau muda Putih 6 kali selfing 9 MEV9 Rock melon 3 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 10 MEV10 CM002 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 11 MEV11 CM015 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 12 MEV12 Pop light green Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 13 MEV13 Pop light green Cantaloupe Hijau Jingga 5 kali selfing 14 MEV14 Pop light green Cantaloupe Hijau Jingga 5 kali selfing 15 MEV15 Pop light green Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 16 MEV16 CM907 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 17 MEV17 CM908 Cantaloupe Hijau Jingga 6 kali selfing 18 MEV18 Langkawi4 Inodorous Kuning Putih 6 kali selfing 19 MEV19 Yilisabai1 Inodorous Kuning Putih 6 kali selfing 20 MEV20 CM003 Cantaloupe Hijau Putih 5 kali selfing

(4)

14

Perbanyakan Serangga Vektor

Imago serangga kutu kebul (Bemisia sp) yang digunakan sebagai vektor diperbanyak pada tanaman bukan inang virus kuning yaitu ketela rambat di rumah kaca Laboratorium Bioteknologi PT BISI Internasional Tbk. Stadia kutu kebul yang digunakan dalam pengujian adalah stadia imago (Gambar 2.).

Gambar 2. Imago kutu kebul (Bemisia sp) Uji Ketahanan 20 Genotipe Melon

Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan, masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman. Metode penularan yang digunakan adalah metode penularan massal.

Langkah pengujian diawali dengan menyiapkan serangga vektor steril (vektor tidak membawa virus) yang diperoleh dari perbanyakan serangga kutu kebul. Serangga vektor steril dipindahkan ke rumah kaca biakan Bemisia sp yang berisi tanaman inokulum (melon) yang positif terinfeksi virus kuning dan dibiakkan selama 2-3 minggu. Selama periode tersebut serangga melakukan akuisisi pada tanaman inokulum sehingga serangga vektor menjadi virulivirus (membawa virus) dan berkembang dalam jumlah yang mencukupi untuk inokulasi.

Gambar 3. Metode penularan masal a. bibit nomor uji, b. tanaman sumber inokulum, c. perataan penyebaran kutu kebul.

Bibit melon umur 10 hari setelah semai dari 20 genotipe yang akan diuji dimasukkan ke rumah kaca biakan Bemisia sp. Bibit ditata dalam tray yang berkapasitas 90 bibit/tray, sehingga total terdapat 14 tray. Bibit diinokulasi dalam rumah kaca biakan Bemisia sp selama tujuh hari. Selama periode tersebut

(5)

15 dilakukan perataan penyebaran kutu kebul dengan menggoyang bibit dan tanaman inokulum setiap tiga jam disiang hari. Bibit selanjutnya dipindahkan ke rumah kaca evaluasi untuk dipelihara dan diamati skor indeks keparahan penyakitnya. (Gambar 3.)

Peubah yang Diamati Peubah yang diamati terdiri atas:

1. Intensitas serangan penyakit virus kuning diamati dengan menghitung jumlah tanaman yang terserang dan tanaman sehat dalam satu populasi mulai tujuh hari setelah inokulasi sampai fase generatif dengan interval pengamatan satu minggu sekali.

2. Karakter agronomi yang diamati yaitu jumlah ruas, panjang daun, lebar daun dan tinggi tanaman, pada akhir pengamatan ketahanan penyakit virus.

Metode yang digunakan dalam pengamatan intensitas serangan virus kuning adalah metode nisbi yang beracuan pada tingkat keparahan penyakit/Disease Severity (DS) (Yusnita dan Sudarsono 2004). Nilai Disease

Severity diperoleh dari akumulasi (Σ) indeks keparahan penyakit (v) pada tiap

individu tanaman yang diamati (n) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan tanaman yang diamati tiap ulangan (N) dan indeks keparahan penyakit tertinggi (V). % 100 ) . ( ) . ( V N v n DS

Indeks keparahan penyakit diamati dari tiap individu tanaman dengan memberi skor antara 0 sampai 3. (Tabel 3.) Penentuan skor indek keparahan penyakit dan kategori ketahanan berdasar pada CAB International, 2000.

Tabel 3. Skor indeks keparahan penyakit.

Skor Keterangan

0 Tidak ada gejala sama sekali

1 Muncul semburat kuning disertai sedikit keriting pada tepi daun

2 Mosaik pada daun terlihat jelas, daun keriting, dan menggulung ke bawah

3 Mosaik pada permukaan daun terlihat sangat jelas, daun keriting, menggulung ke bawah, dan ukuran daun mengecil

Data hasil perhitungan pada masing-masing nomor uji kemudian dikelompokkan sesuai kategori respon tanaman terhadap serangan virus kuning (Tabel 4.) untuk menentukan tingkat ketahanannya.

Tabel 4. Klasifikasi ketahanan tanaman terhadap infeksi virus kuning. Keparahan Penyakit (%) Kategori ketahanan

0 Sangat Tahan (High Resistance) X ≤ 10 Tahan (Resistance)

10 < X ≤ 20 Moderat Tahan (Moderately Resistance) 20 < X ≤ 30 Moderat Rentan (Moderately Susceptible) 30 < X ≤ 50 Rentan (Susceptible)

(6)

16

Pembentukan Materi Genetik

Galur terpilih dari kegiatan seleksi pemilihan tetua tahan dan rentan selanjutnya digunakan dalam pembentukan materi genetik. Materi kegenetikaan yang dibentuk adalah set populasi atau generasi hasil persilangan antar tetua tahan (P1) dengan tetua rentan (P2) yaitu turunan pertama (F1) dan turunan kedua (F2). Persilangan untuk menghasilkan F1 dilakukan dengan menanam tetua terpilih sebanyak 20 tanaman per genotipe tanpa ulangan.

Persilangan dilakukan dengan emaskulasi dan penyerbukan, yang dilaksanakan pada pukul 06.30–10.00 WIB. Alat yang digunakan untuk emaskulasi adalah bilah bambu tipis. Tahap persilangan seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Teknik persilangan pada melon a.–e. proses emaskulasi bunga betina f-i. pembungkusan bunga jantan j. penyerbukan k-l. pelabelan dan buah jadi.

Bunga dari tetua betina yang diemaskulasi adalah bunga yang mendekati reseptip dengan ciri mahkota menguning namun belum terbuka, selanjutnya bunga ditutup dengan kertas untuk menghindari serbuk sari dari tanaman lain. Pembungkusan juga dilakukan pada bunga jantan dari tetua jantan dengan kriteria bunga sama dengan bunga betina. Keesokan harinya pada waktu yang sama

d e f g h i a a b c j k l

(7)

17 dilakukan penyerbukan dengan menempelkan serbuk sari dari tetua jantan ke stigma tetua betina. Selanjutnya bunga betina yang telah diserbuki dibungkus dengan kertas dan diberi label yang berisi informasi nama-nama tetua dan tanggal persilangan. Jika persilangan berhasil maka bakal buah akan membesar, sedangkan jika persilangan gagal maka bakal buah akan menguning dan gugur setelah 5-6 hari dari persilangan.

Pembentukan populasi F2 dilakukan pada musim tanam berikutnya, prosedur kegiatan yang dilakukan sama dengan pembentukan F1. Pada pembentukan populasi F2, dilakukan selfing (bunga jantan dan betina berasal dari tanaman yang sama) pada genotipe F1. Setiap genotipe F1 ditanam 20 tanaman tanpa ulangan dan dilakukan selfing untuk menghasilkan F2.

Analisis data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis ragam menggunakan fasillitas PBSTAT 1.0, dan uji lanjut dengan metode Tukey’s Honestly Significant

(8)

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe Gejala

Tanaman melon yang diinokulasi mulai menunjukkan gejala pada saat tujuh hari setelah inokulasi. Gejala infeksi virus kuning pada melon diawali dengan terbentuknya bintik-bintik kuning pada daun, gejala selanjutnya berupa mosaik yang jelas serta daun mengulung ke bawah. Pada gejala lanjut tanaman mengalami keriting dan kerdil (Gambar 5). Pada beberapa genotipe urutan gejala bisa berbeda tergantung ketahanan dari masing-masing genotipe.

Gejala infeksi virus yang ditularkan lewat kutu kebul (Begomovirus) pada tanaman lain juga dilaporkan memiliki kemiripan, pada tanaman cabe gejala diawali bintik kuning pada daun muda dan menyebar keseluruh daun, gejala lanjut berupa mosaik selanjutnya daun keriting dan mengecil (Ganefianti, 2010). Pada tanaman tomat gejala pada daun berupa kuning, mosaik, rugose dan keriting (Torres-Pachecho et al. 1996)

Gambar 5. Gejala tanaman melon akibat infeksi virus kuning 1= Muncul semburat kuning disertai sedikit keriting pada tepi daun, 2= Mosaik pada daun terlihat jelas, daun keriting, dan menggulung ke bawah, 3= Mosaik pada permukaan daun terlihat sangat jelas, daun keriting, menggulung ke bawah, dan ukuran daun mengecil, 0= tanaman tidak bergejala. Uji konfirmasi dilakukan untuk memastikan gejala yang muncul pada genotipe melon yang diuji sama dengan gejala yang muncul pada tanaman sumber inokulum (isolat Kencong). Identifikasi tanaman terifeksi virus kuning dengan melakukan analisis DNA, menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), dengan primer universal untuk geminivirus (Gambar 7.). Hasil identifikasi pada daun melon yang diinokulasi menunjukkan adanya kesamaan pita dengan tanaman sumber inokulum, hal ini menunjukkan tanaman benar terinfeksi virus kuning dari isolat kencong. Dengan demikian metode penularan masal yang dilakukan efektif untuk pengujian ketahan terhadap penyakit virus yang ditularkan oleh kutu kebul.

Uji Ketahanan 20 Genotipe Melon

Hasil pengujian ketahanan terhadap penyakit virus kuning pada 20 genotipe melon dari tiga grup melon (dudaim, cantaloupe dan inodorous) disajikan dalam Tabel 5.

(9)

19 Tabel 5. Nilai tengah karakter agronomi dan intensitas serangan virus pada

kondisi inokulasi No Grup Genotipe Tinggi tanaman (cm) Jumlah ruas Lebar Daun (cm) Inten. serangan virus (%) Kategori Ketahanan 1 Dudaim MEV1 165.20a 27.87a 13.87a 0.00d Sangat tahan 2 Cantaloupe MEV2 57.80bc 15.33bcd 11.97ab 77.05abc Sangat rentan 3 Cantaloupe MEV3 38.60bcde 18.00bc 7.17de 95.87ab Sangat rentan 4 Cantaloupe MEV4 35.40bcde 10.20bcde 9.58bcde 79.94abc Sangat rentan 5 Cantaloupe MEV5 47.67bcd 12.27bcde 11.53ab 83.81abc Sangat rentan 6 Cantaloupe MEV6 17.27e 8.33de 10.00bcd 84.85abc Sangat rentan 7 Cantaloupe MEV7 59.60b 19.33ab 11.30ab 68.39c Sangat rentan 8 Cantaloupe MEV8 37.00bcde 12.27bcde 9.43bcde 97.33a Sangat rentan 9 Cantaloupe MEV9 19.00e 10.05cde 6.47e 88.15abc Sangat rentan 10 Cantaloupe MEV10 23.83de 7.78de 7.67de 75.28abc Sangat rentan 11 Cantaloupe MEV11 21.87de 9.28cde 7.57de 94.64ab Sangat rentan 12 Cantaloupe MEV12 47.40bcd 14.80bcd 11.20abc 95.66ab Sangat rentan 13 Cantaloupe MEV13 39.00bcde 11.33bcde 8.00cde 70.37bc Sangat rentan 14 Cantaloupe MEV14 29.60de 10.13bcde 9.00bcde 95.26ab Sangat rentan 15 Cantaloupe MEV15 31.13cde 12.27bcde 9.57bcde 96.03a Sangat rentan 16 Cantaloupe MEV16 33.80bcde 10.20bcde 9.63bcde 98.11a Sangat rentan 17 Cantaloupe MEV17 36.47bcde 13.07bcde 9.80bcd 97.78a Sangat rentan 18 Inodorous MEV18 25.07de 5.49e 9.82bcd 66.85c Sangat rentan 19 Inodorous MEV19 43.33bcde 14.33bcde 7.00de 81.48abc Sangat rentan 20 Cantaloupe MEV20 37.40bcde 8.67de 11.17abc 91.14abc Sangat rentan Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasar uji Tukey‟s taraf 5%

Hasil pengujian menunjukkan terdapat satu genotipe MEV1 dari grup dudaim dengan kategori ketahanan sangat tahan dengan intensitas serangan virus 0% dan 19 genotipe lainnya (cantaloupe dan inodorous) menunjukkan kategori ketahanan sangat rentan dengan kisaran intensitas serangan virus sebesar 66.85 - 98.11%. Data kauntitatif karakter pertumbuhan terlihat adanya perbedaan yang jelas antara genotipe tahan dan genotipe rentan. Akibat serangan penyakit virus kuning pada genotipe rentan tanaman menjadi kerdil. Hal ini terlihat dari ukuran daun mengecil, jumlah ruas sedikit dan memendek serta tanaman pendek. (Gambar 6).

Berdasarkan kategori ketahanannya terdapat dua kelompok ketahanan yaitu sangat tahan dari grup dudaim dan sangat rentan dari grup cantaloupe dan inodorous. Selanjutnya MEV1 (dudaim) digunakan sebagai genotipe donor yang mangandung gen ketahanan terhadap penyakit virus kuning.

Pemilihan tetua selain berdasarkan kriteria ketahanan juga diarahkan ke pengelompokan berdasarkan grup melon, untuk mengetahui bagaimana pola pewarisan sifat ketahanan pada virus kuning pada beberapa grup melon. Pengelompokan jenis melon menurut klasifikasi Robinson and Decker (1999), terdapat enam grup melon yaitu cantaloupe, inodorous, flexuosus, conomon, dudaim dan momordica. Tetua tahan adalah MEV1 yang merupakan grup dudaim

(10)

20

sedangkan tetua rentan dari grup cantaloupe (MEV2, MEV3,MEV4, MEV5, MEV6, MEV7, MEV8) dan inodorous (MEV18, MEV19).

Gambar 6. Pengujian ketahanan genotipe melon terhadap penyakit virus kuning a. genotipe tahan b. genotipe rentan

Tetua tahan MEV1 yang merupakan grup dudaim memiliki ciri ukuran buah kecil, berbentuk bulat, daging buah berwarna putih dan kulit buah tipis, kulit buah garis-garis hijau gelap dan hijau terang yang berubah menjadi jingga kecoklatan ketika matang. (Robinson and Decker, 1999). Genotipe ini tidak banyak dibudidayakan, dibeberapa tempat hanya dipergunakan sebagai sayur karena sangat rendahnya kualitas buah pada genotipe ini, baik rasa, aroma maupun kemanisan buah (Lampiran 12.).

Tetua rentan dari grup cantaloupe dan inodorous adalah tipe melon yang sudah banyak dikenal dan dibudidayakan. Ciri dari grup cantaloupe adalah permukaan kulit berjala/net dengan ukuran buah sedang, warna daging buah jingga sampai kehijauan dan memiliki aroma buah yang khas. Melon grup inodorous dicirikan dengan permukaan buah licin dan tidak berjala/net, ukuran lebih besar dari melon cantaloupe, daging buah berwarna putih sampai kehijauan, dengan aroma tidak menyengat (Lampiran 13.).

Ketahanan terhadap penyakit virus kuning bisa disebabkan oleh ketahanan tanaman tersebut terhadap virus itu sendiri secara langsung, atau ketahanan terhadap vektor pembawa virus, yaitu kutu kebul (Bemisia sp). Hasil penelitian ini menunjukkan ketahanan pada genotipe melon memiliki ketahanan terhadap virus secara langsung. Ketahanan terhadap virus secara langsung ditunjukkan pada

a

(11)

21 analisis DNA dengan menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR), dengan primer universal untuk geminivirus. Hasil visualisasi PCR pada gel agarosa ditampilkan pada Gambar 7. Kontrol positif sebagai pembanding yaitu primer universal geminivirus teramplifikasi pada ukuran + 1600 bp. Sampel yang diuji dikatakan positip terinfeksi virus jika terbentuk pita DNA dengan ukuran + 1600 bp.

Hasil pengujian PCR menunjukkan sampel daun dari genotipe sangat rentan (A1, A2, A3) dan genotipe sangat tahan (B1, B2, B3) keduanya positif terinfeksi virus, meski pada genotipe sangat tahan pita DNA tampak lebih tipis. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pada genotipe tahan, terdapat virus yang ditularkan oleh Bemisia sp, namun tidak muncul gejala serangan virus. Genotipe tahan mampu menghambat penyebaran virus dalam tanaman sehingga tidak mengganggu metabolisme dalam tanaman. Menurut Matthews (1991) tanaman tahan memiliki kemampuan untuk membatasi perkembangan virus pada sel tertentu sehingga virus tidak menyebar ke sel-sel lain.

Gambar 7. Hasil amplifikasi virus kuning menggunakan PCR, (M) marker, (K+) kontrol positif, (A1,A2,A3) MEV2: genotipe sangat rentan, (B1,B2,B3) MEV1: genotipe sangat tahan, (C1,C2,C3) sumber inokulum.

Pembentukan Materi Genetik

Materi kegenetikaan yang dibentuk adalah set populasi atau generasi hasil persilangan antar satu tetua tahan MEV1 (P1) dari grup dudaim dengan sembilan tetua rentan (P2): MEV2, MEV3,MEV4, MEV5, MEV6, MEV7, MEV8 (grup cantaloupe) MEV18, MEV19 (grup inodorous), sehingga dihasilkan sembilan turunan pertama (F1). Selanjutnya turunan pertama diselfing menghasilkan sembilan turunan kedua (F2).

SIMPULAN

1. Hasil pengujian ketahan terhadap penyakit virus kuning pada 20 genotipe dari tiga grup melon didapatkan satu genotipe MEV1 (grup dudaim) dengan kategori ketahanan sangat tahan.

2. Reaksi ketahanan tanaman pada 20 genotipe yang diuji mengelompok menjadi dua kelompok yaitu sangat tahan (grup dudaim) dan sangat rentan (grup cantaloupe dan inodorous).

Gambar

Tabel 2.  Genotipe melon bahan penelitian  No  Kode
Gambar  3.  Metode  penularan  masal  a.  bibit  nomor  uji,  b.  tanaman  sumber  inokulum, c
Gambar 4. Teknik persilangan pada melon a.–e. proses emaskulasi bunga betina f- f-i. pembungkusan bunga jantan j
Gambar 6. Pengujian ketahanan genotipe melon terhadap penyakit virus kuning        a. genotipe tahan b

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Metode Group Investigation dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Purbalingga.

Karena penelitian ini ditujukan untuk menghitung harga pokok produk, maka PT Panca Mitra Sandang Indah menggunakan metode biaya penuh (Full costing), dimana

Penelitian ini dilakukan untuk menguji metode Applied Behavior Analysis sebagai sebuah metode terapi yang dilakukan ibu dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak

2 Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa /merumuskan masalah 11,10 8,33.. Aktivitas lain yang persentasenya masih kurang adalah Membimbing dan Meminta siswa menyajikan dan

Masalah dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya dalam materi Prilaku Masyarakat Berbhinneka Tunggal Ika adalah materinya cukup luas dan banyak

Permainan ( game ) “Padu Padan Warna pada Ondel-Ondel” diharapkan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut sebagai salah satu media pendukung dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang bangle ( Zingiber cassumunar Roxb.) terhadap gambaran histopatologi hati

Sesuai dengan teori tersebut orang pinggiran mendapat sifat yang baik karena mereka meniru dari kelas sosial lain dan tanpa sadar mereka menerima sistem