• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Lempung.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Lempung.pdf"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

6 6

2.1.1

2.1.1 Pengertian Tanah LiatPengertian Tanah Liat

Bowles (1991) dalam Endriani (2012) mendefinisikan tanah liat Bowles (1991) dalam Endriani (2012) mendefinisikan tanah liat (lempung) sebagai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm, (lempung) sebagai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm, dimana tanah lempung tersebut terdiri dari tanah dengan ukuran mikrokonis dimana tanah lempung tersebut terdiri dari tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan submikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur sampai dengan submikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.

kimiawi penyusun batuan.

Sedangkan menurut Terzaghi (1987) Tanah lempung sangat keras Sedangkan menurut Terzaghi (1987) Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Lempung adalah suatu silikat hidraaluminium yang kompleks dengan rumus Lempung adalah suatu silikat hidraaluminium yang kompleks dengan rumus kimia : Al

kimia : Al22OO33.nSiO.nSiO22.kH.kH22O dimana n dan k merupakan nilai numerik molekulO dimana n dan k merupakan nilai numerik molekul

yang terikat dan bervariasi untuk masa yang sama. Mineral lempung yang terikat dan bervariasi untuk masa yang sama. Mineral lempung mempunyai daya tarik menarik individual yang mampu menyerap 100 kali mempunyai daya tarik menarik individual yang mampu menyerap 100 kali volume partikelnya. Ada atau tidaknya air (selama pengeringan) dapat volume partikelnya. Ada atau tidaknya air (selama pengeringan) dapat menghasilkan perubahan volume dan kekuatan yang besar. Partikel-pertikel menghasilkan perubahan volume dan kekuatan yang besar. Partikel-pertikel lempung juga mempunyai gaya tarik antar partikel yang sangat kuat yang lempung juga mempunyai gaya tarik antar partikel yang sangat kuat yang untuk sebagian menyebabkan kekuatan yang sangat tinggi pada suatu untuk sebagian menyebabkan kekuatan yang sangat tinggi pada suatu  bongkahan

 bongkahan kering (batu lempungkering (batu lempung).).

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung Hardiyatmo (1999) dalam Derry Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung Hardiyatmo (1999) dalam Derry Endriani (2012) adalah sebagai berikut :

Endriani (2012) adalah sebagai berikut : 1. Ukuran butir halus, kurang dari

1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm0,002 mm 2. Permeabilitas rendah

2. Permeabilitas rendah

3. Kenaikan air kapiler tinggi 3. Kenaikan air kapiler tinggi 4. Bersifat sangat kohesif 4. Bersifat sangat kohesif

5. Kadar kembang susut yang tinggi 5. Kadar kembang susut yang tinggi 6. Proses konsolidasi lambat

(2)

Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat

Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat ialah kata umumialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang  paling

 paling banyak banyak menyusun menyusun kerak kerak bumi. bumi. Lempung Lempung terbentuk terbentuk dari dari prosesproses  pelapukan

 pelapukan batuan batuan silika silika oleh oleh asam asam karbonat karbonat dan dan sebagian sebagian dihasilkan dihasilkan daridari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat  basah. Karena

 basah. Karena perilaku iperilaku inilah nilah beberapa jenis beberapa jenis tanah tanah dapat membentuk dapat membentuk kerutan- kerutan-kerutan atau “pecah

kerutan atau “pecah-- pecah” bila kering. pecah” bila kering.

Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang tanah halus yang tidak ter

tanah halus yang tidak termasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuranmasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuran  partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua  partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan  juga tanah

 juga tanah liat. liat. Perbedaan antara lumpur Perbedaan antara lumpur dan tanah dan tanah liat liat bervariasi. Geolog danbervariasi. Geolog dan ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran  partikel

 partikel dari dari 2 2 pm pm (tanah (tanah liat liat halus halus yang yang dari dari silts), silts), sedimentologists sedimentologists seringsering menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM

liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM dan silts lebih besar.dan silts lebih besar. Clay

Clay adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi sebagian besar terdiri dari mineral

(3)

Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat

Menurut wikepidia.org (2013) lempung atau tanah liat ialah kata umumialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang  paling

 paling banyak banyak menyusun menyusun kerak kerak bumi. bumi. Lempung Lempung terbentuk terbentuk dari dari prosesproses  pelapukan

 pelapukan batuan batuan silika silika oleh oleh asam asam karbonat karbonat dan dan sebagian sebagian dihasilkan dihasilkan daridari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat  basah. Karena

 basah. Karena perilaku iperilaku inilah nilah beberapa jenis beberapa jenis tanah tanah dapat membentuk dapat membentuk kerutan- kerutan-kerutan atau “pecah

kerutan atau “pecah-- pecah” bila kering. pecah” bila kering.

Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari Seorang geolog mengungkapkan bahwa tanah liat dibedakan dari kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang kehalusan tanah oleh perbedaan dalam ukuran dan mineralogi. Silts , yang tanah halus yang tidak ter

tanah halus yang tidak termasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuranmasuk mineral lempung, cenderung memiliki ukuran  partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua  partikel lebih besar dari tanah liat, tetapi ada beberapa tumpang tindih di kedua ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan ukuran partikel dan sifat fisik lainnya, dan ada banyak yang meliputi silts dan  juga tanah

 juga tanah liat. liat. Perbedaan antara lumpur Perbedaan antara lumpur dan tanah dan tanah liat liat bervariasi. Geolog danbervariasi. Geolog dan ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran ilmuwan tanah biasanya mempertimbangkan pemisahan terjadi pada ukuran  partikel

 partikel dari dari 2 2 pm pm (tanah (tanah liat liat halus halus yang yang dari dari silts), silts), sedimentologists sedimentologists seringsering menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur menggunakan pM 4-5, dan koloid kimia menggunakan 1 pM. insinyur Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas Geoteknik membedakan antara silts dan tanah liat berdasarkan sifat plastisitas tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah tanah, yang diukur dengan tanah „ Batas Atterberg . ISO 14688 partikel tanah liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM

liat sebagai nilai lebih kecil dari 2 pM dan silts lebih besar.dan silts lebih besar. Clay

Clay adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih adalah istilah umum termasuk banyak kombinasi satu atau lebih mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi mineral lempung dengan jejak oksida logam dan bahan organik. liat geologi sebagian besar terdiri dari mineral

(4)

variabel air terperangkap dalam struktur mineral. Tanah liat dihasilkan oleh variabel air terperangkap dalam struktur mineral. Tanah liat dihasilkan oleh alam, yang bersal da

alam, yang bersal dari pelapukan kerak buri pelapukan kerak bumi yang sebagian bemi yang sebagian besar sar tersusuntersusun oleh batuan

oleh batuan feldspatik  feldspatik , terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi, terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi tersebut terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium. tersebut terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium. Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat. Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat. kemudian membentuk terjadinya tanah liat (Sappie, 2006).

kemudian membentuk terjadinya tanah liat (Sappie, 2006). Menurut Sappie (2006) tanah liat atau tanah lempung memiliki

Menurut Sappie (2006) tanah liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagaiciri-ciri sebagai  berikut:

 berikut: 1.

1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahanTanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan  pertanian.

 pertanian. 2.

2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuatTekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.

menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya. 3.

3. Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus. 4.

4. Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnyaMerupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 1000

yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 100000C.C.

Gambar

Gambar 2.1 2.1 ciri-ciri tanah ciri-ciri tanah liatliat Sumber : Ebook (Sappie,2006) Sumber : Ebook (Sappie,2006)

(5)

2.1.2

2.1.2 Jenis-Jenis Tanah LiatJenis-Jenis Tanah Liat 1.

1. Tanah liat PrimerTanah liat Primer

(Wahyu, dkk. 2009) menyebutkan tanah liat primer (residu) (Wahyu, dkk. 2009) menyebutkan tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan

adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan  feldspatik feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak

asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebihberpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air,

murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenagatenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam  pembentuka

 pembentukan n tanah tanah liat liat primer. primer. Karena Karena tidak tidak terbawa terbawa arus arus air air dan dan tidaktidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu matang berkisar antara 1300

matang berkisar antara 130000CC –  – 14001400 00C, bahkan ada yang mencapaiC, bahkan ada yang mencapai 1750

175000C. Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite,C. Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite,  feldspatik 

 feldspatik , kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di t, kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yangempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras  basalt

 basalt dan dan andesit andesit akan akan memberikan memberikan lempung lempung merah merah sedangkan sedangkan granitgranit akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa dan alumina dapat akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil samping pelapukan batuan

samping pelapukan batuan  feldspatik  feldspatik   yang menghasilkan tanah liat  yang menghasilkan tanah liat kaolinit (Sappie, 2006) .

kaolinit (Sappie, 2006) .

Gambar 2.2 Tanah liat Primer Gambar 2.2 Tanah liat Primer

Sumber : Ebook (Sappie, 2006) Sumber : Ebook (Sappie, 2006)

(6)

Menurut Sappie (2006) dalam ebooknya mengatakan bahwa tanah liat  primer memiliki ciri-ciri:

- Berwarna putih sampai putih kusam - Cenderung berbutir kasar

- Bersifat tidak plastis - Daya lebur tinggi - Daya susut kecil - Bersifat tahan api

Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat dijelaskan melalui gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua  partikel dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikel- partikel tidak saling menggelincir (Sappie, 2006).

2. Tanah liat Sekunder

Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil  pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya

(Wahyu, dkk, 2009).

Gambar 2.3 Tanah liat Sekunder Sumber : Ebook (Sappie,2006)

(7)

Perpindahan jauh ini dikarenakan tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis (Sappie, 2006).

Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat  primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel  –   partikel yang halus akan mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung  bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai  bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga

merupakan bahan pengotor tanah liat (Sappie, 2006).

Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur dengan bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus,  berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara 9000C-14000C. Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liat primer (Sappie, 2006). .

Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil  porositasnya, sehingga menjadi kedap air. Dibanding dengan tanah liat  primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih

(8)

gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abu-abu muda sampai coklat muda ke tua (Sappie, 2006)..

Tanah liat sekunder menurut Sappie (2006) memiliki ciri-ciri: - Kurang murni.

- Cenderung berbutir halus. - Bersifat plastis.

- Berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning kecoklatan, kemerahan, kehitaman.

- Daya susut tinggi.

- Suhu bakar 12000C – 13000C, ada yang sampai 14000C ( fireclay,  stoneware, ballclay).

- Suhu bakar rendah 9000C – 11800C, ada yang sampai 12000C (earthenware).

Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi dan unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan  jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya

kandungan oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut tanah cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang lebih rendah, kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun  putih akan matang pada suhu yang lebih tinggi (Sappie,2006).

Menurut Ro Sulistya (2012) berdasarkan titik leburnya, tanah liat sekunder dapat dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu :

1. Tanah Liat Tahan Api (Fireclay ).

Kebanyakan tanah liat tahan api berwarna terang (putih) ke abu-abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam dalam bentuk  bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar alumina tinggi dan  berkadar alkali rendah. Titik leburnya mencapai suhu ± 1500 ºC. Yang tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan dibakar pada suhu tinggi tanpa mengubah bentuk, misalnya kaolin dan mineral tahan

(9)

api seperti alumina dan silika. Bahan ini sering digunakan untuk bahan campuran pembuatan massa badan siap pakai, untuk produk stoneware maupun porselin.

Karena beberapa sifatnya yang menguntungkan, antara lain  berwarna putih, mempunyai daya lentur dan sebagainya, maka Kaolin  juga dipakai sebagai bahan pengisi untuk produk kertas dan kosmetik. 2. Tanah Liat Stonewar e .

Tanah liat stoneware  ialah tanah liat yang dalam pembakaran gerabah (earthenware) tanpa diserta perubahan bentuk. Titik lebur tanah liat stoneware bisa mencapai suhu 1400 ºC. Bisaanya berwarna abu-abu,  plastis, mempunyai sifat tahan api dan ukuran butir tidak terlalu halus. Jumlah deposit di alam tidak sebanyak deposit kaolin atau mineral tahan api. Tanah liat  stoneware  dapat digunakan sebagai bahan utama  pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau menggunakan campuran bahan lain. Setelah suhu pembakaran mencapai ± 1250 ºC, sifat fisikanya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap air dan  bila diketuk bersuara nyaring.

3. Ballclay .

Disebut juga sebagai tanah liat sendimen.  Ballclay  berbutir halus, mempunyai tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan  bisaanya berwarna abu-abu. Tanah liat ini mempunyai titik lebur antara

1250 ºC s/d 1350 ºC. Karena sangat plastis, ballclay hanya dapat dipakai sebagai bahan campuran pembuatan massa tanah liat siap pakai.

4. Tanah Liat Earthenware .

Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tanah liat ini memiliki tingkat  plastisitas yang cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah coklat dan titik leburnya sekitar 1100 ºC s/d 1200 ºC. tanah liat merah  banyak digunakan di industri genteng dan gerabah kasar dan halus.

Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat, karena kandungan besinya mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan lebih kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal.

(10)

5. Tanah Liat Lainnya. Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat

monmorilinit .

contohnya bentonit   yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini hanya digunakan sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam  jumlah yang relatif kecil.

2.1.3 Proses terbentuknya tanah liat Primer dan Sekunder

Tanah liat merupakan mineral murni yang terdapat pada batuan  panas dan padat, karena terjadi pelapukan maka terbentuk partikel- partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari batuan induk dengan ukuran partikel yang hampir sama, sedangkan sebagian lagi tetap tinggal dilokasi dimana batuan induk berada. Selama berpindah tanah liat menjadi tidak murni, kehilangan mineral-mineral pengikatnya. Hasilnya  berupa jenis tanah liat mulai dari yang kasar sampai yang halus dengan kemungkinan terjadi perubahan warna dan komposisinya. Dari peristiwa alam tersebut, maka terdapat tanah liat yang tidak berpindah tempat atau terdapat didaerah asalnya, tanah liat ini disebut tanah liat primer yang merupakan hasil akhir dari serangkaian proses yang juga disebut residu. Contoh tanah liat ini yang umum adalah china clay  atau kaolin. Sedangkan tanah liat yang berpindah dari daerah asalnya dan mengendap didaerah rendah disebut tanah liat sekunder atau tanah liat sedimen, seperti ballclay, redmals  (campuran tanah liat, pasir, dan kapur), stoneware dan lain-lain.(Sappie, 2006)

Gambar 2.4. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder Sumber : Ebook (Sappie,2006)

(11)

Tanah liat merupakan suatu mineral yang terbentuk dari struktur  partikel-partikel yang sangat kecil, terutama dari mineral-mineral yang

disebut kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3),

dengan Oksida Silika (SiO2) dan air (H2O) (Ambar, 2008).

Bentuk partikel-partikelnya seperti lempengan kecil-kecil hampir terbentuk segi enam (hexagonal ) dengan permukaan yang datar yang tidak dapat dilihat dengan mata secara langsung, dengan bentuk partikel seperti ini menyebabkan tanah liat mempunyai sifat liat (plastis) dan mudah dibentuk bila dicampur dengan air, hal ini karena partikel-partikel tersebut saling terjadi perubahan secara alamiah (Norton, 2000).

Gambar 2.5 Bentuk Partikel tanah liat Sumber : F.H Norton (2000)

Menurut Frank and Janet Hamer (1997) Perubahan alamiah yang  berlangsung terus menerus menyebabkan terbentuknya tanah liat primer dan sekunder, yang juga menyebabkan perbedaan tempat ditemukan (pengendapan) tanah liat tersebut.

(12)

Secara sederhana asal usul tanah liat dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.

Gambar 2.6. Asal Usul tanah liat secara sederhana (sumber : Frank Hammer and Janet Hammer)

2.1.4 Pembentukan Mineral Lempung

Menurut Prihatin Tri Setyobudi (2010) dalam buku berjudul sifat-sifat fisik mineral „Mineralogy” mengatakan bahwa mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron). Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang  berulang (Sappie,2006). lembaran-lembaran kristal yang memliki

struktur atom yang berulang tersebut adalah: 1. Tetrahedron / Sil ica sheet

Merupakan gabungan dari Silica Tetrahedron

Gambar 2.6: a. Tetrahedron; b. Silica Sheet Sumber : Ebook (Sappie,2006)

(13)

2. Octahedron / Al umi na sheet

Merupakan gabungan dari Alumina Octahedron.

Gambar 2.7: c. Octahedron; d. Alumina Sheet Sumber : Ebook (Sappie,2006)

Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi lempung dan produk lain (sappie, 2006).

Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena  proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang terkandung dalam batuan itu.

Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya dapat dibedakan menjadi belasan jenis mineral lempung dan diantaranya:

-  Kaolinit  -  Halloysite - momtmorillonite (bentonites) - illite -  smectite - vermiculite - chlorite - attapulgite - allophone

(14)

Dalam dunia perdangan kita mengenal beberapa tipe mineral lempung, diantaranya adalah: -  Ball clay -  Bentonite - Common clay -  Fire clay -  Fuller’s earth -  Kaolin.

2.1.5 Manfaat Tanah Lempung

Tanah liat lebih dikenal sebagai bahan utama pembuatan keramik atau pun porselen sebagai hiasan rumah. Selain daripada bahab utama tersebut, tanah liat juga memiliki manfaat lain. Dari penelitian, tanah liat  juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kecantikan kulit. Hal ini terbukti karena tanah liat memiliki 67 mineral penting yang berguna  buat tubuh. Ke 67 mineral tersebut antara lain, kalsium, zat besi, magnesium, mangan, potasium, silika,dan elemen-elemen  trace  lainnya (Jimmy,2011).

Berdasarkan data survei menurut Jimmy (2011), penggunaan tanah liat untuk kesehatan telah dilakukan oleh Bangsa Indian di  pegunungan Andes, Suku asli Meksiko, Suku Aborigin di Australia, dan Suku di Afrika Tengah. Perlu diketahui juga kalau sejak 4.000 tahun yang lalu, orang-orang Indonesia telah memakan tanah liat untuk menghilangkan sakit perut, Buruli Ulcer (mirip seperti Lepra) dan Tuberculosis Mycobacterium (penyakit yang memakan daging).

Manfaat tanah liat menurut Jimmy (2011) antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai obat untuk sakit perut, karena tanah liat memiliki zat seperti

(15)

2. Sebagai pengurang rasa sakit di luka, hal ini dikarena oleh sifat tanah liat yang adem dan memiliki kandunga Zink dan Zat besi yang membantu  penyembuhan luka.

3. Sebagai detox tubuh. Tanah liat yang bersifat seperti sponge ini dapat digunakan untuk menyerap racun-racun ditubuh kita seperti bakteri, zat logam berbahaya, dll.

4. Untuk kecantikan, tanah liat bermanfaat untuk mengencangkan kulit dan memuluskan kulit Anda jika digunakan sebagai masker atau lulur tubuh.

2.1.6 Karakteristik Fisik Tanah Lempung Lunak

Menurut Bowles (1989) dalam Endriani (2012), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya memiliki sifat-sifat:

a. Hidrasi

Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan ini pada umumnya mempunyai tebal dua molekul karena itu disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan difusi ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya. Lapisan ini akan hilang  pada temperatur yang lebih tinggi dari 600 sampai 1000oC dan akan mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian air juga dapat menghilang cukup dengan pengeringan udara saja.

b. Aktivitas.

Hasil pengujian index propertiesdapat digunakan untuk mengidentifikasi tanah ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953) mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP) dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.

d. Flokulasi dan Dispersi.

Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi secara acak atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan cepatnya membentuk sedimen yang lepas. Flokulasi adalah peristiwa

(16)

 penggumpalan partikel lempung di dalam larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai pH > 7. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+), sedangkan  penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Untuk

menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam. e. Pengaruh Zat cair

Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak murni secara kimiawi. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air yang berfungsi sebagai  penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif

dan muatan negative pada ujung yang berbeda (dipolar). Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (CCl4) yang jika dicampur lempung

tidak akan terjadi apapun.

f. Sifat kembang susut (swel li ng potensial )

Plastisitas yang tinggi terjadi akibat adanya perubahan sistem tanah dengan air yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya didalam struktur tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang berdekatan yang terdiri dari gaya elektrostatis yang bergantung pada komposisi mineral, serta bergantung  pada jarak antar permukaan partikel.

2.2 Semen

2.2.1 Pengertian Semen

Semen merupakan material perekat untuk kerikil (agrerat kasar), pasir,  batubata, dan material sejenis lainnya. Material semen telah banyak digunakan sejak zaman Yunani, Romawi, dan Mesir Kuno. Sebagian monumen dan  bangunan peninggalan sejarah yang saat ini masih bisa kita saksikan,

merupakan bukti bahwa material semen sudah digunakan sejak zaman dulu. Orang Mesir sudah menggunakan semenuntuk konstruksi pyramid mereka. Orang Yunani dan orang Roma menggunakan turf vulkanik yang dicampur

(17)

dengan gamping sebagai semen, dan beberapa diantara bangunan ini masih  berdiri sekarang (Syarif Hidayat,2009) .

 pada abad ke-18 (1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton  berkebangsaan Inggris telah mebuat campuran semen, yaitu merupakan campuran antara batu kapur dan tanah liat yang kemudian dia pakai untuk membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Comwall, Inggris. Namun,  bukan Smeaton yang mempatenkan semen ini tapi seorang insinyur yang  berkebangsaan sama dengannya yaitu Josep Aspdin yang mematenkan semen  pada tahun 1824, yang kemudian di sebut dengan Semen Portland. Dinamai Portland karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat yang ada di Pulau Portland, Inggris (Syarif Hidayat,2009) .

Hasil rekayassa Aspdin inilah yang sekarang banyak dijumpai di toko-toko bangunan. Sebenarnya, ramuan Aspdin tidak jauh berbeda dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, yaitu batu kapur sebagai sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak menggandung silica, alumina, serta oksidasi besi. Kemudian, tahun 1845 Issac Johnson melakukan penelitian lanjutan mengenai semen dan hasilnya sangat berperan dalam pengembangan industri semen modern (Syarif Hidayat,2009).

Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen portland terutama yang terdiri atas Kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis dan digiling  bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal

senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Semen merupakan bahan yang digunakan untuk berbagai keperluan terutama dalam pembagunan. Bahan mentah yang dibutuhkan dalam  pembuatan semen antara lain batu kapur ( Limestone), tanah liat (clay) , pasir

silica dan pasir besi. Adapun bahan-bahan tersebut setidaknya mengandung  Limestone (+/- 82%), Clay (+/- 13,5%), Pasir Silika (+/- 3%), dan Pasir besi

(18)

2.2.2 Bahan baku dan produksi semen

Bahan baku utama yang digunakan yaitu batu kapur ( Lime Stone) dan tanah liat (Clay).

1. Batu kapur ( Lime Stone)

Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai tempat. Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber utama senyawa Ca. Kekerasan batu kapur antara 1,8 –  3,0 skala mesh, warna  pada batu kapur dipengaruhi oleh tingkat kandungan unsur  –   unsur besi, clay (tanah liat), dan MgO. Batu kapur ini memberikan kandungan CaO dan sedikit mengandung MgO.

2. Tanah liat (Clay)

Tanah liat merupakan bahan baku semen yang mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi. Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai warna cokelat kemerah – merahan serta tidak larut dalam air.

Tabel 2.1 Sifat –  Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Utama  No Sifat  –   Sifat

Bahan

Komponen Bahan Baku

Batu Kapur Tanah Liat

1 2 3 4 5 6 Rumus kimia Berat molekul Densitas Titik leleh Warna Kelarutan CaCO3 100,09 g/gmol 2,71 g/ml 1339oC Putih keabu  –  abuan

Larut dalam air, asam NH4Cl Al2O3.K 2O.6SiO2.2H2O 796,40 g/gmol 2,9 g/ml Terurai pada 1450 oC Coklat kemerah  –  merahan

Tidak larut dalam air, asam, pelarut lain

(19)

Bahan Baku Penunjang (Korektif )

Bahan baku korektif   adalah bahan tambahan pada bahan baku utama apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida  –   oksidanya  belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya,  bahan baku korektif  yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika ( silica sand ) dan pasir besi (iron sand ).

1. Pasir silika ( silica sand )

Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat

yang rendah.

2. Pasir besi (iron sand )

Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3  yang biasanya

dalam bahan baku utama masih kurang.

Tabel 2.2 Sifat –  Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Penunjang  No Sifat –  Sifat Bahan Komponen Bahan Baku

Pasir Silika Pasir Besi

1 2 3 4 5 6 7 Rumus kimia Berat molekul Densitas Titik leleh Titik didih Warna Kelarutan SiO2 60,06 g/gmol 1,32 g/ml 1710oC 2230oC Coklat keputihan

Tidak larut dalam air, alkali tetapi larut dalam HF Fe2O3 159,70 g/gmol 5,12 g/ml Terurai pada 1560oC -Hitam Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam HCl

Bahan Baku Tambahan

Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak atau klinker   untuk memperbaiki sifat  –   sifat tertentu dari semen yang

(20)

dihasilkan. Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu  pengikatan semen adalah Gypsum.

Tabel 2.3 Sifat –  Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku Tambahan  No Sifat –  Sifat Bahan Gypsum

1 2 3 4 5 6 7 Rumus kimia Berat molekul Densitas Titik leleh Titik didih Warna Kelarutan CaSO4. 2H2O 172,17 g/gmol 2,32 g/ml 128 oC 163 oC Putih

Larut dalam air, gliseril, Na2S2O3

dan garam NH4 Sumber: Perry, R. H, tahun 1989

Pada dasarnya tiap-tiap industri semen memiliki proses produksi yang hamper sama, perbedaannya terdapat pada tata letak dan peralatan yang digunakan. Secara umum ada dua jenis proses produksi semen, yaitu dry  process  dan wet process. Pada dry process, tahapan penggilingan ( grinding ) dan pencampuran (blending ) bahan baku dilakukan dalam kondisi kering.  Namun pada wet process, campuran bahan bakunya dilakukan pada kondisi  basah.

2.3 Pengisi Karet (Rubber F il ler )

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Micky, 2012).

(21)

Sumber utama karet adalah pohon karet  Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut dengan lateks. Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30% partikel karet. Pada tanaman karet, lateks dibentuk dan terakumulasi dalam sel-sel pembuluh lateks yang tersusun pada setiap jaringan  bagian tanaman, seperti pada bagian batang dan daun. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Penyadapan ini harus dilakukan secara hati-hati karena kesalahan dalam penyadapan dapat membahayakan bahkan mematikan pohon karet (Micky, 2012).

Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet ), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber ) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri ( sheet, crumb rubber ) dan produk turunannya seperti ban, komponen dan sebagainya. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai  bahan baku pabrik Crumb Rubber (Karet Remah), yang menghasilkan berbagai  bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung

tangan, baju renang, karet gelang dan lainnya (Micky,2012).

Industri lateks karet alam merupakan industri yang sudah lama berada di Negara kita Indonesia. dan merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyakmenunjang perekonomian Negara. Indonesia merupakan sebuah negara penghasil produk latekskaret alam dunia seperti sarung tangan. Adapun  produk-produk yang dihasilkan dari lateks karet alam antara lain pita  berpelekat, balon, pembalut luka elastis, tiub stateskop, pakaian dalam, busa

spring bed, dan lain –  lain (Ekonopita,2000).

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Free University, Belanda, diproyeksikan bahwa konsumsi karet sampai dengan tahun 2020 akan tetap meningkat baik untuk karet alam maupun sintetik. Proyeksi konsumsi karet

(22)

dunia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 13,472 juta ton dan proyeksi  produksi sebesar 7,8 juta ton. Dengan demikan terjadi kekurangan pasokan

karet sebesar 5,654 juta ton yang merupakan peluang bagi pasar di Indonesia. Bahan pengisi karet sangat memegang peranan penting dalam industri  ban dan polimer, karena fungsi bahan pengisi untuk menurunkan biaya  produksi dan menguatkan kekuatan mekanik. Menurut prayitno (1983), bahan  pengisi karet sangat berpengaruh pada sifat-sifat karet vulkanisasi yang dihasilkan, baik jenisnya maupun jumlahnya. Pada beberapa pencampuran komponen, arang hitam (black carbon) merupakan bahan pengisi aktif karena selain sebagai pengisi bahan ini juga berfungsi sebagai pewarna (warna hitam) dan penguat.

Karet alam tidak memiliki regangan , kekerasan, dan modulus yang sesuai dengan keperluan pabrik karet.Maka diperlukan untuk menambahkan material yang bertujuan untuk meningkatkan karakteristik karet alam pada tingkatan yang diinginkan (Studebaker, 1957). Untuk menghasilkan barang  jadi karet yang tahan terhadap pengusangan perlu penyesuaian sistem vulkanisasi dan ditambahkan anti oksidan, anti ozon, dan sebagainya. Untuk memperkuat sifat fisik dan menekan biaya pengolahan dengan memperbesar volume dapat ditambahkan bahan pengisi.Processing aid digunakan untuk mempermudah pengolahan sehingga terjadi pencampuran yang baik, dispersi  bahan pengisi yang baik, akan menghasilkan kompon yang baik sehingga

dihasilkan barang jadi yang baik (www.industrikaret.com).

Salah satu material yang digunakan dalam pencampuran karet alam adalah bahan pengisi (filler). Bahan pengisi ini membantu dalam mencapai karakteristik yang diinginkan dan merupakan material paling besar kedua dalam hal kuantitas didalam suatu campuran karet setelah karet itu sendiri (Brennan and Jermyn, 1965).

Bahan pengisi digunakan untuk memperkuat karet dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi,pewarnaan, meningkatkan kepadatan dan meningkatkan sifat pemrosesan. Umumnya penguatan karet merupakan bidang yang penting dalam teknologi pemrosesan karet. Dimana penguatan karet dapat

(23)

meningkatkan satu atau lebih sifat elastomer,yang bertujuan untuk kesesuaian terhadap kegunaannya (Morton, 1987). Dalam hal ini Morton juga mengungkapkan bahwa tanah liat dapat digunakan sebagai bahan pengisi karet dengan di tambahkan carbon black. Perbandingan hasil olahan pebgisi karet dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Hard Clay in SBR (50 Volumes)  Hard Clay 130 phr  N-990  Black 100 phr  N-650 20 phr (Black)  Hard clay (104 phr)  ML 1+4 (100 C) 72 57 71 300% modulus, Mpa 1.9 5.3 7.0

 pTensile Strength, Mpa 14.2 10.0 18.6

 Elongation, % 590 610 620  Hardness 70 70 78 Compression set (B), % 60 28 45  Die C tear, kN/m 16 14 17.9  Abrasion Index 27 23 27 Sumber : Morton, 1987

Banyak pengisi mineral yang digunakan secara meluas oleh industri karet alam dan lateks karet alam, adapun pengisi tersebut seperti karbon black, kaolin, dan kalsium karbonat. Kalsium karbonat adalah bahan yang paling diminati pada tahun terakhir ini karena ketersediannya dan biaya  pengolahannya rendah (Danneberg, 1981).

Penambahan bahan pengisi diterapkan dengan fungsi untuk mengurangi  pemakaian kardkk.am dan menambah tingkat kekuatan dari produk yang dihasilkan serta mengurangi biaya produksi. Adapun untuk bahan pengisinya yaitu berupa non-black fillers for elastomer   yang diantaranya adalah kalsium karbonat, tanah liat kaolin, silika yang diendapkan, bedak, barit, silika amorf, diatomite (Adnan dkk., 2009).

Maurice Morton dalam buku  Rubber Technology  ( 1987) dan H.H. Muray dalam buku Aplied Clay Mineralogy (2006) menengungkapkan bahwa tanah liat dapat digunakan untuk berbagai aplikasi karena sifat teknis yang  baik dan karena rasio biaya dan kinerja yang sangat menguntungkan.

(24)

Tanah liat banyak digunakan sebagai untuk senyawa karet dari semua  jenis, termasuk komponen ban seperti senyawa serat perekat, dan seluruh rentang non-ban. Aplikasi karet digunakan karena memiliki daya penguatan  baik, biaya moderat dan processability baik yang diinginkan. Tanah liat memiliki sifat semi-memperkuat yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai  pengisi utama dalam karet atau untuk mengganti sebagian atau memperpanjang lebih tinggi memperkuat karbon hitam. Senyawa karet mengandung rata-rata kurang dari 5 lbs. Bahan kimia tambahan per 100 lbs elastomer , sedangkan  filler   biasanya 10-15 kali lebih tinggi . Bahan yang digunakan untuk

memodifikasi sifat-sifat produk karet , bahan pengisi sering memainkan peran  penting . Sebagian besar pengisi karet yang digunakan saat ini menawarkan  beberapa manfaat fungsional yang memberikan kontribusi untuk processability atau kegunaan produk karet .  Butadiene rubber stirena  misalnya , memiliki hampir tidak ada penggunaan komersial sebagai senyawa terisi ( Ebook Non  Black Filler for Rubber  hlm 2).

Tanah liat juga digunakan sebagai agen semi-penguat untuk karet, dan sekitar £ 900.000.000 digunakan per tahun di Amerika Serikat Paling adalah tanah liat keras ditambang di Georgia dan Carolina Selatan. Hal ini digunakan dalam bangkai ban, dinding samping, dan isolasi manik. Liat menawarkan  beberapa penguatan terhadap senyawa karet tetapi kurang dari memperkuat nilai karbon hitam. Biaya tanah liat biasanya $ 0,03 sampai $ 0,05 per pon. Silan lempung putih yang dimodifikasi digunakan dalam dinding samping  putih (CWC 1997).

Tanah liat kaolin biasanya digunakan untuk mengurangi biaya  penggunaan senyawa karet serta meningkatkan sifat fisik atau saat operasi. Tanah liat kaolin adalah aluminosilikat platy. Tanah liat yang digunakan untuk  pengisi karet di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu tanah liat keras dan tanah liat lunak yang memiliki ukuran partikel yang berbeda dan juga mempengaruhi stuktur kekerasan karet. Tanah liat keras memiliki ukuran  partikel rata-rata sekitar 250 sampai 500 nm, dan mempunyai modulus kekuatan tarik tinggi, kekakuan, dan ketahanan abrasi yang baik untuk

(25)

senyawa karet. Tanah liat lunak memiliki ukuran partikel rata-rata sekitar 1000-2000 nm dan digunakan untuk beban ekonom tinggi dan tingkat ekstrusi lebih cepat lebih penting daripada kekuatan. Dalam anisometry (bentuk planar) dan perhitungan ukuran partikel tanah liat mempengaruhi pada modulus dan kekerasan. Tanah liat keras lebih banyak digunakan dari tanah liat lunak atau lembut karena dalam pencampurannya karet menghasilkan efek semi-memperkuat dan biaya utilitas yang rendah sebagai pelengkap pengisi lainnya. Tanah liat digunakan untuk menggantikan sebagian dari karbon silika hitam atau endapan silika yang harganya lebih mahal dalam senyawa tertentu tanpa mengurangi sifat fisik produk yang dihasilkan nantinya. Berikut adalah gambar struktur dari tanah liat kaolin (Ebook Non Black Filler for Rubber).

Gambar 2.8 struktur tanah liat kaolin Sumber : (Ebook Non Black Filler for Rubber)

Beberapa tanah liat dicuci dengan menggunakan air guna meningkatkan  pembersihan kotoran pada tanah liat supaya warna tanah liat cerah. Penambahan Aminosilan dan mercaptosilane pada tanah liat keras memberikan  penguatan yang lebih baik dan dalam beberapa aplikasi dapat mengurangi  penggunaan silika carbon hitam. Berikut adalah beberapa gambar dari tanah

liat kaolin yang digunakan sebagai pengisi karet.

Gambar 2.9varius types of kaolin clay fillers

(26)

Menurut Adnan.dkk (2009) terdapat proses dasar untuk memproduksi kaolin clay untuk penguatan karet dari hasil tambang:

-  bijih tanah liat digiling untuk memecah gumpalan. Proses Ini adalah  bentuk paling mahal karena tanah liat keras memiliki penguatan

moderat yang tinggi.

- tanah liat dicuci dengan air akan melibatkan pemisahan secara gravitasi, kemudian pemutihan dan pemisahan magnetik untuk meningkatkan warna tanah liat dan rotary  untuk menghasilkan berbagai ukuran  partikel yang diinginkan. Pencucian tanah liat dengan air guna menghasilkan penguatan yang lebih tinggi dengan kemampuan untuk mengontrol pH, warna dan ukuran partikel.

- delaminated kaolin dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau dengan cara memecahkan struktur trombosit dari tanah liat, yang selanjutnya meningkatkan penguatan properti.

- Dikalsinasi yaitu dengan dipanaskan sampai 1.0000C, yang menghasilkan warna putih dengan permukaan timggi mineral serta daerah permukaan inert.

Adapun menurut (Bunga Prameswari, 2008) komposisi kimia tanah liat yang di analisa dengan menggunakan alat Scanning Electron  Microscopy (SEM) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 2.5 komposisi Tanah Liat

Elemen Nama Elemen Konsentrasi (%)

C Carbon 0,33 O Oksigen 46,91 Al Aluminium 22,05 Si Silika 13,42 S Sulfur 0,23 Ca Kalium 0,21 Fe Besi 14,78

(27)

Bahan pengisi adalah merupakan bagian yang sangat penting pada komposit. Bahan pengisi dapat berupa logam,keramik ,dan polimer.Sifat-sifat komposit adalah fungsi dari polimer.Sifat-sifat-polimer.Sifat-sifat zatnya ,jumlah zat yang sesuai dan geometri fasa tersebar. Yang diamksud dengan geometri fasa tersebar adalah bentuk partikel,ukuran partikel ,taburan orientasinya. Interaksi antara matrik polimer dan pengisi dipengaruhi oleh ukuran  partikel,aktivitas permukaan ,muatan serta jenis polimer dalam campuran. Interaksi tersebut memberi kesan yang tampak pada sifat mekanik, kandungan gel ,persentase serbuk yang terjerap dan sifat termal campuran  pengisi (Callister,2000).

Bahan pengisi pada komposit akan memodifikasi atau memperbaiki sifat-sifat bahan atau menggantikan kandungan matrik dengan bahan yang lebih murah .Secara umum bahan pengisi bersifat sebagai penguat . (Callister,2000).Tingkat penguatan campuran polimer  bergantung pada kekuatan interaksi antara polimer dan pengisi .Kekuatan interaksi didominasi oleh penjerapan fisika polimer (Bound Polimer) (Hanafi,2000). Penjerapan polimer ke atas permukaan pengisi dipengaruhi oleh luas permukaan ,aktivasi permukaan dan kekutupan polimer.

Pada proses pengolahan karet ada dua macam bahan pengisi yaitu : 1. Bahan pengisi tidak aktif.

Bahan pengisi ini menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi yang dihasilkan, tetapi sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi yang tidak aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karena  bahan ini harganya lebih murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium

karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat. 2. Bahan pengisi yang menguatkan (Aktif).

Bahan pengisi aktif atau penguat, contohnya karbon hitam, silica, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan ,ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus pada barang yang dihasilkan.

(28)

Kadang –  kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2)

yang berbentuk tepung dan bewarna putih bersih (Callister, 2000).

2.4Scann in g E lectron M icroscopy(SEM)

2.4.1 Sejarah Electron Microscopy (SEM)

Konsep awal yang melibatkan teori pemindaian mikroskop elektron  pertama kali diperkenalkan di Jerman (1935) oleh M. Knoll. Konsep standar

dari SEM moderen dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang menambahkan kumparan scan untuk mikroskop elektron transmisi. Desain SEM telah diubah cukup dengan Zworykin et al. pada tahun 1942 saat  bekerja untuk RCA Laboratorium di Amerika Serikat. Desain itu lagi

kembali di rancang oleh CW Oatley pada tahun 1948 seorang profesor di Universitas Cambridge. Sejak itu ada banyak kontribusi penting lainnya yang telah sangat ditingkatkan dan dioptimalkan kerja dari scanning mikroskop elektron moderen. Cara kerja SEM yaitu dengan memindai sinar halus fokus elektron ke sampel. Elektron berinteraksi dengan komposisi molekul sampel. Energi dari elektron berinteraksi ke sampel secara langsung sebanding dengan jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel. Serangkaian energi elektron yang terukur dapat dianalisis oleh mikroprosesor canggih yang menciptakan pseudo gambar tiga dimensi atau spektrum elemen unik dari sampel yang dianalisis (Marantha,2008).

Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 –  0,2 nm. Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga  bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua  jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastic.

Scanning Electron Microscopy  (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda yang akan

(29)

diuji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder.

SEM memiliki kemampuan untuk menganalisis sampel tertentu dengan memanfaatkan salah satu metode yang disebutkan di atas. Sayangnya, setiap jenis analisis dianggap merupakan aksesori perangkat tambahan untuk SEM. Aksesori yang paling umum dilengkapi dengan SEM adalah dispersif energi detektor x-ray atau EDX (kadang-kadang dirujuk sebagai EDS) (Marantha,2008) .

Jenis detektor memungkinkan pengguna untuk menganalisis komposisi molekul sampel. deteksi pertama yang dikenal dengan sinar-x ditemukan secara tidak sengaja oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad  Roeentgen pada tahun 1895 saat mempelajari sinar katoda dalam tegangan

tinggi, tabung debit gas (Hal itu diketahui bahwa ketika katoda dari sebuah sirkuit listrik dipanaskan dalam ruang hampa dengan beda potensial yang  besar diterapkan antara katoda dan anoda, kemudian ada gelombang  bergerak antara dua elektroda. Awalnya ini dianggap gelombang elektromagnetik, sehingga mereka disebut sinar katoda,  JJ Thompson (1856-1940) menciptakan sinar katoda tabung-CRT dasar untuk monitor komputer dan televisi). Karena alasan tersebut, Wilhelm Conrad Roeentgen menciptakan istilah "x-radiasi". Panjang gelombang elektromagnetik sinar-x sekitar 01-100 angstrom (disingkat Å) adalah salah satu dari sepuluh-miliar (1/10000000000) meter. Sebuah langkah atom hidrogen sekitar 1 Å di. Jenis elektron yang akan dibahas adalah elektron energi tingkat rendah yang dikenal sebagai efek Auger. Efek Auger   pertama kali diamati pada tahun 1925 oleh Fisikawan Perancis Pierre-Victor Auger . Fenomena ini terjadi ketika sebuah elektron dilepaskan dari salah satu inti orbit dalam sehingga menghasilkan dua bagian elektron dari atom residu dan kemudian diulang untuk menghasilkan bagian yang baru atau x-ray yang untuk di pancarkan. Perlu dicatat bahwa spesifikasi deteksi  Auger elektron atau yield Auger 

(30)

yaitu untuk elemen tertentu dengan nomor atom menurun. Sebagai contoh, emisi sinar-x dan Auger  elektron dari seng (nomor atom 30) adalah sama. Jenis analisis dikembangkan di late1960 dan disebut Auger   Spektroskopi atau AES. Teknik ini berguna dalam mempelajari komposisi lapisan  permukaan secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa, elemen atau  partikel sub-atomik yang dikenal sebagai muon (Marantha,2008).

2.4.2 Klasifikasi Scanning Electronic Microscopy (SEM)

Untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan alat scanning electron microscope (SEM). Scanning Electron Microscope  adalah suatu tipe mikroskop electron yang menggambarkan permukaan sampel melalui proses scan dengan menggunakan pancaran energi yang tinggi dari electron dalam suatu pola scan raster.  Electron  berinteraksi dengan atom  –   atom yang membuat sampel menghasilkan sinyal yang memberikan informasi mengenai  permukaan topografi sampel, komposisi dan sifat  –   sifat lainnya seperti

konduktivitas listrik (Anita, 2012).

SEM dapat mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang  berskalah lebih halus, Dilengkapi Dengan EDS ( Electron Dispersive X ray

Spectroscopy) dan Dapat mendeteksi unsur-unsur dalam material. Juga Permukaan yang diamati harus penghantar electron. Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1  –   0,2 nm (Anita,2012). Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.

(31)

Gambar 2.10 perbesaran sem Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis  pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis.

Pantulan sinar SEM tersebut seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.11 pantulan sinar pada sem Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

(32)

Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:

1. Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas elektron misal tungsten.

2. Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang  bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.

3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.

SEM mempunyai depth of field   yang besar, yang dapat memfokus  jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan  bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan  bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasinya adalah perbesaran yang lebih tinggi, dark field , resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta informasi kristallografi. Sem terdiri dari electron optic columb  dan electron console. sampel sem ditempatkan pada specimen chamber  di dalam electron optic colomb  dengan tingkat kevakuman yang tinggi yaitu sekitar 2 x 10-6 Trorr . Sinar electron yang dihasilkan dari electron gun akan dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar electron ini akan melewati optic columb yang  berfungsi untuk memfokuskan sinar electron hingga mengenai sampel

tersebut (Yudi Prasetyo,2011).

Pada pengambilan data dengan alat SEM-EDX, sampel bubuk yang telah diletakkan di atas  specimen holder   dimasukkan kedalam  specimen chamber , kemudian dimasukkan dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk dioperasikan. Dalam pengukuran SEM – EDX untuk setiap sampel dianalisis dengan menggunakan analisis area. Sinar electron yang di hasilkan dari area gun dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar electron ini selanjutnya di fokuskan menggunakan electron optic columb  sebelum sinar electron

(33)

tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar electron membentuk sampel, akan terjadi beberapa interaksi –  interaksi pada sampel yang disinari. Interaksi  –   interaksi yang terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan di ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk grafik oleh analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011)..

Pada pengukuran SEM  – EDX untuk setiap sampel dilakukan Pada kondisi yang sama yaitu dengan menggunakan alat SEM –  EDX tipe JEOL JSM-6360LA yang memiliki beda tegangan sebesar 20 kv dan arus sebesar 30 mA. Pada pengukuran SEM-EDX setiap sampel digunakan dengan menggunakan analisis area. Sinar Electron yang dihasilkan dari electron gun dialirkan hingga mengenai  specimen  sampel aliran sinar electron  ini selanjutnya difokuskan menggunakan electron optic colum, sebelum sinar electron mengenai sampel. Setelah sinar electron mengenai sampel maka akan terjadi interaksi pada sampel yang disinari. Interksi  –   interaksi yang terjadi tersebut slanjutnya akan dideteksi dan diubah kedalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk Grafik oleh Analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011)..

Hasil analisa atau keluaran dari analisis SEM-EDX yaitu berupa gambar struktur permukaan dari setiap sampel dengan karakeristik gambar 3-D serta grafik hubungan antara energi( keV) pada sumbu horizontal dengan cecahan pada sumbu pertikal dari keluran ini dapat diketahui unsur –   unsur atau mineral yang terkandung di dalam sampel tersebut, yang mana keberadaan unsur atau mineral tersebut dapat ditentukan atau diketahui  berdasarkan nilai energi yang dihasilkan pada saat penembakan sinar electron  primer pada sampel (Yudi Prasetyo,2011). .

2.4.2 Prinsip dan Proses Kerja Scanni ng E lectron M icr oscopy  (SEM) SEM menggunakan prinsip scanning   yaitu berkas elektron diarahkan  pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan  pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan

(34)

kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata,  banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar. Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan dengan menggunakan SEM, pemakaiannya sangat terbatas tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi sekitar 100 Å (Stevens, 2001).

SEM memiliki perbesaran 10 –   3000000x, depth of field 4 –   0.4 mm dan resolusi sebesar 1 –  10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field   yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri (Yudi Prasetyo, 2011). Menurut Yudi Adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai:

- Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya).

- Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek

(kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya). - Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di

dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya). - Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan

dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik, kekuatan, dan sebagainya).

Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh sebuah filamen pada electron  gun. Pada umumnya electron gun yang digunakan adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk

(35)

gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda.Kemudian electron beam  difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel dengan menggunakan dua buah condenser lens. Condenser lens  kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif) memfokuskan beam  dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm. Hamburan elektron, baik Secondary  Electron (SE)  atau Back Scattered Electron (BSE)  dari permukaan sampel akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan dalam bentuk gambar pada layar CRT (Yudi Prasetyo,2011).

SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda (Yudi Prasetyo,2011). Detektor-detektor tersebut antara lain:

- Detektor EDX, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai komposisi sampel pada skala mikro.

-  Backscatter detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor atom dan topografi.

- Secondary detector , yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi.

Pada SEM (Yudi Prasetyo,2011) terdapat sistem vakum pada electron-optical column dan sample chamber  yang bertujuan antara lain:

- Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan  penurunan intensitas dan stabilitas.

- Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap  pada sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop.

Karena apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail pada gambar.

Semua sumber elektron membutuhkan lingkungan yang vakum untuk  beroperasi.

(36)

Prinsip scanning electron microscopy (Maranatha,2008) yaitu :

1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.

2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.

3. Sinar elektron yang terfokus memindai ( scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai.

4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor.

Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:

gambar 2.12 prinsip kerja sem

(sumber: (http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.html)

Menurut Maranatha ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal  backscattered electron.

(37)

Sinyal -sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.13  signal backscattered

(sumber : iastate.edu)

Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered  adalah elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa dan permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah. Sedangkan backscattered  elektron memberikan perbedaan berat molekul dari atom –  atom yang menyusun permukaan atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah (Munawirul,2011). Contoh perbandingan gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.14 perbadingan backscattered dan secondary electrons Sumber : http://anita-widynugroho.blogspot.com

(38)

Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar (Munawirul,2011).

Gambar 2.15 mekanisme kontras secondary electrons

Sumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDS) 2011

Sedangkan mekasime kontras dari backscattered   elektron dijelaskan dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom –  atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom (Munawirul,2011).

Gambar 2.16 mekanisme kontras backscattered

Sumber : Munawirul, Scanning Electron Microscope & Energy dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDS) 2011

(39)

 Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS ( Energi  Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari Sinar X yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak –  puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping  (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda –  beda dari masing –   masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentasi masing  –   masing elemen (Munawirul,2011).

Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.

Gambar 2.17 aplikasi EDS (sumber: umich.edu)

(40)

Gambar 2.18 perbesaran apliaksi EDS (Sumber: http//www.material cerdas Indonesia.com )

Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten dan diarahkan ke suatu anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik lebur yang paling tinggi dan tekanan uap paling rendah dari semua jenis logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran elektron. Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau dua lensa kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5 nm. Berkas cahaya dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa obyektif yang dapat membelokkan berkas cahaya secara horizontal dan vertikal sehingga membentuk daerah permukaan sampel persegi empat.(Bambang,2011).

Ketika berkas elektron utama saling berinteraksi dengan sampel, maka elektron kehilangan energi oleh penyebaran berulang dan penyerapan dengan setetes volume spesimen yang dikenal sebagai volume interaksi yang meluas kurang dari 100 nm sampai sekitar 5 nm pada permukaan. Ukuran dari volume interaksi tergantung pada berkas cahaya yang mempercepat tegangan, nomor atom spesimen dan kepadata spesimen. Energi berubah diantara berkas elektron dan hasil sampel hasil pada emisi elektron dan sampel hasil pada emisi elektron dan radiasi elektromagnet yang dapat dideteksi untuk menghasilkan suatu gambar (Bambang,2011).

Gambar

Gambar 2.2 Tanah liat PrimerGambar 2.2 Tanah liat Primer
Gambar 2.3 Tanah liat Sekunder
Gambar 2.4. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder
Gambar 2.5 Bentuk Partikel  tanah liat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Johannes Kupang mendapatkan nilai rata-rata 2,34 artinya pengguna langsung menilai bahwa pemeliharaan yang dilakukan oleh bagian pemeliharaan Rumah Sakit Umum

Sumber Elvinaro 2010:115.. Komunitas merupakan istilah yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari pada berbagai kalangan. Dalam memaknakan komunitas pun berbagai

(2) Bidang Pemerintahan dan Aparatur, Bidang Pembangunan, Bidang Keuangan, Perlengkapan dan Badan Usaha Milik Daerah dan Bidang Kesejahteraan

KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) Konsep perencanaan dan perancangan Galeri Mural dan Graffiti ini mengacu pada konsep Ekspresi dalam Arsitektur, khususnya diterapkan pada

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisa data primer dan data sekunder untuk mengetahui berbagai masalah dan kendala peternak yang berkaitan dengan

BOPO (beban operasional-pendapatan operasional) berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (return on asset) pada KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

Setiap transaksi Sales Order yang sudah “Completed” yang berarti sudah tersimpan di dalam database, maka secara otomatis pula sistem akan langsung membuat Surat Jalan dan