• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DISERTAI ASSESSMENT FOR LEARNING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UM METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DISERTAI ASSESSMENT FOR LEARNING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UM METRO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DISERTAI ASSESSMENT FOR LEARNING MAHASISWA

PENDIDIKAN MATEMATIKA UM METRO

Nurul Farida

FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Nurulfarida.maniz@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of the research was to know which one give better mathematics learning achievement, students who taught by cooperative learning model of Reciprocal Teaching by Assessment for Learning or Reciprocal Teaching. This research was quasi experimental. Subjects in this study were students who took the matrics and vector courses. The total of the students are 78 students. Methods of data collection in this research were documentation and test. Test requirements included normality test used Lilliefors method and the homogenity test used the Bartlett test. The hypothesis test used t test. The result from the analysis at 0,05 alpha level to test for significance. The conclusion of the research was students who taught by cooperative learning model of Reciprocal Teaching by Assessment for Learning (AfL) give better mathematics learning achievement than Reciprocal teaching.

Keywords: Reciprocal Teaching, AfL.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan wahana bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pengetahuan yang dimiliki, seseorang dapat mengembangkan kreativitas yang dimilikinya. Perguruan tinggi merupakan wahana bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan bakat dan kreativitasnya. Dalam mengembangkan kreativitasnya, mahasiswa dihadapkan dengan berbagai permasalahan dalam pembelajaran sehingga kreativitas yang dimilikinya dapat meningkat. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Pembelajaran matematika yang diajarkan di perguruan tinggi diharapkan dapat membantu mahasiswa meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, seorang dosen juga dituntut kreatif dalam memilih dan menentukan strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika.

(2)

Dalam pembelajaran matematika berbagai model pembelajaran dapat diterapkan oleh dosen sesuai dengan karakteristik mahasiswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pembelajaran menggunakan Reciprocal Teaching atau pembelajaran terbalik adalah pembelajaran yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan, dimana keterampilan-keterampilan kognitif diajarkan dengan menciptakan pengalaman belajar melalui pemodelan prilaku tertentu dan kemudian membantu peserta didik mengembangkan keterampilan tersebut berdasarkan usaha sendiri dengan memberikan semangat dan dukungan dengan sistem scaffolding. Melalui pembelajaran terbalik peserta didik diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan dari spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi (Trianto, 2011:96). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dkk (2012) bahwa Reciprocal Teaching bernuansa pendidikan karakter lebih baik dari rataan kemampuan komunikasi matematis yang belajar menggunakan metode konvensional. Selanjutnya Trianto (2011:96-97) menjelaskan prosedur dalam pembelajaran dengan menggunakan Reciprocal Teaching adalah: (1) Dosen menugaskan mahasiswa membaca bacaan dalam kelompok kecil, (2) Dosen memodelkan empat keterampilan yaitu merangkum, mengajukan pertanyaan, menjelaskan pengetahuan yang telah diperolehnya, dan memprediksi.

Kelebihan model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah sebagai berikut. 1. Melatih kemampuan mahasiswa dalam belajar secara mandiri.

2. Melatih kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan ide, pendapat, dan gagasan.

3. Melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah.

4. Dengan mencari sendiri informasi yang ada, maka pemahaman mengenai suatu konsep benar-benar dipahami oleh mahasiswa.

Assessment for Learning (AfL) pada dasarnya adalah Asesmen formatif, yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran bukan untuk melihat seberapa banyak pengetahuan telah dikuasai (Budiyono, 2011:59). Selanjutnya Clark (2011) menyatakan bahwa “AFL is to monitor the progress of the learner toward a

(3)

desired goal, seeking to close the gap between a learner’s current status and the desired outcome. This can be achieved through processes such as sharing criteria with learners, effective questioning and feedback”. AFL digunakan untuk

memantau kemajuan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran, berbagi kriteria sukses dengan peserta didik, pemberian pertanyaan yang tepat dan efektif, serta pemberian umpan balik. Sejalan dengan hal tersebut, Young (2005) dalam Budiyono (2011:59) menyatakan bahwa AfL jika digunakan secara efektif dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

Clarke (2005) dalam Budiyono (2011:60) menyatakan bahwa pelaksanaan AfL mengikuti strategi berikut.

1. Menyatakan dengan jelas tujuan pembelajaran dan kriteria sukses pada perencanaan pembelajaran sebagai kerangka dasarr AfL.

2. Berbagi tujuan pembelajaran dan kriteria sukses dengan teman. 3. Menggunakan teknik bertanya yang tepat dan efektif.

4. Memusatkan pada pemberian balikan.

5. Melibatkan asesmen diri dan asesmen antar teman.

6. Memberikan pemahaman bahwa setiap peserta didik dapat belajar dan berkembang dengan baik.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muntasyir (2014) bahwa pembelajaran dengan NHT dengan AfL melalui penilaian teman sejawat lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran langsung. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan matematika mahasiswa pada mata kuliah matriks dan vektor adalah pembelajaran Reciprocal

Teaching disertai Assessmet for Learning (AfL). Dengan dikombinasikannya Reciprocal Teaching dengan AfL, diharapkan mahasiswa mengerti tujuan

pembelajaran, mengerti posisi mereka dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran, dan mengerti cara mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching disertai AfL sebagai berikut:

(4)

1. Persiapan, dosen mempersiapkan materi dan skenario pembelajaran. Dosen juga merancang tes dan rubrik penilaian.

2. Pembentukan kelompok yang beranggotakan 3-4 mahasiswa.

3. Setiap kelompok mempelajari materi yang diberikan, selanjutnnya merangkum materi tersebut (Summarizing).

4. Dari rangkuman yang dibuat, kemudian didiskusikan secara kelompok, selanjutnya menyusun pertanyaan terhadap materi yang belum dikuasai (Questioning)

5. Dosen menunjuk beberapa kelompok untuk menjelaskan hasil temuannya di depan kelas serta melakukan tanya jawab dengan kelompok lain (Clarifying)

6. Membimbing kelompok dalam memprediksi ide-ide penting apa yang tercakup dalam materi yang telah dipelajari (Predicting).

7. Memberikan tes formatif kepada mahasiswa selama 10-15 menit. 8. Setelah tes selesai dikerjakan, dilakukan penilaian teman sejawat

dimana pekerjaan seorang mahasiswa diperiksa oleh mahasiswa lainnya.

9. Dosen membagikan rubrik penilaian sebelum pemeriksaan dimulai dan menjelaskan mengenai cara penilaian.

10. Setelah pemeriksaan selesai, lembar pekerjaan dikumpulkan kepada dosen. Skor mahasiswa dicatat untuk dilihat perkembangannya dari tes tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.

11. Lembar pekerjaan mahasiswa yang sudah diberi skor dikembalikan kepada mahasiswa pada pembelajaran berikutnya dan diberikan komentar.

Kriteria pemberian komentar: nilai ≥ 100 (excellent)

70 ≤ nilai < 100 (good)

nilai < 70 (perbaiki)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan eksperimen semu. Pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai Assessment for Learning dan

(5)

Reciprocal Teaching. Penelitian ini dilaksanakan di FKIP Universitas Muhammadiyah Metro. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa pendidikan matematika yang mengambil mata kuliah matriks dan vektor sebanyak 78 mahasiswa pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2015. Pada pertemuan 1 sampai 7 kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai AfL sedangkan kelas kontrol hanya dengan Reciprocal Teaching. Pada pertemuan ke-8 masing-masing kelas diberikan tes. Dokumentasi digunakan untuk melihat jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah matriks dan vektor. Selanjutnya, dilakukan observasi dilakukan secara langsung dengan membuat catatan mengenai kejadian pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data tes prestasi belajar matematika dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut:

Tabel 1. Uji Normalitas Terhadap Tes Prestasi Belajar Matematika

Kelompok L maks L tabel H0 Kesimpulan

Reciprocal Teaching disertai AfL (Eksperimen) 0,0894 0,1401 H0 diterima Berdistribusi normal Reciprocal Teaching (kontrol) 0,1075 0,1437 H0 diterima Berdistribusi normal

Selanjutnya untuk uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlet diperoleh nilai 0bs2 sebesar 2,0877 dan nilai

2 tabel

 sebesar 3,8410. Keputusan uji untuk uji homogenitas adalah H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa variansi-variansi

dari kedua populasi yaitu Reciprocal Teaching disertai AfL dan Reciprocal Teaching adalah homogen.

Selanjutnya rerata dan deviasi baku Kelompok Eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel berikut:

(6)

Tabel 2. Rerata dan Deviasi Baku Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok n Rerata Deviasi Baku

Reciprocal teaching disertai AfL (Eksperimen)

40 71,7250 9,4570

Reciprocal Teaching (kontrol) 38 63,1842 11,9907

Berdasarkan uji analisis data dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t0bs

sebesar 3,5023 dan nilai ttabel sebesar 1,960. Dengan demikian keputusan ujinya adalah H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa rerata yang diperoleh dari masing-masing

model pembelajaran berbeda secara signifikan. Karena rerata pada kelas yang dikenai model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai AfL lebih tinggi dibandingkan dengan Reciprocal Teaching, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai AfL lebih baik dibandingkan dengan Reciprocal Teaching.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai AfL lebih baik dibandingkan dengan Reciprocal Teaching. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dengan menggunakan Reciprocal Teaching disertai AfL, mahasiswa memiliki kesiapan yang lebih karena dengan adanya AfL, mahasiswa terpacu untuk belajar lebih giat dibandingkan dengan yang tidak menggunakan AfL. Selanjutnya, dengan adanya soal tes yang diberikan oleh dosen, baik soal tes tahap 1, tahap 2, maupun tahap 3, mahasiswa berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan pada tes-tes sebelumnya yang mendapatkan hasil kurang optimal. Rubrik penilaian yang diberikan membuat mahasiswa mengerti letak kesalahannya, meskipun pada awal-awal penilaian banyak mahasiswa yang kebingungan untuk menilai hasil jawaban temannya. Akan tetapi, untuk selanjutnya hal yang demikian sudah bisa teratasi. Dengan adanya AfL, setiap mahasiswa merasa lebih bersemangat, berusaha belajar lebih baik lagi, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muntasyir (2014) yang menyimpulkan

bahwa pembelajaran NHT dengan AfL melalui penilaian teman sejawat lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran NHT dan pembelajaran langsung.

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan Reciprocal Teaching disertai Assessment for Learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Reciprocal Teaching. Hal ini karena pembelajaran Reciprocal Teaching disertai Assessment for Learning membuat mahasiswa bertanggung jawab secara penuh terhadap kemajuan belajarnya karena kesalahan yang dilakukan dapat diketahui secara langsung.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching disertai Assessment for Learning dapat dijadikan alternatif bagi para pendidik untuk diterapkan agar memperoleh prestasi belajar peserta didik yang optimal.

2. Bagi peneliti yang lain dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang lain yang dimodifikasi dengan Assessment for Learning. 3. Jika akan memodifikasi model pembelajaran dengan Assessment for

Learning hendaknya rubrik penilaian diberi petunjuk secara rinci agar dalam melakukan proses penskoran tidak timbul keributan dan mengurangi kesalahan penskoran.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Clark, Ian. 2011. “Formative Assessment: Assessment Is for Self-regulatedLearning”. Educational Psychology Review.

Hasanah, S. 2012. “Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Bernuansa Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Komuniasi Matematis”. Unnes Journal of Mathematics Education Research. Vol 2. No.1. Hal. 135.

Muntasyir, Sholeh. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Assessment For Learning (AFL) Melalui Penilaian Teman Sejawat pada Materi Persamaan Garis Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa MTsN di Kabupaten Sragen.

Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorintasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 2. Rerata dan Deviasi Baku Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

saudara kandung, semakin terbagi interaksi seseorang untuk setiap saudara kandungnya. c) Kesamaan minat anak dengan saudara kandungnya. Seseorang cenderung merasa

Dalam berinvestasi seseorang harus bisa memprediksi laba yang akan diperolehnya berdasarkan spekulasi atas investasi yang bernilai fluktuatif, guna menghindari atau

Laporan Akhir ini disusun berdasarkan apa yang telah kami lakukan pada saat pengerjaan alat baik dari perancangan, proses pembuatan, proses pengujian, dan perhitungan biaya

Menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan Perseroan Tahun 2017 dan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017, yang telah

Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif

Model Hipotetik Peningkatan Implementasi Knowledge Management pada Perguruan Tinggi……… 239 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ………...

Infrastruktur dibangun berbasis web dengan tujuan supaya terjadi tolong- menolong ( sharing ) antar sesama institusi pendidikan di Indonesia dalam usaha mencerdaskan

Nurwidjojo, W., 1992, Evaluasi Pencemaran Air Sungai Gadjahwong Yogyakarta Ditinjau dari Gatra Biota, Fisik dan Kimia Akibat Buangan Limbah Industri di Bagian