• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Ilirehorat hscabanen dan kmbinaan Usaha Tahun Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Ilirehorat hscabanen dan kmbinaan Usaha Tahun Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

Ilirehorat

hscaBanen

dan

kmbinaan

Usaha

Tahun

2013

Direktorat

Jenderal

Perkebunan

(2)
(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar ………... i Daftar Isi ………... ii I. Pendahuluan ………... 1 1.1. Latar Belakang ...…………... 1 1.2. Tujuan ………... 2

II. Tugas Pokok dan Fungsi ………... 3

2.1. Tugas dan Fungsi ………... 3

2.2. Nilai-Nilai ………... 3

2.3. Srtuktur Organisasi ………... 4

III. Visi dan Misi ………... 6

3.1. Visi ………... 6

3.2. Misi ………... 6

IV. Tujuan dan Sasaran ………... 7

4.1. Tujuan ………... 7

4.2. Sasaran ………... 8

V. Permasalahan yang dihadapi ………... 9

5.1. Penerapan Penanganan Pascapanen ……….. 10

5.2. Sertifikasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan ……… 10

5.3. Penilaian Usaha Perkebunan ……….. 11

5.4. Penanganan Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan …..……… 12

VI. Kebijakan dan Strategi 6.1. Kebijakan ………... 12

6.2. Strategi ………... 13

VII.Program dan Kegiatan ..………... 15

7.1. Program ………... 15

7.2. Kegiatan ………... 15

(4)

iii VIII.Rencana Kerja Tahun 2013 ………... 18 8.1. Pascapanen ………... 18 8.2. Bimbingan Usaha dan

Perkebunan Berkelanjutan ……… 18 8.3. Gangguan Usaha dan

Konflik Perkebunan ……… 19

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Pembangunan perkebunan kedepan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan mendasar seperti adanya tekanan era globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, terjadinya perubahan iklim secara global, semakin terbatasnya Sumber Daya Alam (SDA), kecilnya kepemilikan dan status lahan milik petani/pekebun, teratasnya akses petani/pekebun terhadap permodalan, terbatasnya sistem perbenihan nasional, masih lemahnya kelembagaan petani/pekebun dan petugas penyuluh dilapangan, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan. Tantangan-tantangan dimaksud juga memicu berbagai gangguan usaha dan konflik perkebunan dilapangan yang memiliki karakter yang multi dimensi yaitu ekonomi, politik, hukum, sosial, lingkungan dan juga internasional dan penyelesaian kedepan menjadi sangat strategis dalam rangka pemulihan kondisi sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini

Mengacu kepada rencana strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010 – 2014, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dalam mendukung visi Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu ” Profesional dalam memfasiltasi

peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan ” perlu menjabarkan program dan atau kegiatan prioritas terhadap

(6)

2 Utama yang diformulasikan dalam bentuk rencana kinerja setiap tahunnya. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Pascpanen dan Pembinaan Usaha merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan strategis yang memuat target kinerja yang hendak dicapai dalam satu tahun beserta indikator kinerjanya.

1.2. Tujuan

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha setiap tahunnya perlu di tetapkan sebagai acuan dalam penyusunan kegiatan yang menjadi fokus dalam mencapai sasaran yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men-PAN & RB) Nomor : 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Untuk mengukur kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 1185/Kpts/OT.140/3/2010 Tanggal 15 Maret 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014.

Rencana Kinerja Tahunan bertujuan sebagai acuan bagia pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan sebagai tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelengaraan pemerintah untuk suatu periode tertentu.

(7)

3

BAB II

TUGAS POKOK DAN FUNGSI 2.1. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, tugas pokok Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah : melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan tehnis dan evaluasi di bidang pascapenan dan pembinaan usaha perkebunan.

Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik; d. Pemberiaan bimbingan usaha teknis dan evaluasi di bidang pascapanen

tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha.

2.1. Nilai-Nilai

Nilai-nilai yang dianut oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah :

a. Profesional (Profesionalism), dalam artian seluruh aparat yang terkait dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya; b. Terukur (Measurable), dalam artian dapat diukur dengan skala penilaian

(8)

4 c. Keterbukaan (Transfancy), dalam artian dapat dilaksanakan sesuai dengan

Standard Operational Procedure (SPO);

d. Dapat dipertanggungjawabkan (Accountable), dalam artian hasil atau layanan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

2.1. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha membawahi 4 (empat) Unit Eselon III yaitu : (1) Sub Direktorat Pascapanen Tanaman Rempah Penyegar dan Semusim, (2) Sub Direktorat Pascapanen Tanaman Tahunan, (3) Sub Direktorat Bimbingan Usaha dan perkebunan berkelanjutan dan (4) Sub Direktorat Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan. Struktur organisasi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha sesuai dengan

Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut Direktort Pascapanen dan Pembinaan Usaha berdasarkan pencermatan lingkungan strategis dengan analisi SWOT mempunyai kekuatan berupa :

DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA SUBDIT PASCAPANEN TANAMAN SEMUSI, REMPAH DAN PENYEGAR SUBDIT BIMBINGAN USAHA DAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN SUBDIT GANGGUAN USAHA DAN PENANGANAN KONFLIK SUBDIT PASCAPANEN TANAMAN TAHUNAN SUBBAGIAN TATA USAHA SEKSI TEKNOLOGI SEKSI PENERAPAN SEKSI TEKNOLOGI SEKSI PENERAPAN SEKSI BIMBINGAN USAHA SEKSI PERKEBUNAN BERKELAN-JUTAN SEKSI GANGGUAN USAHA SEKSI PENANGANAN KONFLIK KELOMPOK JABATAN FUNGSONAL

(9)

5 (a) Tersedianya landasan hukum tentang penanganan pascapanen yaitu UU No 12 Tahun 1992 Tentang Sistim Budidaya Tanaman, UU No 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Kepres No 47 Tahun 1986 Tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen, Permentan No 44 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penanganan Pascapanen hasil pertanian asal tanaman yang baik, Permentan No 61 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (b) Tersedianya jumlah SDM yang mencukupi, yaitu jumlah SDM pada tahun 2011

sejumlah 70 orang dengan kualifikasi pendidikan S3 : sebanyak 1 orang, S2 : sebanyak 16 orang, S1 : sebanyak 22 orang, Sarjana Muda/Diploma : sebanyak 2 orang), SLTA : sebanyak 27 orang, dan SD : sebanyak 2 orang. (c) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan yaitu

tersedianya perangkat teknologi komputer dan perlengkapannya, tersedianya furniture yang mencukupi (meja, kursi, lemari, kardeks), tersedianya jaringan komunikasi (telp dan internet) di setiap ruang esselon III, tersedianya data dan informasi perkebunan (statistik, leaflet, booklet), tersedianya fasilitasi penanganan pascapanen di daerah.

(d) Tersedianya norma, standar, prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman teknis dan kebijakan, yaitu tersedianya Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, Pedoman Pelaksanaan Anggaran, Pedoman Operasional Kegiatan (POK), Pedoman Penanganan Pascapanen, Renstra Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha.

(e) Tersediannya roadmap komoditas utama dan Renstra Pengembangan Perkebunan, yaitu tersedianya Roadmap 14 Komoditi Perkebunan, Renstra Pembangunan Perkebunan.

Tugas pokok dan fungsi yang menjadi amanah Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tersebut wajib dipertanggungjawabkan setiap tahun. Berdasarkan hal tersebut, Rencana Kerja Tahunan (RKT) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2012 ini merencanakan kegiatan tahun 2012 sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha yang disesuaikan dengan kegiatan yang didukung oleh alokasi dana DIPA tahun 2012.

(10)

6

BAB III VISI DAN MISI

3.1. Visi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Visi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebagai bagian integral dari Direktorat Jenderal Perkebunan harus selaras dengan visi Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu ”Profesional dalam memfasiltasi peningkatan produksi,

produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan” maka visi

Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah sebagai berikut :

1. Memfasilitasi peningkatan peyediaan teknologi dan penerapan pascapanen tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;

2. Memfasilitasi peningktan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan;

3. Memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan;

4. Memfasilitasi peningkatan penerapan pengolahan perkebunan berkelajutan; 5. Memfasilitasi peningkatan Revitalisasi Pengembangan Perkebunan;

6. Memberikan pelayanan permohonan rekomendasi teknis usaha perkebunan.

2.2. Misi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Mangacu pada pada salah satu Misi Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu ”Mengupayakan penanganan Pascapanen dan Pembinaan usaha”, maka misi Direktorat Pascapanen dan pembinaan Usaha ditetapkan sebagai berikut :

1. Memfasilitasi peningkatan penyedian teknologi dan penerapan pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;

2. Memfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan;

3. Memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan;

4. Memfasilitasi peningkatan penerapan pengelolaan perkebunan berkelanjutan; 5. Memfasilitasi peningkatan Revitalisasi Pengembangan Perkebunan;

6. Memberikan pelayanan permohonan rekomendasi teknis usaha perkebunan (Rekomtek).

(11)

7

BAB IV

TUJUAN DAN SASARAN 4.1. Tujuan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Untuk mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional dan tujuan pembangunan pertanian, maka tujuan pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing perkebunan;

2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan; 3. Meningkatakan penerimaan dan devisa negara dan sub sektor perkebunan; 4. Mendukung penyediaan pangan di wilayah perkebunan;

5. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan baku industri perkebunan.

6. Mendukung pengembangan bio-energi melalui peningkatan peran sub sektor perkebunan sebagai penyedian bahan bakar nabati;

7. Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan; 8. Meningkatkan peran sub sektor perkebunan sebagai penyedia lapangan kerja; 9. Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.

Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha perlu melakukan hal – hal sebagai berikut: 1. Memfasilitasi peningkatan ketersedian dan penerapan teknologi pascapanen

budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;

2. Memfasilitasi peningkatan, mutu, nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan; 3. Memfasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan;

4. Memfasilitasi pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah berwawasan lingkungan;

5. Memfasilitasi peningkatan peran sektor perkebunan sebagai penyedia lapangan kerja;

6. Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesinaliisme pelaku usaha perkebunan;

7. Memfasilitasi peningkatan dan penumbuhan kemitraan dan hubungan sinergi antar pelaku usaha perkebunan;

(12)

8 8. Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.

4.2. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan telah ditetapkan kinerja utama berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 1185/Kpts/OT.140/3/2010 tanggal 15 Maret 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha melalui Program/Kegiatan Prioritas yaitu “Dukungan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Perkebunan”. ditetapkan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai tugas dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Tahun

2011 2012 2013 2014

1 Peningkatan Mutu Produk Perkebunan dan Usaha Perkebunan Berkelanjutan

1. Jumlah Kelompok Tani yang menerapkan penaganan pasacapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 100 110 120 130 2. Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang layak Mengajukan permohonan Sertifikat ISPO (Perusahaan )

75 150 250 350

3. Jumlah perusahaan perkebunan yang ditangani kasus gangguan usahanya (Perusahaan)

(13)

9

BAB V

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI 5.1. Penerapan Penanganan Pascapanen

a. Permasalahan penerapan penaganan pascapanen sesuai Good Handling Practise (GHP) antara lain disebabkan : 1) Masih tingginya tingkat kehilangan hasil panen, 2) Mutu hasil yang masih rendah, 3) Tingkat efisiensi dan efektivitas yang masih rendah, 4) Nilai jual yang kurang kompetitif, 5) Belum adanya jaminan pasar terhadap produk yang memiliki mutu yang baik, 6) Lemahnya petani dalam mengakses informasi pasar sehingga kurang memiliki posisi tawar yang baik, 7) Rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengadopsi teknologi pascapanen, 8) Masih lemahnya fungsi kelembagaan petani/kelompok tani.

b. Kegiatan Fermentasi biji kakao belum berjalan seperti yang diharapkan karena terkendala dengan perbedaan harga biji kakao fermentasi dan non fermentasi tidak signifikan. Dengan demikian diperlukan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan fermentasi biji kakao pada tahun berikutnya.

c. Penaganan pascapanen pala masih dilakukan secara tradisionil dengan hasil biji pala dan fulli kurang baik sehingga mudah tercemar hama seperti alfatoxin sebagai penyebab ditolaknya pala Indonesia masuk dipasar eropah. Dengan demikian penaganan pascapanen pla memerlukan alat dan pelatihan teknis dan kelembagaan.

5.2. Sertifikasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Serifikasi perusahaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang lebih dikenal dengan Indonesian Susitanable Palm Oil (ISPO) sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) masih terkendala karena belum semua perusahaan kelapa sawit dilakukan penilaian uasaha perkebunanannya sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan yang menjadi syarat dalam pengajuan sertifikasi ISPO.

(14)

10

5.3. Penilaian Usaha Perkebunan

Pelaksanaan penilaian usaha perkebunan Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan belum seluruhnya dapat dilakukan pada tahun 2012, karena : 1) Masih terdpat kabupaten yang belum melaksanakaannya karena belum tersedianya pendanaan, 2) Masih terdapat kabupaten yang belum memiliki petugas penilai bersertifikat sehingga tidak proporsional dengan jumlah perusahaan/kebun yang harus dinilai, dan 3) Pelaksanaan penilaian usaha belum dilakukan serempak secara nasional sehingga kesulitan penghimpunan data informasi yang akurat.

5.4. Penanganan kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan

Eskalasi kasus sengketa lahan antara perusahaan perkebunan dan masyarakat disekitar perkebunan cenderung terus meningkat, baik akibat adanya saling kalim kepemilikan lahan, maupun karena perambahan dan penyerobotan lahan oleh perusahaan. Sementara dalam upaya penyelesaiannya sering terjadi konflik yang berkepanjangan, dan tidak jarang diikuti aksi unjuk rasa yang diikuti dengan pendudukan dan pengerusakan lahan dan asset perusahaan, serta tindakan anarkis lainnya.

Dari tahun ke tahun jenis kasus sengketa penyebab gangguan usaha dan konflik perkebunan yang terjadi banyak terjadi dapat dibagai dalam 2 (dua) kelompokkan yaitu : 1) Lahan dan 2) Non lahan.

1. Lahan :

a. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/ masyarakat.

b. Belum selesainya penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di Provinsi/Kabupaten.

c. Okupasi / penyerobotan lahan oleh Masyarakat.

d. Tumpang tindih lahan antara perkebunan dengan kawasan hutan. e. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan. f. Terjadinya tumpang tindih lahan karena izin baru.

g. Proses penerbitan HGU tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. h. Tuntutan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses HGU

(15)

11 i. Belum dilakukannya ganti rugi lahan dan atau ganti rugi tanam tumbuh

tetapi perusahaan sudah operasional.

j. Tanah masyarakat yang diambil alih perusahaan.

k. Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank.

l. Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan tidak dipenuhi perusahaan.

m. Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan ganti rugi perusahaan.

n. Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/ perpanjangan.

o. Terhadap HGU yang diperpanjang, masyarakat menuntut pengembalian kembali lahannya.

p. Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai.

q. Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon petani peserta oleh Bupati.

r. Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma minimal 20 % dari areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No. 26 Th.2007). s. Lahan yang ditelantarkan oleh perusahaan.

t. Pembangunan kebun melebihi areal yang diizinkan.

2. Non Lahan :

a. Petani tidak mampu dan atau tidak ada keinginan membayar / melunasi kredit

b. Penetapan harga TBS Kelapa Sawit tidak sesuai keinginan petani

c. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit karena dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum)

d. Pengerusakan tanaman dan aset perkebunan e. Penjarahan dan pencurian produksi

f. Petani Ingin ikut serta sebagai peserta plasma g. Keterlambatan konversi kebun petani plasma

h. Banyak LSM dan pihak ketiga Lainnya (oknum) yang memanfaatkan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan

(16)

12

BAB VI

KEBIJJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan

Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2011-2014. Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah : “ mensinergikan seluruh

sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktifitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik ”.

Adapun kebijakan teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu : “ meningkatkan

produksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan, dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan ”.

Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dibagi berdasarkan 2 (dua) ruang lingkup kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan pascapanen dan kegiatan pembinaan usaha, maka kebijakan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan usaha terdir dari : (1) Kebijakan penanganan pascapanen dan (2) Kebijakan

pembinaan usaha.

a. Arah Kebijakan Penanganan Pascapanen

Meningkatkan mutu berbasis kegiatan pascapanen melalui perbaikan sistem penanganan pascapanen dengan penerapan teknologi tepat guna dan fasilitasi alat pascapanen di pedesaan

b. Arah Kebijakan Pembinaan Usaha Perkebunan

Meningkatkan investasi dan iklim usaha yang kondusif dengan pengembangan kelembagaan dan kemitraan di bidang usaha perkebunan yang berkelanjutan

(17)

13 melalui Rekomendasi Teknis (Rekomtek), penilaian usaha perkebunan, sosialisasi, penerapan, pembinaan pembangunan perkebunan berkelanjutan, pengelolaan SDA dan lingkungan hidup serta penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.

6.2. Strategi

Strategi umum pembangunan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2011-2014 merupakan bagian dari strategi khusus pembangunan perkebunan yang meliputi :

(1) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan;

(2) Pengembangan komoditas;

(3) Peningkatan dukungan terhadap system ketahanan pangan; (4) Investasi usaha perkebunan;

(5) Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan; (6) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);

(7) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha;

(8) Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Dari delapan strategi umum Direktorat Jenderal Perkebunan, strategi yang sangat terkait dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah :

(1). Peningkatan produksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan,

(2). Investasi usaha perkebunan,

(3). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha, dan

(4). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Mengingat ruang lingkup kegiatan pascapanen dan ruang lingkup kegiatan pembinaan usaha berbeda maka penetapan strategi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dibagi dua yaitu : (1) Strategi penanganan pascapanen dan (2) Strategi pembinaan usaha.

Selain mengacu kepada Strategi Direktorat Jenderal Perkebunan, penetapan strategi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha juga

(18)

14 mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi lingkup Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Untuk menetapkan strategi tersebut diperlukan pencermatan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Pencermatan lingkungan strategis dilaksanakan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Theart).

Pencermatan faktor lingkungan dibagi 2 (dua), yaitu :

1) Pencermatan Lingkungan Internal (PLI) dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan adalah kondisi internal, sumberdaya organisasi, yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman.Kelemahan adalah kondisi internal organisasi yang dapat mempersulit organisasi memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman, dan

2) Pencermatan Lingkungan Ekternal (PLE) adalah untuk memperoleh informasi mengenai peluang dan ancaman. Peluang adalah kondisi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan strategis organisasi dengan kekuatan yang dimiliki. Sedangkan ancaman adalah kondisi eksternal yang dapat mempersulit tercapainya tujuan strategis organisasi.

Karena kondisi dan situasi penanganan pasaca panen dan pembinaan usaha berbeda terutama pengaruh faktor eksternal maka pencermatan faktor lingkungan dibagi dua yaitu : (1) pencermatan factor lingkungan pasca panen dan (2) pencermatan faktor lingkungan pembinaan usaha.

(19)

15

BAB VII

PROGRAM DAN KEGIATAN 7.1. Program

Hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor SE-18448/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor 0142/M.PPN./06/2009 tanggal 19 Juni 2009, yang mengamanatkan setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator unit Eselon II adalah output. Berdasarkan restrukturisasi resebut ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010 – 2014 adalah: “Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”.

7.2. Kegiatan

Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha yang merupakan cerminan dari tugas pokok dan fungsi adalah “Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha” yang dimaksudkan untuk melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen dan pembinaan usaha yaitu penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan

penangaanan konflik.

a. Fokus Kegiatan yang terkait dengan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2011-2012

Berdasarkan skala prioritas, agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada secara komprehensif, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan sebagai berikut :

(20)

16 (2) Swasembada gula nasional

(3) Penyedian bahan tanaman sumber bakar nabati (bio-energi) (4) Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional (5) Pengembangan komoditas ekspor

(6) Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri (7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan

Fokus kegiatan yang terkait dengan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha yaitu pada nomor (3) Penyedian bahan tanaman sumber bakar nabati

(bio-energi) dan nomor (7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.

Fokus kegiatan Penyediaan bahan tanaman sumber bakar nabati adalah mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pascpanen tanaman sumber bakar nabati (bio-energi/biofuel).

Fokus kegiatan dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan (GUKP).

7.3. Keluaran (Output)

Sesuai dengan restrukturisasi program dan kegiatan, indicator kinerja yang harus dipertanggungjawabkan unit eselon II adalah output kegiatan. Output dan komponen kegiatan yang merupakan penjabaran dari kegiatan dukungan pascapanen dan pembinaan usaha adalah sebagai berikut :

1. Terlaksananya Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan, komponen dari Output ini terdiri dari :

a. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman semusim,

b. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, c. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman tahunan, dan

(21)

17 2. Terfasilitasinya Bimbingan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan, Komponen

dari output ini terdiri dari :

a. Terlaksananya pembinaan usaha perkebunan dan terfasilitasinya penilaian usaha perkebunan,

b. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi dan bimbingan teknis dan penilaian PIR-BUN dan PIR-TRANS/KKPA,

c. Terlaksanya kegiatan pembangunan perkebunan berkelanjutan untuk kelapa sawit (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO),

d. Terlaksanya kegiatan pembangunan perkebunan berkelanjutan untuk Kakao (Indonesian Sustainable Cacao /ISCacao), dan

e. Terlaksananya pemberian rekomendasi teknis perkebunan.

3. Terfasilitasinya pencegahan dan penanganan Gangguan Usaha Perkebunan, komponen dari output ini terdiri dari :

a. Terlaksananya inventarisasi dan identifikasi serta fasilitasi penangan gangguan usaha dan konflik perkebunan,

b. Terlaksananya fasilitasi penyelesaian masalah/kasus BUN dan PIR-TRANS/KKPA.

(22)

18

BAB VIII

RENCANA KERJA TAHUN 2013

8.1. Pascapanen

Anggaran kegiatan penanganan pascapanen komoditas perkebunan untuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 16.130.829.000 yang yang dibagi menjadi 3 kegiatan, yaitu :

No Kegiatan Utama Provinsi/

Kabupaten Anggaran (Rp.) 1 Penanganan Pascapanen Tanaman Semusim 6 Provinsi/ 10 Kabupaten 1.734.040.000 2 Penanganan Pascapanen

Tanaman Rempah dan Penyegar

12 Prov/ 16 Kabupaten 6.277.586.000 3 Penanganan Pascapanen Tanaman Tahunan 9 Provinsi/ 22 Kabupaten 8.119.203.000 TOTAL 16.130.829.000

8.2. Bimbingan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan

Anggaran kegiatan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan untuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 7.555.842.000 yang yang dibagi menjadi 4 kegiatan, yaitu :

No Kegiatan Utama Provinsi Anggaran

(Rp.)

1 Pembinaan Usaha Perkebunan 31 Provinsi 3.033.444.000

2 Penilaian Usaha Perkebunan 17 Provinsi 808.450.000

3

Monitoring dan Evaluasi

Penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO)

21 Provinsi 2.883.473.000

4

Sosialisasi Pedoman ISPO pada Perkebunan Kelapa Sawit Pola Plasma dan Swadaya

21 Provinsi 830.475.000

(23)

19

8.3. Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan

Anggaran kegiatan gangguan Usaha dan konflik perkebunan untuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 4.622.963.000 yang yang dibagi menjadi 5 kegiatan,yaitu :

No Kegiatan Utama Provinsi Anggaran

(Rp.) 1

Fasilitasi, Inventarisasi, dan

Identifikasi serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan

24 Provinsi 1.152.300.000

2

Fasilitasi, Inventarisasi, dan

Identifikasi serta Penanganan Kasus Konflik Usaha Perkebunan

22 Provinsi 1.083.000.000

3

Pertemuan Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan

22 Provinsi 998.213.000

4

Pemantauan, Pengawasan, dan Fasilitasi Penyelesaian masalah PIR-TRANS/KKPA

15 Provinsi 641.300.000

5

Pemantauan, Pengawasan, dan Fasilitasi Penyelesaian masalah PIR-BUN

19 Provinsi 748.150.000

(24)

20 Matrik Rencana Kinerja Tahunan

Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2013

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui dukungan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan

Terlaksananya Penanganan Pascapanen Komoditas

Perkebunan 120 Kelompok

- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan

pascapanen sesuai GHP tanaman tanaman semusim 19 Kelompok

- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan

pascapanen sesuai GHP tanaman rempah dan penyegar 45 Kelompok

- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan

pascapanen sesuai GHP tanaman tahunan 56 Kelompok

Terfasilitasinya Bimbingan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan

- Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak

mengajukan permohonan sertifikat ISPO. 250 Perusahaan

Terfasilitasinya pencegahan dan penanganan Gangguan Usaha Perkebunan

- Jumlah perusahaan perkebunan yang ditangani kasus

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembelajaran terpadu tersebut dapat menciptakan pemahaman yang utuh oleh siswa dalam mempelajari suatu pelajaran baik dari segi keilmuan sains dan juga

Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan penunjang untuk penelitian- penelitian linguistik historis komparatif selanjutnya, yakni berupa

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini di gunakan analisis data secara deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif yang menyajikan data bukan berupa data

c. Menerapkan secara optimal Surat Jaksa Agung RI Nomor: B-012/A/Cu.2/01/2013 tentang Pedoman Penyelesaian dan Kebijakan Akuntansi atas Piutang Negara Uang Pengganti

6. Mouseun hareket ettirilmesi suretiyle parçanın döndürülmesini sağlayan komuttur. Komut ikonunu tıklayıp, mouseun sol tuşunu basılı tutarak mouseu hareket ettirdiğimizde

Pada black box testing, cara pengujian hanya dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul, kemudian diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan

Upaya diversifikasi pangan berbasis pangan lokal akan member imbas terhadap ketersediaan bahan pangan lokal tersebut. Kondisi seperti ini tentu memiliki peranan

Keterampilan berbicara yang masih rendah disebabkan faktor internal dalam diri siswa BIPA, yaitu (1) siswa BIPA kurang aktif dalam pembelajaran berbicara karena metode yang