• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSEDUR LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSEDUR LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

KELOMPOK

(3)

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Ketentuan pidana Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002:

1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual

kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

PROSEDUR LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

(Panduan Praktis Menyeluruh)

Sisca Folastri, M.Pd., Kons. Itsar Bolo Rangka, M.Pd., Kons.

Cetakan Pertama, 2016 Penerbit Mujahid Press

(5)

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK (Panduan Praktis Menyeluruh)

Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka Editor: Hengki Satrianta, M.Pd. Afriyadi Sofyan, M.Pd., Kons. Desain Sampul: Mujahid Press

Perwajahan Isi: Wa Ode Lili Andriani, M.Pd. Diterbitkan oleh Mujahid Press - Bandung ©Copyright, 2016

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan Pertama : Januari 2016

Isi di luar tanggungjawab percetakan/penerbit. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) SISCA FOLASTRI & ITSAR BOLO RANGKA

-- Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Panduan Praktis Menyeluruh/Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka -- Bandung: Mujahid Press, 2016.

x, 304 hal.; 14,8 x 21 cm

Bibiliografi/Tentang Penulis: Hlm. 288 ISBN 978-979-762-418-7

1. Pendidikan -- Bimbingan dan Konseling. Judul II. Hengki Satrianta, M.Pd., & Afriyadi Sofyan, M.Pd.,Kons.

Hak cipta dilindungi Undang-undang

(6)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok i

PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulisan buku ini dapat diterbitkan sebagai pegangan bagi Konselor, guru Bimbingan dan Konseling, mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling, serta pihak-pihak yang tertarik untuk memahami dan mendalami Bimbingan dan Konseling, khususnya terkait operasionalisasi layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.

Munculnya ide untuk menulis buku ini didasarkan pada tingkat kebutuhan akan hadirnya buku yang mampu memberikan panduan praktis dan dapat dioperasionalkan pada situasi nyata. Selain itu, melalui buku ini diharapkan hal-hal yang bersifat teoretik pada buku-buku serupa yang telah pernah diterbitkan menjadi mudah untuk dilaksanakan di dalam praktiknya.

Buku ini secara umum mengkaji tentang prosedur layanan bimbingan dan konseling kelompok. Materi yang disajikan pada buku ini merupakan materi yang sarat akan pemaknaan dasar mengenai kelompok, konsep dasar layanan BK kelompok, komponen-komponen inti pelaksanaan layanan BK kelompok, aspek teknis, operasional, strategi, dan pendekatan dalam layanan BK kelompok, materi dan sumber penunjang layanan BK kelompok, pentahapan kegiatan layanan BK kelompok, keterampilan dasar pemimpin kelompok, masalah-masalah dalam kelompok dan cara mengatasinya, permainan yang dapat dilakukan dalam layanan BK kelompok, pengelolaan layanan BK kelompok, serta script pelaksanaan layanan BK kelompok.

(7)

ii Pengantar

Materi yang terkandung di dalam buku ini disusun dengan mengakomodasi tingkat pemahaman pembaca. Dengan kata lain, buku ini disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga lebih mudah untuk diterapkan maknanya dalam praktik pelayaan BK kelompok.

Buku ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi dasar konseling sekaligus mampu menjadi materi praktik yang terintegrasi pada perkuliahan Bimbingan dan Konseling kelompok pada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk lebih mengenal sekaligus mendalami seluk-beluk Bimbingan dan Konseling kelompok.

Akhirnya penulis mengharapkan mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia konseling sekaligus membantu tegaknya profesi konseling di Indonesia. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamin.

Jakarta, 19 Januari 2016

(8)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok iii

DAFTAR ISI

Pengantar ...i

Daftar Isi ...iii

BAGIAN PERTAMA KELOMPOK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA ...1

A. Pengertian dan Proses Terbentuknya Kelompok ...1

1. Unsur Kuantitas dan Kualitas ...1

2. Kumpulan Orang, Kerumunan, dan Kelompok ...2

3. Karakteristik Kelompok ...4

B. Jenis-Jenis Kelompok ...5

1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder ...6

2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal...6

3. Kelompok Terorganisasikan dan Tidak Terorganisasikan ...7

4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal ...8

5. Kelompok Sukarela dan Kelompok Tidak Sukarela ...9

C. Dinamika Kelompok ...10

Soal dan Latihan ...12

BAGIAN KEDUA KONSEP DASAR LAYANAN BK KELOMPOK ...13

A. Arti Bimbingan dan Konseling Kelompok ...14

1. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok sebagai Layanan Primadona ...14

2. Pengertian Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok ...16

3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...17

4. Manfaat Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...18

B. Persamaan & Perbandingan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok ...19

(9)

iv Daftar Isi

1. Bimbingan Kelompok ...19

2. Konseling Kelompok ...21

3. Persamaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok ...23

4. Perbedaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok ...24

5. Keuntungan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...29

C. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Kelompok ...30

1. Kerahasiaan ...30

2. Kesukarelaan ...31

3. Asas-asas Lainnya (Kegiatan, Keterbukaan, Kekinian dan Kenormatifan) ...31

D. Hal Umum Terkait Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...32

Soal dan Latihan ...34

BAGIAN KETIGA KOMPONEN INTI DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK ...35

A. Pemimpin Kelompok ...35

1. Karakteristik dan Kriteria Pemimpin Kelompok ...36

2. Keterampilan Pemimpin Kelompok sebagai Seorang Profesional ...45

3. Peranan Pemimpin Kelompok ...73

B. Anggota Kelompok ...74

1. Karakteristik dan Kriteria Anggota Kelompok ...74

2. Peranan Anggota Kelompok ...76

Soal dan Latihan ...79

BAGIAN KEEMPAT ASPEK TEKNIS OPERASIONAL, STRATEGI, DAN PENDEKATAN LAYANAN ...80

(10)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok v

1. Pembentukan Kelompok ...80

2. Jarak dan Posisi Duduk ...81

3. Besaran Peserta ...82

4. Variasi Peserta ...83

5. Tempat Pelaksanaan ...85

6. Penggunaan dan Pemilihan Bahasa ...86

7. Alokasi Waktu ...87

8. Mitra Kegiatan (co-leader) ...89

B. Strategi Layanan BMB3 ...90 C. Pendekatan Layanan ...97 1. Psikoanalisis ...97 2. Alderian ...98 3. Psychodrama ...99 4. Eksistensial ...100 5. Person-Centered ...101 6. Gestalt ...101 7. Analisis Transaksional ...102 8. Behavioural ...103

9. Rational Emotif Behavioural Therapy ...104

10. Counseling Reality ...106

11. Pancawaskita ...106

Soal dan Latihan ...107

BAGIAN KELIMA MATERI DAN SUMBER PENUNJANG LAYANAN ...109

A. Materi Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...109

1. Wilayah Topik Bahasan ...109

2. Mekanisme Pengajuan Topik Bahasan ...117

B. Sumber Penunjang Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ...121

1. Bahan Cetak ...121

2. Bahan Elektronik ...122

3. Kartu Kegiatan ...122

(11)

vi Daftar Isi

BAGIAN KEENAM

PENTAHAPAN KEGIATAN LAYANAN ...125

A. Tahap I: Pembentukan ...126

1. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan ...126

2. Membangun Kebersamaan ...127

3. Keaktifan Konselor/Pemimpin Kelompok ...127

4. Penggunaan Teknik ...128

B. Tahap II: Peralihan ...131

C. Tahap III: Kegiatan ...132

1. Tahap III sebagai Kelanjutan dari Tahap I dan Tahap II ...132

2. Dinamika Kegiatan Kelompok ...132

3. Kegiatan “Kelompok Bebas” ...133

4. Kegiatan “Kelompok Tugas” ...139

D. Tahap IV: Penyimpulan ...146

E. Tahap V: Pengakhiran ...146

1. Pertemuan Lanjutan ...147

2. Pembahasan Keberhasilan Kelompok ...147

Soal dan Latihan ...149

BAGIAN KETUJUH KETERAMPILAN DASAR KONSELOR/ PEMIMPIN KELOMPOK ...151

A. Mendengar Aktif ...151

B. Merefleksi ...153

C. Menjelaskan dan Bertanya ...154

D. Menggunakan Suara ...156

E. Menggunakan Mata ...157

1. Pandangan Mata yang “Memaksa” Berbicara...159

2. Pandangan Mata yang “Menghentikan” Berbicara ...160

F. Menyimpulkan ...160

G. Memberi Uraian dan Informasi ...161

H. Memberikan Dorongan dan Sokongan ...162

I. Mengatur Suasana Kelompok ...163

(12)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok vii

2. Suasana Sosial ...164

3. Suasana Konfontatif ...165

4. Suasana Mendukung ...165

5. Situasi Formal ...165

6. Suasana Berorientasi Tugas ...166

J. Menjadi Model dan Membuka Diri ...166

K. Mengidentifikasi Anggota Kelompok yang Bersekutu ...168

L. Menggunakan Energi ...169

Soal dan Latihan ...169

BAGIAN KEDELAPAN MASALAH-MASALAH DALAM KELOMPOK DAN CARA MENGATASINYA ...171

A. Anggota Pembicara Kronik ...172

1. Gambaran Umum ...172

2. Cara Mengatasinya...173

B. Anggota Dewa atau Dewi Penolong ...174

1. Gambaran Umum ...174

2. Cara Mengatasinya...175

C. Anggota yang Negatif ...175

1. Gambaran Umum ...175

2. Cara Mengatasinya...176

D. Anggota yang Melawan ...177

1. Gambaran Umum ...177

2. Cara Mengatasinya...177

E. Anggota yang Menjegal Konselor/Pemimpin Kelompok ...178

1. Gambaran Umum ...178

2. Cara Mengatasinya...180

F. Anggota yang Diam ...181

1. Gambaran Umum ...181

2. Cara Mengatasinya...182

G. Anggota yang Menangis ...183

1. Gambaran Umum ...183

(13)

viii Daftar Isi

H. Anggota yang Jatuh Cinta ...184

1. Gambaran Umum ...184

2. Cara Mengatasinya...184

I. Anggota yang Saling Bermusuhan ...185

1. Gambaran Umum ...185

2. Cara Mengatasinya...185

J. Anggota yang Berprasangka, Berpikiran Picik, dan Tebal Muka ...186

1. Gambaran Umum ...186

2. Cara Mengatasinya...186

K. Anggota yang Diminta keluar dari Kelompok ...187

1. Gambaran Umum ...187

2. Cara Mengatasinya...187

Soal dan Latihan ...189

BAGIAN KESEMBILAN PERMAINAN KELOMPOK ...191

A. Unsur Permainan dalam Kegiatan Kelompok ...191

B. Jenis-jenis Permainan ...192

1. Mata Angin duduk ...193

2. Diam Paling Lama ...193

3. Ka Ki Ku ...194

4. Lanjutkan Ceritaku ...194

5. Apa yang Jatuh ...195

6. Siapakah Aku? ...195

7. Dongeng Gerakan ...196

8. Buat Barisan ...196

9. Tangkai Sapu Ajaib ...197

10. Peta kehidupan ...198

11. Tawon dengan Bunga ...199

12. Bintang Berpindah ...200

13. Gembala Sapi dan Harimau...201

14. Mengusik Kera ...202

(14)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok ix

16. Kapal Tenggelam ...203

17. Pegang Jari ...204

18. People to People ...204

19. Bebek, Gajah, Tukang Gading, dan Tukang Daging ...205

20. Opposite ...206

C. Hukuman dan Sanksi Permainan ...206

Soal dan Latihan ...207

BAGIAN KESEPULUH PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK ...208

A. Perencanaan Layanan ...209

B. Pengorganisasian Layanan ...212

C. Pelaksanaan Layanan ...213

D. Penilaian Layanan ...214

E. Tindak Lanjut dan Pelaporan Kegiatan Layanan ...217

F. Keterkaitan Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan Jenis Layanan Lainnya ...220

G. Keterkaitan Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan Kegiatan Pendukung BK ...220 1. Aplikasi Instrumentasi ...220 2. Himpunan Data...221 3. Konferensi Kasus ...221 4. Kunjungan Rumah ...221 5. Tampilan Kepustakaan ...222

6. Alih Tangan Kasus ...222

Soal dan Latihan ...222

BAGIAN KESEBELAS SCRIPT PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK ...224

A. Konseling Kelompok ...224

B. Bimbingan Kelompok...242

(15)

x Daftar Isi

Kepustakaan ...273

Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan/ Konseling kelompok ...275

Laporan Konseling Kelompok ...278

Penilaian Hasil Layanan (Laiseg) ...282

Penilaian Hasil Layanan (Laijapen) ...284

Penilaian Hasil Layanan (Laijapang) ...286

Tentang Penulis ...288 ===

(16)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 1

BAGIAN PERTAMA

KELOMPOK DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

M

anusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini benar adanya mengingat manusia manapun di dunia ini membutuhkan kontak dengan orang lain dan tidak mungkin dapat hidup berkembang dengan sebaik-baiknya tanpa adanya bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha hidup dalam kumpulannya dan dalam kebersamaannya, serta membentuk kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan hidupnya masing-masing.

A. PENGERTIAN DAN PROSES TERBENTUKNYA KELOMPOK

Menurut Forsyth, (2010:3) kelompok adalah hubungan dua orang atau lebih individu dalam suatu hubungan sosial. Untuk memahami kelompok dalam situasi hubungan sosial maka tidak lepas kaitannya dengan proses terbentuknya kelompok itu sendiri. Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Dalam beberapa situasi tertentu, kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok.

1. Unsur Kuantitas dan Kualitas

Ukuran suatu kelompok dapat dilihat dari unsur kuantitas dan kualitas yang ada pada diri individu/kelompok. Sebagaimana Prayitno, (1995) mencontohkan tentang sejumlah orang (misalnya 25 orang) secara bersama-sama berada di suatu tempat, tetapi orang yang satu tidak memiliki hubungan sama sekali dengan orang yang lainnya, maka sejumlah orang itu dapat dapat disebut sebagai “kumpulan

(17)

2 Kelompok dalam Kehidupan Manusia

orang”. Unsur atau ciri yang ada di dalam kumpulan

orang-orang itu hanya satu yaitu “kuantitas”. Jumlah orang-orang (misalnya, 25 orang, 30 orang, 39 orang, 40 orang, 100 orang, 500 orang, 1000 orang… dst) tidak membawa dampak terhadap lingkungan kelompok maupun pada dirinya sendiri.

Unsur “kuantitas” dapat meningkat secara signifikan apabila diwarnai oleh unsur “kualitas”, yaitu kumpulan orang-orang tersebut di atas mulai tumbuh inisiatif atau dorongan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antara satu orang dengan orang yang lainnya secara intensif dapat menumbuhkembangkan rasa kebersamaan. Dengan demikian, diantara orang yang berkumpul itu sudah ada unsur “kualitas” tertentu.

Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terbentuk apabila sebelum orang-orang yang berkumpul terlebih dahulu mereka diberikan informasi tujuan yang akan dicapai dan peranan masing-masing anggota kelompok.

2. Kumpulan Orang, Kerumunan, dan Kelompok

Berkumpulnya orang-orang pada situasi tertentu tidak serta merta menjadikan “kumpulan orang-orang” tersebut menjadi suatu “kelompok”. Ini dapat terjadi apabila sejumlah orang-orang itu, masing-masing tidak mempunyai hubungan apa-apa atau biasa disebut dengan “kerumunan”. Apabila “kerumunan” tersebut dimasukkan unsur “kuantitas” dan “kualitas” yang mengakibatkan sejumlah orang tersebut saling berkaitan atau berhubungan secara sosial satu sama lain, terjadi saling memahami satu sama lain, dan secara bersama-sama menetapkan tujuan tertentu yang hendak dicapai demi kepentingan bersama, maka “kerumunan” tersebut dapat membentuk apa yang disebut “kelompok”.

(18)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 3

Gambar 1.1: Situasi dan interaksi dari bertemunya orang-orang

Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung beberapa kualitas tertentu sehingga kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang di suatu tempat. Misalnya kecelakaan lalu lintas, pertandingan olah raga, kebakaran, orang-orang yang belanja di pasar, merupakan peristiwa yang menarik perhatian dan mengundang banyak orang untuk datang ke tempat peristiwa tersebut terjadi. Dalam peristiwa tersebut, orang-orang yang datang tidak terlibat satu sama lain. Mereka yang datang ke tempat peristiwa tersebut karena melihat objek yang sama, mereka sama-sama tertarik pada apa dan bagaimana orang-orang itu bertanding olahraga, tertarik oleh apa dan bagaimana kecelakaan atau kebakaran terjadi, tertarik pada apa dan bagaimana belanja di pasar itu, tetapi “kebersamaan” yang terdapat pada orang-orang tersebut merupakan “kebersamaan kuantitas”. Diantara orang-orang yang berkumpul itu belum berkembang kebersamaan dengan

“kualitas” tertentu. Pada konsepnya mereka tersebut satu sama lain

masih dalam urusan dan tujuannya sendiri-sendiri.

Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih dahulu kepada mereka telah diberitahukan informasi (tujuan) yang

(19)

4 Kelompok dalam Kehidupan Manusia

akan dicapai dan peranan mereka masing-masing. Setelah mereka berkumpul mereka tidak lagi merupakan kerumunan yang anggotanya tidak saling berkaitan, namun segera mengarah ke suasana kelompok yang masing-masing anggotanya menyadari dan mengetahui sasaran yang akan dicapai dan bertingkah laku sesuai dengan peranannya, dan peranan itu saling berkaitan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kerumunan adalah berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan satu sama lain, orang-orang tersebut berkumpul karena ada objek yang menarik perhatian mereka. Sedangkan kelompok adalah berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lain (Prayitno, 1995: 14)

Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok, yaitu unsur-unsur hubungan antara orang-orang yang ada di dalamnya ditingkatkan. Sebaliknya, suatu kelompok dapat berubah menjadi kerumunan apabila unsur-unsur pengikat antaranggota kelompok menjadi sekedar kumpulan orang-orang saja apabila unsur penarik perhatian (objek yang menimbulkan kerumunan) dan unsur pengikat antara orang-orang yang berkumpul (yang menimbulkan kelompok) menjadi hilang atau dihilangkan.

3. Karakteristik Kelompok

Hal terpenting sekaligus faktor utama dalam terbentuknya suatu kelompok, yakni adanya unsur/faktor pengikat sebagai norma bersama yang berfungsi untuk mengarahkan/menjembatani suatu kelompok. Faktor pengikat ini dapat pula disebut karakteristik kelompok yang dapat muncul dan berkembang di dalam suatu kelompok.

Prayitno, (1995) dan Forsyth, (2010: 12) menyebutkan faktor-faktor pengikat dalam suatu kelompok, antara lain:

a. terjadi interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu;

(20)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 5

pernyataan senasib, seperjuangan, dan kebersamaan;

c. anggota memiliki tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai;

d. terjadi suasana mempengaruhi dan terpengaruhi antaranggota kelompok sehingga menimbulkan suasana ketergantungan antaranggota;

e. adanya kepemimpinan (leadership) yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama, dan;

f. norma yang diakui dan diikuti secara penuh oleh mereka yang terlibat di dalamnya.

Kemantapan atau kekompakan suatu kelompok ditentukan oleh kekuatan-kekuatan faktor-faktor pengikat (karakteristik) tersebut di atas. Kelompok terjelma dari kumpulan sejumlah orang yang di dalamnya diberikan atau ditumbuhkan “kualitas” tertentu sehingga

“kumpulan kuantitatif” orang-orang itu memiliki “kebersamaan kualitatif” yang menghidupkan dan/atau menggerakkan kelompok

itu. Faktor-faktor pengikat dalam kelompok menimbulkan

“kebersamaan kualitatif” yang selanjutnya menjadi kunci untuk

memungkinkan sejumlah orang yang berkumpul itu menjadi

“hidup” dan menjalankan kehidupan berkelompok. Surutnya salah

satu atau beberapa atau bahkan semua faktor pengikat tersebut akan menurunkan derajat kemantapan kelompok itu sehingga kelompok tersebut menjadi sekedar “kerumunan” atau “sekumpulan

orang-orang” atau bahkan bubar sama sekali.

B. JENIS-JENIS KELOMPOK

Sebagian besar orang memiliki pandangan berbeda terhadap jenis-jenis suatu kelompok. Penggolongan terhadap suatu kelompok digunakan untuk memudahkan mengenali karakteristik dan jenis dari kelompok yang terbentuk itu, sehingga seseorang dapat memilah sikap dan tindakan yang cocok untuk menghadapi situasi yang berkembang dalam kelompok tersebut.

(21)

6 Kelompok dalam Kehidupan Manusia

Adapun cara pengklasifikasian yang umum digunakan adalah pengklasifikasian “dua tipe” atau “dua arah”, yang mana tipe satu merupakan kebalikan dari tipe yang lain.

Prayitno, (1995) mengklasifikasikan kelompok dalam 4 (empat) jenis, yaitu: (1) kelompok primer dan kelompok sekunder; (2) kelompok sosial dan kelompok psikologikal; (3) kelompok terorganisasikan dan kelompok tidak terorganisasikan, dan; (4) kelompok formal dan kelompok non-formal. Keempat klasifikasi tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut.

1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kelompok primer yaitu suatu kelompok yang mana hubungan yang terjalin di dalam kelompok tersebut diwarnai oleh hubungan pribadi yang akrab dan kerjasama terus menerus di antara para anggotanya. Contoh kelompok primer yang paling mantap dan telah manjadi bagian terpenting dalam sejarah peradaban manusia adalah keluarga. Menurut Forsyth, (2010:3) bahwa keluarga sebagai kelompok karena anggotanya terhubung karena adanya kesamaan genetik dan ikatan sosio-emosional yang sangat bermakna bagi setiap anggotanya.

Sementara itu, kelompok sekunder yaitu suatu kelompok yang mana hubungan yang terjalin di dalam kelompok tersebut diwarnai oleh arah kegiatan dan gerak gerik kelompok itu. Contoh dari kelompok sekunder dapat dijumpai pada kelompok partai politik, kelompok keagamaan, dan kelompok para ahli (profesi) pada bidang tertentu.

Meskipun kelompok sekunder memiliki ikatan yang cukup kuat dalam kelompok, akan tetapi keberadaan dan kegiatan kelompok sekunder tidak bergantung pada hubungan pribadi secara akrab.

2. Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal

Dalam pengklasifikasian ini, jenis-jenis kelompok dibedakan terutama sekali atas dasar yang ingin dicapai. Pada kelompok sosial, tujuan yang hendak dicapai biasanya tidak bersifat pribadi

(22)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 7 (impersonal), melainkan merupakan tujuan bersama dan untuk kepentingan bersama para anggota kelompok. Contoh dari kelompok sosial dapat kita jumpai pada organisasi atau serikat pekerja/buruh.

Sementara itu, kelompok psikologikal yaitu kelompok yang dibentuk atas dasar mempribadi (personal), dimana para anggota kelompok biasanya didorong oleh kepentingan antarpribadi. Contoh kelompok psikologikal dapat djumpai pada himpunan para korban kebakaran pada suatu wilayah, atau sekelompok anak perempuan yang duduk dan bekumpul di bawah pohon rindang di sudut pekarangan sekolah setiap waktu istirahat.

Berbeda dengan kelompok primer dan kelompok sekunder yang memiliki batasan dan perbedaan yang jelas di antara keduanya, untuk kelompok sosial dan kelompok psikologikal tidaklah demikian. Kelompok sosial dan kelompok psikologikal pada praktiknya kadang “tumpang tindih”, yaitu sulit dibatasi arah perbedaannya manakala sudah terkontaminasi dengan beberapa kepentingan tertentu.

Contohnya, para anggota buruh pada unit kerja tertentu (sebagai kelompok sosial) “mungkin” tidak tidak memikirkan lagi tujuan ataupun permasalahan yang menyangkut organisasi/unitnya, namun bisa jadi telah berubah menjadi kelompok psikologikal karena mereka senang berkumpul bersama (ngobrol, jalan, nongkrong, dll) dan saling mengadakan hubungan antarpribadi demi mencapai kesenangan secara pribadi.

3. Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan

Kelompok yang terorganisasikan yaitu suatu kelompok yang terbentuk berdasarkan tata aturan yang disepakati secara bersama dan bersifat tegas. Masing-masing anggota pada kelompok terorganisasikan memainkan peranan tertentu. Ciri utama pada kelompok terorganisasikan ialah adanya pemimpin (leader) yang secara jelas mengatur dan memberi kemudahan serta mengawasi jalannya peranan masing-masing anggota kelompok. Disamping itu,

(23)

8 Kelompok dalam Kehidupan Manusia

kelompok yang terorganisasikan cenderung memiliki aturan yang ketat, atau boleh dikatakan hanya sedikit memberi ruang bagi adanya fleksibilitas bagi para anggotanya.

Sementara itu, pada kelompok tidak terorganisasikan yaitu kelompok yang terbentuk secara bebas atas keterikatan yang ditumbuhkan oleh para anggota kelompok. Ciri kelompok tidak terorganisasikan adalah adanya fleksibilitas yang besar di dalam kelompok. Lebih lanjut, peranan pemimpin kelompok tidak menonjol; peranan pemimpin kelompok justru lebih banyak ditentukan oleh selera/kemauan para anggotanya.

4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Menurut Prayitno, (1995) kelompok formal yaitu suatu kelompok yang terbentuk berdasarkan aturan tertentu yang bersifat resmi (tertulis). Gerak dan arah kegiatan kelompok formal lebih cenderung diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah dibuat untuk itu.

Dalam praktiknya, aturan resmi tertulis tersebut dapat dituangkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) suatu organisasi/lembaga. Sedangkan kelompok informal, yaitu suatu kelompok yang dibentuk dengan tidak didasarkan pada hal-hal resmi (tertulis) sebagaimana pada kelompok formal. Pada kelompok informal, gerak dan arah kegiatan kelompok lebih didasarkan oleh kemauan, kebebasan dan/atau selera orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Kelompok terorganisasikan dapat muncul hal-hal yang bersifat resmi (formal) maupun tidak resmi (informal). Hal ini terjadi apabila pembagian tugas dan peranan yang dilakukan oleh para anggota kelompok yang terorganisasikan memiliki keterkaitan hubungan antaranggota kelompok yang bersifat resmi. Dalam kelompok yang terorganisasikan dapat muncul pula satuan kelompok yang lebih kecil yang sifatnya informal, seperti Arisan Majelis Tak’lim.

(24)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 9

5. Kelompok Sukarela dan Kelompok Tidak Sukarela

Selain keempat jenis kelompok sebagaimana yang telah disebutkan di atas, jenis kelompok dapat juga diklasifikasikan berdasarkan sifat keanggotaanya, yaitu dibagi ke dalam kelompok sukarela dan kelompok tidak sukarela. Kelompok sukarela, yaitu suatu kelompok yang dibentuk berdasarkan keinginan pribadi masing-masing anggota. Keanggotaan yang bersifat sukarela biasanya lebih bebas dan peranan anggotanya lebih besar dalam menentukan gerak dan arah kegiatan kelompoknya.

Contoh kelompok yang keanggotaannya secara sukarela dapat dijumpai pada kelompok relawan bencana alam gempa bumi/banjir. Sebaliknya, kelompok tidak sukarela terbentuk bukan didasarkan pada keinginan pribadi masing-masing anggota. Kelompok tidak sukarela cenderung memiliki hubungan yang sangat kuat. Contoh kelompok tidak sukarela dapat dijumpai pada anggota dalam suatu keluarga.

Prayitno, (1995) mengungkapkan sekurang-kurangnya tiga alasan yang mendasari mengapa seseorang mau memasuki suatu kelompok secara sukarela, yaitu:

a. dalam kelompok itu dapat dicapai tujuan atau kepentingan pribadi yang penting, misalnya kedudukan dan penghargaan; b. kelompok itu menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik,

seperti diskusi, menjelajah alam, darmawisata, olahraga, dan lain sebagainya, dan;

c. dengan memasuki kelompok itu kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat terpenuhi, seperti kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan dikenal oleh orang lain, kebutuhan akan rasa aman, dan lain sebagainya.

(25)

10 Kelompok dalam Kehidupan Manusia

C. DINAMIKA KELOMPOK

Kelompok yang baik yaitu kelompok yang memiliki dinamika kelompok yang mantap. Yang dimaksud dengan dinamika kelompok adalah suatu gambaran berbagai kualitas hubungan yang “positif”,

“bergerak”, “bergulir”, dan “dinamis” yang menandai dan mendorong

kehidupan suatu kelompok. Menurut Kurt Lewin, dalam Forsyth (2010: 18) bahwa dinamika kelompok yaitu cara bereaksi individu untuk bertindak atas keadaan yang berubah dalam suatu kelompok.

Sejalan dengan pendapat di atas dinamika kelompok juga bisa diartikan sebagai suasana berinteraksi, saling berbagi, saling bertukar pendapat, saling berbagi pengalaman, menyempurnakan, saling memperkuat, saling mengisi dan saling memahami orang yang satu dengan orang yang lain dalam suatu kelompok.

Dinamika kelompok dapat ditandai dengan munculnya hal-hal sebagai berikut:

a. kelompok itu diwarnai oleh semangat yang tinggi, dan kerjasama yang lancar dan mantap;

b. adanya saling mempercayai yang sangat tinggi antaranggota kelompok;

c. antaranggota kelompok saling bersikap sebagai sahabat dalam arti yang sebenarnya, mengerti dan menerima secara positif tujuan bersama;

d. anggota kelompok merasa kuat, nyaman dan aman sehingga mendorong rasa setia, mau bekerja keras, dan berkorban setiap anggota kelompok;

e. komunikasi yang terjalin antaranggota kelompok merupakan komunikasi yang efektif dan membangun;

f. anggota kelompok terlibat dalam suasana berfikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab yang mendorong bagi tercapainya kebaikan bagi kelompok, dan;

g. jika timbul suatu persaingan antaranggota kelompok, maka persaingan tersebut merupakan persaingan yang kompetitif dan sehat.

(26)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 11

Kualitas hubungan dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh faktor tertentu. Prayitno, (1995) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan suatu kelompok antara lain:

a. tujuan dan kegiatan kelompok; b. jumlah anggota;

c. kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok; d. kedudukan kelompok, dan;

e. kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk saling berhubungan satu sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima secara positif, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, kebutuhan akan kasih sayang, dan lain sebagainya.

Kondisi positif yang ada pada faktor-faktor tersebut di atas akan dapat menunjang terhadap berfungsinya kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Faktor-faktor yang disebutkan di atas boleh jadi memang semua ada tetapi apabila dinamika kelompoknya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka kinerja kelompok itu diragukan kehandalannya.

Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada di dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.

(27)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 13

BAGIAN KEDUA

KONSEP DASAR LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A

ssociation for Specialists in Group Work (ASGW) divisi American Counseling Association (ACA) membagi 4 (empat) prosedur layanan terhadap peserta didik dalam kegiatan kelompok, yaitu group guidance, counseling/interpersonal problem-solving, psychotherapy/personality reconstruction, dan task/work groups (Jacobs, et, all, 2012:5).

Layanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan, baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan layanan konseling dilaksanakan melalui konseling perorangan atau layanan konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Dari keempat prosedur tersebut di atas, maka pembahasan dalam buku ini difokuskan pada bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan suatu perkembangan profesional yang menjanjikan peningkatan kuantitas dan kualitas komunikasi pribadi. Anggota kelompok dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan konselor (pemimpin kelompok) tentang apa saja yang menjadi minat dan kebutuhan mereka. Mereka belajar satu sama lain tentang diri mereka sendiri dan anggota kelompok lainnya. Mereka belajar untuk tidak merasa cemas dalam menyatakan permasalahan atau keprihatinan mereka secara jujur terkait dengan perasaan mereka dan kebutuhan serta perasaan orang lain.

(28)

14 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

A. ARTI BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

1. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok sebagai Layanan Primadona

Pemberian layanan bimbingan dan konseling secara tradisional adalah dengan tatap muka secara perorangan. Cara ini hingga sekarang masih terus digunakan dalam layanan konseling perorangan (individual) maupun layanan konsultasi dan telah terbukti telah memberikan banyak kontribusi pada keberhasilan konseli untuk mandiri pada khususnya dan perkembangan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu pada umumnya.

Namun, cara seperti ini (konseling perorangan dan layanan konsultasi) menimbulkan persoalan tersendiri. Masalah utama yang dihadapi adalah terkait kuantitas dan kualitas pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor yang cenderung mengalami penurunan akibat timbulnya kelelahan fisik dan psikologis akibat melayani klien/ konseli satu per satu secara terus menerus dengan waktu yang begitu terbatas.

Penyikapan terhadap persoalan ini dapat diatasi dengan cara beristirahat yang cukup. Akan tetapi, kondisi yang demikian akan tetap berlanjut jika belum ditemukan cara untuk mengakomodasi permintaan (demand) terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dengan jumlah yang besar.

Pemberian layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok oleh tenaga ahli konseling profesional dewasa kini telah berkembang dengan pesat bahkan menjadi layanan “primadona” di setting sekolah, lembaga perguruan tinggi, masyarakat, lembaga pemerintahan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal ini dipicu oleh kenyataan-kenyataan bahwa:

a. dari sisi kuantitas, pelayanan bimbingan kelompok dan /atau konseling kelompok dapat dilaksanakan jumlah peserta yang cukup besar;

(29)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 15

konseling kelompok memanfaatkan waktu untuk memberikan pelayanan sekaligus kepada beberapa konseli/sasaran layanan; c. dari sisi strategi, pelayanan bimbingan kelompok dan/atau

konseling kelompok menawarkan cara pelayanan bimbingan dan konseling yang “murah”, terjangkau dan menyenangkan; d. dari sisi suasana kegiatan, pelayanan bimbingan kelompok dan/

atau konseling kelompok mengedepankan situasi kebersamaan yang lebih kental sehingga mendorong perkembangan positif konseli/anggota kelompok menuju perubahan ke arah yang lebih baik;

e. dari sisi kualitas dan/atau efektifitas pelayanan, yakni konselor menjadi lebih terbantu dengan adanya dinamika kelompok yang memberikan masukan/input yang konstrukstif hingga mencapai tujuan pelayanan bimbingan dan konseling yang maksimal;

f. dari sisi materi layanan yang diberikan, pelayanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok menawarkan variasi materi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok (klien/konseli) berdasarkan kesepakatan bersama.

Banyak orang bertanya, “Mana yang lebih baik, bimbingan dan konseling kelompok atau konseling perorangan?”. Sesungguhnya pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab karena pandangan dan kondisi setiap orang yang sangat berbeda. Kadang-kadang salah satu di antara bimbingan dan/atau konseling kelompok atau konseling perorangan yang terbaik. Bagi kebanyakan orang, melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dalam format kelompok dapat cukup berharga karena anggota kelompok mendapatkan masukan dari orang lain, ditambah mereka belajar lebih dari mendengarkan daripada berbicara. Di banyak contoh dengan remaja, kegiatan bimbingan dan konseling kelompok lebih baik daripada individu konseling karena remaja sering akan berbicara lebih mudah untuk remaja lainnya dibandingkan dengan orang dewasa (Humphrey, 2009; Worden, 2009, dalam Jacobs, 2012: 19).

(30)

16 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

2. Pengertian Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

Bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan/atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok.

Layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok dapat diselenggarakan di mana saja, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang peserta atan di rumah konselor, di suatu kantor atau lembaga tertentu, atau di ruang praktik pribadi konselor. Di manapun kedua jenis layanan itu dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan layanan.

Layanan bimbingan kelompok membahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan dalam layanan konseling kelompok membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Pembahasan topik tersebut melalui suasana dinamika kelompok yang intensif dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok (konselor).

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri masing-masing anggota kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya menggunakan prinsip dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, role playing, dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.

Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah umum yaitu permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan baik yang di dengar dan dilihat dari media massa (cetak maupun media elektronik), dan berasal dari lingkungan sekitar. Informasi yang diberikan dalam kegiatan

(31)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 17

bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung dari kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Sejalan dengan pendapat tersebut Prayitno (1995) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok dapat pula sebagai media pemberian informasi kepada sekelompok individu.

Dalam bimbingan kelompok peranan dinamika kelompok tidaklah kurang dibandingkan dengan peranannya dalam konseling kelompok. Para peserta yang secara langsung terlibat dan menjalani dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok juga akan dapat mencapai tujuan ganda, yaitu: (1) mendapat kesempatan untuk memperkembangkan diri untuk diperolehnya kemampuan-kemampuan sosial, pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman, nilai dan sikap, serta (2) berbagai alternatif yang akan memperkaya dan mungkin bahkan dapat mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Perolehan yang mengandung unsur-unsur kognitif, afektif, konatif, dan kemampuan-kemampuan tertentu dapat dicapai melalui kegiatan pembahasan dan/atau pendalaman masalah-masalah atau topik yang bersifat umum.

3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Idealnya anggota kelompok yang memutuskan sendiri tujuan khusus yang ingin dicapai untuk kepentingan mereka sendiri yang akan menjadi pengalaman mereka dalam kelompok. Akan tetapi, secara umum layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi individu, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan serta pemecahan masalah pribadi yang mengganggu. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/ berkomunikasi seseorang seringkali terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif (Prayitno, 2012).

(32)

18 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh anggota kelompok melalui layanan konseling kelompok, yaitu:

a. belajar memahami diri sendiri dan orang lain;

b. menemukan berbagai kemungkinan cara menghadapi persoalan-persoalan perkembangan dan upaya mengentaskan konflik-konflik tertentu;

c. meningkatkan kemampuan mengontrol diri sendiri, kemandirian, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain;

d. membuat perencanaan yang khusus untuk merubah tingkah laku tertentu dan dengan kesadaran diri sendiri sungguh-sungguh (to commit) untuk sepenuhnya menjalankan rencana itu;

e. belajar keterampilan sosial yang efektif;

f. belajar melakukan konfrontasi orang lain dengan cara yang berkelembutan, perhatian, keramahan, dan terkendali, serta; g. berubah dari hidup semata-mata untuk menjadi seperti apa

yang diharapkan atau dimaui orang lain menjadi hidup sesuai dengan diharapkan diri sendiri yang penuh dengan berkah. Melalui layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagi cara; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang hal-hal baru yang lebih efektif.

4. Manfaat Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Elida P, (2010) menjelaskan beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh anggota kelompok melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok antara lain adalah:

(33)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 19

a. memperoleh pemahaman tentang diri sendiri dan perkembangan identitas diri yang sifatnya unik;

b. meningkatkan penerimaan diri sendiri, kepercayaan diri, dan penghargaan terhadap diri sendiri agar tercapai pemahaman baru tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar;

c. memiliki kesensitifan yang tinggi terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain;

d. memahami kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan secara bersama oleh anggota kelompok yang dikembangkan menjadi perasaan yang bersifat universal;

e. memahami nilai-nilai yang berlaku dan hidup dengan tuntutan nilai-nilai tersebut, dan;

f. mampu menentukan satu pilihan yang tepat dan dilakukan dengan cara yang arif bijaksana.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka sesungguhnya sangat banyak manfaat yang dapat dipetik berdasarkan tujuan pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok. Apabila para anggota kelompok mendapatkan semua manfaat tersebut dapat dipastikan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling telah tercapai dengan maksimal. Peran konselor/pemimpin kelompok disini sangatlah vital dalam membawa kegiatan kelompok.

B. PERSAMAAN & PERBANDINGAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Patut untuk dicatat, bahwa konsep pelayanan antara layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok kurang lebih sama. Akan tetapi, kita seyogyanya dapat membedakan keduanya dalam beberapa hal yaitu mencakup pengertian, tujuan, manfaat, isi materi layanan, dan strategi operasionalnya.

1. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok sering diartikan secara sempit dan sederhana, yang kadang-kadang justru tidak terkait dengan makna

(34)

20 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

dan tujuan bimbingan dan konseling yang sebenarnya. Beberapa kesalahpahaman masih hidup di antara mereka yang bergerak di bidang bimbingan dan konseling. Kesalahpahaman muncul karena ketidakmampuan untuk memberikan batasan yang tegas antara istilah “bimbingan kelompok” dan “membimbing kelompok” atau istilah-istilah lainnya yang menggunakan pendekatan kelompok dalam pelaksanaannya sehingga pada akhirnya menimbulkan kerancuan (Prayitno, 1995).

Kegiatan “bimbingan kelompok” tidak sama dengan kegiatan

“membimbing kelompok” dalam layanan bimbingan dan konseling.

Istilah “membimbing kelompok” berarti membesarkan suatu kelompok tertentu. Fungsi “membimbing kelompok” memang dilakukan oleh Konselor (pemimpin kelompok), namun orientasinya bukan kelompok itu sebagai “sebuah satuan kelompok”, melainkan pengembangan dinamika kelompok sebagai wahana untuk pengembangan individu anggota kelompok serta pengentasan masalah-masalah mereka masing-masing. Istilah “bimbingan

kelompok” pula tidak bisa serta merta disamakan pula dengan “kegiatan kelompok”, atau “diskusi kelompok” yang sebagaimana

telah lama dikenal.

Bimbingan kelompok atau Group Guidance merupakan konsep jenis layanan dalam bimbingan dan konseling. Konsep bimbingan kelompok yang lebih klasik dapat dilihat dari sejarah perkembangan bimbingan itu sendiri, sebagai berikut:

a. Gibson & Mitchell, (1981) menjelaskan bahwa istilah bimbingan

kelompok mengacu pada aktivitas-aktivitas kelompok yang

berfokus pada penyediaan informasi atau pengalaman melalui akivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi.

b. Prayitno, (1995) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok yaitu suatu kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh tenaga profesional bimbingan dan

(35)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 21

konseling terhadap suatu kelompok tertentu untuk mengembangkan kemampuan anggota kelompok ke arah kemandirian dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Konseling Kelompok

Berbeda halnya dengan istilah bimbingan kelompok yang dalam beberapa situasi kadang menimbulkan kerancuan, maka istilah

konseling kelompok definisinya cenderung lebih mantap.

Definisi dari konseling kelompok dari para pakar bimbingan dan konseling sangat beragam dalam rentangan ruang dan waktu tertentu, beberapa definisi representatif untuk menjelaskan definisi yang tegas tentang konseling kelompok tersebut, diantaranya.

a. Gazda, (1984) menjelaskan bahwa konseling kelompok adalah proses hubungan antar pribadi yang dinamis (dalam kelompok), yang memusatkan pada tingkah laku sadar dan mempergunakan fungsi terapi yang bersifat permisif, orientasi realitas, katarsis, saling percaya, saling memelihara, saling mengerti, saling menerima dan saling mendukung.

b. Dinkmeyer & Munro (dalam Elida P 2010) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses dalam kelompok yang bernilai khusus untuk aspek diagnostik dan terapeutik dalam memecahkan masalah.

c. Prayitno (1995) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah proses kegiatan dalam kelompok melalui interaksi sosial yang dinamis diantara anggota kelompok untuk membahas masalah yang dialami setiap anggota kelompok sehingga ditemukan arah dan cara pemecahan yang paling tepat dan memuaskan.

Dari ketiga rumusan pengertian konseling kelompok yang telah disebutkan di atas dapat diketahui ciri-ciri khas konseling kelompok, yaitu:

a. interaksi yang dinamis adalah suasana interaksi dalam konseling kelompok yang menunjukkan terjadinya suasana

(36)

22 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

berbagi pendapat, wawasan dan pengalaman, perasaan di antara anggota kelompok dalam memberikan informasi, menganalisa dan memecahkan permasalahan yang dimunculkan dalam kelompok. Suasana seperti itu terjadi karena terjalinnya hubungan yang akrab, hangat, terbuka, saling percaya, dan menghargai di antara anggota kelompok sehingga menimbulkan perubahan yang positif dalam diri masing-masing anggota kelompok.

b. fungsi penyembuhan (therapeutik) yaitu terbebasnya setiap anggota kelompok dari rasa takut untuk dikecam atau dikritik oleh orang lain (anggota kelompok lain dan pemimpin kelompok) sehingga ia bebas menyatakan ide-ide dan kecemasan-kecemasan, kekecewaan-kekecewaan, melakukan katarsis, menjelajahi diri sendiri secara psikologis dan mengekspresikan kebahagiannya. Fungsi terapeutik ini terjadi karena terpenuhinya kebutuhan psikologis masing-masing anggota seperti kebutuhan untuk merasa dimiliki, dihargai, dibanggakan, dihormati, dan dipahami dalam suasana kelompok yang saling menghargai, berbagi, menghormati, empati dan dialog yang hangat serta ramah.

c. konseling kelompok membahas masalah pribadi yang dikemukakan oleh anggota kelompok. Oleh karena itu konseling kelompok memungkin anggota kelompok untuk memahami dirinya sendiri seluas-luas dan sedalam-dalamnya, menganalisis dirinya, dan menerima dirinya sendiri, dan mengambil keputusan dalam memecahkan masalah dalam dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara positif.

Dengan demikian bahwa layanan konseling kelompok yaitu dapat dirumuskan sebagai bentuk layanan kelompok untuk membantu mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

(37)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 23

3. Persamaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

Di antara layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok terdapat sejumlah persamaan. Sekurang-kurangnya persamaan tersebut dapat ditinjau dari sisi sebagai berikut:

a. sisi kelompok yang sama, yaitu terhadap satu kelompok yang sama dapat diselenggarakan baik layanan bimbingan kelompok maupun layanan konseling kelompok. Apabila kedua layanan itu hendak dilaksanakan terhadap satu kelompok yang sama, bimbingan kelompok hendaknya dilaksanakan terdahulu. Dengan demikian penyelenggaraaan layanan konseling kelompok akan mendapatkan kondisi kelompok yang lebih berkompeten berkat kegiatan layanan bimbingan kelompok. b. sisi pemimpin kelompok yang sama, yaitu penyelenggaraan

layanan bimbingan kelompok atau layanan konseling kelompok terhadap satu kelompok oleh pemimpin kelompok yang sama akan membawa keuntungan tersendiri, dalam arti dinamika kegiatan kelompok semakin dapat dimantapkan dengan pola dan suasana yang lebih efektif dan efisien sarta berkelanjutan. c. Tahapan pelaksanaan, yaitu secara umum tahap-tahap

pelaksanaan antara layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok sama-sama melalui 5 (lima) tahapan besar, yaitu:

1) tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama;

2) tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok;

3) tahap kegiatan/pembahasan, yaitu tahapan “kegiatan inti” untuk membahas topik-topik tertentu (pada bimbingan kelompok) atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok (pada konseling kelompok).

(38)

24 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

4) tahap penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja mereka ikuti.

5) tahap penutupan/pengakhiran, yaitu merupakan tahapan akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok selanjutnya, dan salam hangat perpisahan.

4. Perbedaan antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

Perbedaan antara layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok tidaklah banyak. Letak perbedaan yang mendasar antara layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok adalah terfokus pada materi atau isi layanan yang disajikan dalam kegiatan layanannya.

Layanan bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif dan bertanggung jawab. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal anggota kelompok perlu untuk ditingkatkan dan dipupuk terus menerus oleh pemimpin kelompok.

Sementara itu, layanan konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh dua tujuan sekaligus, yakni;

a. terkembangkannya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku yang bertanggung jawab,

(39)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 25

khususnya dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, dan;

b. terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan konseling kelompok. Dengan demikian ditegaskan bahwa dalam layanan bimbingan kelompok materi kegiatan yang dibahas adalah topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, sedangkan dalam layanan konseling kelompok materi kegiatan yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok (Konselor). Dengan kata lain bahwa, apabila layanan bimbingan kelompok berorientasi pada pengembangan wawasan, penghayatan, aspirasi, dan sikap terhadap materi topik-topik yang dibahas, orientasi konseling kelompok adalah terbahas dan terentaskanya masalah pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Berikut disajikan perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok (Prayitno, 2012):

Tabel 2.1

Perbandingan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok 1. Tujuan yang

dicapai 1. Pengembangan pribadi 2. Pembahasan

topik-topik umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok

1. Pengembangan pribadi

2. Pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialam oleh masing-masing anggota kelompok 2. Jumlah

(40)

26 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok 3. Kondisi dan

karakteristik anggota

Relatif heterogen Relatif homogen atau heterogen

4. Format

kegiatan Kelompok kecil dengan lima tahap kegiatan Kelompok kecil dengan lima tahap kegiatan 5. Suasana

interaksi 1. Interaksi multiarah2. Mendalam dengan melibatkan aspek kognitif dan afektif

1. Interaksi multiarah 2. Mendalam dan tuntas

dengan melibatkan aspek kognitif, efektif, kepribadian dan pengubahan tingkah laku.

6. Sifat isi

pembicaraan 1. Umum2. Kurang bersifat rahasia 1. Pribadi 2. Rahasia 7. Peranan anggota kelompok Aktif membahas topik umum tertentu yang ditugaskan atau dikemukakan dan dipilih secara bebas, melalui kegiatan:

a. Berpartisipasi aktif dalam dinamika inter-aksi sosial.

b. Menyumbang bagi pembahasan masalah. c. Menyerap berbagai

informasi untuk diri sendiri dan dimanfaatkan dalam interaksi sosial kelompok. d. Strategi BMB3

Aktif membahas dan memecahkan masalah pribadi yang dialami kawan sekelompok, melalui kegiatan: a. Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi sosial. b. Menyumbang bagi pemecahan masalah pribadi kawan sekelompok. c. Menyerap berbagai

informasi, saran, dan berbagai altematif untuk memecahkan masalah teman sekelompok dan imbasannya terhadap diri sendiri d. Strategi BMB3

(41)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 27

No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok 8. Lama dan frekuensi kegiatan 1. Kegiatan berlangsung dan berkembang sesuai dengan tingkat perluasan dan pendalaman pembahasan topik umum 2. Dapat dilakukan secara maraton 1. Kegiatan berlangsung dan berkembang sesuai dengan tingkat pendalaman dan penuntasan pemecahan masalah pribadi 2. Dapat dilakukan secara maraton. 9. Evaluasi 1. Evaluasi isi:

kedalaman pembahasan topik 2. Evaluasi dampak: pemahaman dan dampak kegiatan terhadap anggota 3. Evaluasi proses: keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok 4. Refleksi BMB3

1. Evaluasi isi: kedala-man dan ketuntasan pembahasan masalah pribadi

2. Evaluasi dampak: sejauh mana klien (anggota yang masalah pribadinya dibahas) merasa mendapatkan (alternatif) pemecahan masalahnya. 3. Evaluasi proses: keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok 4. Strategi BMB3 10. Pelaksana Konselor Konselor

Selain Tabel 2.1 di atas, untuk lebih mudah mengenali perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok disajikan dalam Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 di bawah ini:

(42)

28 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Gambar 2.1

Alur Komunikasi dan Dinamika dalam Bimbingan Kelompok

Pada kegiatan bimbingan kelompok, alur komunikasi dan dinamikanya menuntut semua anggota kelompok untuk ikut serta secara bersama-sama memikirkan, mendalami, dan mengaplikasikan secara konkrit apek-aspek yang menjadi topik bahasan.

Gambar 2.2

(43)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 29

Sementara itu, pada kegiatan konseling kelompok seluruh energi dan pikiran tercurahkan untuk membantu konseli/anggota kelompok yang memiliki masalah tertentu yang masalah tersebut dibahas dalam kegiatan konseling kelompok.

5. Keuntungan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Elida P, (2010) menjelaskan beberapa keuntungan yang dapat dicapai anggota kelompok dalam melaksanakan bimbingan dan konseling kelompok, antara lain:

a. sebagai wahana untuk menolong orang merubah sikap, keyakinan, perasaan anggota kelompok tentang diri mereka sendiri dan orang lain, serta tingkah laku secara keseluruhan; b. anggota kelompok dapat belajar gaya mereka dalam

berhubungan dengan orang lain dan belajar keterampilan dalam membina keakraban yang efektif dengan orang lain; c. anggota kelompok dapat mendiskusikan persepsi atau pendapat

mereka satu sama lain dan mau menerima masukan-masukan yang berharga tentang bagaimana yang seharusnya mereka diterima dalam kelompok;

d. anggota kelompok dimungkinkan bertualang ke dalam dunia keseharian para anggota kelompok dengan berbagai cara, khususnya jika mereka berbeda minat, umur, perhatian, latar belakang, status sosial-ekonomi, dan tipe masalah;

e. anggota kelompok memperoleh masukan tentang dirinya sendiri sehingga memahami diri sendiri dari sudut pandangan orang lain. Hal itu disebabkan konseling kelompok memiliki kelebihan yang sangat hebat yaitu memberikan masukan yang kaya untuk anggota kelompok, sehingga individu dapat melihat diri mereka sendiri melalui pandangan banyak orang;

f. anggota kelompok memperoleh pemahaman dan sokongan dari anggota kelompok untuk menjelajahi permasalahan yang dimunculkannya dalam kelompok;

g. anggota kelompok memperoleh perasaan memiliki (sense of belonging) kelompok dan dengan interaksi yang akrab yang

(44)

30 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

makin berkembang dalam situasi kelompok maka mereka belajar cara berinteraksi yang penuh keakraban, memelihara hubungan positif dan cara memberikan sokongan.

Akhirnya semua hal tersebut di atas mendorong anggota kelompok untuk memutuskan perubahan apa yang ingin dibuatnya. Mereka dapat membandingkan persepsi mereka dengan persepsi orang lain tentang diri mereka sendiri dan kemudian memutuskan apa yang sepatutnya mereka putuskan tentang informasi itu. Intinya anggota kelompok memperoleh pandangan yang jelas tentang ciri-ciri individu yang baik yang seharusnya dia seperti itu dan mereka mengerti apa yang merintangi mereka menjadi orang seperti itu.

C. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Munro, Manthei, & Small, (1979) menjelaskan bahwa kerahasiaan,

kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan

tiga etika dasar dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling kelompok ketiga etika tersebut wajib diterapkan.

1. Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi “rahasia kelompok” yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok. Seluruh anggota kelompok hendaknya menyadari benar hal ini dan bertekad dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya.

Aplikasi asas kerahasiaan lebih dirasakan pentingnya dalam layanan konseling kelompok mengingat pokok bahasan adalah masalah pribadi yang dialami anggota kelompok. Di sini posisi asas kerahasiaan sama posisinya seperti dalam layanan konseling perorangan. Konselor/pemimpin elompok dengan sungguh-sunguh hendaknya memantapkan asas ini sehingga seluruh anggota kelompok berkomitmen penuh untuk melaksanakannya.

(45)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 31

2. Kesukarelaan

Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor/pemimpin kelompok. Kesukarelaan terus-menerus dibina melalui upaya konselor/ pemimpin kelompok dalam mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok. Dengan kesukarelaan itu anggota kelompok akan dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

3. Asas-Asas Lain (kegiatan, keterbukaan, kekinian, dan kenormatifan)

Dinamika kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dan asas

keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri

tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisi, dan bervariasi. Masukan dan sentuhan semakin kaya dan terasa. Para peserta layanan bimbingan kelompok ataupun konseling kelompok semakin dimungkinkan memperoleh hal-hal yang berharga dari layanan ini.

Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang

dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan untuk kepentingan pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan datang direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.

Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara

berkomunikasi dan bertata-krama dalam kegiatan kelompok, serta dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas keahlian diperlihatkan oleh konselor/pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok untuk mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

(46)

32 Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

D. HAL UMUM TERKAIT PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

1. Layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok bukan sekedar kegiatan kelompok biasa, seperti darmawisata, arisan atau pertemuan-pertemuan lainnya. Kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok mengemban fungsi-fungsi konseling (pemahaman, pencegahan, pengentasan masalah pengembangan dan pemeliharaan, dan advokasi) serta menerapkan prinsip dan asas-asas konseling, disertai berbagai teknik-teknik konselingnya.

2. Kegiatan bimbingan kelompok bukan berarti “membimbing

kelompok” melainkan suatu layanan terhadap sejumlah konseli

(dalam hal ini anggota kelompok) agar setiap konseli itu memperoleh manfaat tertentu dan/atau pengentasan masalah pribadi yang dialaminya. Fungsi “membimbing kelompok” memang dilakukan oleh konselor/pemimpin kelompok; namun orientasinya bukan kelompok itu sebagai “sebuah

satuan kelompok”, melainkan pengembangan dinamika

kelompok sebagai wahana untuk pengembangan individu anggota kelompok serta pengentasan masaiah-masalah mereka masing-masing.

3. Kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak sama dengan diskusi biasa atau rapat. Dalam bimbingan kelompok atau konseling kelompok memang dilakukan pembahasan permasalahan melalui semacam kegiatan berdiskusi, bertukar pendapat, menganalisis dan mengkritisi data, berbeda pendapat dan berargumentasi, namun semuanya itu bukan untuk sampai kepada kesimpulan atau keputusan yang dicantumkan pada notulen, melainkan secara dinamis dan konstruktif membina setiap anggota kelompok sesuai dengan tujuan layanan. Strategi berfikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggungjawab (BMB3) merupakan arah pengembangan diri bagi setiap anggota kelompok. Oleh karena

(47)

Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok 33

itu dalam bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak diperlukan adanya laporan kelompok dengan notulennya. 4. Layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak

sekedar memberikan informasi kepada anggota kelompok.

Sebagai hasil layanan, para peserta bimbingan kelompok atau konseling kelompok memang menerima sejumlah informasi baru; namun lebih dari itu, para peserta kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak sekedar menunggu pemberian informasi dari konselor/pemimpin kelompok, melainkan sangat aktif saling memberi dan menerima. Peranan konselor/pemimpin kelompok bukan lagi memberikan informasi kepada kelompok, melainkan secara arif dan bijaksana memimpin pengembangan dinamika kelompok yang mengaktifkan semua anggota kelompok. Apabila dalam layanan informasi konselor sangat aktif berbicara memberikan informasi, sebaliknya, dalam layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok Konselor/pemimpin kelompok hanya berbicara seperlunya, bahkan sedapat-dapat membatasi pembicaranya. Tuntutan agar anggota kelompok ber-BMB3 mendominasi kegiatan layanan.

(48)

Gambar

Gambar 1.1: Situasi dan interaksi dari bertemunya orang-orang Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui  berkumpulnya sejumlah orang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak didapatkan perbedaan bermakna antara pendapatan rumah tangga dengan pemberian ASI eksklusif pada responden.. Hal ini sama

anggota masyarakat setempat serta pendeta Jemaat GPM Negeri Soya. Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah. sejumlah dokumen-dokumen negri atau desa

[r]

Sesuai dengan Pengumuman Pengadaan Langsung di Dinas Pendidikan Kota Sibolga Tahun Anggaran 2016, Nomor : 039/PPBJ-Disdik.Sibolga/VII/2016, tanggal 20 Juli 2016 dengan

Dimana siswa yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi (memadai), maka siswa tersebut akan mempuyai motivasi belajar yang tinggi pula untuk

Subjek juga tidak dapat mengerjakan jenis soal relational dengan benar, pada subjek kategori metakognisi rendah hanya mampu menggunakan satu aspek saja

Dalam pembuatan website ini menggunakan aplikasi Dreamweaver 8 sebagai web editor yang berguna untuk mendesain dan mengelola halaman web dan PhpTriad sebagai paket terpadu

Dari waktu yang disediakan oleh Pokja Konstruksi ( 08.00 s/d 10.00 Wita ), tidak ada pertanyaan yang diajukan oleh calon terhadap dokumen Lelang Pekerjaan