BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan dan mengaktifkan potensi peserta didik. Potensi peserta didik yang
perlu dikembangkan yaitu aspek spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Musaheri, 2005). Pendidikan merupakan suatu
kegiatan yang sistematik dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta
didik yang berlangsung di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat” (La sula,
2000). Pendidikan yang sistematis hanya dapat dilakukan dengan adanya
hubungan yang harmonis antara rumah, sekolah dan masyarakat secara luas.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap , kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu tujuan pendidikan nasional menurut undang-undang tersebut adalah
membentuk watak bangsa. Pembentukan watak sangat erat kaitannya dengan
karakter. Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan watak. Ciri manusia yang berkarakter
diantaranya adalah berkepribadian dan berprilaku yang baik (Isna, 2011).
Pendidikan karakter dalam pendidikan di Indonesia menjadi sangat strategis
mengingat pendidikan karakter di Indonesia masih belum diterapkan secara
menyeluruh.
Pendidikan karakter sebagai sebuah sistem berfungsi menanamkan nilai-nilai
karakter yang baik pada peserta didik. Pendidikan karakter mengandung
komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
karakter dapat diterapkan dalam semua pendidikan baik formal, informal dan non
formal. Pendidikan non formal salah satunya dapat berupa pelatihan sebagai salah
satu wadah dalam penanaman watak/karakter kepada peserta pelatihan.
Pendidikan karakter perlu ditanamkan pada generasi muda bangsa Indonesia.
Saat ini, ada fenomena pada generasi muda yang mulai meninggalkan budaya
lokal yang luhur dan beralih ke budaya barat yang kurang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia (Ruyadi, 2010). Salah satu alternatif mengatasi
masalah tersebut adalah dengan pendidikan/pembelajaran berbasis kearifan lokal
(Qodariah, 2013).
Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan ajaran-ajaran moral.
Sumber-sumber ajaran moral dapat berasal dari ajaran agama, hati nurani serta
adat istiadat dan budaya kearifan lokal (Muchson, 2013). Kearifan lokal
merupakan pengetahuan yang terjadi pada manusia di zaman dulu dan sangat erat
kaitannya dengan budaya masyarakat setempat. Kearifan lokal didefinisikan
sebagai berikut:
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai (Ridwan, 2007, hlm.1).
Wujud kearifan lokal pada masyarakat Indonesia dapat ditemui dalam
nyanyian, pepatah, karya seni batik dan bangunan adat yang melekat dalam
perilaku masyarakat sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku
dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok
masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan
yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku masyarakat sehari-hari diantaranya
teliti, hati-hati, rajin/tekun, gigih/kerja keras dan sikap menghargai.
wujud kearifan lokal, mengingat batik merupakan warisan budaya yang telah
berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal.
Motif-motif yang ada dalam batik mempunyai pakem dengan kekhasannya sesuai
dengan daerahnya masing- masing.
Cimahi merupakan salah satu kota yang terletak di Jawa Barat yang
mempunyai beberapa wujud kearifan lokal daerahnya. Salah satu wujud kearifan
lokal daerah Cimahi yaitu batik. Pendidikan karakter dapat diterapkan dengan
pembelajaran berbasis kearifan lokal. Oleh karena itu, pembelajaran batik dapat
menjadi salah satu wujud pendidikan karakter yaitu dengan adanya pelatihan batik
Cimahi berbasis kearifan lokal.
Pelatihan batik merupakan kegiatan yang memberikan layanan pelatihan batik
kepada masyarakat salah satunya remaja. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam
mengikuti pelatihan batik, dan didukung dengan hasil survey pendahuluan ke
beberapa industri batik di Cimahi, juga ketika peneliti melaksanakan Praktek
Industri (PI) menggambarkan belum semua penyelenggara pelatihan batik yang
secara eksplisit mempunyai program yang terstruktur. Walaupun sudah ada,
program pelatihan yang dilaksanakan di industri batik Cimahi belum
memperkenalkan nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam batik. Industri
batik yang sudah mempunyai program terstruktur berjumlah dua dan satu industri
batik yang belum mempunyai program pelatihan secara terstruktur.
Berangkat dari fenomena yang ada, juga berdasarkan hasil analisis kebutuhan
dengan mewawancarai tiga pengelola industri batik di Cimahi, peneliti merasa
program pelatihan batik berbasis kearifan lokal perlu untuk dikembangkan di
industri batik.
Pelatihan batik yang menekankan aspek nilai kearifan lokal ini diharapkan
dapat menjadi salah satu solusi penanaman pendidikan karakter dikalangan
remaja, salah satunya cinta budaya Indonesia. Mengingat bahwa banyaknya
budaya asing yang mudah masuk terutama pad akalangan remaja. Penelitian
tentang pelatihan batik ini relevan dengan bidang keahlian yang ditekuni oleh
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:
1. Para pengrajin industri batik belum mempunyai program pelatihan batik
yang tertuang secara terstruktur.
2. Belum adanya program pelatihan batik yang menggali nilai-nilai kearifan
lokal yang ada di industri batik Cimahi.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu “Bagaimana mengembangkan
program pelatihan batik berbasis kearifan lokal bagi remaja di industri batik
Cimahi?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah merancang program pelatihan batik
berbasis kearifan lokal bagi remaja di industri batik Cimahi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Menganalisis program pelatihan batik yang sudah ada di industri batik
Cimahi.
b. Merancang program pelatihan batik berbasis kearifan lokal yang sesuai
untuk remaja di industri batik Cimahi melalui proses expert judgment dari
para ahli. Rancangan komponen program pelatihan batik terdiri dari
identitas program, tujuan, materi, metodologi, media, skenario, dan biaya
pelatihan batik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi
beberapa pihak yang terkait, yaitu diantaranya:
a. Bagi peneliti
Manfaat penelitian ini merupakan sarana untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman dalam pembuatan karya ilmiah khususnya dalam merancang program
pelatihan batik berbasis kearifan lokal bagi remaja di Industri Batik Cimahi.
b. Industri Batik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi industri batik untuk
memperkaya pelatihan batik yang mengangkat nilai kearifan lokal.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penyusunan laporan hasil penelitian ini akan disusun
berdasarkan pada sistematika berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menguraikan kajian latar belakang penelitian. identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan laporan penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
Bab II menguraikan teori yang berisi tentang konsep pelatihan, analisis
kebutuhan program, serta komponen pengembangan program yang meliputi
tujuan, materi, metode, media dan evaluasi pelatihan batik berbasis kearifan
lokal.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III menguraikan mengenai metode penelitian yang terdiri dari lokasi
penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV menguraikan tentang temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan
dan analisis data dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab V menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitian dan saran atau
rekomendasi yang sekiranya dapat memberikan masukan pada pihak-pihak