• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN: AGRINEÇA, VOL., 10 NO. 2 JULI 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN: AGRINEÇA, VOL., 10 NO. 2 JULI 2010"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

151 PENGARUH MACAM VARIETAS DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays.)

THE RESEARCH ABOUT CORN VARIETY AND DOSAGE OF NPK FERTILIZER ON CORN ( Zea mays )

Moh. Ruin1, Teguh Supriyadi2, Tyas Soemarah KD3

ABSTRACT

The research aim to know influence of corn variety and dosage of NPK fertilizer on corn. Research was conducted since February until Juny 2008 in Kedokan Sayang Village, Sub District Tarub, District Tegal, Central Java, Altitude 25 meters from sea surface with soil type alluvials, in the Laboratory of Agriculture Faculty, Tunas Pembangunan University. Temperature 29 – 32 º C. Research used the factorial with based pattern RCBD (Randomized Completely Block Design) consist of 2 treatment factor with 3 times restating. Results of research indicates that : (1) Treatment Variety of Corn was very significant to number of rows per cob and significant to number of seed per cob, non significant to hight plant, weight fresh of plant, weight dry of plant, weight dry of minner per plant, weight dry of minner per plot and weight dry of minner per 100 seeds. (2) Dosage of NPK fertiliser was non significant to all parameter observation object. (3) Interaction between variety of corn and dosage of NPK fertilizer was significant to hight plant. (4) Highest dry minner seeds weight 4,57 Kg/plot (9,777 ton/Ha) obtained by treatment of V1D1 this is combination treatment of Variety Corn P21 and dosage of NPK fertilizer 200 Kg/Ha and lowest dry minner seeds weight 1,87 Kg/plot (3.32 ton/Ha) obtained at treatment of V2D2 this is combination of Variety Corn Bisi2 and dosage of NPK fertilizer 400 Kg/Ha.

Key words : Corn, variety, dosage of NPK fewretiliser.

1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fak. Pertanian, Univ. Tunas Pembangunan Surakarta

2

Staff Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

3

(2)

152 PENDAHULUAN

Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri makanan ternak maka kebutuhan terhadap jagung senantiasa akan bertambah jagung dikomsumsi masyarakat bisa dalam bentuk makanan pokok serta untuk bahan baku pembuatan minyak. Sedangkan bagi industri makanan ternak jagung dibutuhkan sebagai campuran konsentrat. Menurut Warisno (2005) jagung banyak sekali gunanya. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbegai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak. Batang dan daun tanaman yang sudah tua (setelah panen) dapat digunakan untuk pupuk kompos.

Untuk memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat, pemerintah terus berusaha melakukan berbagai upaya. Produksi jagung tahun 2004 meningkat dibandingkan tahun 2003 sebesar 4 persen yaitu 11,35 juta ton dengan luas lahan pertanaman yaitu 3,5 juta hektar. Pada tahun 2005 pemerintah menargetkan produksi sebesar 12, 25 juta ton. Pemerintah menargetkan produksi sebesar 12, 25 juta ton pada tahun 2005, saat ini

lahan jagung seluas 3,5 juta hektar, kenyataan di tingkat lapangan produksi nasional menembus angka 11,35 juta ton pada tahun 2004 atau naik sebesar 4% dari angka produksi tahun 2003 (Anonim, 2006).

Upaya swasembada jagung dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: dengan cara menaikkan produktivitas (intensifikasi) dan menambah luas areal tanam (ekstensifikasi). Untuk meningkatkan produksi di tingkat petani maka pilihan yang tepat adalah intensifikasi, yaitu menggunakan teknologi yang tepat guna. Salah satu teknologi yang dapat dipakai dalam peningkatan produksi yaitu penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk banyak memiliki aspek yang perlu diketahui oleh petani seperti jenis, dosis, cara dan waktu pemupukan.

Dalam hal memilih jenis pupuk maka masyarakat petani diberi pilihan untuk bisa menggunakan jenis pupuk anorganik dan pupuk organik. Salah satu jenis pupuk anorganik yang penggunaannya dirasakan lebih efesien ialah pupuk majemuk NPK. Penggunaan pupuk majemuk NPK lebih efesien waktu dan tenaganya karena dengan sekali

(3)

153 pemberian tanaman bisa mendapatkan tiga

macam unsur hara yaitu Nitrogen, Phospat dan Kalium. Pemberiaan pupuk NPK untuk setiap tanaman berbeda-beda tergantung karakter tanaman, kondisi lahan dan faktor lingkungan. Menurut Fauziyati et al. (1993) pemberian pupuk NPK secara bersama-sama akan memberikan hasil jagung yang lebih baik.

Dari uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh dosis pupuk NPK dan macam – macam varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Diharapkan dari penelitian ini dapat membantu petani dalam menentukan dosis pupuk NPK serta varietas jagung yang tepat.

Tujuan penelitian yaitu :(1).Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.(2).Untuk mengetahui potensi pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung yang diteliti.(3).Untuk mengetahui pengaruh interaksi perlakuan dosis pupuk NPK dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Diduga perlakuan dosis pupuk NPK 400 kg/ha pada varietas P21 memberikan hasil tertinggi diantara perlakuan yang ada.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Kedokan Sayang, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada ketinggian tempat  50 dpl dengan jenis tanah grumosol. Waktu penelitian dilaksankan pada tanggal 23 Pebruari 2008 sampai dengan tanggal 7 Mei 2008. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan metode faktorial, terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan 3 kali ulangan. Faktor I adalah varietas, terdiri dari 3 taraf: yaitu V1:Varietas P21, V2:Varietas Bisi 2, V3:Varietas P7. Faktor II adalah dosis pupuk, terdiri dari 4 taraf: D0: 0kg/ha, D1:200 kg/ha; D2 : 400 kg/ha; D3: 600 kg/ha.

Pengamatan meliputi : Tinggi tanaman, Berat basah brangkasan, Berat kering brangkasan, Jumlah baris per tongkol, Jumlah biji per baris, Berat pipilan kering per tanaman dan Berat per 100 biji. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (ANOVA). Pada parameter yang mempunyai pengaruh, maka analisisnya dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%.

(4)

154 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam parameter pertumbuhan menunjukkan bahwa perlakuan Varietas (V) dan perlakuan Dosis (D) berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan, sedangkan kombinasi perlakuan Varietas

dan Dosis (VxD) berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman sehingga dilanjutkan uji jarak berganda Duncan 5%. Adapun rangkuman pengamatan parameter pertumbuhan tanaman jagung tersaji pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil uji jarak berganda Duncan 5%.

Perlakuan Parameter Pertumbuhan (Treatment) Tinggi Tanaman (cm) Berat Basah Brangkasan (g) Berat Kering Brangkasan (g) V1 V2 V3 194,68 195,00 193,27 182,22 168,93 173,24 124,40 118,93 121,70 D0 D1 D2 D3 193,31 194,13 196,33 193,49 172,52 177,37 172,78 176,52 119,38 120,58 122,80 123,96 V1D0 V1D1 V1D2 V1D3 V2D0 V2D1 V2D2 V2D3 V3D0 V3D1 V3D2 V3D3 189,53 b 193,47 ab 199,27 a 196,47 a 195,93 a 194,53 a 195,33 a 194,20 a 194,47 a 194,40 a 194,40 a 199,80 a 181,30 192,80 173,23 181,53 163,30 170,43 167,63 174,37 172,97 168,87 177,47 173,67 122,00 122,20 126,00 127,40 114,53 120,93 117,80 122,47 121,60 118,60 124,60 122,00

Keterangan : Dalam satu kolom pada tiap perlakuan, angka yang diikuti huruf sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Pada tabel 1 perlakuan Dosis pupuk NPK pada semua taraf

menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter

(5)

155 pertumbuhan. Perlakuan Varietas pada

semua taraf juga menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter pertumbuhan. Kombinasi perlakuan Dosis pupuk NPK dan Varietas pada sidik ragam menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman tetapi berbeda tidak nyata pada parameter berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering.

Perlakuan V1D0 menunjukkan tinggi tanaman terrendah berbeda tidak nyata terhadap V1D1, tetapi berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan.Tinggi tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan V1D2 yaitu 199,27cm, sedangkan terrendah pada perlakuan V1D0 yaitu 189,53cm. Ketika pada Varietas V1 dinaikkan dosisnya dari D0 menjadi D2 terjadi peningkatan tinggi tanaman secara significan. Hal ini menunjukkan bahwa Varietas V1 memberikan respon yang lebih baik dibanding Varietas V2 dan V3. Dengan ditingkatnya Dosis pupuk NPK maka ketersediaan unsur hara didalam tanah bertambah sehingga bisa digunakan untuk perbaikan pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwijo Seputro (1990) yang menyatakan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman membutuhkan kebutuhan hidup yaitu unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang yang cukup tersedia. Dijelaskan oleh Mulizar (2004) bahwa unsur N, P, dan K dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Nitrogen mempunyai peranan penting bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan membuat tanaman menjadi lebih hijau karena merupakan bahan penyusun klorofil yang penting dalam fotosintesis. Unsur P dapat meningkatkan laju fotosintesis dan merangsang pembentukan daun baru yang menyebabkan berat kering tanaman bertambah, selain itu unsur P diperlukan untuk merangsang pertumbuhan akar, pembentukan bunga dan buah. Kalium mempunyai peranan penting terhadap peristiwa fisiologis tanaman, diantaranya yaitu pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis, respirasi, pembentukan pati dan protein. Menurut Gardner et al., (1991) bahwa semakin banyak hasil asimilasi yang dihasilkan berarti semakin banyak pula asimilat yang dibagikan pada akar dan daun. Daun yang menjadi daerah pembagian asimilat akan memanfaatkannya untuk pemanjangan

(6)

156 dan pelebaran daun sehingga tanaman

jagung akan mengalami peningkatan tinggi tanaman. Pada saat tanaman memasuk fase reproduktif sebagian hasil asimilasi diangkut kebunga dan biji sebagai daerah pemanfaatan reproduksi dan membatasi pembagian hasil asimilasi untuk pertumbuhan tinggi tanaman.

Menurut hasil penelitian Sutejo (2002) bahwa pemupukan nitrogen secara nyata dapat memperbaiki pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Dengan meningkatnya dosis unsur hara nitrogen yang diberikan diikuti dengan makin tinggi tanaman yang dihasilkan. Hal ini disebabkan dengan pemberian unsur hara nitrogen dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara nitrogen, sehingga kebutuhan unsur hara tersebut selama fase vegetatif tanaman dapat terpenuhi dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih tinggi. Seperti dikemukakan juga oleh Mulyani dan Kartasapoetra (1986), unsur nitrogen diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, daun dan akar.

Perlakuan Dosis pupuk NPK dan Varietas serta kombinasinya berbeda tidak nyata pada parameter berat basah

brangkasan dan berat kering brangkasan. Hal ini menunjukkan bahwa semua Varietas mempunyai potensi pembentukan organ vegetatif yang sama dan penambahan hara pada tanah hanya menyebabkan penambahan tinggi tanaman pada Varietas V1. Berat basah brangkasan tertinggi dicapai oleh perlakuan V1D1 (192,80g), sedangkan terrendah oleh perlakuan V2D0 (163,30g). Berat kering brangkasan tertinggi dicapai oleh perlakuan V1D3 (127,40g), sedangkan terrendah oleh perlakuan V2D0 (114,53g). . Hasil sidik ragam parameter hasil tanaman menunjukkan bahwa perlakuan Varietas (V) berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah baris per tongkol dan berpengaruh berbeda nyata terhadap parameter jumlah biji per tongkol, tetapi berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter hasil yang lain. Perlakuan Dosis (D) dan kombinasi perlakuan Varietas dan Dosis (VxD) berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter hasil. Uji jarak berganda Duncan 5% dilakukan pada perlakuan Varietas (V). Adapun rangkuman pengamatan parameter hasil jagung tersaji pada tabel 2 dibawah ini.

(7)

157 Tabel 2. Uji jarak berganda Duncan 5%

Keterangan :Dalam satu kolom pada tiap perlakuan, angka yang diikuti huruf sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan.

Pada tabel 2 perlakuan Dosis pupuk NPK pada semua taraf menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter hasil tanaman jagung. Perlakuan Varietas pada menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah baris per tongkol dan berbeda nyata terhadap jumlah biji per tongkol.

Pada tanaman dari kultivar teradaptasi yang diairi dan dipupuk dengan baik, jumlah biji merupakan fungsi laju fotosintesis atau pasokan hasil asimilasi (Gardner et al., 1991).

Menurut Suprapto (1996) biji jagung merupakan biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10 sampai 14 baris,

Perlakuan Parameter Pertumbuhan

(Treatmen t) Jumlah Baris Per Tongkol (buah) Jumlah Biji Per Tongkol (buah) Berat Pipilan Kering Per Tanaman(g) Berat Pipilan Kering Per Petak(kg) Berat 1000 Biji (g) V1 V2 V3 16,47a 12,38c 15,58b 510,17a 476,10b 477,40b 136,79 94,59 116,46 4,11 2,63 3,50 27,79 20,54 20,96 D0 D1 D2 D3 14,76 15,31 14,33 14,84 481,58 501,51 487,42 481,04 116,40 124,90 106,64 115,84 3,49 3,76 2,92 3,48 22,11 22,56 23,72 24,00 V1D0 V1D1 V1D2 V1D3 V2D0 V2D1 V2D2 V2D3 V3D0 V3D1 V3D2 V3D3 16,27 16,93 16,00 16,67 12,00 12,67 12,00 12,87 16,00 16,33 15,00 15,00 513,87 527,73 510,00 489,07 456,93 478,47 495,20 473,80 473,93 498,33 457,07 480,27 151,03 151,83 124,67 119,63 90,27 105,67 89,73 92,70 107,90 117,20 105,53 135,20 4,53 4,57 3,73 3,60 2,70 3,17 1,87 2,77 3,23 3,53 3,17 4,06\7 26,67 26,83 29,00 28,67 17,17 21,67 20,00 23,33 22,50 19,17 22,17 20,00

(8)

158 sedangkan setiap tongkol terdiri

kurang 200 sampai 400 butir. Sedangkan menurut Rahmat Rukmana (1997) pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 sampai 20 baris biji per tongkol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas P21 (V1) menghasilkan Jumlah Baris Per Tongkol yang tertinggi (16,47 baris) berbeda sangat nyata dibanding Varietas P7 (V3) dan Varietas Bisi 2 (V2) yang menghasilkan Jumlah Baris Per Tongkol terrendah (12,38 baris). Jumlah Biji Per Tongkol tertinggi dicapai oleh Varietas P21 (V1) yaitu sebanyak 510,17 butir berbeda nyata dibanding Varietas P7 (V3) dan Varietas Bisi 2 (V2) yang menghasilkan Jumlah Biji Per Tongkol terrendah yaitu 476,10 butir. Hal ini menunjukkan bahwa Varietas P21 (V1) mempunyai sifat genetik yang lebih baik dibanding Varietas P7 (V3) dan Varietas Bisi 2 (V2). Sejalan dengan pendapat ini, Rahmat Rukmana (1997) menyatakan bahwa

biji jagung mempunyai bentuk, jumlah, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya.

Kombinasi perlakuan Dosis pupuk NPK dan Varietas pada sidik ragam menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata pada semua parameter hasil tanaman jagung. Jumlah baris pertongkol tertinggi dicapai oleh kombinasi perlakuan V1D1 (16,93 baris), terrendah oleh V2D2 dan V2D0 (12 baris). Jumlah biji pertongkol tertinggi dicapai oleh kombinasi perlakuan V1D1 (527,73 butir), terrendah oleh V2D0 (456,93 butir). Berat pipilan kering per tanaman tertinggi dicapai oleh kombinasi perlakuan V1D1 (151,83g), terrendah oleh V2D2 (89,73g). Berat pipilan kering per petak tertinggi dicapai oleh kombinasi perlakuan V1D1 (4,57kg), terrendah oleh V2D2 (1,87kg). Berat 1000 biji tertinggi dicapai oleh kombinasi perlakuan V1D2 (29kg), terrendah oleh V2D0 (17,17kg). Hasil pengamatan terhadap semua parameter disajikan pada tabel 3 sebagai berikut :

(9)

159 Tabel 3 Rangkuman Hasil Penelitian

Parameter Sumber Keragaman (SV) Nilai V D V x D Tertinggi Terendah 1. Tinggi Tanaman (cm) ns ns * 199.27 (V1D2) 189.53 (V1D0) 2. Berat Basah Brangkasan

(g)

ns ns ns 192.80

(V1D1)

163.30 (V2D0) 3. Berat Kering Brangkasan

(g)

ns ns ns 127.40

(V1D3)

114.53 (V2D0) 4. Jumlah Baris per Tongkol

(baris)

** ns ns 16,93

(V1D1)

12,00 (V2D2)/(D2D0) 5. Jumlah Biji per Tongkol

(butir)

* ns ns 527,73

(V1D1)

456,93 (V2D0) 6. Berat Pipilan Kering per

tanaman (g)

ns ns ns 151,83

(V1D1)

89,73 (V2D2) 7. Berat Pipilan Kering per

petak (kg) ns ns ns 4,57 (V1D1) 1,87 (V2D2) 8. Berat 100 biji (g) ns ns ns 29,00 (V1D2) 17,17 (V2D0) KESIMPULAN

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan : (1) Perlakuan Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah baris per tongkol dan berpengaruh nyata terhadap parameter

jumlah biji per tongkol tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,berat basah brangkasan, berat kering brangkasan, berat pipilan kering per tanaman, berat pipilan kering per petak dan berat 100 biji. (2) Perlakuan Dosis pupuk NPK tidak berpengaruh

(10)

160 berbeda tidak nyata terhadap semua

parameter pengamatan. (3) Kombinasi perlakuan Varietas dan Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata hanya pada parameter tinggi tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata tehadap varietas. (4) Berat pipilan kering per petak tertinggi dicapai pada perlakuan V1D1 sebesar 4,57kg atau 8,12 ton per hektar dan terrendah pada perlakuan V2D2 sebasar 1,87kg atau 3,32 ton per hektar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Agribisnis Jagung.

Informasi dan Peluang. Departemen Pertanian. Jakarta.

Atmojo, 2004. Dasar nutrisi tanaman. Cetakan kedua. Jakarta. Rineka Cipta.

Burhaman, B., N. Hasan, F. Kasim, dan M. Ali. 1998. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Usahatani Jagung di Sumatera Barat. Dalam Proseding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lain. Hal 660-673.

Donahue, R. L., R. W. Miller, dan J. C. Shickluna. 1977. Soils. An introduction to soils and plant growth. 4th. Interlino Printing Co., Inc. Quezon. Philippines.

Effendi, S. 1985. Bercocok Tanam Jagung. Cetakan ke-7. Jakarta. CV Yasaguna.

Fauziati, N. dan R. S. Simatupang. 1993. Skrining kendala keharaan pada tanaman jagung di tanah podsolik merah kuning Kalimantan Selatan dalam Prosiding Hasil Penelitian Jagung, Balittan Baru. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, 1993. 151:77-86.

Gardner, F. P., Pearce, R. B., dan Mitchell, R. L., 1991. Physiology of Crop Plants. Terjemahan oleh Herawati Susilo. Fisiologi Tanaman Budidaya. Pendamping: Subianto. UI-Press. Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Marschener, H. 1985. Mineral nutrition of higher plants. Academic Press. Harcourt Brace Jovanovich, Publisher. London.

Moentono,1998. Efektifitas SP-36 dan TSP pada Tanamn Jagung di Lahan Pasang Surut Sulfat Masam, dalam Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia Lain, 1999).

Rinsema, W. T., 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Rukmana, R. 2003. Usaha tani jagung. Cetakan ke-6. Kanisius. Yogyakarta.

(11)

161 Sihombing, S. M. dan B. Guritno. 1987.

Analisis pertumbuhan tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Soepardi, G. 1983. Masalah kesuburan tanah di Indonesia. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Suprapto. 1985 Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya

Sutejo, 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta. Rineka Cipta. Burhaman, B., N. Hasan, F. Kasim, dan M. Ali. 1998. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif Usahatani Jagung di Sumatera Barat. Dalam Proseding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lain. Hal 660-673.

Warisno, 2005. Budidaya jagung hibrida. Kanisius. Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. Hasil uji jarak berganda Duncan 5%.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian kerjasama yang dilakukan pabrik gula Gempolkrep dengan petani tebu dalam perspektif hukum Islam dinyatakan sah sebab telah sesuai dengan syarat

Setelah dilakukan percobaan untuk menyelipkan perlombaan olah raga pada Muktamar ke II, dengan bertujuan untuk lebih memeriahkan pegelaran Muktamar, maka dalam rangkaian

Dalam bab ini akan dibahas mengenai contoh penggunaan model regresi logistik 2-level dengan random intercept pada data survei mengenai penggunaan hak memilih pada saat pemilu

Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat

Proses transaksi terjadi ketika Pelanggan melakukan pemesanan barang secara lisan kepada bagian penjualan, kemudian bagian penjualan mencatat pesanan yang akan

Ayat ini menceritakan tentang orang-orang yang mengambil berhala- berhala sebagai teman sekutunya, teman yang tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka sedikitpun, tidak

quadrotor dalam anggota swarm. Desain sistem pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan, yaitu inisialisasi posisi sebagai input dan posisi selanjutnya merupakam

pengaruh budaya organisasi secara parsial terhadap keinginan berpindah kerja ( turnover intention ) pada PT. Alas Watu Emas. 4) Untuk.. mengetahui dan