STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI
CONTEXT, INPUT, PROCESS, DAN PRODUCT (CIPP)
PADASEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH
PINGGIRANKABUPATEN BADUNG
Ni Luh Karnita Dewi
1, I B Surya Manuaba
2, Md Putra
3 1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
UniversitasPendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari konteks, input, proses, dan produk. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif dengan mengadopsi model evaluasi CIPP. Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Sampel ditentukan dengan teknik purposive
sampling, quota sampling, dan simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 33
orang, yakni 11 orang kepala sekolah, 11 orang guru kelas I, dan 11 orang guru kelas IV. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner atau angket. Data dianalisis dengan mengubah skor variabel konteks, input, proses, dan produk ke dalam bentuk T-skor kemudian dikonversikan dengan kuadran Glickman.Hasil penelitian menunjukkan (1) variabel konteks persentase F+ = 45,45% dan F– = 54,55% menunjukkan hasil kurang efektif, (2) variabel input persentase F+ = 39,39% dan F– = 60,61% menunjukkan hasil kurang efektif, (3) variabel proses persentase F+ = 51,52% dan F– = 48,48% menunjukkan hasil efektif, (4) variabel produk persentase F+ = 45,45% dan F– = 54,55% menunjukkan hasil kurang efektif.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel CIPP termasuk kuadran III (– – + –) pada kuadran Glickman, sehingga implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung adalah kurang efektif.
Kata kunci: studi evaluasi, implementasi kurikulum 2013, model CIPP
Abstract
This researchpurpose is to describe the effectiveness of the implementation of the 2013 curriculum at public elementary school in the suburb of Badung regency in terms of context, input, process, and product. This research includes evaluative research by adopting the CIPP evaluation model. The population of this research is all public elementary school in the suburb of Badung regency which implemented the 2013 curriculum. The sample is determined by using purposive sampling, quota sampling, and simple random sampling. These samples included 33 people, ie, 11 principals, 11 first grade teachers, and 11 fourth grade teachers. The methods of data collection in this study by using a questionnaire. The data were analyzed by changing the context, input, process, and products variables score in the form of T-score then converted by Glickman quadrant.The results showed (1) the percentage of context variables F + = 45.45% and F– = 54.55% showed less effective results, (2) the percentage of input variables F + = 39.39% and F– = 60.61% showing results less effective, (3) the percentage of the
process variable F + = 51.52% and F– = 48.48% showed effective results, (4) the percentage of the product variable F + = 45.45% and F– = 54.55% shows the results less effective.Based on the research results, it can be concluded that the variable CIPP including quadrant III (- - + -) in quadrant Glickman, so the implementation of the 2013 curriculum at public elementary school in the suburb of Badung regency is less effective
Keywords :evaluation study, implementation of 2013 curriculum, CIPP model PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan
primer setiap manusia. Karenanya,
pendidikan tidak boleh dipandang sebelah
mata sebab pendidikan akan
meningkatkan harkat dan martabat
manusia itu sendiri. Sesuai dengan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
alinea ke-4 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk dapat menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
terus melakukan pembaharuan dan
inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013.
“Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia” (Kunandar,
2013:16).
Menurut Majid (2014:27)
“pengembangan kurikulum 2013
merupakan bagian dari strategi
meningkatkan capaian pendidikan”. Hal
tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Nuh (dalam Kurniasih dan Sani, 2014:7) yang menegaskan bahwa “kurikulum 2013 lebih ditekankan
pada kompetensi dengan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. Sehingga kurikulum 2013 menuntut adanya kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Siswa mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa lebih
didorong untuk memiliki tanggung jawab
kepada lingkungan, kemampuan
interpersonal, antarpersonal, maupun
memiliki kemampuan berpikir kritis.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi.
Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dukumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kurikulum 2013 telah melalui
perubahan pada beberapa elemennya, di antaranya standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian (Majid, 2014:35). Perubahan tersebut bertujuan agar lebih mengaktifkan
siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri pada proses pembelajaran. Selain itu hasil yang diharapkan dari implementasi kurikulum 2013 adalah terbentuknya generasi yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Sehingga dapat bersaing di era globalisasi sekarang ini baik di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional.
Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya di tahun 2013 dengan menetapkan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, kurikulum 2013 sudah diterapkan di kelas I, II, IV, dan V pada tingkat sekolah dasar. Diharapkan, pada tahun 2015 telah
diterapkan pada seluruh jenjang
pendidikan. Namun kenyataan
pelaksanaannya di lapangan tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan atau ditargetkan. Terdapat beberapa masalah yang dialami oleh guru dan juga siswa dalam penerapan kurikulum 2013 ini.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada beberapa sekolah dasar negeri di Kabupaten Badung, terdapat
masalah yang dialami guru dan siswa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Kenyataan tersebut tercermin dari: (1) buku-buku pelajaran yang terlambat datang; (2) tidak semua sekolah memiliki fasilitas penunjang pembelajaran yang sama; (3) pelajaran yang memerlukan akses internet, tidak dapat dilaksanakan karena koneksi internet tidak ada; dan (4) proses penilaian yang rumit karena terlalu banyak aspek yang harus dinilai dan dideskripsikan.
Melihat kenyataan tersebut, perlu untuk diketahui bagaimana sebenarnya keefektifan implementasi kurikulum 2013 di lapangan. Untuk mengetahui keefektifan kurikulum 2013, maka perlu diadakan suatu evaluasi terhadap program tersebut.
Evaluasi ini dilaksanakan untuk
meningkatkan atau memperbaiki praktik program, yang dalam hal ini adalah kurikulum 2013. Melihat keterlaksanaan kurikulum 2013, maka akan ditentukan tindak lanjut dari program tersebut.
Pada tahun 2015 ini, implementasi kurikulum 2013 juga dapat dilihat dari sekolah-sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran di Kabupaten Badung. Wilayah pinggiran merupakan wilayah perbatasan antara desa dan kota. Sekolah-sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran diberi kesempatan untuk mengimplementasikan
kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya
implementasi yang dilakukan dapat dilihat dari potensi sekolah yang bersangkutan. Potensi sekolah meliputi siswa, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana
prasarana, lingkungan sekolah, dan
pengelolaan/manajemen sekolah.
Potensi sekolah ini lebih lanjut
digolongkan dalam aspek konteks
(context), masukan (input), proses
(process), dan produk (product) atau sering disingkat CIPP. CIPP (Context –
Input – Process – Product) merupakan
salah satu “model evaluasi yang
mengarahkan objek sasaran evaluasinya pada proses dan masukan sampai hasil atau produk” (Arikunto dan Jabar, 2010:55).
Model evaluasi dengan nama CIPP, model yang merupakan singkatan dari
keempat dimensi sistem pendidikan
(context, input, process dan product). Keempat dimensi tersebut, perlu dinilai
selama dan pada akhir proses
pengembangan kurikulum atau sistem pendidikan. Pengertian untuk masing-masing dimensi adalah sebagai berikut. 1) Context, yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan
dikembangkan dalam sistem yang
bersangkutan, seperti misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan
ekonomi negara, pandangan hidup
masyarakat dan seterusnya, 2) Input, yaitu sarana/model/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, 3) Process, yaitu pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan, dan 4) Product, yaitu hasil yang dicapai baik selama maupun
pada akhir pengembangan sistem
pendidikan yang bersangkutan. Menurut
Stufflebeam, sistem pendidikan itu
hendaknya dinilai dari segi latar
belakangnya, sarana/rencana
kegiatannya, proses pelaksanaannya dan
hasil yang dicapainya, agar dapat
diperoleh hasil yang luas (Daryanto, 2008:88).
Produk yang berkualitas merupakan
salah satu indikator berhasilnya
penerapan kurikulum 2013 (output).
Kualitas output ditentukan oleh kualitas konteks, masukan dan proses yang terlibat dalam pendidikan. Model evaluasi program ini cocok digunakan untuk
mengevaluasi implementasi kurikulum
2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung karena melakukan penilaian secara menyeluruh
dimulai dari komponen konteks,
komponen input, komponen proses, dan komponen produk.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan, perlu dilakukan
studi evaluasi tentang implementasi
kurikulum 2013 ditinjau dari konteks
(context), masukan (input), proses
(process), dan produk (product) pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung. Dari evaluasi ini diharapkan akan diperoleh feedback untuk perbaikan program tersebut, sehingga
keunggulan-keunggulan program tersebut
dapat dilanjutkan dan
kelemahan-kelemahan program tersebut dieliminasi untuk kesempurnaan program selanjutnya. Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari komponen konteks pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten
Badung, 2) efektivitas implementasi
kurikulum 2013 ditinjau dari komponen input pada sekolah dasar negeri di wilayah
pinggiran Kabupaten Badung, 3)
efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari komponen proses pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung, dan 4) efektivitas implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari komponen produk pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian evaluatif, karena
evaluasi program pendidikan merupakan salah satu bentuk dari penelitian evaluatif. Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah
dasar negeri di wilayah pinggiran
Kabupaten Badung dengan mengevaluasi penerapan kurikulum 2013 ditinjau dari CIPP.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten
Badung yang mengimplementasikan
kurikulum 2013, yang tersebar di
Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Mengwi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 18 sekolah, dengan subjek penelitian sebanyak 54 orang.Populasi dalam penelitian ini adalah. Populasi di Kecamatan Abiansemal adalah 11 sekolah dan populasi di Kecamatan Mengwi adalah 7 sekolah. Dengan jumlah Kepala Sekolah adalah 18 orang, guru kelas I adalah 18 orang, dan guru kelas IV adalah 18 orang. Sehingga jumlah total subjek penelitiannya adalah 54 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan non probabilitas sampel
yaitu pengambilan sampel tujuan
(purposive sampling) dan pengambilan sampel kuota (quota sampling). Selain itu, digunakan teknik penarikan probabilitas
sampel yaitu pengambilan sampel
acak/random sederhana (simple random
sampling) dengan cara melalui undian.
Penggunaan purposive sampling
adalah untuk menentukan sampel
berdasarkan kebutuhan dan kepentingan penelitian yaitu pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini, yang diteliti hanya penerapan kurikulum 2013 ditinjau dari CIPP pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung. Selain itu, penelitian ini memfokuskan
subjek penelitiannya kepada Kepala
Sekolah, guru kelas I, dan guru kelas IV. Alasan memilih Kepala Sekolah sebagai subjek penelitian adalah karena Kepala Sekolah berperan sebagai pemegang kebijakan, penanggung jawab, penyusun
program dan sekaligus melakukan
manajemen dalam implementasi kurikulum 2013 di sekolah yang dia pimpin. Sedangkan guru terlibat langsung dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan assessment dengan
mengimplementasikan kurikulum 2013
dalam proses pembelajaran. Guru kelas I dan guru kelas IV diberi kesempatan lebih
awal dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 dibandingkan dengan guru kelas lainnya sehingga guru kelas I dan guru kelas IV memiliki lebih banyak pengalaman dalam mengiplementasikan kurikulum 2013. Untuk menentukan jumlah sampel yang sesuai dan bisa mewakili
populasi, maka digunakan teknik
penarikan sampel kedua yaitu
pengambilan sampel kuota (quota
sampling). Untuk menentukan jumlah
sampel penelitian maka digunakan
penarikan sampel kuota sehingga dicari 50% dari masing-masing subpopulasi jadi didapat 11 sekolah dasar negeri.
Untuk menentukan sampel yang diteliti dari jumlah kouta yang disediakan pada penelitian ini maka dilakukan teknik pengambilan sampel yang terakhir yaitu
pengambilan sampel acak/random
sederhana (simple random sampling).
merupakan pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak sehingga
memungkinkan individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, pengambilan sampel melalui teknik ini dilakukan dengan cara undian” (Iskandar, 2010:70). Alasan pengambilan sampel dengan cara undian adalah cara yang cukup sederhana dan
memungkinkan ketidakadilan dapat
dihindari. Agar semua desa di wilayah pinggiran Kabupaten Badung terwakili, maka sampel diambil dari masing-masing
desa dengan proporsi yang sama.
Sehingga diperoleh 11 sekolah, yaitu SD No. 2 Sangeh, SD No. 3 Sangeh, SD No. 1 Selat, SD No. 2 Taman, SD No. 4 Taman, SD No. 5 Taman, SD No. 1 Bongkasa Pertiwi, SD No. 1 Sembung, SD No. 2 Sembung, SD No. 1 Kuwum, dan SD No. 2 Kuwum. Total responden sebanyak 33 orang.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah kuesioner. Menurut Darmadi
(2011:260) kuesioner ini juga sering disebut dengan angket yang didalamnya terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah
penelitian yang hendak dipecahkan,
disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. Variabel utama yang dikaji dalam hal ini mencakup beberapa fokus kajian seperti: 1) latar sekolah sebagai pendukung program kurikulum 2013, 2) masukan atau
daya dukung program, 3) proses
pelaksanaan dalam mengelola program, dan 4) hasil yang tercermin dari output dan outcome lulusan.
Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen berupa angket atau kuesioner. Bentuk kuesioner yang dipakai adalah skala Likert bentuk
checklist. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Instrumen dalam penelitian ini
divalidasi dengan menggunakan uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas yang digunakan yaitu validitas isi (content
validity) dan validitas “ada sekarang”
(concurrent validity). Instrumen yang divalidasidalam penelitian ini adalah
instrumen variabel konteks, input, proses, dan hasil dari angket atau kuesioner.
Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan rumus z-score.
Arikunto (2012:303) menyatakan
“Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan skor seseorang dan mean
dengan standar deviasinya”. Untuk
menentukan z-score, harus diketahui rata-rata skor dari kelompok dan standar deviasi dari skor-skor tersebut terlebih
dahulu. Untuk menghitungnya dapat
digunakan rumus sebagai berikut. Menghitung Rata-rata Skor
𝑀 = 𝑋 =Σ𝑓𝑋
𝑁 Keterangan:
M = 𝑋 = rata-rata skor dari kelompok 𝑓𝑋 = jumlah skor dari kelompok N = ukuran sampel
Menghitung Standar Deviasi
𝑆𝐷 = Σ𝑋 2 𝑁 − (ΣX)2 𝑁 Keterangan: SD = Standar Deviasi X = rata-rata skor N = ukuran sampel Menghitung z-score 𝑧 =𝑋 − 𝑀 𝑆𝐷 atau𝑧 = 𝑋 − 𝑋 𝑆𝐷 Keterangan:
z = nilai baku atau standard score (z-score)
Dengan angka-angka z-score yang diperoleh, maka kita bekerja dengan angka-angka tidak bulat dan tanda-tanda
plus-minus. Maka untuk
mempermudahnya, kita dapat
menggunakan T-score.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis T-score.T-score adalah angka skala yang menggunakan Mean = 50 dan SID = 10. Skala T-score dapat dicari dengan mengalikan z-score dengan 10, kemudian ditambah 50 (Arikunto, 2012:306). Secara lengkap rumus yang digunakan untuk menghitung
𝑇 = 10𝑍 + 50 atau 𝑇 = 50 + 10 𝑋 − 𝑀
𝑆𝐷
Keterangan:
X = skor yang diperoleh M = rata-rata skor SD = Standar Deviasi
Untuk menentukan skor pada
masing-masing variabel, dihitung dengan
menggunakan rumus T-score. Jika T ≥ 50
adalah positif (+), dan T < 50 adalah negatif (-). Sedangkan untuk mengetahui hasil akhir dari masing-masing variabel, dihitung dengan menjumlahkan skor positif (+) dan skor negatif (-). Jika jumlah skor positifnya lebih banyak atau sama dengan jumlah skor negatifnya berarti hasilnya positif (∑ skor (+) ≥ ∑ skor (-) = +), begitu sebaliknya jika jumlah skor positifnya lebih kecil dari skor negatifnya maka hasilnya negatif (∑ skor (+) < ∑ skor (-) = -). Untuk menentukan tingkat efektivitas evaluasi program implementasi kurikulum 2013
dilakukan analisis terhadap variabel
konteks, input, proses, dan produk melalui analisis kuadran model Glickman yang terbagi dalam empat kuadran. Untuk lebih jelasnya, kuadran Glickman dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Kuadran II C I P P + + + - + + - + + - + + - + + + (Cukup Efektif) Kuadran I C I P P + + + + + + + + + + + + + + + + (Sangat Efektif) Kuadran IV C I P P - - - - - - - - - - - - - - - - (Sangat Kurang Efektif) Kuadran III C I P P - - - + - - + - - + - - + - - - + + - - + - - + + - + - - + - + - - + + - + + - (Kurang Efektif) Gambar 1.Kuadran Glickman
(Sumber: Suarjana, 2010:94)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi evaluasi ini dilakukan pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung yang terdiri atas 11 SD. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 33 orang yang terdiri atas 11 orang Kepala Sekolah, 11 guru kelas I, dan 11 guru kelas IV.
Data penelitian diperoleh dari jawaban kuesioner yang terdiri atas 33 butir pernyataan tentang variabel konteks atau latar, 27 butir pernyataan tentang variabel input, 38 butir pernyataan tentang variabel proses, dan 35 butir pernyataan tentang variabel produk sebagai data utama. Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik distribusi skor mentah dari masing-masing komponen. Berikut disajikan skor tertinggi, skor terendah, harga rerata, simpangan baku, varians, median, modus, tabel distribusi
frekuensi dan histogram. Untuk
memudahkan mendeskripsikan masing-masing variabel, di bawah ini disajikan rangkuman statistik deskriptif seperti tampak pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Variabel Konteks (X1), Variabel Input
(X2), Variabel Proses (X3), dan Variabel Produk (X4)
Variabel Statistik Konteks (X1) Input (X2) Proses (X3) Produk (X4) Mean 128,6667 103,2727 151,303 142,3333 Median 128 103 152 140 Modus 121 104 152 140 Standar Deviasi 10,43032 9,62832 13,56117 15,90532 Varians 108,7917 92,70455 183,9053 252,9792 Range 37 37 60 71 Minimum 108 86 128 103 Maksimum 145 123 188 174 Jumlah 4246 3408 4993 4697
Data respon variabel konteks
merupakan data primer yang diperoleh dari skor total kuesioner yang kembali. Variabel konteks terdiri atas 33 item yang
direspon oleh 33 responden. Skor
terendah dan tertinggi untuk masing-masing item adalah 1 dan 5. Skor terendah dari variabel konteks adalah 33 dan yang tertinggi adalah 165. Dari data hasil penelitian diperoleh skor terendah adalah 108 dan skor tertinggi yang diperoleh adalah 145.
Data respon variabel input
merupakan data primer yang diperoleh dari skor total kuesioner yang kembali. Variabel input terdiri atas 27 item yang
direspon oleh 33 responden. Skor
terendah dan tertinggi untuk masing-masing item adalah 1 dan 5. Skor terendah dari variabel input adalah 27 dan yang tertinggi adalah 135. Dari data hasil penelitian diperoleh skor terendah adalah 86 dan skor tertinggi yang diperoleh adalah 123.
Data respon variabel proses
merupakan data primer yang diperoleh
dari skor total kuesioner yang kembali. Variabel proses terdiri atas 38 item yang
direspon oleh 33 responden. Skor
terendah dan tertinggi untuk masing-masing item adalah 1 dan 5. Skor terendah dari variabel proses adalah 38 dan yang tertinggi adalah 190. Dari data hasil penelitian diperoleh skor terendah adalah 128 dan skor tertinggi yang diperoleh adalah 188.
Data respon variabel produk
merupakan data primer yang diperoleh dari skor total kuesioner yang kembali. Variabel produk terdiri atas 35 item yang
direspon oleh 33 responden. Skor
terendah dan tertinggi untuk masing-masing item adalah 1 dan 5. Skor terendah dari variabel produk adalah 35 dan yang tertinggi adalah 175. Dari data hasil penelitian diperoleh skor terendah 103 dan skor tertinggi yang diperoleh adalah 174.
Hasil pengolahan data yang
dikonfersikan ke dalam analisis data ke
T-score didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 2
.
Tabel Rekapitulasi Perhitungan Efektivitas Variabel Konteks, Input, Proses, dan Produk pada Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Pinggiran Kabupaten Badung.No. Variabel Frekuensi Keterangan
F + F - Hasil
1. Konteks 15 18 - Negatif
2. Input 13 20 - Negatif
3. Proses 17 16 + Positif
4. Produk 15 18 - Negatif
Dari hasil perhitungan didapatkan
variabel konteks hasilnya “negatif”,
variabel input hasilnya “negatif”, variabel proses hasilnya “positif”, dan variabel produk hasilnya “negatif”. CIPP = (- - + -), apabila kriteria ini kita masukkan ke dalam kuadran model Glickman, maka efektivitas
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung berada pada kuadran III (Kurang Efektif). Ini berarti implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari segi konteks adalah kurang efektif, segi input adalah kurang efektif, segi proses adalah efektif, dan segi produk adalah kurang efektif.
Berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan bahwa sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung
ternyata kurang efektif dalam
melaksanakan kurikulum 2013. Hal ini didapatkan dari hasil pengolahan data penelitian variabel konteks, variabel input, variabel proses, dan variabel produk.
Efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari komponen konteks, terdiri atas aspek visi dan misi sekolah, lingkungan sekolah, serta program sekolah. Dari analisis
T-score didapatkan presentase T-T-score (+)
dan T-score (–) menunjukkan hasil negatif (–). Pada variabel konteks persentase F+ = 45,45% dan persentase F– = 54,55%. Selisih antara F+ dan F– sebesar 9,1%. Hal ini dapat dikatakan bahwa efektifitas
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung adalah “kurang efektif” ditinjau dari segi konteks dengan frekuensi T-score +15 dan T-score –18. Kurang efektifnya hasil analisis pada variabel konteks disebabkan antara lain visi dan misi sekolah yang belum sepenuhnya mendukung pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, lingkungan sekolah juga
menjadi salah satu faktor kurang
efektifnya variabel konteks. Tidak semua sekolah memiliki lingkungan sekolah yang sama dengan sekolah lainnya sehingga
bagi beberapa sekolah, lingkungan
sekolahnya kurang mendukung kegiatan
pembelajaran. Faktor lain yang
menyebabkan kurang efektifnya variabel konteks adalah program sekolah. Program sekolah perlu mendapat dukungan bukan hanya dari warga sekolah saja tetapi juga
dari warga sekitar sekolah atau
masyarakat. Program sekolah belum
banyak mendapat dukungan dari
masyarakat sekitar. Keadaan seperti ini kurang mendukung efektivitas variabel konteks.
Efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari komponen input, terdiri atas aspek
manajemen sekolah, sarana dan
prasarana sekolah, serta kompetensi guru.
Dari analisis T-score didapatkan
presentase T-score (+) dan T-score (–) menunjukkan hasil negatif (–). Pada variabel input persentase F+ = 39,39% dan persentase F– = 60,61%. Selisih antara F+ dan F– sebesar 21,22%. Hal ini
dapat dikatakan bahwa efektifitas
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung adalah “kurang efektif” ditinjau dari segi input dengan frekuensi
T-score +13 dan T-T-score –20. Kurang
efektifnya hasil analisis pada variabel input disebabkan antara lain faktor manajemen sekolah, pelaksanaan kurikulum 2013 masih dibebankan atau hanya menjadi tanggung jawab guru kelas saja, padahal
seluruh warga sekolah juga harus
mendukung dan membantu terlaksananya kurikulum 2013. Selanjtnya faktor sarana prasarana, sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas kurikulum 2013 belum semua dimiliki oleh sekolah-sekolah
dasar negeri di wilayah pinggiran
Kabupaten Badung seperti LCD Proyektor. Sarana dan prasarana lain seperti aplikasi penilaian lengkap berdasarkan kurikulum 2013, buku guru berdasarkan tema dan buku siswa berdasarkan tema belum terdistribusi dengan baik untuk sekolah
dasar negeri di wilayah pinggiran
Kabupaten Badung. Faktor kompetensi
guru, pengetahuan guru tentang
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 masih belum memadai karena kurangnya kegiatan seminar atau diklat tentang pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 yang diadakan sehingga banyak guru
yang masih bingung mengenai bagaimana sebenarnya kurikulum 2013 itu.
Efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari komponen proses, terdiri atas aspek
perencanaan program, pelaksanaan
program, dan penilaian (asesmen)
program. Dari analisis T-score didapatkan presentase T-score (+) dan T-score (–) menunjukkan hasil negatif (–). Pada variabel proses persentase F+ = 51,52% dan persentase F– = 48,48%. Selisih antara F+ dan F– sebesar 3,04%. Frekuensi score + adalah 17 dan
T-score – adalah 16. Hal ini dapat dikatakan
bahwa efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung dari segi proses adalah “efektif”. Efektifnya hasil analisis pada variabel proses disebabkan antara lain faktor perencanaan program, selama enam bulan (satu semester) pelaksanaan kurikulum 2013, guru-guru sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung memiliki antusias yang cukup baik dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sehingga dalam merencanakan suatu pembelajaran sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Begitu pula dari faktor pelaksanaan program, guru-guru sudah melaksanakan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 dengan cukup baik walaupun belum mendapatkan informasi yang memadai melalui diklat atau seminar. Hal tersebut bukanlah merupakan suatu halangan karena mereka memiliki siswa-siswa yang berhak menerima pelajaran dengan baik sehingga mereka pun dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik. Guru sudah mampu
membangkitkan minat dan memotivasi
siswa dalam belajar, menggunakan
strategi yang sesuai dengan
pembelajaran, dan menggunakan sarana
dan media yang cukup dalam
pembelajaran. Selanjutnya faktor penilaian (asesmen) program, proses penilaian hasil
belajar peserta didik berdasarkan
kurikulum 2013 sudah dilaksanakan
dengan cukup baik oleh guru-guru kelas. Efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari
komponen produk, terdiri atas aspek prestasi akademik (aspek pengetahuan) siswa dan prestasi non akademik (aspek
sikap spiritual, sikap sosial, dan
keterampilan) siswa. Dari analisis T-score didapatkan presentase score (+) dan
T-score (–) menunjukkan hasil negatif (–).
Pada variabel produk persentase F+ = 45,45% dan persentase F– = 54,55%. Selisih antara F+ dan F– sebesar 9,1%. Hal ini dapat dikatakan bahwa efektifitas
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung adalah “kurang efektif” ditinjau dari segi produk dengan frekuensi
T-score +15 dan T-score –18.Kurang
efektifnya hasil analisis pada variabel produk dapat dilihat dari faktor prestasi akademik (aspek pengetahuan) siswa dan prestasi non akademik (aspek sikap spiritual, sikap sosial, dan keterampilan) siswa. Penerapan kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran yang hanya berlangsung selama enam bulan (satu semester), menyebabkan belum banyak terlihat perubahan pada perilaku dan sikap siswa seperti yang
dituntut oleh kurikulum 2013.
Perkembangan pengetahuan atau kognitif siswa selama belajar dengan menerapkan
kurikulum 2013, juga belum dapat
dipastikan sejauh mana peningkatannya oleh guru bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang
diperoleh guru-guru mengenai
pembelajaran berdasarkan kurikulum
2013, yang menyebabkan tidak efektifnya guru dalam mengamati perkembangan sikap, perilaku, dan kognitif siswa dalam
proses pembelajaran. Penerapan
kurikulum 2013 yang begitu singkat juga
menjadi salah satu faktor belum
terlihatnya perubahan sikap, perilaku, dan
kognitif siswa setelah mengikuti
pembelajaran berdasarkan kurikulum
2013.
Mengacu pada hasil pengkajian variabel demi variabel dalam penelitian yang sudah dilaksanakan dapat ditemukan bahwa implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung menunjukkan hasil yang kurang efektif. Hal ini dapat ditentukan dari hasil penelitian variabel
konteks hasilnya negatif (–), variabel input hasilnya negatif (–), variabel proses hasilnya positif (+), dan variabel produk hasilnya negatif (–). Jadi hasilnya (– – + –)
menyatakan bahwa implementasi
kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung kurang efektif.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Pada komponen konteks, secara umum
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung tergolong kurang efektif (–). Ini berarti visi dan misi sekolah, lingkungan sekolah, dan program sekolah
kurang mendukung implementasi
kurikulum 2013. 2) Pada komponen input, secara umum implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung tergolong kurang efektif (–). Hal ini berarti
manajemen sekolah, sarana dan
prasarana sekolah, dan kompetensi guru
kurang mendukung implementasi
kurikulum 2013. 3) Pada komponen
proses, secara umum implementasi
kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung
tergolong efektif (+). Ini berarti
perencanaan program, pelaksanaan
program, dan penilaian (asesmen)
program telah mendukung implementasi kurikulum 2013. 4) Pada komponen
produk, prestasi akademik (aspek
pengetahuan) siswa dan prestasi non akademik (aspek sikap spiritual, sikap sosial, dan keterampilan) siswa pada
implementasi kurikulum 2013 pada
sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung tergolong kurang efektif (–). Dengan demikian implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung termasuk kurang efektif (– – + –).
Saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Badung agar memfasilitasi sekolah-sekolah untuk
pelaksanaan kurikulum 2013 agar dapat secara maksimal mengimplementasikan kurikulum 2013 terutama pada wilayah pinggiran Kabupaten Badung. 2) Bagi
Kepala Sekolah, dalam rangka
meningkatkan implementasi kurikulum
2013 disarankan agar meningkatkan
kompetensi guru tentang kurikulum 2013 melalui workshop, seminar, penataran, dan kegiatan lainnya yang mendukung implementasi kurikulum 2013. Selain itu disarankan pula agar Kepala Sekolah senantiasa harus bekerjasama dengan komite sekolah, atau dengan pihak lain
untuk penyediaan dan penambahan
fasilitas/sarana prasarana sekolah sebagai penunjang pendidikan, khususnya yang menunjang dan mendukung implementasi kurikulum 2013. 3) Bagi peneliti lain yang
ingin meneliti permasalahan serupa
tentang efektivitas implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung disarankan
melakukan penelitian yang lebih
mendalam dengan variabel dan populasi
yang lebih banyak, sehingga
mendapatkan hasil lebih baik dan lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2012. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Sarifuddin
Abdul Jabar. 2010. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Darmadi, Hamid. 2011. Motode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Daryanto, Haji. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif
dan Kualitatif). Jakarta: Gaung
Persada Press.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013).
Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Sukses Mengimplementasikan
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik
Terpadu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suarjana, I Nyoman. 2010. Studi Evaluasi
Pelaksanaan Program Muatan Lokal Bahasa Bali pada SMP Negeri di
Kabupaten Gianyar. Singaraja: