BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Remaja
1. Remaja a. Pengertian
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial (Hurlock, 2003).
Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Mighwar, 2006).
Menurut WHO (1974), mendefinisikan tentang remaja yang lebih konseptual dan memgemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya (Sarwono, 2011). Remaja adalah suatu masa
dimana individu mengalami perkembanganpsikologis dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa. Remaja adalah
suatu masa dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011).
b. Batasan Usia Remaja
Rentang usia pada remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal, antara usia 13 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Literature Amerika menentukan masa pubertas 11 – 12 atau 15 – 16 tahun, kemudian menentukan usia 13 – 17 tahun sebagai remaja awal dan 17 – 21 tahun sebagai remaja akhir (Mighwar, 2006).
Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dari segi psikologi rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun bagi perempuan, dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki (Hurlock, 2003). Batasan usia remaja menurut WHO, remaja awal yaitu 10 – 14 tahun, remaja akhir yaitu 15 – 20 tahun (Sarwono, 2011).
c. Ciri – ciri masa remaja (Hurlock, 2003) 1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apa
yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik.Perubahan fisik terjadi dengan pesat diikutu dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung cepat.Apabila terjadi perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri – sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki – laki maupun anak perempuan.Ada dua alasan bagi kesulitan itu yaitu pertama, sepanjang masa kanak – kanak masalah anak – anak sebagian diselesaikan orang tua dan guru – guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.Kedua, remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingi mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru – guru.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai dari akhir masa kanak – kanak.Penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari sikap individualistis.Penyesuaian diri dengan kelompok pada awal masa remaja masih tetap penting bagi anak laki – laki maupun perempuan. Namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalagh anak – anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takutr bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum – minuman keras, menggunakan obat – obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra citra yang mereka inginkan.
d. Ciri – ciri remaja menurut Mighwar (2006) 1) Ciri – ciri khas remaja awal
a) Tidak stabilnya emosi
Perasaan pada masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana embusan badai dan topan dalam kehidupan.karena itu tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba – tiba lebih lesu, dan dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu, termasuk dalam menentukan cita – cita.
b) Lebih menonjolnya sikap dan moral
Matangnya organ – organ seks mendorong remaja untuk mendekati lawan seksnya, sehingga kadang berperilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh sebagian masyarakat.
c) Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan
Pada awal remaja, kemampuan mental atau kemampuan berpikirnya mulai sempurna.
d) Membingungkannya status
Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi membingungkan, adalah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti – ganti, karena masih ragu memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak – kanak.
e) Banyaknya masalah yang dihadapi
Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja.selain adanya ciri–ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga menjadikannya banyak masalah.
f) Masa yang kritis
Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini.bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung dengan orang lain. sebaliknya, apabila dia mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa.
2) Ciri – ciri khas remaja akhir a) Mulai stabil
Dalam aspek fisik dan psikis remaja menunjukkan peningkatan kestabilan emosi.kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani membedakannya dengan masa remaja awal. Lebih realistis Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal.Contohnya, remaja awal memandang dirinya jelek, padahal sebenarnya tampan atau cantik atau berpandangan sebaliknya.
b) Lebih matang menghadapi masalah
Bila masa remaja awal menghadapi masalah dengan sikap bingung dan tingkah laku yang tidak efekif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang.kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah – masalah yang dihadapi baik secara sendiri maupun diskusi dengan teman sebaya.
c) Lebih tenang perasaannya
Secara umum pada masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah – masalahnya dibanding dengan masa remaja awal.remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan, dan kecewa, sebagaimana terjadi pada masa remaja awal.
e. Tugas Perkembangan (Hurlock, 2003)
Banyak tuntutan dan faktor-faktor sosial, religious, serta nilai dan norma yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung jawab. Menurut R.J.Havighurst tugas perkembangan adalah petunjuk yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan atau tuntutan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia tertentu. Arti ini mengandung makna pertama, dari segi orang dewasa, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada anak-anak sesuai
dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus bagi masa anak-anak) dan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa remaja.Kedua, dari segi anak yang sadar menuju kedewasaanya, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dalam masa kehidupan tertentu yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan lingkungannya yang lebih luas.
Karl C.Garrison membagi tugas perkembanganmenjadi enam kelompok berikut :
1) Menerima kondisi jasmani
Pada masa remaja ini, anak menjadi tumbuh cepat yang mengarahkannya pada bentuk orang dewasa, pertumbuhan ini juga diiringi dengan perkembangan sikap dan citra diri.Remaja putri sering mendambakan bintang pujaannya yang memiliki wajah cantik dan bertubuh langsing. Mereka sering membandingkan dirinya dengan teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak seperti bintang pujaannya atau teman sebanyanya.
2) Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebayanya yangberlainan jenis
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial terutama dengan lawan jenisnya.Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis ataupun sesaama jenis agar merasa dibutuhkan dan dihargai.
3) Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya
Pada masa ini, perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila remaja memiliki bentuk tubuh yang tidak memuaskan mereka akan menyesali dirinya sendiri. Padahal mereka seharusnya menerima kondisinya dengan penuh tanggung jawab.
4) Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi oleh setiap remaja. Apabila remaja tidak memiliki kebebasan emosional mereka akan menemui berbagai kesulitan dalam masa selanjutnya, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditempuhnya.
5) Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berkaitan dalam masalah ekonomi
Kelak para remaja akan hidup sebagai orang dewasa, kesanggupan disini mencakup dua tugas yaitu; pertama, mencari sumber keuangan atau pemasukan. Dalam hal ini remaja diharapkan belajar untuk lepas dari bantuan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan.Kedua, pengelolaan keuangan, dalam hal ini remaja diharapkan mampu mengatur pengeluarannya.
6) Memperoleh Nilai-nilai dan Filsafat hidup
Remaja seringkali sulit menerima kondisi fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep tentang penampilan diri pada waktu dewasa. Tugas untuk mengembangkan perilaku social yang bertanggung jawab berkaitan erat dengan masalah perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki. Kebanyakan remaja ingin diterima oleh teman-teman sebayanya tetapi orang dewasa menganggap perilaku remaja ini diartikan bahwa mereka belum bisa bertanggung jawab.
f. Keadaan emosi selama masa remaja (Hurlock,2003)
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.Tidak semua remaja mengalami
masa badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini.Menurut Gisell dan kawan – kawan dalam Hurlock, remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya.Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak punya keprihatinan.Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
1) Pola emosi pada masa remaja
Pola emosi remaja adalah masih sama dengan pola emosi masa kanak – kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan - rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada pengandalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak – ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang – orang yang menyebabkan amarah.
2) Kematangan emosi
Anak laki – laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara – cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah bahwa individu menilai situasi kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa
berpikir sebelumnya seperti anak – anak atau orang yang tidak matang.
B. Penyalahgunaan NAPZA
1. Pengertian
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi social. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya enak bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati, 2009 ).
2. Jenis NAPZA a. Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin, kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw, dimana putau mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.
Opiate disahgunakan dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama jalannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu
1) Opiate alamiah : morfin, opium, codein
2). Opiate semi sintetik : heroin/putau, hidromorfin
3). Opiate sintetik : meperidin, propoksipen, metadon Masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan opiate dapat berupa jangka pendekatau jangaka panjang, seperti gagal nafas, koma, kematian,
trauma dan kecelakaan pada saat mencari zat, AIDS dan hepatitis, infeksi lokal dan sistemik, serta komvulsi.
b. Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar erythroxylon coca, yang berasal dari amerika selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya di kunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan. Kokain mempunyai dua bentuk, yaitu kokain hidroklorid dan free base. Nama jalanan dari kokain adalah koka, coke, happy dust, charliesnow/ salju, putih.
c . Kanabis (ganja )
Kanabis mengandung delta-9 tetra-hidrokana-binol(THC). Ganja yang dibentuk sebagai rokok merupakan tanaman yang sudah dikeringkan dan di rajang, kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan bicara, baca, hitung akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial terhambat, menghindari persoalan bukan menghindarinya, dan kurang memikirkan masa depan.
d. Amfetamin
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan sebagai dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA (methilene dioxi methamphetamine) / ekstasi dan mentafetamin (sabu-sabu).
e. Lysergic acid (LSD)
Biasa didapatkan berbentuk seperti kertas berukuran kotak kecil, sebesar seperempat prangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
f. Sedatif hipnotik (benzodiazepine)
Sedatif (obat penenang) hipnotik (obat tidur) yang disalahgunakanadalah benzodiazepam. Cara penggunaannya dapat melalui oral, intravena, atau rektal.
g. Solvent/inhalansia
Adalah zat yang berbentuk gas dan dapat masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan (paru-paru).
h. Alkohol
Diperoleh dari proses permentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian. Hasil permentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%.
3. Penyebab penyalahgunaan NAPZA
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara factor yang terkait dengan individu, factor lingkungan, dan factor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause). Menurut Sumiati dkk ( 2009 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut :
a. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologi, psikologi, maupun social yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunaan NAPZA. Anak atau remaja dengan cirri-ciri tertentu mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi penyalahgunaan NAPZA, cirri-ciri tersebut antara lain :
1) Cenderung memberontak dan menolak otoritas
2). Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas, psikotik, kepribadian disosial.
3). Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
4). Rasa kurang percaya diri, rendah diri, dan memiliki citra diri
negative.
5). Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
6). Mudah murung, pemalu, pendiam.
7). Keingintahuan yang besar untuk mengikuti mode, karena
dianggap sebgai lambang keperkasaan dan kehidupan modern 8). Keinginan untuk diterima dalm pergaulan
9). Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang jantan
10). Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga
sulit mengambil keputusan untu memolak tawaran NAPZA dengan tegas.
11). Kemampuan komunikasi rendah
12). Melarikan diri sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,
ketidakmampuan, Kesepian, dan kegetiran hidup)
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi factor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar rumah,sekolah,teman sebaya maupun masyarakat.
Factor keluarga,terutama factor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahgunaan NAPZA antara lain: 1) Lingkungan Keluarga
a) Komunikasi orang tua kurang baik
b) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis c) Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi d) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
e) Orang tua otoriter atau serba melarang f) Orang tua yang serba membolehkan
g) Kurangnya orang tua peduli dab tidak tahu dengan masalah NAPZA
h) Tata tertib atau disiplin keluarga yng selalu berubah (kurang konsisten)
i) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
2) Lingkungan sekolah
a) Sekolah yang kurang disiplin
b) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA
c) Sekolah yang kurang member kesempatan pada siswa untuk mengembangkan dirinSecara kreatif dan posirif.
d) Adanya murid pengguna NAPZA e) Lingkungan teman sebaya
f) Berteman dengan penyalahgunaan
g) Tekanan atau ancaman teman kelompok atu pengedar 3) Lingkungan masyarakat atau social
a) Lemahnya penegakan hokum
b) Situasi politik, social dan ekonomi yang kurang mendukung
c. Faktor NAPZA
1) Mudanya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga terjngkau 2) Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
untuk dicoba
3) Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,Menidurkan.
4. Penanggulangan Masalah NAPZA
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, Pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi)
a. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
1) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA 2) Deteksi dini perubahan perilaku d. Menolak tegas untuk mencoba
(“Say no to drugs”) atau “Katakan Tidak pada narkoba”
b. Pengobatan Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara yaitu:
1) Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut.Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2). Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi
dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, ufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
c. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara
utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001). Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003). Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena tergantung ada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruangdetoksifikasi.