Dr. MAS PURNOMO HADI, M.M.
Disampakan pada acara Sosialisasi Pajak dan Akuntansi bagi UMKM serta Pemberdayaan UMKM sesuai PP7Tahun 2021
KEBIJAKAN
PEMBERDAYAAN
KOPERASI DAN
UKM
Sumber : Penghitungan Nilai Tambah Bruto KUMKM (Diskop UKM dan BPS) Series1, Industri Pengolahan, 28.32%, 28% Series1, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor, 22.63%, 23% Series1, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 18.80%, 19% Series1, Konstruksi, 11.12%, 11% Series1, Sektor lainnya, 19.13%, 19% Rp 353.014 M Rp 282.107 M Rp 234.329 M Rp 138.675 M Rp 238.487 M
Sumber : Penghitungan Nilai Tambah Bruto KUMKM (Diskop UKM dan BPS)
* Angkasementara
Kontribusi terbesar nilai tambah KUMKM dari sektor Industri Pengolahan
KONTRIBUSI KUMKM
TERHADAP PDRB JAWA TIMUR
KONTRIBUSI NILAI TAMBAH
BRUTO KUMKM BERDASAR
SEKTOR USAHA
NTB K-UMKM, 2016, 1,046.70 NTB K-UMKM, 2017, 1,143.30 NTB K-UMKM, 2018, 1,246.60 NTB K-UMKM, 2019, 1,343.21 NTB K-UMKM, 2020, 1,316.40 PDRB Jawa Timur, 2016, 1,855.04 PDRB Jawa Timur, 2017, 2,019.19 PDRB Jawa Timur, 2018, 2,189.78 PDRB Jawa Timur, 2019, 2,345.79 PDRB Jawa Timur, 2020, 2,299.46 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 2016 2017 2018 2019 2020 NTB K-UMKM PDRB Jawa Timur* Kontribusi KUMKM TERHADAP PDRB Jatim (%) 2016 2017 2018 2019 2020*) 56,42% 56,62% 56,93% 57,26%* 57,25%*
7
PEMBINAAN UMKM PARIPURNA
PENGOLAHAN
PACKAGING
PERLINDUNGAN
(HKI)
SERTIFIKASI (Sertifikat Halal, SNI )
BAHAN
BAKU PRODUK JADI
PELAYANAN TEKNIS PENINGKATAN KUALITAS SDM PROMOSILN INFO PASAR LN TEMU BISNIS / MISI DAGANG ONLINE BARCODE BAHAN BAKU BIMBINGAN STANDARDISASI (ISO) EKSPOR UJI MUTU PENDAMPINGAN FASILITASI PEMODALAN
- Dana bergulir → Bank Jatim dan Bank UMKM
- CSR / PKBL → BUMN, BUMD, Swasta
PEMASARAN E-COMMERCE JATIM E-COMMERCE SWASTA PENGADAAN BARANG / JASA DI LINGKUNGAN PEMPROV JATIM
Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi UKM
- Mendorong UKM untuk
berkoperasi untuk meningkatkan daya saingnya secara
kelembagaan
1
Peningkatan kualitas SDM
melalui pelatihan manajerial, vokasional, dan kompetensi (dilakukan secara offline dan online melalui - e-learning (Si Jawara) - (e-Perpus) -PendampinganDigitalisasi -MJC - OPOP
5
Perluasan akses pemasaran secara offline
(Cooperative Trading House, Galeri Batik dan Cinderamata, Paviliundi Smesco
Jakarta) dan online (bekerjasama
dengan platform marketplace online)
4
Penguatan akses pembiayaan
melalui bank (dana bergulir, KUR) dan non bank (LPDB
KUKM dan CSR) - PendampinganAkses Pembiayaan - MJC Pelaporan Keuangan - OPOP
2
Peningkatan kualitas produk KUKM
BDC/ Klinik KUKM, PLUT, EJSC di Bakorwil - fasilitasistandarisasi - merk - MJC KualitasProduk - OPOP
3
PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 2021
TENTANG
KEMUDAHAN, PELINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN
KOPERASI DAN UAHA MIKRO KECIL DAN
POKOK PENGATURAN KEMUDAHAN, PELINDUNGAN,
DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI
Regulasi terkait:
• UU Nomor 11 Tahun 2020 Bab V Pasal 86 angka 1 – 6 • UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
• PP Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam Koperasi • Permenkumham 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi
Pendirian Koperasi Primer paling sedikit oleh 9 orang,
Pengesahan BH oleh Kemenkumham, pendampingan prakoperasi
Pendirian Koperasi Primer
Nama koperasi , fatwa MUI, fungsi sosial, Dewan
Pengawas Syariah,
Usaha Syariah
Rapat Pembentukan, Rapat Anggota, Pelaporan, Kegiatan Tunggal Usaha,
paraf/TTD elektronik
Teknologi Informasi
Sektor Prioritas, bidang usaha khusus, pemulihan usaha, penumbuhan iklim, kemudahan di sektor
terkait (Kelautan Perikanan, pelabuhan, kehutanan, perdagangan, pertanian) Pemberdayaan dan Pelindungan
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN KOPERASI
1.
Pendirian koperasi primer paling sedikit 9
(sembilan) orang, sedangkan Koperasi
sekunder 3 (tiga) Koperasi.
2.
Pengesahan badan hukum Koperasi oleh
Kementerian Hukum dan HAM.
3.
Rapat Pembentukan & Rapat Anggota secara
daring dan luring.
4.
Sistem pelaporan elektronik.
5.
Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan
fatwa syariah yang dikeluarkan oleh MUI.
6.
Penetapan bidang kegiatan ekonomi yang
hanya boleh diusahakan Koperasi.
7.
Pemulihan usaha Koperasi.
8. Pemberdayaan Koperasi melalui penumbuhan iklim usaha dengan penetapan kebijakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
9. Kebijakan pengembangan Koperasi di sektor tertentu. Sektor tertentu meliputi sektor:
a. Kelautan dan perikanan : Pemda bekerjasama dengan Koperasi perikanan sebagai penyelenggara tempat pelelangan ikan).
b. Angkutan perairan pelabuhan : Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
c. Kehutanan : Perizinan dan kerja sama bagi Koperasi yang melakukan kegiatan usaha di sektor
kehutanan
d. Perdagangan : Pemberian kesempatan berusaha bagi Koperasi melalui pola kemitraan dengan memperhatikan sistem pembinaan terpadu dan basis data tunggal
e. Pertanian: Pengembangan bisnis korporasi petani model Koperasi.
POKOK PENGATURAN KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM
Perizinan
Perizinan tunggal berbasis risiko, melalui OSS, berlaku seumur usaha, bebas biaya, proses pendampingan
Basis Data
Standar Data & Sistem Integrasi
Dukungan Perkuatan
Kredit Program, DAK, Bantuan Hukum, Pemulihan Usaha, fasilitasi HKI, Alokasi 40% PBJ, Sistem Keuangan &Inkubasi .
Kemitraan
Pola Rantai Pasok, Pengawasan Pemerintah, Sanksi
Alokasi 30% total luas lahan komersil/ tempat perbelanjaan/ tempat promosi strategis. (jalan tol, bandara, pelabuhan, stasiun, terminal), insentif, kemudahan, pengawasan & sanksi
Kriteria
Modal Usaha, omzet, kekayaan bersih, hasil penjualan tahunan, niai investasi, insentif dan disinsentif, teknologi ramah lingkungan, kandungan local, tenaga kerja
Pengelolaan Terpadu
.
Kemudahan administrasi pajak, Insentif Pajak Penghasilan, Insentif kepabeanan
Kemudahan & Insentif Infrastruktur
Publik
Tahapan penataan klaster, Prioritas pengelola kepada koperasi, Rencana Aksi, koordinasi & pengendalian
* Pembinaan UMKM diampu oleh 18 kementerian/lembaga dengan regulasi yang tersebar di seluruh sektor terkait
RPP mencabut PP 17 Tahun 2013
Dasar penyusunan: UU Nomor 11 Tahun 2020 UU Nomor 20 Tahun 2008
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM
1. Kriteria UMKM berdasarkan modal usaha atau hasil penjualan tahunan.
▪ Untuk pendirian dan pendaftaran kegiatan usaha menggunakan kriteria modal usaha; dan
▪ untuk pemberian kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil menggunakan kriteria hasil penjualan tahunan. Kriteria berdasarkan modal usaha:
▪ Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
▪ Usaha Kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
▪ Usaha Menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Kriteria berdasarkan hasil penjualan tahunan:
▪ Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);
▪ Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah); dan
▪ Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
Untuk kepentingan tertentu, selain kriteria modal usaha dan hasil penjualan tahunan, kementerian/lembaga dapat
menggunakan kriteria omzet, kekayaan bersih, nilai investasi, jumlah tenaga kerja, insentif dan disinsentif, kandungan lokal, dan/atau penerapan teknologi ramah lingkungan, sesuai dengan kriteria setiap sektor usaha
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM (2)
2. Perizinan usaha terbagi atas 3 (tiga) risiko terhadap kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, yaitu:
▪ rendah (jenis perizinan Nomor Induk Berusaha);
▪ menengah (jenis perizinan Nomor Induk Berusaha dan Sertifikat Standar); dan
▪ tinggi (jenis perizinan Nomor Induk Berusaha dan izin)
3. Perizinan tunggal Usaha Mikro dan Kecil melalui sistem OSS yang meliputi perizinan berusaha, SNI, sertifikasi jaminan produk halal.
4. Penyediaan layanan bantuan dan pendampingan hukum (tidak dipungut biaya) bagi Usaha Mikro dan Kecil oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
5. Pemulihan Usaha Mikro dan Kecil dalam kondisi darurat tertentu meliputi:
▪ Restrukturisasi kredit, rekontruksi usaha, bantuan permodalan dan/atau bantuan bentuk lainnya
6. Basis Data Tunggal UMKM
▪ Menteri Koperasi dan UKM mengoordinasikan basis data tunggal UMKM;
▪ Penyelenggaraan menggunakan Sistem Informasi Basis Data Tunggal (SIDT) UMKM;
▪ Pemberian afirmasi kepada UMKM oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus mengacu pada basis data tunggal;
7. Penyediaan tempat promosi dan pengembangan Usaha Mikro dan Kecil pada infrastruktur publik yang berada di lokasi strategis paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari total luas lahan area komersial, luas tempat perbelanjaan, dan/atau tempat promosi yang strategis pada infrastruktur publik, meliputi:
▪ Terminal, Bandar Udara, Pelabuhan, Stasiun Kerata Api, Tempat Istirahat dan Pelayanan Jalan Tol, Infrastruktur Publik lainnya.
*Khusus untuk tempat istirahat dan pelayanan jalan tol, selain diperuntukkan bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil juga
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM (3)
▪ Pemberian insentif kepada badan usaha yang menyediakan tempat promosi dan
pengembangan UMK sesuai dengan alokasi ▪ Prioritas pengelolaan dan pengembangan
infrastruktur publik oleh Koperasi yang telah diseleksi oleh Kementerian Koperasi dan UKM maupun Dinas Koperasi dan UMK ▪ Biaya sewa tempat promosi dan
pengembangan Usaha Mikro dan Kecil paling banyak 30% (tiga puluh persen) dari harga sewa komersial
8. Pengelolaan terpadu Usaha Mikro dan Kecil melalui penataan klaster yang disusun dalam Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil
▪ Anggota kelompok UMK dalam klaster membentuk Koperasi guna mewadahi kegiatan pengelolaan terpadu
▪ lokasi pengelolaan terpadu UMK berada dalam wilayah KEK
9. Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) termasuk kepemilikan HKI internasioanl berupa keringanan biaya pendaftaran dan pencatatan HKI bagi Usaha Mikro dan Kecil paling sedikit sebesar 50% (lima puluh persen) 10. Kegiatan Usaha Mikro dan Kecil dapat dijadikan Jaminan
Kredit Program (JKP), berupa (SPK, faktur, purchase order, HKI, anjak piutang, chip/barcode, kontrak) 11. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
menggunakan barang/jasa UMK serta Koperasi dari hasil produksi dalam negeri dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah, dengan alokasi paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari nilai anggaran belanja barang/jasa
12. Fasilitasi pelatihan dan pendampingan pemanfaataan sistem aplikasi pembukuan/pencatatan keuangan UMK.
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM (4)
13. Pemerintah Pusat mengalokasikan bidang usaha untuk UMK serta bidang usaha untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama melalui kemitraan dengan UMK
14. Pemeliharaan terhadap fasilitas utama dan fasilitas penunjang pada terminal harus bekerjasama dengan UMK
15. Menteri membuat pedoman klasifikasi dan tingkat
perkembangan UMKM dalam rangka
pengembangan UMK
16. Ketentuan upah minimum provinsi dan upah minimum kabupaten/kota dikecualikan bagi UMK 17. Pengelolaan terpadu UMK melalui penataan klaster
yang disusun dalam Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil
18. Kemitraan (Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan Koperasi dan UMK)
▪ Insentif dan kemudahan berusaha dalam rangka kemitraan Usaha Menengah dan usaha besar dengan Koperasi dan UMK
▪ Pola Kemitraan (Inti Plasma, Subkontrak, Waralaba, Perdagangan umum, Distribusi dan keagenan, rantai pasok, bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan, penyumberluaran)
▪ Pengawasan kemitraan serta pengenaan sanksi administratif terhadap Usaha Besar atau Usaha Menengah yang melakukan pelanggaran oleh KPPU 19. Kemudahan dan insentif perpajakan bagi UMK yang
memiliki kriteria salah satunya baru mulai berproduksi/beroperasi dan peredaran usaha paling banyak RP7.500.000.000 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah) per tahun
20. Penyediaan pembiayaan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bagi UMK dalam bentuk subsidi, penjaminan, dan pinjaman atau pembiayaan lainnya, serta oleh BUMN melalui peningkatan kolaborasi program pendanaan Usaha Mikro dan Kecil antar BUMN yang merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN
▪ Pemberian insentif bagi Usaha Besar yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil
URAIAN POKOK KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN
PEMBERDAYAAN UMKM (5)
21. Penyelenggaraan Inkubasi
▪ Penyelenggaraan dilakukan oleh lembaga incubator
▪ Pengembangan inkubasi secara terpadu dan berjenjang melalui penetapan NSPK oleh Pemerintah Pusat dan pendataan dan pembinaan lembaga inkubator sesuai kewenangan dan wilayah
▪ Pengembangan inkubasi : minimal 50 peserta inkubasi (tenant) dalam 1 tahun untuk provinsi dan minimal 20 peserta inkubasi (tenant) dalam 1 tahun untuk kabupaten/kota
▪ Pembentukan/pengembangan lembaga incubator Minimal 1 lembaga inkubator per provinsi / per kab/kota
▪ Penanggungan biaya inkubasi maksimal 12 bulan dengan kriteria tertentu
22. Dana Alokasi Khusus
DAK Fisik dan Nonfisik digunakan untuk mendanai program/kegiatan kemudahan, pelindungan dan pemberdayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta Koperasi, mencakup:
▪ penyelenggaran sistem informasi dan pendataan UMKM serta Koperasi yang terintegrasi
▪ Pengelolaan Terpadu UMK dalam penataan klaster ▪ bantuan dan pendampingan hukum bagi UMK
▪ Peningkatan kapasitas Koperasi dan UMKM melalui pelatihan dan pendampingan