Bupati Bandung
Kata Sambutan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT. Publikasi Produk Domestik Regional
Bruto ( PDRB ) Semesteran Kabupaten Bandung tahun 2009 dapat
diselesaikan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung Tahun
2009 memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja
perekonomian dan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi
Kabupaten Bandung pada tahun 2009, informasi ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah / Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung sebagai acuan untuk
evaluasi hasil-hasil pembangunan dan sebagai sumber informasi untuk
menyusun strategi kebijakan perekonomian regional dimasa yang akan
datang.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data-data
dasar maupun pendukung dalam menyusun publikasi ini diucapkan terima
kasih. Sebagai penyempurnaan publikasi masukan sangat kami harapkan.
Soreang, Desember 2009
Bupati Bandung
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2009 dapat diselesaikan.
Publikasi PDRB Semesteran Kabupaten Bandung Tahun 2009 ini merupakan kelanjutan dari publikasi sebelumnya yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung. Publikasi ini memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian Kabupaten Bandung.
Data yang digunakan untuk menyusun publikasi ini bersumber dari berbagai Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari survei-survei yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung.
Besar harapan publikasi ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian, evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung sehingga perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung dapat disusun berdasarkan potensi yang dimiliki.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan publikasi di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Soreang, Desember 2009 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN BANDUNG
Soegiri Soetardi, MA NIP. : 19600423 198312 1 002
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
DAFTAR ISI
Sambutan Bupati ... i Kata Pengantar ... iiDaftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Grafik ... viii
Daftar Lampiran ... ix Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang ………...………... 1 1.2 Tujuan ………....………... 1 1.3 Kegunaan PDRB Semesteran ………... 2 1.4 Ruang Lingkup ………... 2
1.5 Pergeseran Tahun Dasar ………... 4
Bab II Metodologi 6 2.1 Metode Pengambilan Contoh ………... 6
2.2 Rancangan Sampel Survei Khusus Pendapatan Regional …….. 6
2.3 Indeks Berantai ………... 7
2.3.1 Indeks Produksi ………..………... 7
2.3.2 Indeks Penjualan ……….………... 8
2.4 PDRB Lapangan Usaha ………... 9
2.4.1 Penghitungan PDRB adh Konstan ………... 10
2.4.2 Penghitungan PDRB adh Berlaku ………... 10
2.5 Keterbatasan ………... 11
Bab III Uraian Sektoral 12 3.1 Pertanian ... 14
3.1.1 Tanaman Bahan Makanan ………... 14
3.1.2 Tanaman Perkebunan ... 15
3.1.3 Kehutanan ... 15
3.1.4 Peternakan dan Hasil-hasilnya ... 16
3.1.5 Perikanan ... 16
3.2 Pertambangan dan Penggalian ... 17
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.3 Industri dan Pengolahan ... 18
3.4 Listrik, Gas dan Air Bersih ... 19
3.4.1 Listrik ... 19
3.4.2 Air Bersih ... 20
3.5 Bangunan ... 20
3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 21
3.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran ... 21
3.6.2 Hotel ... 21
3.6.3 Restoran ... 22
3.7 Pengangkutan dan Komunikasi ... 23
3.7.1 Pengangkutan ... 23
3.7.2 Komunikasi ... 25
3.8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ... 26
3.8.1 Bank ... 26
3.8.2 Lembaga Keuangan Bukan Bank ... 26
3.8.3 Jasa Penunjang Keuangan ... 27
3.8.4 Sewa Bangunan ... 27
3.8.5 Jasa Perusahaan ... 27
3.9 Jasa-jasa ... 28
3.9.1 Pemerintahan Umum ... 28
3.9.2 Swasta ... 29
Bab IV Kinerja Perekonomian Kabupaten Bandung 31 4.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 31
4.2. Struktur Ekonomi ... 35
4.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 37
4.4. PDRB Per Kapita ... 40
4.5. Tingkat Inflasi ... 42
Bab V Analisis Sektoral 44 5.1 Sektor Pertanian ………... 44
5.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan (Tabama) .……. 46
5.1.2 Sub Sektor Perkebunan ……….……... 46
5.1.3 Sub Sektor Peternakan ... 47
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
5.2.2 Sektor Penggalian ... 50
5.3 Sektor Industri Pengolahan ………. 50
5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ….………... 52
5.4.1 Sub Sektor Listrik ………... 53
5.4.2 Sub Sektor Air Bersih ………... 54
5.5 Sektor Bangunan/Konstruksi ………... 54
5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ………... 55
5.6.1 Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ………... 56
5.6.2 Sub Sektor Hotel ………... 57
5.6.3 Sub Sektor Restoran ………... 57
5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ………... 58
5.7.1 Sub Sektor Pengangkutan ………... 59
5.7.2 Sub Sektor Komunikasi ………... 60
5.8 Sektor Keuangan, Pariwisata dan Jasa Perusahaan ………….... 61
5.8.1 Sub Sektor Bank ………... 62
5.8.2 Sub Sektor Lembaga Keuangan Lainnya ………... 62
5.8.3 Sub Sektor Sewa Bangunan ………... 63
5.8.4. Sub Sektor Jasa Perusahaan ... 63
5.9 Sektor Jasa-jasa ………... 63
5.9.1 Sub Sektor Jasa Pemerintah Umum ………... 65
5.9.2 Sub Sektor Swasta ………... 65
5.9.2.1 Sub Sektor Sosial Kemasyarakatan ………... 65
5.9.2.2 Sub Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi …………... 66 5.9.2.3 Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumahtangga 66
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2006 - 2009 Kabupaten Bandung ... 32 Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2009 ... 33 Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2009 ... 34 Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor
dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2009.. 36 Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Setiap Kelompok Sektor dalam
Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2009 ... 39 Tabel 4.6 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bandung dan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2005 – 2008 ... 42 Tabel 4.7 Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung
Tahun 2007 – 2009 ... 43 Tabel 5.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Tahun 2009
Kabupaten Bandung ... 45 Tabel 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Tahun 2009 Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Bandung ………... 45 Tabel 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan
Penggalian Tahun 2009 Kabupaten Bandung …... 48 Tabel 5.4 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2009
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung ………... 49 Tabel 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun
2009 Kabupaten Bandung …...………... 51 Tabel 5.6 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2009 Atas Dasar
Harga Berlaku Kabupaten Bandung ………... 52 Tabel 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Tahun
2009 Kabupaten Bandung....…………... 53 Tabel 5.8 Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Tahun 2009 Atas
Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bandung ………... 53 Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Tabel 5.10
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009 Kabupaten Bandung …………... 55 Tabel
5.11
Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung …... 56 Tabel
5.12
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2009 Kabupaten Bandung .…………... 58 Tabel
5.13
Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung ... 59 Tabel
5.14
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun 2009 Kabupaten Bandung ……... 61 Tabel
5.15
Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa-haan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 Kabupaten Bandung ... 62 Tabel
5.16
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-jasa Tahun 2009 Kabupaten Bandung ... 64 Tabel
5.17
Kontribusi Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 Kabupaten Bandung ... 64
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung
Tahun 2008 dan 2009 (Persen) ... 35
Grafik 4.2 Laju Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2001 -2009 (Persen) ... 38 Grafik 4.3 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Tahun 2005-2009 ... 41
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung ... 67
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung ... 68
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung ... 69
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung ... 70
Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Berlaku Kabupaten Bandung ... 71
Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Semesteran Tahun 2009 ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung ... 72
Tabel 4.1 Indeks Implisit PDRB Semesteran Tahun 2009 Kabupaten Bandung ... 73
Tabel 4.2 Inflasi Sektoral Tahun 2009 Kabupaten Bandung ... 74
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian ahli ekonomi mengartikan pembangunan ekonomi sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi, economic development is growth plus change1. Dalam hal ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memegang peranan penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu wilayah guna merumuskan perencanaan ekonomi dan menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran merupakan indikator yang menunjukan kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa produksi dalam proses produksi di suatu wilayah dalam rentang waktu satu semester. Semakin besar nilai PDRB suatu wilayah menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pada wilayah tersebut. PDRB semesteran yang mencakup kegiatan ekonomi selama semester I dan semester II merupakan salah satu informasi penting untuk memenuhi kebutuhan data tentang kondisi perekonomian suatu wilayah yang up to date.
Kedepannya data PDRB semesteran dapat digunakan sebagai dasar untuk evaluasi dan menentukan kebijakan – kebijakan pembangunan terutama dalam penentuan kebijakan jangka pendek baik pada sektor riil maupun moneter.
1.2 Tujuan
Tujuan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semesteran Kabupaten Bandung adalah untuk mengetahui keadaan perekonomian di wilayah Kabupaten Bandung melalui indikator-indikator makro.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung.
Seperti halnya pada publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahunan, pada penerbitan PDRB semesteran tahun 2009 sudah menggunakan tahun dasar 2000.
1.3 Kegunaan PDRB Semesteran
Secara umum kegunaan utama PDRB Semesteran adalah :
i. Menggambarkan kondisi perekonomian Kabupaten Bandung yang paling up to date dan berkesinambungan setiap semester melalui indikator-indikator makro diantaranya laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, pendapatan per kapita dan tingkat inflasi.
ii. Sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan ekonomi regional jangka pendek oleh Pemerintah Kabupaten Bandung
iii. Merupakan dasar pijakan dalam estimasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahunan
1.4 Ruang Lingkup
Pelaksanaan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) guna mendukung data PDRB Semesteran meliputi semua kegiatan ekonomi di sembilan sektor lapangan usaha. Pemilihan responden atas prioritas usaha yang cukup dominan dalam menyumbangkan nilai tambah (value added) terhadap perekonomian Kabupaten Bandung, diantaranya adalah perusahaan/usaha swasta, perusahaan milik pemerintah, termasuk instansi-instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Kegiatan ekonomi di sembilan sektor lapangan usaha dalam PDRB semesteran ini diantaranya :
i. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian terdiri dari lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan meliputi tanaman padi dan palawija; sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.
ii. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian meliputi usaha pertambangan Gas bumi dan penggalian yang meliputi penggalian pasir, marmer, batu, sirtu serta kapur.
iii. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan mencakup sembilan sub sektor industri yaitu industri makanan, minuman dan tembakau; industri tekstil, barang kulit dan alas kaki; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; industri kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar dan baja; industri alat angkutan, mesin dan alat peralatannya; serta industri barang lainnya.
iv. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih meliputi kegiatan PLN, dan PDAM. v. Sektor Bangunan/Konstruksi
Kegiatan yang mewakili dari sektor ini mencakup usaha dari para pengembang / developer, toko bahan bangunan dan sanitari.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
vi. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini terdiri dari sub sektor perdagangan yang meliputi supermarket, perdagangan besar dan perdagangan eceran, sub sektor hotel meliputi hotel berbintang dan non bintang, serta sub sektor restoran dan rumah makan.
vii. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sampel dari sektor ini meliputi sub sektor angkutan rel dan angkutan jalan raya terdiri dari angkutan bis, truk, angkot dan ojeg motor, sub sektor jasa penunjang angkutan meliputi kargo dan travel; serta sub sektor komunikasi terdiri dari wartel, pos dan giro.
viii. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Sampel sektor ini mencakup sub sektor lembaga keuangan yang terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, Pegadaian dan koperasi simpan pinjam; sub sektor sewa bangunan dari persewaan bangunan serta sub sektor jasa perusahaan yang terdiri dari jasa persewaan alat, bengkel mobil, foto copy dan konsultan.
ix. Sektor Jasa-jasa
Sampel sektor ini mencakup sub sektor jasa pemerintahan umum dan sub sektor jasa swasta yang meliputi jasa sosial kemasyarakatan yaitu jasa rumah sakit, dokter praktek, jasa pendidikan dan jasa hiburan/ rekreasi meliputi taman hiburan/bermain, kolam renang, rental vcd serta jasa perorangan dan rumah tangga.
1.5 Pergeseran Tahun Dasar
Perubahan struktur ekonomi era paska krisis ekonomi, perkembangan teknologi serta adanya perubahan pola konsumsi masyarakat mempengaruhi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
konstan dari tahun 1993 ke tahun 2000 dilakukan agar hasil perhitungan PDRB akan menjadi lebih relevan dengan struktur ekonomi pada rentang waktu tersebut.
Pergeseran tahun dasar tersebut dilandasi oleh alasan pokok sebagai berikut: i. Rekomendasi UN bahwa sebaiknya tahun dasar dirubah dengan tahun
yang berakhiran 0 atau 5.
ii. Seri tahun dasar 1993 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi yang terjadi, dan sudah dianggap terlalu lama. iii. Merupakan kesepakatan bersama yang dideklarasikan oleh negara-negara
di wilayah Asia Pasifik (UN-ESCAP), agar hasil pengukuran PDRB yang diperoleh dapat dibandingkan secara langsung.
iv. Tahun 2000 merupakan awal berlangsungnya proses pemulihan ekonomi Indonesia setelah dilanda oleh krisis ekonomi sejak dari tahun 1998. v. Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2000 sudah dianggap relatif stabil. vi. Tersedianya Tabel Input-Output (I-O) tahu 2000 secara nasional maupun
regional melalui tabel I-O, keseimbangan antara “Supply” dan “Demand” atas berbagai produk barang dan jasa dapat dikontrol dengan lebih baik.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
BAB II
METODOLOGI
2.1 Metode Pengambilan Contoh (MPC)
Pada dasarnya teknik pengambilan contoh dibagi kedalam dua kelompok yaitu sampling probabilistik dan non probabilistik. Sampling probabilistik adalah teknik pengambilan contoh dengan memperhatikan besarnya peluang satuan sampling untuk terpilih atau dengan kata lain setiap unit dalam populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk diambil sebagai contoh.
Sampling non probabilistik adalah teknik pengambilan contoh dengan tidak
melibatkan unsur peluang.
Metode penarikan contoh (teknik sampling) yang digunakan dalam survei ini adalah Purposive Sampling yang merupakan salah satu teknik sampling non probabilistik. Salah satu keuntungan penggunaan metode Purposive Sampling ini adalah dapat dilakukan pemilihan responden yang didasarkan atas prioritas usaha yang cukup dominan dalam menyumbangkan nilai tambah (Value Added) terhadap perekonomian regional Kabupaten Bandung, sehingga relatif dapat lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya. Purposive Sampling dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan jumlah perusahaan pada masing-masing sektor kegiatan ekonomi, lalu mengelompokkan responden berdasarkan sektor atau kegiatan usaha dan skala usahanya sehingga asumsi homogenitas pada Purposive
Sampling dapat terpenuhi.
2.2 Rancangan Sampel Survei Khusus Pendapatan Regional
Jumlah sampel dalam PDRB semesteran Tahun 2009 dialokasikan kedalam 9 sektor kegiatan ekonomi termasuk instansi Pemerintah/Swasta. Penentuan alokasi sampel ke masing-masing sektor dilakukan secara proporsional, berdasarkan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
besarnya peranan nilai tambah bruto (NTB) sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung.
Responden dari masing-masing sektor ekonomi sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten Bandung dengan kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan yang menjadi responden terbagi berdasarkan skala usaha besar, sedang dan kecil.
b. Perusahaan yang dicacah mempunyai catatan kegiatan ekonomi yang cukup lengkap.
c. Mampu mengisi Daftar Isian PDRB dengan lengkap dan cepat.
Penentuan kriteria tersebut diharapkan dapat mewakili setiap kegiatan perkembangan ekonomi sektoral setiap semesternya di wilayah Kabupaten Bandung.
2.3 Indeks Berantai 2.3.1 Indeks Produksi
Indeks Produksi adalah perbandingan dari volume produksi semester berjalan (s) dibagi dengan semester sebelumnya (s-1) dikalikan seratus.
Rumus Indeks Produksi, sbb :
Dimana :
IP k, s : Indeks Produksi Komoditi k pada Semester s
Q : Volume Produksi K : Komoditi s : Semester Berjalan (s = 1,2)
100
Q
Q
IP
1 -s k, s k, s k;
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Setelah didapatkan nilai indeks produksi maka dapat dihitung Indeks
Produksi Sektor (IPS) masing-masing sektor dengan cara sbb:
Dimana :
IPSi,s : Indeks Produksi Sektor i pada Semester s
NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Nilai Indeks Produksi sektor ini digunakan sebagai bahan penghitungan nilai PDRB. Sektor yang menggunakan pendekatan Indeks Produksi adalah Sektor Pertanian; Sektor Penggalian; Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.
2.3.2 Indeks Penjualan
Indeks Berantai Penjualan adalah perbandingan dari volume penjualan semester berjalan (s) dibagi dengan semester sebelumnya (s-1) dikalikan seratus.
Rumus Indeks Penjualan, sbb :
Dimana :
IPj k, s : Indeks Penjualan Komoditi k pada Semester s
Q : Volume Produksi K : Komoditi s : Semester Berjalan (s = 1,2)
100
Q
Q
IPj
1 -s k, s k, s k;
1 , x 1 , IPS 1 1 , s i;
n k s k NTBK s k NTBK n k k s IPBadan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Setelah didapatkan nilai indeks penjualan maka dapat dicari Indeks Penjualan Sektor (IPjS) dengan cara sbb:
Dimana :
IPJS i,s : Indeks Penjualan Sektor i pada Semester s
NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Nilai Indeks Penjualan ini digunakan sebagai bahan penghitungan nilai PDRB. Sektor yang menggunakan pendekatan Indeks Penjualan adalah Sektor Bangunan; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa.
2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lapangan Usaha
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha/ekonomi di suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.
PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar
PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat keadaan perekonomian pada tahun berjalan serta untuk melihat pergeseran struktur
1 , x 1 , IPjS 1 1 , s i;
n k s k NTBK s k NTBK n k k s IPBadan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
2.4.1 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Nilai Tambah Bruto atas dasar harga Konstan (NTBK) per sektor yang akan digunakan untuk penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat dicari dengan rumus sbb :
Dimana :
NTBKi,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i
Pada Semester s.
NTBKi,s-1 : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i
Pada Semester sebelumnya (s-1)
IPSi,s : Indeks Produksi Sektor i pada semester s atau Indeks
Penjualan Sektor i pada semester s (s =1,2)
2.4.2 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto atas dasar Harga Berlaku (NTBB) guna perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
NTBB i,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Sektor i
Pada Semester s.
NTBKi,s : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor i
Pada Semester s
IH i,s : Indeks Harga Sektor i pada semester s
100
,
x
NTBK
i,s-1 s i,
s
i
IPS
NTBK
100
,
x
NTBK
i,s-1 s i,
s
i
IH
NTBB
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
2.5 Keterbatasan
Survei ini mempunyai keterbatasan antara lain :
1. Hanya dapat menghasilkan estimasi data indikator yang berupa indeks dan persentase;
2. Hasil dari survei ini merupakan data indikator yang digunakan sebagai dasar penghitungan angka PDRB yang kemudian akan di kroscek dengan data sebenarnya dari instansi terkait setahun berikutnya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
BAB III
URAIAN SEKTORAL
Secara makro perekonomian wilayah menurut lapangan usaha terdiri dari 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor Primer terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Sekunder terdiri dari Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air; dan Sektor Bangunan, Sektor Tertier terdiri dari Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan Sektor Jasa-jasa.
3.1 Pertanian
3.1.1 Tanaman Bahan Makanan 3.1.2 Tanaman Perkebunan 3.1.3 Kehutanan
3.1.4 Peternakan 3.1.5 Perikanan
3.2 Pertambangan dan Penggalian 3.2.1 Minyak dan Gas Bumi 3.2.2 Non Migas
3.2.3 Penggalian 3.3 Industri pengolahan
3.3.1 Industri Migas
3.3.1.1 Pengilangan Minyak 3.3.1.2 Gas Alam Cair 3.3.2 Industri Tanpa Migas 3.4 Listrik, Gas dan Air Minum
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.4.2 Gas 3.4.3 Air Minum 3.5 Bangunan dan Konstruksi
3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran 3.6.2 Hotel
3.6.3 Restoran/Rumah Makan 3.7 Pengangkutan dan Komunikasi
3.7.1 Angkutan
3.7.1.1 Pengangkutan Kereta Api 3.7.1.2 Pengangkutan Darat 3.7.1.3 Pengangkutan Udara 3.7.1.4 Pengangkutan Laut
3.7.1.5 Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 3.7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan
3.7.2 Komunikasi
3.7.2.1 Telkom dan Pos Giro 3.7.2.2 Jasa Penunjang Komuni-kasi 3.8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3.8.1 Bank
3.8.2 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 3.8.3 Jasa Penunjang Keuangan 3.8.4 Sewa Bangunan
3.8.5 Jasa Perusahaan 3.9 Jasa – Jasa
3.9.1 Pemerintahan Umum 3.9.2 Swasta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.9.2.2 Jasa Hiburan dan Rekreasi
3.9.2.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga 3.1 PERTANIAN
Kegiatan sektor pertanian mencakup segala pengusahaan dan pemanfaatan benda/barang biologis (hidup) yang didapat dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidup atau usaha lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain.
Kegiatan pertanian pada umumnya meliputi usaha bercocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian ini dirinci menjadi beberapa sub sektor yaitu :
3.1.1 Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini meliputi kegiatan penyiapan dan pelaksanaan penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian tanaman pangan seperti : padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Metode Estimasi
Penghitungan nilai tambah sektor ini dilakukan melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen masing-masing komoditi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui revaluasi.
Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.1.2 Tanaman Perkebunan
Sub sektor Tanaman Perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perkebunan besar. Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh rakyat yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat
2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung. 3.1.3 Kehutanan
Sub sektor ini meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan ckayu, pengambilan getah, daun, akar dan kulit kayu, bambu, rotan, arang dan perburuan binatang hutan. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di pekarangan rumah.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat.
2. Perum Perhutani Propinsi Jawa Barat. 3.1.4. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini meliputi usaha pemeliharaan segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas baik bertujuan untuk dikembangbiakkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya. Produksi ternak adalah jumlah ternak lahir ditambah dengan pertambahan berat badan atau penggemukkan dan hasil-hasil ternak lainnya seperti telur, bulu. Akan tetapi data pertambahan berat badan atau penggemukan tersebut tidak bisa diperoleh, sehingga di dalam memperkirakan produksi ternak dilakukan dengan cara :
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
3.1.5. Perikanan
Sub sektor ini meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup usaha penangkapan, pengambilan maupun pemeliharaan segala jenis ikan dan hasil-hasilnya baik laut, di sungai maupun air tawar. Termasuk Jumlah pemotongan + Populasi akhir tahun – Populasi awal tahun + Ekspor – Impor
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
pengolahan sederhana seperti pengasinan atau pengeringan ikan yang dcilakukan nelayan atau rumahtangga.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
3.2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian, pengambilan dan pemanfaatan barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas. Sektor ini terdiri dari kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan penggalian.
3.2.1 Minyak dan Gas Bumi
Kegiatan ini meliputi penambangan minyak dan gas bumi baik yang dilakukan di darat maupun di laut.
3.2.2. Pertambangan Tanpa Migas
Kegiatan ini meliputi penambangan komoditi non migas antara lain : emas, perak, nikel, mangan, timah, tembaga, bauksit dan mineral lainnya. 3.2.3. Penggalian
Kegiatan penggalian terdiri dari penggalian sumber daya alam lainnya antara lain : penggalian pasir, tanah liat, kapur, kaolin, batu dan komoditi lainnya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat
2. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung 3. Pertamina Unit Kamojang
3.3. INDUSTRI DAN PENGOLAHAN
Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik ataupun anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan dengan tangan, mesin, atau proses kimiawi. Pembuatan atau pengerjaannya dapat diproses melalui mesin/pabrik ataupun rumahtangga. Industri pengolahan dikelompokkan menjadi migas yang terdiri dari industri pengilangan minyak bumi dan gas alam cair.
Sedangkan industri tanpa migas meliputi industri pengolahan diluar migas, baik yang merupakan industri besar/sedang, maupun industri kecil dan rumahtangga. Industri ini dirinci menjadi 2 digit ISIC (International Standard Industry Classification).
3.3.1 Industri Migas
Kegiatan ini terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair. 3.3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
Kegiatan ini meliputi pengolahan minyak bumi yang menghasilkan produk-produk minyak avtur, premix, premium, solar, minyak tanah, aspal dan produk lainnya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.3.1.2 Gas Alam Cair
Kegiatan ini meliputi pengolahan pencairan gas alam (Liquid Natural Gas) yang produknya diekpor ke luar negeri.
3.3.2 Industri Tanpa Migas
Kegiatan ini meliputi pengolahan komoditi pertanian dan pertambangan di luar migas yang dikelompokkan dalam 2 digit ISIC.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi.
Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat. 2. BPS Kabupaten Bandung. 3.4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Kegiatan sektor ini meliputi listrik, gas dan air bersih. Secara rinci sub sektor tersebut adalah :
3.4.1 Listrik
Sub sektor listrik meliputi pembangkitan tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna penyaluran listrik, untuk dijual kepada konsumen, baik oleh PLN maupun bukan PLN. Termasuk juga listrik yang dibangkitkan oleh sektor lain seperti : industri, jasa-jasa yang dijual kepada pihak lain dan datanya dapat dipisahkan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Metode Estimasi :
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi. Sumber Data :
1. PLN Cabang Soreang 2. PLN Cabang Majalaya 3. PLN Propinsi Jawa Barat 3.4.2 Air Bersih
Meliputi usaha penampungan dan penjernihan air bersih serta pendistribusiannya kepada konsumen, yang umumnya dilakukan oleh perusahaan air minum milik pemerintah daerah.
Metode estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach), yaitu mengalikan produksi dengan harga produsen. Produksi
bruto atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode ektrapolasi. Sumber Data :
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bandung.
3.5. BANGUNAN DAN KONSTRUKSI
Sub sektor ini meliputi usaha pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan sub konstruksi seperti: pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendinginan, pembuatan saluran air dan sebagainya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Metode Estimasi
Sektor ini estimasinya dilakukan melalui pendekatan produksi, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi.
Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Kabupaten Bandung.
3.6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
3.6.1 Perdagangan Besar dan Eceran
Sub sektor perdagangan besar meliputi kegiatan pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali barang oleh pedagang dari pihak produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau konsumen tanpa merubah bentuk, baik yang baru maupun bekas dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali yang pada umumnya melayani konsumen, perorangan atau rumahtangga tanpa merubah bentuk baik barang baru maupun bekas dalam partai kecil.
3.6.2 Hotel
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen dan hotel.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.6.3 Restoran
Sub sektor ini meliputi usaha restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin. Termasuk usaha penjualan makanan dan minuman jadi yang biasanya dimakan langsung di tempat penjualan seperti : warung nasi, warung kopi, warung sate dan sejenisnya. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, sedangkan kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan dan datanya sulit untuk dipisahkan.
Metode Estimasi
Untuk mengestimasi sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan melalui pendekatan arus barang (commodity flow) baik untuk atas dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga konstan 2000, yaitu dengan menggunakan ratio margin terhadap nilai produksi daerah sendiri (pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri) dan impor, termasuk barang keluar masuk antar daerah/propinsi. Nilai tambah harga berlaku dan harga konstan 2000, didapatkan dengan mengalikan output dengan ratio nilai tambah. Perkiraan output sub sektor restoran/rumah makan, hotel/penginapan dengan pendekatan produksi, sedangkan harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi.
Sumber Data :
1. Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
3.7.1. Pengangkutan
Kegiatan sektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak bermotor atas dasar suatu pembayaran. Termasuk jasa angkutan yang sifatnya menunjang dan membantu memperlancar kegiatan tersebut beserta penyediaan fasilitas-fasilitasnya. Kegiatan pengangkutan ini dirinci sebagai berikut.
3.7.1.1. Pengangkutan Rel
Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan jasa kereta api termasuk gerbong. 3.7.1.2. Pengangkutan Jalan Raya
Meliputi semua kegiatan pengangkutan penumpang dan barang jalan raya yang menggunakan kendaraan seperti truk, bus, oplet, taksi, becak, pedati atau gerobak dan kendaraan darat lainnya. 3.7.1.3. Pengangkutan Udara
Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang melalui udara dengan menggunakan pesawat udara/kapal terbang yang beroperasi di dalam maupun di luar negeri, baik penerbangannya yang dilakukan secara teratur maupun tidak.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.7.1.4. Pengangkutan Laut
Meliputi angkutan samudra dan perairan pantai dengan menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran nasional baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah ataupun di luar negeri. Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkutan laut seperti : pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar muat, pergudangan, ekspedisi dan keagenan. 3.7.1.5. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dari angkutan sungai, danau dan penyebrangan yang menggunakan kapal, perahu, ferry dan angkutan air lainnya.
3.7.1.6. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti : terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang lainnya. Kegiatan tersebut terdiri dari :
a. Terminal dan Perpakiran, mencakup kegiatan pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/ armada yang membongkar dan mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti : terminal, parkir, pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, kapal pandu, penyediaan air tawar serta kegiatan pencacatan muatan barang dan penumpang.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
b. Bongkar Muat, kegiatan ini mencakup pemberian pelayanan bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat yang terdiri dari pelabuhan laut, sungai dan pelabuhan udara. c. Keagenan, kegiatan ini meliputi pelayanan keagenan barang
dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, laut, sungai dan udara.
d. Pergudangan, kegiatan ini mencakup pemberian jasa penyimpanan barang dalam suatu bangunan/gudang ataupun lapangan terbuka dalam wilayah pelabuhan.
3.7.2. Komunikasi
3.7.2.1. Pos dan Telekomunikasi
Sub sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa komunikasi untuk umum yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia dan PT Telkom. Kegiatan PT Pos Indonesia yaitu pemberian jasa kepada pihak lain seperti pengiriman surat, paket dan wesel. Kegiatan PT Telkom dengan menggunakan telepon, telex dan telegraph.
3.7.2.2. Jasa Penunjang Telekomunikasi
Kegiatan ini meliputi pemberian/penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan komunikasi seperti : wartel, warpostel, radio panggil dan telepon seluler (ponsel).
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi untuk kegiatan pengangkutan dan metode alokasi untuk kegiatan komunikasi. Jasa penunjang telekomunikasi hanya mencakup wartel, sedangkan yang lain belum tersedia datanya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Sumber Data:
1. BPS Propinsi Jawa Barat
2. Kantor Wilayah V PT Pos Indonesia 3. DLLAJR Kabupaten Bandung 4. Dinas Jasa Marga
5. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung 6. Kandatel Bandung
3.8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
3.8.1. Bank
Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pelayanan di bidang keuangan kepada pihak keuangan kepada pihak lain seperti : menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, transfer/memindahkan rekening koran, membeli dan menjual surat berharga, memberi jaminan bank, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan sebagainya.
3.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi : asuransi, koperasi, pegadaian dan yayasan dana pensiun. Kegiatan asuransi meliputi pelayanan asuransi, baik asuransi jiwa maupun bukan jiwa seperti : kebakaran, kecelakaan, kerusakan dan sebagainya. Termasuk juga agen perasuransian, jasa pelayanan penanggung perasuransian unit pengatur dana pensiun yang berdiri sendiri dan sebagainya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.8.3. Jasa Penunjang Keuangan
Meliputi jasa pelayanan bidang keuangan seperti yang dilakukan pada usaha pasar modal, bursa valuta asing, penukaran mata uang asing (money changer), anjak piutang dan modal ventura.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi. Sumber Data : Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR)
3.8.4. Sewa Bangunan
Sektor ini meliputi semua jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Rumah tempat tinggal tanpa memperhatikan apakah rumah tersebut benar-benar disewa atau tidak seperti : rumah milik sendiri, rumah instansi pemerintah ataupun rumah instansi/perusahaan swasta lainnya.
Metode Estimasi
Untuk mengetahui besarnya peranan sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi.
Sumber Data : BPS Kabupaten Bandung
3.8.5. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pada pihak lain seperti : jasa hukum, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan tabulasi, jasa bangunan, arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa persewaan mesin dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
peralatan. Yang termasuk dalam penghitungan ini baru terbatas pada kegiatan jasa hukum (advokat, pengacara dan notaris) dan jasa konsultan. Metode Estimasi
Dalam mengestimasi nilai tambah sub sektor jasa perusahaan yaitu dengan menggunakan, metode pendekatan produksi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan metode ekstrapolasi. Untuk memperkirakan nilai tambah sub sektor ini datanya bersumber dari survei khusus. Ratio input diperoleh melalui hasil pengolahan survei khusus pada masing-masing jenis kegiatan.
Sumber Data : Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR).
3.9. JASA – JASA
3.9.1. Pemerintahan Umum
Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah umum dalam menyediakan jasa pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat dinilai secara ekonomi misalnya dalam mengatur negara. Kegiatan pemerintah sebagian besar hasilnya digunakan oleh pemerintah sendiri sebagai konsumen akhir. Kegiatan pemerintah tersebut meliputi baik pemerintah pusat ( badan/lembaga tinggi negara, departemen, lembaga non departemen dan unit-unit lainnya yang berada di pusat, dinas vertikal di daerah) maupun pemerintah daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) dan pemerintah desa serta unit-unitnya. Termasuk juga kegiatan pertahanan dan keamanan negara/daerah.
Metode Estimasi
Sektor ini dihitung berdasarkan pendekatan pendapatan untuk Pemerintah Daerah, sedangkan Pemerintah Pusat dan Pertahanan Keamanan dilakukan melalui cara tidak langsung yaitu alokasi dari angka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
nasional/propinsi. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks jumlah pegawai secara tertimbang sebagai ekstrapolatornya.
Sumber Data :
1. BPS Propinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Kabupaten Bandung 3.9.2. Swasta
Kegiatan ini meliputi usaha penyelenggaraan pemberian jasa antara lain: jasa pendidikan dan jasa kesehatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa kemasyarakatan lainnya dan jasa perorangan dan rumah tangga.
3.9.2.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sub sektor ini meliputi usaha penyediaan dan pengelolaan berbagai jenis hiburan/rekreasi untuk masyarakat baik perorangan maupun rumahtangga, serta berorientasi untuk mencari untung
(profit making). Kegiatan tersebut seperti pembuatan dan distribusi
film, usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi swasta, produksi dan pertunjukkan film, produksi dan pertunjukkan sandiwara, tari, sanggar dan musik. Termasuk juga jasa rekreasi lainnya seperti gelanggang pacuan, sirkus, taman hiburan dan klub malam, penggubahan lagu, penulis buku, pembuat lukisan dan sebagainya. Dari berbagai kegiatan tersebut diatas hanya pemutaran film (bioskop), penyiaran radio swasta niaga dan taman hiburan/tempat rekreasi yang dapat diestimasi nilai tambahnya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
3.9.2.2. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Sub sektor ini meliputi kegiatan penyelenggaraan jasa yang diberikan untuk perorangan dan rumahtangga seperti reparasi, binatu, tukang jahit, tukang cukur, pembantu rumahtangga dan jasa perorangan lainnya. Mengingat keterbatasan data maka dalam penghitungan ini hanya terbatas pada kegiatan jasa reparasi, pembantu rumahtangga, tukang jahit, tukang cukur dan perawatan kulit, perawatan muka dan rambut.
Metode Estimasi
Besarnya output dari nilai tambah sektor ini dihitung dengan pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan cara ekstrapolasi.
Sumber Data :
1. Kanin Depdikbud Kabupaten Bandung
2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung 3. Kandep Agama Kabupaten Bandung
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
5. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
BAB IV
KINERJA PEREKONOMIAN
KABUPATEN BANDUNG
4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Krisis ekonomi global mencapai puncaknya pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang tentu terkena dampak krisis ekonomi dunia ini, yang ditandai dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi nasional pada akhir tahun 2008 yang menembus angka dua digit yaitu sebesar 11.06 persen , nilai tukar rupiah atas dollar tembus hingga lebih dari Rp 12.000,- per dollar, kondisi ini merupakan saat-saat yang berat bagi perekonomian nasional.2
Namun demikian, sepanjang tahun 2009 kecenderungan menuju ke arah pemulihan sudah tampak. Hal ini ditandai dengan tingkat inflasi nasional yang terkendali yaitu hanya sebesar 2.45 persen (November 2009 terhadap Desember 2008) dengan rata-rata nilai tukar rupiah sampai bulan oktober pada kisaran sembilan ribu rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi nasional meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi namun masih mengalami pertumbuhan ekonomi positif ditengah pertumbuhan ekonomi global yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
Hal serupa terjadi pada perekonomian Kabupaten Bandung di tahun 2009, walaupun nilai pertumbuhan ekonomi tercatat melambat namun tetap menunjukkan angka positif. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung positif 4.35 persen, nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 yang mencapai 5.30 persen.
2
http://www.kawanlama.com/en/kawan-lama-news/90-liputan-khusus/212-ekonomi-indonesia-2010-optimisme
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sangat dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan terutama industri pengolahan yang turun sebesar 2.13 poin dari 5.50 persen pada tahun 2008 menjadi 3.38 persen pada tahun 2009. Perlambatan ini disinyalir berasal dari menurunnya tingkat produksi terutama industri tekstil. Mengingat kontribusi industri pengolahan terutama industri tekstil cukup besar terhadap perekonomian di Kabupaten Bandung, sehingga bergolaknya sektor ini cukup memberi pengaruh yang cukup significant terhadap kinerja perekonomian di Kabupaten Bandung.
Namun demikian di beberapa sektor justru terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor pertanian yang mengalami peningkatan total produksi pertanian baik produksi tanaman bahan makanan (tabama), peternakan, dan perkebunan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Tabel 4.1. PDRB Kabupaten Bandung
Tahun 2006 - 2009 (Juta Rp)
Tahun PDRB Adh. Berlaku PDRB Adh. Konstan
1 2 3
2006 29,431,046.06 17,640,170.09 2007)* 33,319,630.76 18,683,930.04 2008)** 38,282,169.44 19,674,494.54 2009)*** 40,941,217.98 20,529,643.24
Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara
Secara umum nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung tahun 2009 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukan peningkatan positif walaupun tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan peningkatan nilai PDRB pada tahun 2008. PDRB atas dasar harga berlaku
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
pada tahun 2009 mencapai Rp 40.94 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar Rp 2.7 triliun dari tahun 2008, begitu pula dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2009 yang mengalami peningkatan sebesar 0,86 triliun dari Rp. 19.67 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 20.53 triliun pada tahun 2009.
Secara garis besar, sembilan sektor ekonomi dalam PDRB dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok sektor, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor penggalian. Sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan. Sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa – jasa.
Tabel 4.2
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2009
(Juta Rupiah)
Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara
Total Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dari kelompok primer mencapai Rp 3.54 triliun atau meningkat sebesar 10.70 persen dibanding tahun
Lapangan Usaha 2007 *) 2008**) 2009***)
[1] [2] [3] [4]
I. Primer 2,884,500.62 3,197,059.67 3,539,042.23
1. Pertanian 2,465,321.20 2,728,755.88 3,013,007.10
2. Pertambangan dan Penggalian 419,179.41 468,303.80 526,035.13
II. Sekunder 21,313,831.72 24,566,798.29 25,936,804.41
3. Industri Pengolahan 20,154,147.70 23,275,745.49 24,565,562.89
4. Listrik, Gas dan Air 588,412.89 642,658.74 674,520.69
5. Bangunan 571,271.13 648,394.06 696,720.83
III. Tertier 9,121,298.42 10,518,311.48 11,465,371.34
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,112,043.54 6,005,197.92 6,780,385.10
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,566,528.90 1,783,920.50 1,795,161.77
8. Keuangan, Persewaan & Js Prshaan 721,566.12 792,877.54 820,502.95
9. Jasa jasa 1,721,159.87 1,936,315.52 2,069,321.52
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
sebelumnya, nilai ini lebih rendah 0.14 poin dari kenaikan pada tahun 2008 yang mencapai 10.84 persen.
Adapun kelompok sektor sekunder dan kelompok tertier masing-masing menghasilkan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp 25.94 triliun dan Rp 11.46 triliun, atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5.58 persen dan 9 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini masih lebih rendah dibanding kenaikan tahun 2008 dimana kedua kelompok sektor ini mampu mencapai kenaikan masing masing sebesar 15,26 persen dan 15,31 persen pada tahun 2008.
Tabel 4.3
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
(Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2007*) 2008**) 2009***)
[1] [2] [3] [4]
I. Primer 1,617,013.00 1,682,133.23 1,771,785.61
1. Pertanian 1,371,807.73 1,426,244.50 1,502,003.49
2. Pertambangan dan Penggalian 245,205.26 255,888.73 269,782.12
II. Sekunder 12,151,030.79 12,811,383.12 13,250,976.51
3. Industri Pengolahan 11,478,643.51 12,110,396.65 12,519,327.64
4. Listrik, Gas dan Air 344,912.15 361,439.39 376,034.30
5. Bangunan 327,475.13 339,547.08 355,614.56
III. Tertier 4,915,886.25 5,180,978.19 5,506,881.12
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,819,715.77 2,994,763.36 3,211,263.99
7. Pengangkutan dan Komunikasi 765,192.41 794,729.27 843,661.61
8. Keuangan, Persewaan & Js Prshaan 419,515.28 436,277.89 451,138.21
9. Jasa jasa 911,462.80 955,207.67 1,000,817.32
PDRB 18,683,930.04 19,674,494.54 20,529,643.24
Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara
Untuk total Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan, dimana faktor inflasi harga sudah ditiadakan, kelompok primer mencapai Rp 1.77 triliun atau meningkat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
5.33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan kelompok sekunder dan tertier masing-masing menghasilkan Nilai Tambah Bruto sebesar Rp 13.25 trilliun dan Rp 5.51 trilliun atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3.43 persen dan 6.29 persen dibanding tahun sebelumnya.
4.2. Struktur Ekonomi
Struktur Ekonomi menggambarkan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah yang mencerminkan besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap perekonomian daerah.
Distribusi persentase sektoral merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah. Distribusi persentase sektoral menunjukan peranan dari masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB suatu daerah sehingga dapat diketahui sektor ekonomi apa saja yang dominan dalam laju pertumbuhan perekonomian. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Grafik 4.1 menggambarkan struktur ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun 2008 dan tahun 2009 menurut sektor.
Grafik 4.1
Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2008 dan 2009 Tahun 2008 Tahun 2009 Pertanian 7,36% Pertamb&G alian 1,28% Ind. Pengolahan 60,00% LGA 1,65% Bangunan 1,70% Perdag, Hotel&Rest 16,56% Angkutan dan Kom 4,78% Keuangan, Sewa& Js Prshn 2.36% Jasa-Jasa 5,05% Pertanian 7,13% Pertamb&G alian 1,22% Ind. Pengolahan 60,80% LGA 1,68% Bangunan 1,69% Perdag, Hotel&Rest 15,69% Angkutan dan Kom 4,78% Keuangan, Sewa& Js Prshn 2.36% Jasa-Jasa 5,06%
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Grafik diatas menggambarkan struktur ekonomi Kabupaten Bandung pada tahun 2008 dan 2009 menurut sektor. Hal yang perlu diperhatikan bahwa untuk untuk kelompok sektor primer ada perbedaan dengan trend sebelumnya dimana kontribusi sektor primer cenderung menurun sejak tahun 2000 sampai tahun 2008, namun pada tahun 2009 kontribusi sektor ini mengalami peningkatan sebesar 8.64 persen. Meningkatnya kontribusi kelompok sektor ini ditunjang oleh sektor pertanian dari 7.13 persen pada tahun 2008 menjadi 7.36 persen pada tahun 2009 dan sektor pertambangan dan penggalian yang meningkat dari 1,22 persen pada tahun 2008 menjadi 1,28 persen pada tahun 2009.
Tabel 4.4
Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2007-2009
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2007)* 2008)** 2009)***
[1] [2] [3] [4]
I. PRIMER 8.66 8.35 8.64
1. PERTANIAN 7.40 7.13 7.36
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.26 1.22 1.28
II. SEKUNDER 63.97 64.17 63.35
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 60.49 60.80 60.00
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1.77 1.68 1.65
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 1.71 1.69 1.70
III. TERTIER 27.38 27.48 28.00
6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 15.34 15.69 16.56
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4.70 4.66 4.38
8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JS PRSHN 2.17 2.07 2.00
9. JASA – JASA 5.17 5.06 5.05
PDRB DENGAN MIGAS 100.00 100.00 100.00
Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Sangat Sementara
Pada tahun 2009 ini sektor pertanian mengalami kenaikan produksi terutama produksi padi sawah yang mencapai kenaikan sebesar 30 persen dibandingkan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
tahun sebelumnya, hal ini didukung dengan program–program pemerintah seperti pengembangan pertanian, peningkatan produksi pertanian, dan peningkatan sarana penunjang kegiatan pertanian. Hal sebaliknya terjadi pada sektor sekunder dimana setelah terjadi peningkatan pada tahun 2008, pada tahun 2009 kontribusi sektor sekunder kembali menurun, dari kontribusi sebesar 63,97 persen pada tahun 2007, meningkat menjadi 64.17 persen pada tahun 2008, dan kembali menurun menjadi 63.35 persen, hal ini disebabkan menurunnya kontribusi sektor dominan yaitu sektor industri pengolahan dari 60.80 persen pada tahun 2008 menjadi 60,00 persen pada tahun 2009. Secara umum pertumbuhan industri di Kabupaten Bandung memang mengalami perlambatan, terutama untuk industri tekstil, industri barang dari kayu, dan industri barang dari logam dasar, besi dan baja
Untuk sektor tertier terus mengalami peningkatan sejak tahun 2000, yaitu dari 26.01 persen menjadi 28,00 persen pada tahun 2009. Hal ini sejalan dengan terus meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya pada sub sektor perdagangan besar dan eceran. walaupun pada sektor lainnya di kelompok sektor tertier justru peranannya mengalami penurunan.
4.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan PDRB dari satu tahun ke tahun berikutnya yang dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan PDRB yang digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan (BPS, 2004)
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2009 yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, menunjukan perlambatan yang cukup signifikan, walaupun tetap positif.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Grafik 4.2
LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2009 (Persen)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung selama kurun waktu tahun 2001 – 2009 dapat diamati pada Grafik 4.2. Dari Grafik tersebut terlihat bahwa sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 LPE Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan dari 4,98 persen pada tahun 2002 hingga mencapai angka 5,92 persen pada tahun 2007. Adapun di tahun 2008 dan 2009 LPE menunjukan perlambatan dengan nilai LPE tahun 2008 melambat menjadi 5,30 persen atau turun sebesar 0.62 poin dan pada tahun 2009 LPE Kabupaten Bandung kembali mengalami perlambatan yaitu turun sebesar 0.96 poin dari 5.30 persen di tahun 2008 menjadi 4.35 persen di tahun 2009. Angka ini sejalan dengan laporan Bank Dunia mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 yang mencapai sebesar 4.3 persen.
4,98 4,98 5,02 5,66 5,78 5,80 5,92 5,30 4,35 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 LPE Tahun