PENGARUH SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(SMK3) PERUSAHAAN TERHADAP EFEKTIVITAS
PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
STUDI KUANTITATIF EKSPLANATIF DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh: Julyo Sechar
103116014
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERTAMINA
JULI 2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Sertifikasi Kompetensi dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan terhadap Efektivitas Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT Pertamina (Persero)
Nama Mahasiswa : Julyo Sechar Tua Amang
Nomor Induk Mahasiswa : 103116014
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir : 30 Juni 2020
Jakarta, 14 Juli 2020 MENGESAHKAN,
Pembimbing
Hesti Maheswari, S.E., Msi NIP. 119007
MENGETAHUI,
Ketua Program Studi Manajemen
Arif Murti R, Ph.D NIP. 116124
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Pengaruh iSertifikasi iKompetensi idan iSistem iManajemen iKeselamatan idan iKesehatan iKerja iPerusahaan iterhadap iEfektivitas iPencegahan iKecelakaan iKerja idi iPT iPertamina i(Persero) ini adalah ibenar-benar imerupakan ihasil ikarya isaya isendiri idan itidak imengandung imateri iyang iditulis ioleh iorang ilain ikecuali itelah idikutip isebagai ireferensi iyang isumbernya itelah idituliskan isecara ijelas isesuai idengan ikaidah ipenulisan ikarya iilmiah.
Apabila ikemudian ihari iditemukan iadanya ikecurangan idalam ikarya iini, isaya ibersedia imenerima isanksi idari iUniversitas iPertamina isesuai idengan iperaturan iyang iberlaku.
Demi ipengembangan iilmu ipengetahuan, isaya imenyetujui iuntuk imemberikan ikepada iUniversitas iPertamina ihak ibebas iroyalti inon ieksklusif i(non-exclusive iroyalty-free iright) iatas iTugas iAkhir iini ibeserta iperangkat iyang iada. iDengan ihak ibebas iroyalti inon ieksklusif iini iUniversitas iPertamina iberhak imenyimpan, imerawat, idan imempublikasikan iTugas iAkhir isaya iselama itetap imencantumkan inama isaya isebagai ipenulis iatau ipencipta idan isebagai ipemilik iHak iCipta. i
Demikian ipernyataan iini isaya ibuat idengan isebenarnya.
Universitas Pertamina - i
ABSTRAK
Julyo Sechar. 103116014. Pengaruh Sertifikasi Kompetensi dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Efektivitas Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT Pertamina (Persero)
Penelitian iini ibertujuan iuntuk imenganalisis ipengaruh ivariabel isertifikasi ikompetensi i(X1) idan ivariabel isistem imanajemen ikeselamatan idan ikesehatan ikerja i(X2) iterhadap ipencegahan ikecelakaan ikerja i(Y) idi iPT iPertamina i(Persero). iSampel idiperoleh idengan iteknik ipurposive isampling, idan idipilih i78 iresponden isebagai isampel. iSedangkan ianalisis idata iyang idigunakan idalam ipenelitian iini imeliputi: iuji ikualitas idata, iuji iasumsi iklasik, ianalisis iregresi ilinier iberganda idan iuji ihipotesis. iHasil iuji isignifikan iparsial i(uji-t) idari ianalisis idan ipembahasan ipenelitian iini imenunjukkan ibahwa: i1) isertifikasi ikompetensi, imenunjukkan inilai isebesar i0,713 iyang imana ihasil itersebut ilebih ibesar idari i0,05. iDengan idemikian iberarti ibahwa isertifikasi ikompetensi itidak iberpengaruh iterhadap ipencegahan ikecelakaan ikerja isecara iparsial. i2) iSistem imanajemen ikeselamatan idan ikesehatan ikerja imenunjukkan inilai isignifikan isebesar i0,003 iyang imana ihasil itersebut ilebih ikecil idari i0,05. iDengan idemikian iberarti ibahwa isistem imanajemen ikeselamatan idan ikesehatan ikerja iberpengaruh iterhadap ipencegahan ikecelakaan ikerja. iKemudian, ihasil iuji isignifikan isimultan i(uji-F) imenunjukkan ibahwa inilai isignifikan iyang ididapat iadalah i0,000 iyang imana ilebih ikecil idari i0,05. iDapat idiartikan ibahwa ivariabel iindependen isertifikasi ikompetensi i(X1) idan isistem imanajemen ikeselamatan idan ikesehatan ikerja i(X2) isecara isimultan iatau ibersama-sama iberpengaruh iterhadap ivariabel idependen ipencegahan ikecelakaan ikerja i(Y) idi iPT iPertamina i(Persero).
Kata Kunci: Sertifikasi Kompetensi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pencegahan Kecelakaan Kerja
Universitas Pertamina - ii
ABSTRACT
Julyo Sechar. 103116014. The Influence of Competency Certification and Occupational Safety and Health Management Systems on the Effectiveness of Work Accident Prevention at PT Pertamina (Persero)
This istudy iaims ito ianalyze ithe ieffect iof icompetency icertification ivariable i(X1) iand ioccupational isafety iand ihealth imanagement isystems ivariable i(X2) ion ithe ieffectiveness iof iwork iaccident iprevention i(Y) iat iPT iPertamina i(Persero). iSamples iwere iobtained iby ipurposive isampling itechnique, iand i78 irespondents iwere iselected ias isamples. iWhile idata ianalysis iused iin ithis istudy iincludes: idata iquality itest, iclassic iassumption itest, imultiple ilinear iregression ianalysis iand ihypothesis itesting. iThe iresults iof ithe ipartial isignificant itest i(t-test) iof ithe ianalysis iand idiscussion iof ithis istudy iindicate ithat: i1) icompetency icertification, ishows ia isignificant ivalue iof i0,713 iwhich iresults iare imore ithan i0,05. iThus iit imeans ithat icompetency icertification ihas ino isignificant iinfluence ion ithe ieffectiveness iof iwork iaccident iprevention. i2) iOccupational isafety iand ihealth imanagement isystems, ishows ia isignificant ivalue iof i0,003 iwhich iresults iare ismaller ithan i0,05. iThus iit imeans ithat ioccupational isafety iand ihealth imanagement isystems ihas ieffect ion ithe ieffectiveness iof iwork iaccident iprevention. iThen ithe iresults iof ithe isimultaneous isignificant itest i(F-test) ishowed ithat ithe isignificant ivalue iobtained iwas i0,000 iwhich iis ismaller ithan i0,05. iIt ican ibe iinterpreted ithat ithe iindependent ivariable icompetency icertification ivariable i(X1) iand ioccupational isafety iand ihealth imanagement isystems ivariable i(X2) isimultaneously ior ijointly ihave ian ieffect ion ithe idependent ivariable iof ieffectiveness iof iwork iaccident iprevention i(Y) iat iPT iPertamina i(Persero).
Keywords: Competency Certification, Occupational Safety and Health Management Systems, Effectiveness of Work Accident Prevention
Universitas Pertamina - iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nya, melalui proses yang panjang dan dengan kerja keras, kesungguhan, dan atas seizin Tuhan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat akademis yang wajib dipenuhi dalam kurikulum di Program Studi Manajemen Universitas Pertamina untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi.
Dalam proses penyusunan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Sertifikasi Kompetensi dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Perusahaan terhadap Efektivitas Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT Pertamina (Persero)”, penulis menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki membuat proses penyusunan tugas akhir ini melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga saya yang selalu mendukung, memberikan perhatian, serta doa restu. 2. Ibu Hesti Maheswari, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dengan kesediaan waktu, kesabaran, dan perhatiannya selama penulis menyusun tugas akhir ini.
3. Bapak Arif Murti Rozamuri, Ph.D selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pertamina.
4. Ibu Fatimah Aradani selaku Head of Pertamina Professional Certification Center yang telah memberikan kesempatan penulis untuk bisa melaksanakan penelitian di LSP PT. Pertamina (Persero).
5. Mas Muhammad Nurfalani selaku Officer Certification LSP PT. Pertamina (Persero) sekaligus pembimbing selama penulis melaksanakan penelitian.
6. Bapak Kun Pudji, Kapten Lussy Cahya, Mbak Yustiawati Dewi, Mas Muhammad Ferry, dan rekan-rekan lainnya selaku bagian dari LSP PT. Pertamina (Persero) yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Manajemen yang telah mengajar dan memberikan motivasi atau semangat kepada seluruh mahasiswanya.
8. Elizabeth Febrina Kristy yang selalu menemani, memotivasi, memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis sepanjang waktu.
Universitas Pertamina - iv 9. Meilan, Gian, Izan, serta seluruh rekan-rekan organisasi BAPEMBEM dan KPR
yang sudah saya anggap sebagai rumah kedua yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
10. Seluruh anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Universitas Pertamina (MSPU) yang sudah saya anggap sebagai saudara, terkhusus kepada angkatan 2016 yang telah berjuang bersama-sama.
Penulis imenyadari ibahwa ipenulisan ipenelitian iini imasih ijauh idari isempurna idan idengan ipenuh ikerendahan ihati ipenulis iingin imenyampaikan ipermohonan imaaf iserta imengharapkan iadanya ikritik imaupun isaran iyang imembangun idari ipembaca. iAkhir ikata, ipenulis imengharapkan isemoga ipenelitian iini idapat ibermanfaat ibukan isaja ibagi ipenulis itetapi ijuga ibermanfaat ibagi ipihak iperusahaan idan imemperluas ipengetahuan idan iwawasan ipembaca, ikhususnya irekan-rekan imahasiswa. iSelamat imembaca, iterima ikasih.
Jakarta, 22 Juni 2020
Universitas Pertamina - v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Batasan Masalah ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.6 Lokasi Penelitian ... 9
1.7 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Sertifikasi Kompetensi ... 11
2.1.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 20
2.1.3 Kecelakaan Kerja ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 42
2.3 Kerangka Berpikir ... 44
2.4 Hipotesis ... 44
2.5 Operasionalisasi Konsep ... 48
Universitas Pertamina - vi
3.1 Metode Penelitian ... 51
3.1.1 Paradigma Penelitian ... 51
3.1.2 Tipe Penelitian ... 51
3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.1 Variabel Bebas (Independen) ... 51
3.2.2 Variabel Terikat (Dependen) ... 52
3.3 Sumber Data dan Penentuan Data ... 52
3.3.1 Sumber Data ... 52
3.3.2 Teknik Penentuan Data ... 53
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.5 Teknik Analisis Data ... 57
3.5.1 Statistik Deskriptif ... 57
3.5.2 Uji Kualitas Data ... 58
3.5.3 Uji Asumsi Klasik... 59
3.5.4 Metode Analisis Regresi Berganda ... 61
3.5.5 Uji Koefisien Determinasi R2 ... 61
3.5.6 Uji Hipotesis ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
4.1 Karakteristik Responden ... 64
4.1.1 Karakteristik Berdasarkan Usia ... 64
4.1.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
4.1.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 66
4.1.4 Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja ... 67
4.2 Distribusi Frekuensi Pernyataan Kuesioner ... 68
4.2.1 Variabel Sertifikasi Kompetensi ... 68
4.2.2 Variabel Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 70
Universitas Pertamina - vii
4.3 Hasil Uji Kualitas Data ... 76
4.3.1 Hasil Pengujian Validitas ... 76
4.3.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 78
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 79
4.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 79
4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 80
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 81
4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 82
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 83
4.7 Hasil Uji Hipotesis ... 83
4.7.1 Hasil Uji Statistik F ... 83
4.7.2 Hasil Uji Statistik T ... 84
4.8 Pembahasan ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1 Kesimpulan... 90 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 91 5.3 Saran ... 91 5.3.1 Saran Teoritis ... 91 5.3.2 Saran Praktis ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93
FORM BIMBINGAN TUGAS AKHIR ... 99
Universitas Pertamina - viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Manajemen Plan-Do-Check-Act (PDCA) ... 24 Gambar 2. Alur Prinsip Penerapan SMK3 ... 25 Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian ... 44
Universitas Pertamina - ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Kecelakaan Kegiatan Operasi Industri Migas di Indonesia periode 2017-2018 ... 2 Grafik 2. Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 79 Grafik 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 81
Universitas Pertamina - x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Pendapatan Negara periode 2017-2019 ... 1
Tabel 2. Jaminan Kecelakaan Kerja di Indonesia periode 2017 – 2018 ... 4
Tabel 3. Timeline Pelaksanaan Penelitian ... 10
Tabel 4. Daftar Penelitian Terdahulu ... 43
Tabel 5. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 50
Tabel 6. Total Populasi Penelitian ... 55
Tabel 7. Jumlah Sampel di setiap Cluster Skema Sertifikasi Kompetensi ... 56
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 64
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 66
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Masa Kerja ... 67
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel Sertifikasi Kompetensi ... 70
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel SMK3 ... 73
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 76
Tabel 15. Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ... 78
Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 78
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test ... 80
Tabel 18. Hasil Multikolinearitas ... 80
Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 82
Tabel 20. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 83
Tabel 21. Hasil Uji Statistik F ... 84
Universitas Pertamina - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Industri minyak dan gas bumi (migas)i memainkan perananpenting dalam kegiatan
perekonomian dani prosesi pembangunan nasional suatu negara,i terutama bagi negarai
berkembangi sepertii Indonesia.i Sebagai salahi satui pioniri penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan sumber pendapatan negara,i kegiatan industri migas juga
memberikanpengaruhterhadapketersediaanlapanganpekerjaanbagipendudukIndonesia.i
Hal serupa juga disampaikan oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Dharmawan H. Samsu, yang menyatakan bahwa tidak dapat dipungkiri apabila migas masih menjadi sumber energi utama yang masih digunakan oleh masyarakat Indonesia di berbagai sector, mulai dari transportasi, industri, dan komunikasi masih sangat tergantung pada ketersediaan cadangan migas baik sebagai bahan bakar untuk proses produksi maupun sebagai komoditas (Samsu, 2019).
Bisnis energi, khususnya migas telah menjadi penyokong perekonomian negara dalam beberapa dekade terakhir. Tidak hanya menjadi sumber pemasukan negara, sektor migas juga menjadi penopang bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sektor migas telah memberikan manfaat bagi sektor-sektor lainnya (Samsu, 2019). Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peranan sektor migas terhadap perekonomian Indonesia secara makro, berikut rincian pendapatan dalam negeri Indonesia periode 2017 - 2019.
Tabel 1. Rincian Pendapatan Negara periode 2017-2019 (dalam triliun rupuah)
Sumber : Kementerian Keuangan (Data diolah), 2020
APBN REALISASI APBN REALISASI APBN REALISASI 1736,06 1.655,75 1894,72 1942,34 2165,10 1957,20 1732,95 1.648,14 1893,52 1928,44 2164,70 1950,40 1472,71 1.339,78 1618,10 1521,38 1786,40 1545,30 260,24 308,36 275,43 407,06 378,30 405,10
a. SDA Migas 72,0 82,39 80,30 143,27 159,78 120,41
b. SDA & PNBP Lainnya 188,2 225,97 195,13 263,79 218,52 284,69
II.PENERIMAAN HIBAH 3,11 7,61 1,20 13,90 0,40 6,80
2017 2018 2019
I.
URAIAN
PENDAPATAN NEGARA
PENDAPATAN DALAM NEGERI 1. Penerimaan Perpajakan
Universitas Pertamina - 2 Dibalik peranan industri migas dalam menyokong perekonomian negara, perlu diketahui bahwa operasi pelayanan lapangan industri migas memiliki karakteristik berbiaya tinggi, berisiko tinggi dan berteknologi tinggi, sehingga membuatnya termasuk dalam salah satu dari tujuh industri dengan tingkat bahaya yang tinggi (Ratnasari, 2009). Salah satu aspek dalam risiko di kegiatan industri migas adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Ketidakmampuan mengelola keselamatan dan kesehatan operasi migas ini dapat menimbulkan terjadinya insiden yang berdampak pada kerusakan peralatan dan atau instalasi migas serta terjadinya kecelakaan kerja yang berpotensi menimbulkan kerugian berupa cedera hingga kematian pada manusia, kerusakan peralatan produksi, pencemaran lingkungan, serta terhentinya kegiatan operasi (ILO, 1997).
Menurut Mearns dan Yule, industri migas di seluruh dunia adalah industri berisiko tinggi serta rentan menjadi tempat terjadinya kecelakaan kerja karena sifat industri serta melibatkan lingkungan kerja yang terbatas (K. Means, 2009). Demikian pula, Kane mengemukakan bahwa industri migas adalah salah satu industri yang memiliki faktor risiko dan korban cedera yang sangat tinggi di tempat Kerja (Kane, 2010). Di Indonesia, indeks kecelakaan kerja di kegiatan operasi industri migas dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 1. Kecelakaan Kegiatan Operasi Industri Migas di Indonesia periode 2017-2018
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2019
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja yang terjadi pada kegiatan operasi industri migas di Indonesia terbagi menjadi 4 klasifikasi yaitu : 1) ringan yang meliputi kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan di hari saat kejadian dan bisa melakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari, contohnya adalah terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir; 2) sedang yang meliputi kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari, contohnya adalah
63 22 19 13 132 24 5 10 0 20 40 60 80 100 120 140
Ringan Sedang Berat Fatal
2017 2018
Universitas Pertamina - 3 terjepit, luka hingga robek, dan luka bakar; 3) berat yang meliputi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kegagalan fungsi tubuh, contohnya adalah patah tulang dan gangguan fungsi organ dalam; dan 4) fatal yang meliputi kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup hingga kematian. Contohnya adalah luka amputasi dan kematian (Suma'mur, 1981). Apabila dihitung dari masing-masing klasifikasi berdasarkan tahun kejadian di 2017 dan 2018, maka pada kecelakaan kerja ringan mengalami peningkatan sebanyak 69 kasus atau lebih dari 2 kali lipat, untuk kategori sedang mengalami kenaikan sebanyak 2 kasus kecelakaan kerja, untuk kategori berat mengalami penurunan sebanyak 14 kasus kecelakaan kerja, dan untuk jumlah fatality telah mengalami penurunan sebanyak 3 kasus kecelakaan kerja. Secara keseluruhan, jumlah kecelakaan pada kegiatan operasi industri migas pada tahun 2018 telah mengalami peningkatan sebesar 46% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dalam ikeberjalannya, ikeselamatan idan ikesehatan ikerja i(K3) imerupakan isalah isatu ifaktor ipenting iyang idapat imempengaruhi iproduktivitas ikaryawan idan iperusahaan i(Ridley, 2008). iSelain iitu, iRidley ijuga imenyatakan ibahwa iterdapat ibeberapa imanfaat iyang idiperoleh ioleh iperusahaan iapabila imenerapkan iprogram iK3 idengan ibaik idan ibenar, iyaitu idengan i1) iberkurangnya iabsentisme ikaryawan iyang iberlatar ibelakang imengalami ikecelakaan iatau ipenyakit iakibat ikerja; i2) iberkurangnya ibiaya iklaim ipengobatan iatau ikesehatan iakibat icedera idan isakit iakibat ikerja; i3) iberkurangnya itingkat iturnover ikaryawan iyang idisebabkan irasa inyaman iyang ididapatkan ipada isaat ibekerja ikarena imerasa ibahwa ipihak imanajemen isangat imemperhatikan idan imenghargai ikesejahteraan imereka; i4) imeningkatnya iproduktivitas, idimana iapabila ipara ipekerja iselalu idalam ikondisi iaman idan isehat, imaka imereka iakan ibekerja iproduktif, isehingga idiharapkan iproduktivitas ikerja ikaryawan idan iperusahaan iakan imeningkat; iserta i5) imeningkatnya icitra iperusahaan idi imata ipara ipelanggan, idimana idengan imenerapkan iK3 iyang ibaik, imaka ipara ipelanggan iakan ipercaya ibahwa iproduk iyang idikonsumsinya imerupakan iproduk iyang idihasilkan idari iproses iyang iaman idan isehat i(Ridley, 2008).
Selanjutnya, iapabila iditinjau iterkait ipengaruh ikerugian iakibat ikecelakaan ikerja iterhadap iperekonomian isecara imakro, iterlah idisajikan idata iresmi iyang idirilis ioleh iBadan
Universitas Pertamina - 4
No Tahun Jumah Kerugian (Miliar)
1 2017 Rp. 972
2 2018 Rp. 1,226
Tabel 2. Jaminan Kecelakaan Kerja di Indonesia periode 2017 – 2018 Sumber : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, (data diolah), 2018
Dari tabel diatas, kerugian akibat kecelakaan kerja pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 972 M, sedangkan pada tahun 2018 adalah sebesar Rp. 1.226 M, atau meningkat sebesar 26,1%. Oleh sebab itu, sudah menjadi suatu kewajiban bagi pekerja dan pihak perusahaan untuk dapat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan.
Secara umum, kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama, yaitu perilaku tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe conditions). Work in Safety
Environment (WISE) menyatakan bahwa 98% kecelakaan kerja diakibatkan oleh unsafe act dan sisanya diakibatkan oleh unsafe condition. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan, keterampilan serta sikap para karyawan memegang peranan penting terjadinya kecelakaan kerja. Selain dari pihak pekerja, pihak manajemen organisasi juga berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan kerja, dengan melaksanakan pelatihan, pengawasan, dan kebijakan yang kurang sesuai dengan kebutuhannya (Riyadini, 2011). Semua faktor ini memiliki pengaruh, baik secara positif meningkatkan maupun secara negatif melemahkan kinerja K3 dan berdampak pada tingginya tingkat kecelakaan kerja (ILO, 1997).
Menanggapi hal tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (LSP-Hulu Migas) melalui Buletin SKK Migas (BUMI) edisi ke-77 yang dirilis pada September 2019 lalu, menyatakan bahwa dalam menyikapi perkembangan globalisasi serta isu kecelakaan kerja di lingkungan industri migas yang disebabkan oleh perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act) dari para pekerja, maka perlu adanya peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui sertifikasi kompetensi (BUMI, 2019:17). Hal ini merupakan tindak lanjut dari ketentuan Pasal 18 ayat (5) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana pemerintah menimbang bahwa dalam mewujudkan tenaga kerja profesional yang memiliki kompetensi dan sertifikasi kompetensi khususnya pada aspek K3 sehingga diharapkan kegiatan operasi migas dapat berjalan dengan beriringan secara aman dan selamat (Wiratno, 2019).
Universitas Pertamina - 5 Pada kesempatan lain, dilansir dari website resmi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto selaku pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang membahas tentang kebutuhan dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di subsektor migas, mengungkapkan bahwa pemerintah bersama stakeholder harus bersama-sama meningkatkan kompetensi karyawan di bidang migas, agar dapat terserap dalam industri migas yang terus berkembang. Kompetensi ini tidak semata-mata diperoleh melalui pendidikan universitas, namun juga sertifikasi dari LSP (Kementerian ESDM, 2019).
Selain dengan meningkatkan kompetensi para pekerja, langkah strategis yang diambil oleh pemerintah untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja adalah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang mengatur tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk menegaskan kembali peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 yang berisi kewajiban bagi setiap perusahaan atau tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti terjadinya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan sistem manajemen K3. Sistem manajemen K3 adalah suatu sistem yang diterapkan guna mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat Kerja (Kemenakertrans, 1996). Di Indonesia, PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan tugas utama menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, baik di sektor hulu maupun hilir, serta mempekerjakan lebih dari seratus tenaga kerja, menjadikannya termasuk dalam salah satu perusahaan dengan tingkat bahaya yang tinggi. Maka sebagai langkah pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan perusahaan, PT Pertamina (Persero) melalui manajemen perusahaan harus mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SMD) berupa penekanan pada penguasaan kompetensi kerja, serta menerapkan sistem manajemen K3 serta guna meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini tercermin dengan jargon perusahaan berupa “Zero Accident” yang merupakan komitmen bersama untuk menjadikan aspek K3 sebagai landasan bagi semua pekerja PT Pertamina (Persero), anak perusahaan, serta pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan (Samsu, 2019).
Universitas Pertamina - 6 Selain melalui jargon perusahaan, komitmen ini juga muncul dari arahan Ibu Yenni Andayani selaku pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina, yang termuat dalam majalah Energia Weekly edisi 6 Maret 2017 yang menyatakan bahwa aspek K3 wajib menjadi fokus utama bagi semua insan Pertamina (pekerja, pekarya dan mitra kerja Pertamina). Budaya K3 sudah ditetapkan menjadi pondasi utama dalam prioritas strategis Pertamina dalam upaya menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia dan mewujudkan kemandirian energi dengan menjadikan kinerja K3 dalam penilaian dan penghargaan terhadap pekerja, serta meningkatkan kesadaran dan kompetensi karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaannya secara benar, aman dan bertanggung jawab (PT Pertamina (Persero), 2017).
Selain melalui arahan dari Plt. Direktur Utama Pertamina, Pertamina Geothermal
Energy melalui website resminya menyatakan bahwa pihak perusahaan telah memberikan
perhatian dan komitmen yang tinggi dalam mengelola aspek ketenagakerjaan untuk mencapai competitive advantages melalui SDM yang profesional, kompeten dan berdaya saing tinggi dengan tetap mengedepankan K3 dalam bekerja. Dalam rangka menjaga komitmen tersebut, perusahaan memiliki pedoman yang dijadikan acuan dalam setiap pengelolaan Ketenagakerjaan serta K3, yaitu Pedoman Perusahaan Nomor A-004/PGE600/2015-SO tentang Sistem Manajemen Perusahaan dan Kebijakan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT Pertamina (Persero) (Pertamina Geothermal Energy, 2019).
Namun, dari berbagai usaha yang telah dilaksanakan oleh PT Pertamina (Persero) dalam mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja, dilansir dari website resmi berita Riau Aktual yang melaporkan pada hari Jumat, 31 Januari 2020 telah terjadi kecelakaan kerja yang melibatkan 4 orang pekerja yang tersiram minyak panas dan mengakibatkan luka bakar serius (Riau Aktual, 2020).
Selain kasus tersebut, dilansir dari website resmi berita Sumatera News melaporkan bahwa pada hari Kamis, 5 Desember 2019 telah terjadi kecelakaan kerja yang merenggut nyawa seorang Asst. Driller Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) yang diketahui terjepit Seling di Rig Skytop. Sesaat setelah korban mengalami kecelakaan kerja, telah dilakukan tindakan pertolongan pertama dan evakuasi, serta langsung dibawa ke rumah sakit Pekanbaru. Namun, diduga akibat jarak tempuh yang memakan waktu sekitar 5 jam
Universitas Pertamina - 7 menuju rumah sakit mengakibatkan korban kehabisan darah dan dinyatakan meninggal dunia pada Jumat, 6 Desember 2019 (Sumatera News, 2019).
Dari latar belakang di atas, serta keinginan untuk bisa ikut meminimalisir dan mengurangi angka kecelakaan kerja yang terjadi di dunia kerja industri migas Indonesia yang berakibat kerugian pada individu karyawan dan perusahaan, yang kemudian berdampak lebih luas lagi pada terganggunya produktivitas karyawan dan/atau perusahaan, terganggunya proses pemenuhan kebutuhan produk migas, serta penurunan PNBP di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan analisis mengenai “Pengaruh
Sertifikasi Kompetensi dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Perusahaan Terhadap Efektivitas Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT Pertamina (Persero)”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah terdapat pengaruh dari sertifikasi kompetensi bidang K3 terhadap efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero)?
b. Apakah terdapat pengaruh dari sistem manajemen K3 perusahaan terhadap efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero)?
c. Apakah terdapat pengaruh dari sertifikasi kompetensi dan sistem manajemen K3 perusahaan terhadap efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero)?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan diatas, agar hasil penelitian ini terfokus, terperinci, serta mendalam, maka peneliti membatasi masalah yang akan dianalisis dengan hanya pada efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero).
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah sertifikasi kompetensi bidang K3 dan sistem manajemen K3 perusahaan. Sedangkan, variabel dependen adalah kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero).
Universitas Pertamina - 8
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah sertifikasi kompetensi bidang K3 mempengaruhi efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero).
b. Untuk mengetahui apakah sistem manajemen K3 perusahaan mempengaruhi efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero).
c. Untuk mengetahui apakah sertifikasi kompetensi dan sistem manajemen K3 perusahaan mempengaruhi efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di PT Pertamina (Persero).
1.5 Manfaat Penelitian
Harapan dari dilaksanakannya penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait secara langsung, maupun tidak langsung, serta manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan menambah kemampuan berpikir, khususnya mengenai pelatihan sumber daya manusia berbasis kompetensi dan sistem manajemen K3 perusahaan serta pengaruhnya terhadap pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga, dari hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di perusahaan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan dalam mengevaluasi hasil sertifikasi kompetensi yang diberikan kepada karyawan dan sistem manajemen K3 perusahaan yang sudah diterapkan, dengan tujuan utama untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Selain itu, apabila dalam keberjalanannya penelitian ini menghasilkan suatu penemuan yang dapat diimplementasikan di
Universitas Pertamina - 9 perusahaan pada waktu yang akan datang, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu parameter bagi perusahaan dalam proses penyusunan program sertifikasi kompetensi karyawan dan sistem manajemen K3 perusahaan.
b. Bagi Universitas Pertamina
Sebagai salah satu parameter dalam proses penentuan panduan pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pelatihan sumber daya manusia (SDM) berbasis kompetensi dan sistem manajemen K3 perusahaan terhadap efektivitas pencegahan kecelakaan kerja di berbagai bidang industri, khususnya industri migas.
c. Bagi Penulis
Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pola pikir penulis, khususnya dalam upaya memahami pengaruh pelatihan SDM berbasis kompetensi dan sistem manajemen K3 perusahaan terhadap pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di industri migas.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor Pertamina Corporate University (PCU) yang bertempat di Lantai 2 Gedung Pertamina Simprug Residence (PSR), Jl. Sinabung II, RT.07/RW.08, Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12220.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilandasi oleh latar belakang permasalahan, ketersediaan data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian, serta untuk menjamin kerahasiaan data yang diolah. Data yang digunakan adalah data sertifikasi karyawan dengan skema K3 yang dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PT Pertamina (Persero).
1.7 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu untuk melaksanakan penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu kurang lebih 3 bulan, terhitung sejak minggu ke-3 bulan April 2020 hingga bulan Juni 2020 dengan rincian sebagai berikut
Universitas Pertamina - 10
No Kegiatan Penelitian April Mei Juni Juli
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penentuan tema, judul dan rumusan masalah
2 Revisi BAB I
3 Pengajuan BAB II & BAB III
4 Revisi BAB II dan BAB III
5 Pengambilan dan Pengolahan Data
6 Pembuatan BAB IV dan BAB V
7 Bimbingan dengan Dosen Pembimbing
8 Sidang Tugas Akhir
Universitas Pertamina - 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Sertifikasi Kompetensi 2.1.1.1 Pengertian Sertifikasi
Definisi tentang sertifikasi menurut Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) adalah sebagai standarisasi secara profesional bagi pihak-pihak yang kompeten di masing-masing bidang profesi / pekerjaan yang dibina dan dikelola oleh asosiasi profesi, bukanlah pemerintah. Sertifikasi tersebut telah memenuhi persyaratan kualitas profesional yang sudah ditetapkan ((IAGI), 2003).
Di setiap organisasi atau asosiasi profesi telah diberlakukan kegiatan sertifikasi dengan berbagai macam pola pengembangan, ada pula yang melaksanakan sertifikasi karena merupakan persyaratan atau standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain seperti sertifikasi guru / pendidik, standar akuntan publik, standar kepemilikan lisensi produk dan masih banyak lagi. Selain itu, sertifikasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi tenaga kerja maupun organisasi terkait, seperti pembinaan tenaga pendamping masyarakat dan fasilitator (Fogg, 2004)
Wibowo (2007) menyatakan bahwa, secara umum terdapat tiga jenis sertifikasi yang tercantum dalam urutan tingkat pembangunan dan portabilitas, yaitu :
1. Sertifikasi Perusahaan (Internal), yaitu sertifikasi yang dirancang oleh organisasi / perusahaan untuk kebutuhan internalnya. Sebagai contoh adalah untuk perusahaan migas yang membutuhkan pelatihan bagi karyawan yang bertugas mengoperasikan mesin bor dan kemudian memberikan sertifikat sebagai tanda bahwa personel tersebut telah menguasai / kompeten di bidangnya. Namun, sertifikat ini memiliki portabilitas yang terbatas, khususnya apabila dipergunakan untuk perusahaan migas lainnya yang memiliki standar kompetensi yang berbeda.
2. Sertifikasi Produk, yaitu sertifikasi yang secara spesifik melibatkan produk-produk
terkait, serta dimaksudkan untuk dirujuk pada produk di seluruh aplikasi. Pendekatan sertifikasi ini sangat umum digunakan di dunia teknologi informasi industri, dimana personel memiliki sertifikasi pada versi perangkat lunak (software)
Universitas Pertamina - 12 ataupun perangkat keras (hardware). Sertifikasi jenis ini portabel di lokasi dimana organisasi / perusahaan lain yang menggunakan perangkat tersebut.
3. Sertifikasi Profesi, yaitu sertifikasi yang diberikan untuk memenuhi kompetensi atau keahlian khusus yang spesifik. Sebagai contoh adalah sertifikasi profesi ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang bertugas untuk memelihara, menjamin dan menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan atau tempat kerja. Sertifikasi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menerapkan standar profesional, meningkatkan tingkat praktik, dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat. Sertifikasi ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi semua tempat kerja, dimana seseorang profesional telah di sertifikasi. Selain itu, sertifikasi jenis ini memerlukan pola penilaian dan pertanggungjawaban secara legal (hukum) dari seluruh profesi yang ada.
2.1.1.2 Pengertian Kompetensi
Spencer (1993:9) menyatakan bahwa “A competency is a underlying characteristic of
an individual that is casually related to superior performance in a job or situation”, yang
dapat diartikan bahwa kompetensi adalah suatu karakteristik yang menjadi dasar dari seorang individu, yaitu penyebab yang terkait dengan acuan kriteria mengenai kinerja yang efektif.
Russel (1998) juga mengemukakan bahwa “competency refers to an individual’s
knowledge, skill, ability or personality characteristics that directly influence job performance”, yang berarti kompetensi mengarah pada pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan atau karakteristik yang berpengaruh pada kinerja seseorang.
Pendapat lain juga muncul dari Wibowo (2007:86) yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan untuk melakukan / melaksanakan suatu pekerjaan / tugas yang dilandasi dengan keterampilan serta pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan/ tugas itu sendiri, sehingga dapat dikatakan juga bahwa kompetensi menunjukkan keterampilan / pengetahuan yang dicirikan dengan profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai salah satu bagian penting serta karakteristik seseorang yang berhubungan dengan efektivitas kinerja pada suatu pekerjaan atau situasi tertentu.
Selanjutnya, pengertian kompetensi menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri No. 46 A tahun 2003, yaitu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
Universitas Pertamina - 13 (khususnya) Pegawai Negeri Sipil yang berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan sikap perilaku (attitudes) yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga seorang Pegawai Negeri Sipil tersebut bisa melaksanakan seluruh tugasnya secara optimal, profesional, efektif serta efisien.
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menjelaskan bahwa sertifikasi kompetensi kerja merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi kepada karyawan yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi dengan merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan/atau Internasional.
Dari uraian mengenai pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang berdasarkan pada pengetahuan, keterampilan serta faktor-faktor internal individu lainnya seperti sifat dasar atau kepribadian yang dimiliki dan melekat pada diri seseorang, serta perilaku yang dapat diprediksi dalam berbagai keadaan dan tugas pekerjaan, sebagai faktor pendorong munculnya keinginan untuk dapat berprestasi dan usaha untuk melakukan tugas / pekerjaannya dengan efektif dan optimal.
Ketidaksesuaian dalam kompetensi inilah yang membedakan seseorang menjadi istimewa / lebih unggul dari orang lain yang memiliki kompetensi terbatas. Kompetensi istimewa dan kompetensi terbatas untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemilihan karyawan (personal selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian kerja (performance
appraisal) dan pengembangan (development).
Sehingga dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan profesinya. Selain itu, kompetensi yang terdapat pada diri seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya telah mempelajari bagaimana melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, tepat mutu, tepat waktu serta aman.
Universitas Pertamina - 14
2.1.1.3 Pentingnya Kompetensi
Dessler (1997) mengemukakan pentingnya kompetensi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya antara lain untuk :
1. Mengetahui cara berpikir kausal (sebab-akibat) yang kritis
Hubungan strategis antara sumber daya manusia (SDM) dan kinerja perusahaan merupakan peta strategis yang menjelaskan mengenai proses implementasi strategis perusahaan. Peta strategis ini merupakan kumpulan hipotesis terkait hal apa saja yang dapat menciptakan suatu nilai di dalam perusahaan.
2. Memahami prinsip pengukuran yang baik
Pengukuran terhadap suatu hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan memerlukan instrumen dan batasan pengukuran yang jelas. Dengan adanya kompetensi, maka perusahaan memiliki batasan pengukuran dan instrumen yang jelas dalam mengukur kinerjanya di suatu bidang tertentu.
3. Memastikan hubungan kausal (sebab-akibat)
Pola pikir secara kausal dan pemahaman tentang prinsip pengukuran membantu pihak manajemen organisasi / perusahaan dalam memperkirakan hubungan kausal yang terjadi antara SDM dan kinerja perusahaan. Dalam keberjalannya, estimasi tersebut dapat berkisar sari asumsi judgmental hingga kuantitatif. Tugas yang terpenting ialah untuk dapat merealisasikan bahwa estimasi tersebut merupakan suatu kemungkinan dan mengalkulasikannya sebagai suatu kesempatan yang dapat terjadi.
4. Mengkomunikasikan hasil kerja strategis SDM pada atasan
Dalam usaha mengoptimalkan kinerja strategis SDM, maka perusahaan harus mampu mengomunikasikan pemaham mengenai dampak strategis SDM kepada atasan terkait.
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Dessler (1997) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, antara lain adalah :
Universitas Pertamina - 15 Keyakinan seseorang kepada dirinya sendiri atau kepada orang lain akan sangat berpengaruh kepada perilakunya. Sebagai contoh adalah ketika seseorang tidak percaya bahwa dirinya dapat menjadi seseorang yang kreatif dan inovatif, maka orang tersebut tidak akan pernah berpikir tentang bagaimana melakukan suatu hal dengan cara / metode baru atau berbeda, yang sebenarnya terdapat banyak cara lain yang dapat digunakan untuk melaksanakan hal tersebut dengan lebih meminimalisir waktu, tenaga, sumber daya, dan risiko.
2. Keterampilan
Keterampilan (skills) merupakan faktor yang memerankan peranan di berbagai kompetensi. Misalnya adalah keterampilan berbicara di depan umum, yang merupakan keterampilan yang bisa dipelajari, dipraktikkan, serta diperbaiki secara terus menerus. Keterampilan dalam menulis juga merupakan keterampilan yang dapat terus diperbaiki dengan instruksi, praktik dan umpan balik.
3. Pengalaman
Keahlian pada beberapa kompetensi memerlukan pengalaman mengorganisasi orang / sumber daya, berkomunikasi secara berkelompok, menyelesaikan masalah, dan lain-lain. Seseorang yang tidak memiliki pengalaman dalam menjalin hubungan dengan organisasi dengan skala dan kompleksitas yang besar, memiliki kemungkinan yang lebih kecil daripada orang yang memiliki pengalaman tersebut dalam mengembangkan kecerdasan organisasional untuk dapat memahami dinamika kepentingan serta pengaruhnya dalam berbagai ruang lingkup disekitarnya.
4. Karakteristik Kepribadian
Dalam kepribadian seseorang, terdapat banyak faktor yang beberapa diantaranya sulit untuk dapat dirubah. Namun, kepribadian bukanlah suatu hal yang tidak dapat berubah. Pada kenyataannya, kepribadian seseorang dapat berubah sewaktu-waktu. Hal ini dikarenakan karakteristik seseorang mendapatkan respon dan reaksi dari lingkungannya, sehingga dapat terbentuk / berubah secara bertahap.
5. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor dari kompetensi yang dapat berubah dengan berbagai cara, seperti memberikan dorongan, apresiasi, pengakuan dan perhatian individual oleh atasan terhadap bawahannya. Cara-cara diatas dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap motivasi seorang karyawan.
Universitas Pertamina - 16
6. Isu Emosional
Emosional merupakan faktor yang dapat menghambat seseorang dalam proses penguasaan suatu kompetensi. Beberapa respon yang mungkin muncul akibat emosional seperti takut membuat kesalahan, takut apabila menjadi malu, takut menjadi tidak disukai dan tidak dianggap, semua ketakutan tersebut cenderung membatasi ruang gerak seseorang dalam berinisiatif dan berinovatif.
7. Kemampuan Intelektual
Kemampuan kognitif seseorang dalam berpikir secara analitikal dan konseptual merupakan salah satu faktor krusial dalam penguasaan suatu kompetensi. Kurangnya kemampuan kognitif seseorang tidak mungkin diperbaiki melalui intervensi oleh pihak atasan / organisasi. Tentunya faktor seperti pengalaman dan motivasi sangat berpengaruh pada kemampuan kognitif seseorang.
8. Budaya Organisasi
Budaya suatu organisasi / perusahaan yang tercermin melalui beberapa kegiatan dibawah ini dapat mempengaruhi kompetensi SDM yang dimilikinya, antara lain :
a. prosedur rekrutmen dan seleksi karyawan dalam mempertimbangkan dan menentukan SDM yang dipekerjakan dalam organisasi, berdasarkan tingkat keahlian, pengalaman, motivasi, dan sebagainya;
b. prosedur dan metode penghargaan oleh perusahaan / organisasi kepada karyawannya harus terkomunikasikan dengan baik dan benar;
c. praktik pengambilan keputusan (manajerial), dimana keikutsertaan karyawan dalam proses pengambilan keputusan yang dalam keberjalannya mengharuskan karyawan tersebut untuk dapat berinisiatif dan memahami permasalahan dengan sudut pandang yang luas;
d. nilai, visi dan misi organisasi / perusahaan dapat mempengaruhi pola pikir, etos kerja, serta motivasi SDM yang dimilikinya;
e. metode dan prosedur dalam memberikan informasi dan instruksi terkait kompetensi yang diharapkan oleh organisasi / perusahaan kepada para karyawannya;
f. komitmen organisasi / perusahaan dalam melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi karyawan secara konsisten dan berkelanjutan; dan
Universitas Pertamina - 17 g. proses organisasional yang membutuhkan kompetensi dari pimpinan dapat
memelihara dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh pimpinan organisasi / perusahaan.
2.1.1.5 Jenis-Jenis Kompetensi
Kunandar (2007) menyatakan bahwa kompetensi terbagi menjadi 5 jenis, yaitu antara lain :
1. Kompetensi Intelektual, iyaitu iberbagai imacam iperangkat ipengetahuan iyang iterdapat ipada idiri iindividu, iyang ikeberadaanya idibutuhkan iuntuk imenunjang ikinerja.
2. Kompetensi iFisik, iyaitu iseperangkat ikemampuan ifisik iyang idibutuhkan iuntuk imelaksanakan itugas.
3. Kompetensi iPribadi, iyaitu iseperangkat iperilaku iyang iberhubungan idengan ikemampuan iindividu idalam imewujudkan idiri, itransformasi i/ iperubahan idiri, iidentitas idiri idan ipemahaman iatas idiri isendiri.
4. Kompetensi iSosial, iyaitu iseperangkat iperilaku itertentu iyang imerupakan idasar idari ipemahaman idiri isebagai ibagian iyang itak iterpisahkan idari ilingkungan isosial.
5. Kompetensi iSpiritual, iyaitu isemua ihal iyang iberkaitan idengan ipemahaman, ipenghayatan idan ipengamalan ikaidah-kaidah ikeagamaan.
2.1.1.6 Dimensi dan Indikator Kompetensi
Prof. David Mc Clelland dalam artikelnya yang berjudul Testing for Competence
Rather Than Intelligence yang dimuat dalam jurnal American Psychologist (1973:28)
menyatakan bahwa dalam menentukan atau mendefinisikan kompetensi, maka terdapat beberapa dimensi yang dapat diukur dan menjadi indikator keberhasilannya, antara lain :
1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai
suatu hal spesifik. Sebagai contoh adalah pengetahuan yang wajib dimilliki oleh dokter adalah segala hal yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit, obat, dan pencegahannya.
2. Keterampilan (Skill), yaitu kemampuan untuk dapat melaksanakan sebuah
pekerjaan atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya, baik yang bersifat fisik maupun mental (verbal skills), dengan contoh dan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
Universitas Pertamina - 18 a. keterampilan fisik dari seorang ahli las pipa bawah laut yang dapat menyambung
pipa minyak di dasar laut dengan lingkungan kerja yang beresiko tinggi;
b. keterampilan mental, yaitu kemampuan berpikir secara analitis dalam memproses data dan informasi yang ada di dalam otak, kemampuan berpikir kausal (sebab-akibat), mengorganisasikan data dan sumber daya, serta kemampuan konseptual dalam mengetahui suatu pola tertentu dalam sekumpulan data dengan jumlah yang banyak; dan
c. keterampilan verbal meliputi keterampilan seseorang dalam berbicara, menjawab pertanyaan dan memberikan pernyataan secara lancar, efektif dan mudah dipahami.
3. Sikap (Attitude), yaitu ketersediaan untuk dapat bereaksi dan dilihat secara positif
(disposition to react) maupun negatif (untavorably) terhadap objek atau subjek tertentu. Sebagai contoh adalah reaksi seorang karyawan terhadap pemotongan gaji akibat sikap tidak sopan dan tidak menghargai teman kerjanya.
4. Motif (Motives), yaitu segala hal yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan
oleh seseorang, yang kemudian mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan. Sebagai contoh adalah achievement motivation yang menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi akan konsisten dalam menetapkan sasaran / target kerja yang menantang untuk dicapai, menerima tanggung jawab dalam usaha mencapainya dan mempergunakan umpan balik sebagai evaluasi untuk bisa berprestasi lebih baik lagi.
5. Karakter (Traits), yaitu ciri-ciri yang dimiliki seseorang terhadap situasi-situasi dan informasi tertentu, baik secara fisik maupun emosional, dengan contoh dan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
a. traits fisik, yaitu ciri-ciri kompetensi secara fisik yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai contoh adalah kemampuan fisik berupa kecepatan dalam memberikan reaksi dan ketajaman mata seorang pilot pesawat tempur saat di medan perang; dan
b. traits emosional, yaitu ciri-ciri kompetensi secara non-fisik yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai contoh adalah kemampuan mengendalikan emosi, berinisiatif dan kemampuan memecahkan masalah dibawah tekanan oleh seorang manajer pemasaran di tengah persaingan dengan kompetitor.
Universitas Pertamina - 19
6. Konsep Diri (Self-Concept), yaitu sikap, nilai dan citra diri yang dimiliki seseorang. Konsep diri terdiri dari :
a. rasa percaya diri / keyakinan seseorang bahwa ia akan bisa berprestasi di semua situasi yang ada; dan
b. nilai (value) yang dimiliki seseorang yang merupakan motif reaktif yang menentukan jawaban seseorang dalam jangka pendek serta terhadap setiap situasi yang dihadapinya. Sebagai contoh adalah apabila seseorang yang memiliki penilaian tinggi terhadap perbuatan menolong orang, maka orang tersebut akan memberikan reaksi yang cepat ketika ia melihat terdapat orang yang menurutnya membutuhkan bantuan / pertolongan.
Dari penjelasan diatas, dapat dicermati bersama bahwa terdapat 6 dimensi yang terdapat di dalam kompetensi menurut Prof. David Mc Clelland. Namun, pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) sebagai indikator pengukuran / penilaian.
2.1.1.7 Manfaat Sertifikasi Kompetensi
Prof. David Mc Clelland (1973:28) juga mengemukakan mengenai beberapa manfaat dari sertifikasi profesi yang dapat dirasakan oleh beberapa pihak terkait, antara lain bagi :
1. Organisasi / Perusahaan
a. memudahkan dalam proses rekrutmen dan seleksi karyawan; b. memudahkan penempatan dan penugasan karyawan;
c. memudahkan dalam mengatur remunerasi dan pemberian kompensasi; d. memudahkan penentuan program pelatihan dan pengembangan karyawan; e. meningkatkan kualitas serta produktivitas; dan
f. meningkatkan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
2. Karyawan
a. meningkatkan mobilitas serta daya saing;
b. meningkatkan pengakuan kompetensi yang dimiliki; c. meningkatkan prospek karir di tempat kerja;
d. meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja; dan
Universitas Pertamina - 20
3. Pemerintah dan Masyarakat
a. mmeningkatkan efektivitas serta efisiensi bursa kerja; b. meningkatkan daya saing di pasar tenaga kerja global; c. meningkatkan perlindungan serta kesejahteraan tenaga kerja;
d. mendorong pertumbuhan ekonomi, baik secara regional maupun nasional; dan e. menurunkan tingkat pengangguran.
2.1.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.1.2.1 Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), setiap perusahaan atau tempat kerja wajib melaksanakan SMK3, yang mana merupakan suatu sistem yang diterapkan guna mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sistem Manajemen iKeselamatan idan iKesehatan iKerja i(SMK3) imerupakan ibagian idari isistem imanajemen isecara ikeseluruhan imeliputi istruktur iorganisasi, iperencanaan, itanggung ijawab, ipelaksanaan iprosedur, iproses idan isumber idaya iyang idibutuhkan ibagi ipengembangan ipenerapan, ipencapaian, ipengkajian, idan ipemeliharaan ikebijakan ikeselamatan idan ikesehatan ikerja idalam irangka ipengendalian iresiko iyang iberkaitan idengan ikegiatan ikerja iguna iterciptanya itempat ikerja iyang iaman, iefisien, idan iproduktif
i(Peraturan Perundangan dan Pedoman Teknis SMK3, 2008).
Saat ini terdapat berbagai bentuk sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi di dalam dan di luar negeri antara lain :
1. SistemManajemen iK3 idari iDepnaker iRI. iSistem iini itelah ibanyak idikembangkan ioleh iperusahaan idi iIndonesia idan ikinerjanya iakan idiaudit ioleh iSucofindo.
2. OHSAS i(Occupational iHealth iand iSafety iManagement iSystems i– iRequirements) i18001:2007 iyang imerupakan iSistem iManajemen iK3 iyang iberlaku idengan iskala iinternasional.
3. Sistem iManajemen iFive iStar idari iBritish iSafety iCouncil, iInggris. iDikembangkan ioleh ilembaga iK3 idi iInggris isekitar itahun i1970, iLembaga iini imemberi ipenghargaan ikepada iperusahaan iyang iberprestasi iberbentuk ipedang ikeselamatan i(Sword iof iHonour).
Universitas Pertamina - 21 4. British iStandard iBS i8800 iGuide ito iOccupational iHealth iand iSafety iManagement
iSystem. iMerupakan istandar itentang iSMK3 iyang idiberlakukan idi iInggris idan inegara ilainnya.
5. International iSafety iRating iSystem i(ISRS) idari iILCI/DNV. iSistem iini imemberi iperingkat ikinerja iK3 isuatu iperusahaan imelalui iaudit idan isistem iskoring iatau inilai. iProcess iSafety iManagement, iOSHA iStandard iCFR i29 i1910.119 imerupakan iSMK3 iyang idirancang ikhusus iuntuk iindustri iproses iberesiko itinggi iseperti iperminyakan idan ipetrokimia.
6. American iPetroleum iInstitute: iAPI9100A iModel iEnvironmental iHealth iand iSafety i(EHS) iManagement iSystem. iLembaga iini imengeluarkan ipedoman itentang isistem imanajemen ikeselamatan ikerja idan ilingkungan.
7. American iPetroleum iInstitute: iAPI iRP750, iManagement iof iProcess iHazards. i
8. ILOOSH i2001: iGuideline ion iOHS iManagement iSystem. iLembaga iperburuhan idunia iini ijuga imengembangkan ipedoman iSMK3 iyang ibanyak idigunakan isebagai iacuan ioleh iberbagai inegara idan iperusahaan.
9. E&P iForum: iGuidelines ifor idevelopment iand iApplication iof iHSE iManagement iSystem.
Di Indonesia, dalam menindak lanjuti Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, SMK3 diatur dalam Permen (Peraturan Pemerintah) No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Disebutkan bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat.
2.1.2.2 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Soehatman Ramli (2010:48) menyatakan bahwa tujuan dari SMK secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi, dimana SMK3 dipergunakan untuk
menilai dan mengukur kinerja penerapan K3 di organisasi dengan melakukan audit SMK3, sehingga pihak manajemen dapat mengetahui tingkat pencapaian K3.
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi, dimana SMK3 dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam menciptakan K3 yang optimal. Terdapat beberapa bentuk SMK3 yang dapat digunakan sebagai acuan, misalnya OHSAS (Occupational Health and Safety Management Systems – Requirements)
Universitas Pertamina - 22 18001:2007, Sistem Manajemen Five Star, American Petroleum Institute : API9100A Model Environmental Health and Safety (EHS) Management System, dan lainnya.
3. Sebagai dasar penghargaan (award), dimana SMK3 dapat digunakan sebagai dasar
dalam memberikan penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Pada umumnya, penghargaan ini diberikan oleh instansi pemerintah maupun instansi / lembaga independen lainnya. Pengukuran pencapaian kinerja K3 dapat diukur dengan berbagai instrumen sesuai dengan kebutuhannya.
4. Sebagai sertifikasi, dimana SMK3 dapat dipergunakan untuk sertifikasi penerapan
manajemen K3 pada organisasi / perusahaan. Sertifikasi dapat diberikan melalui lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi oleh negara.
2.1.2.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Manfaat dari penerapan SMK bagi industri / perusahaan menurut Cecep Dani Sucipto (2014:169) antara lain adalah :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat terjadinya kecelakaan kerja.
2. Menghindari timbulnya kerugian (material & jiwa) akibat terjadinya kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang produktif dan efisien karena karyawan merasa
aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan.
6. Menjadikan umur dari alat / mesin kerja semakin lama karena perawatan mesin terjaga.
Pernyataan lain mengenai manfaat penerapan SMK3 bagi perusahaan juga muncul dari Tarwaka (2008), yaitu :
1. Pihak manajemen dapat mengetahui titik kelemahan dari sistem operasional
sebelum terjadinya gangguan operasional, kecelakaan kerja, dan kerugian-kerugian lainnya.
2. Pihak manajemen dapat mengetahui gambaran secara jelas dan menyeluruh
mengenai kinerja K3 perusahaan.
Universitas Pertamina - 23
4. Meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitude), dan
kesadaran tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam proses audit.
5. Meningkatkan produktivitas kerja.
2.1.2.4 Proses Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Soehatman Ramli menyatakan bahwa secara spesifik sistem manajemen K3 terbentuk dari 2 unsur pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem tersebut dijalankan. Sedangkan, elemen-elemen implementasinya adalah komponen-komponen kunci yang saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan sistem manajemen (Ramli, 2010:51).
Elemen-elemen tersebut antara lain adalah tanggung jawab wewenang, hubungan antar departemen / fungsi, aktivitas, praktis, proses, prosedur dan sumber daya. Elemen-elemen tersebut digunakan untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program K3 (Ramli, 2010:51).
Pendekatan yang digunakan dalam proses SMK3 adalah pendekatan PDCA
(plan-do-check-action) atau disebut juga dengan perencanaan, penerapan / pelaksanaan,
pemeriksaan, serta tindakan pembaharuan dan perbaikan, sehingga SMK3 dapat berjalan secara berkelanjutan atau terus menerus selama aktivitas organisasi masih berjalan (Ramli, 2010:52).
SMK3 bermula dengan ditetapkannya kebijakan K3 oleh pihak manajemen puncak sebagai sebuah perwujudan komitmen dalam mendukung penerapan K3. Kemudian, kebijakan K3 ini dikembangkan ke dalam perencanaan agar dapat berjalan dengan arah yang jelas, efektif, efisien, dan optimal. Selanjutnya hasil perencanaan tersebut diimplementasikan melalui proses penerapan dan operasional dengan mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki serta melaksanakan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan (Ramli, 2010:53).
Dalam keberjalanannya, manajemen puncak secara berkala wajib meninjau ulang penerapan K3 untuk memastikan apabila SMK3 telah berjalan sesuai dengan strategi bisnis, kebijakan diberlakukan, serta untuk mengetahui kendala / hambatan apa saja yang mempengaruhinya, sehingga dapat menentukan langkah koreksi dan perbaikan dengan segera (Ramli, 2010:54).
Universitas Pertamina - 24 Gambar 1. Siklus Manajemen Plan-Do-Check-Act (PDCA)
Sumber : Soehatman Ramli, 2010:51
2.1.2.5 Prinsip Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang merupakan Sistem Manajemen K3 yang berlaku dengan skala nasional, maka organisasi / perusahaan wajib menaati 5 prinsip dasar, antara lain :
1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3.
3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
Universitas Pertamina - 25 Gambar 2. Alur Prinsip Penerapan SMK3
Sumber : Soehatman Ramli, 2010:51
2.1.2.6 Langkah-Langkah Pengembangan SMK3
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996, langkah-langkah dalam pengembangan SMK3 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan iimplementasi, iwajib idi ilakukan iidentifikasi iseluruh iaturan iperundang-undangan idan istandar iK3 iyang iberlaku idi idalam iperusahaan iterkait. iSelain iitu, iperlu idibentuk itim ikhusus iyang ibertugas iuntuk imendokumentasikan iperaturan iperundang-undangan idan istandar idi ibidang iK3. iDari ihasil iidentifikasi iini ikemudian idisusun iperaturan iK3 iperusahaan idan ipediman ipelaksanaan iK3. iPraktik idi isebagian ibesar iperusahaan, iperaturan iK3 idicetak idalam ibentuk ibuku isaku iyang iselalu idibawa ioleh ikaryawan, iagar isetiap ikaryawan imemahami iperaturan itersebut. iDi idalam ibuku itersebut iharus iberisikan ipenjelasan imengenai iperaturan iperundangan idan ipersyaratan ilainnya ikepada isetiap itenaga ikerja.
2. Menetapkan ikebijakan iK3 iyang imerupakan ipernyataan imengenai ikomitmen idari iorganisasi iuntuk imelaksanakan iK3 iyang imenegaskan iketerikatan iperusahaan iterhadap ipelaksanaan iK3 idengan imelaksanakan iseluruh iketentuan iK3 iyang iberlaku isesuai idengan ioperasi iperusahaan, imelindungi ikeselamatan idan ikesehatan iseluruh itenaga ikerja itermasuk ikontraktor idan istakeholder ilainnya iseperti ipelanggan idan ipemasok.
3. Mengorganisasikan iuntuk imelaksanakan ikebijakan iK3 isecara iefektif idengan iperan iserta iseluruh itingkatan imanajemen idan ipekerja.
Peningkatan Berkelanjutan Komitmen & Kebijakan Perencanaan SMK3 Penerapan SMK3 Pengukuran & Evaluasi Peninjauan Ulang & Peningkatan
Universitas Pertamina - 26
4. Merencanakan iSMK3, iperusahaan iwajib imembuat iperencanaan iyang iefektif iguna imencapai ikeberhasilan ipenerapan idan ikegiatan iSMK3 idengan isasaran iyang ijelas idan idapat idiukur.
5. Penerapan iSMK3, iperusahaan iwajib imenyediakan ipersonil iyang imemiliki ikualifikasi, isarana iyang imemadai isesuai iSMK3 iyang iditerapkan idengan imembuat iprosedur iyang idapat imemantau imanfaat iyang iakan ididapat imaupun ibiaya iyang iharus idikeluarkan.
6. Mengukur idan imemantau ihasil ipelaksanaan, idengan imenggunakan istandar iyang itelah iditetapkan iterlebih idahulu. iTerdapat idua imacam iukuran iyang idapat idigunakan, iyaitu iukuran iyang ibersifat ireaktif iyang ididasarkan ipada ikejadian ikecelakaan idan iukuran iyang ibersifat iproaktif ikarena ididasarkan ipada iupaya idari ikeseluruhan isistem.
7. Melakukan iaudit idan imeninjau iulang isecara imenyeluruh, idengan imelaksanakan iaudit iK3, imanajemen idapat imemeriksa isejauh imana iorganisasi itelah imelaksanakan ikomitmen iyang itelah idisepakati ibersama, imendeteksi iberbagai ikelemahan iyang imasih iada iyang imungkin iterletak ipada iperumusan ikomitmen idan ikebijakan iK3, ipada ipengorganisasian, iatau ipada iperencanaan idan ipelaksanaannya.
2.1.2.7 Dimensi dan Indikator Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dari beberapa literatur mengenai pengukuran SMK3, disimpulkan bahwa tidak terdapat standar baku dalam mengukur keberhasilan SMK3 di suatu organisasi / perusahaan. Hal ini disebabkan karena standarisasi SMK3 yang berbeda-beda dari masing-masing organisasi / perusahaan di berbagai negara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi dan indikator yang dikemukakan oleh Robert L. Mathis dan John H. Jackson yang menyatakan bahwa dalam mengukur keberhasilan SMK3 dapat dilakukan dengan meninjau elemen-elemen pelaksanaan pedoman SMK3 yang berlaku di negara tersebut.
Di Indonesia, pedoman penerapan SMK3 diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 yang membagi pedoman tersebut menjadi lima elemen. Berikut adalah elemen pelaksanaan SMK3 di Indonesia :