• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEEFEKTIFAN PROSES MENYUSUI DI KLINIK BERSALIN MARIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KEEFEKTIFAN PROSES MENYUSUI DI KLINIK BERSALIN MARIANI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

13

GAMBARAN KEEFEKTIFAN PROSES MENYUSUI

DI KLINIK BERSALIN MARIANI

Tangia Lestari Niekaesa Bintang*, Nur Afi Darti**

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU

**Dosen Departemen Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Phone: 085278127475 E-mail : tangia.bintang@yahoo.com

Abstrak

Pemberian ASI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal. Hambatan utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang proses menyusui pada ibu. Menyusui merupakan proses yang didapat secara alami,walau demikian dibutuhkan keterampilan untuk dapat menyusui secara efektif. Proses menyusui yang efektif didukung oleh posisi ibu dan bayi yang benar, perlekatan bayi yang tepat, keefektifan hisapan bayi pada payudara, dan transfer ASI. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani dan menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuisioner data demografi, kuisioner dan lembar observasi keefektifan proses menyusui. Hasil penelitian menunjukkan proses menyusui pada umumnya tergolong tidak efektif (53,3%). Posisi tubuh antara ibu dan bayi pada umumnya tergolong benar (73,3%). Masalah utama penyebab ketidakefektifan proses menyusui adalah transfer ASI yang tidak baik (80%). Hal ini disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (73,3%) dan ketidakefektifan hisapan bayi (76,7%). Setelah penelitian ini diharapkan perawat mensosialisasikan proses menyusui yang efektif melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu menyusui.

Kata kunci : proses menyusui, efektif PENDAHULUAN

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat di suatu negara. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa diseluruh dunia sekitar 1,5 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena tidak disusui (Moody, 2006). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam membantu mengurangi AKB dalam rangka pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yaitu 23 per 1.000 KH untuk angka kematian bayi dimuat pada Keputusan

Menteri Kesehatan No.

450/MENKES/SK/VI/SK/2004 tentang program pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan pada tahun 2007 tercatat 41.346 bayi yang ada di kota Medan.

Jumlah yang diberi ASI eksklusif hanya 623 bayi, dengan kata lain pencapaian pemberian ASI eksklusif hanya 1,51%.

Pengalaman dalam upaya peningkatan pemberian ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan proses menyusui pada ibu. ASI dan menyusui yang umumnya dianggap hal biasa yang tidak perlu dipelajari dan manajemen laktasi atau cara menyusui yang kurang tepat sering menghambat pemberian ASI (Roesli, 2008). Seiring perkembangan promosi pemberian ASI, banyak peneliti yang meneliti hal-hal yang dibutuhkan untuk mengkaji kualitas proses menyusui dan menggambarkan indikator yang berhubungan dengan keefektifan maupun ketidakefektifan proses menyusui. Hal ini bermanfaat bagi pengkajian proses

(2)

14 menyusui, pengkajian pengetahuan dan

keterampilan ibu dalam menyusui, memprediksi kesulitan-kesulitan pada proses menyusui, juga menyediakan tindak lanjut perawatan bagi pasangan ibu dan bayi yang membutuhkan bantuan (Mulder, 2006).

Pemahaman akan keefektifan proses menyusui akan membantu ibu untuk mengetahui keefektifan hisapan bayi dalam memeras ASI. Posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu secara tepat dan maksimal akan mengurangi kemungkinan terjadinya lecet pada puting dan mastitis pada ibu (Sulistyawati, 2009). Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi. Menurutnya terdapat empat indikator dalam proses menyusui yang efektif. Keempat indikator tersebut meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (Body position), perlekatan bayi yang tepat (Latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking), dan transfer ASI (Milk transfer).

Belum adanya penelitian terkait keefektifan proses menyusui ditinjau dari posisi ibu dan bayi, perlekatan pada payudara, keefektifan hisapan bayi pada payudara, dan transfer ASI, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani” untuk mengetahui gambaran keefektifan proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani dalam 1 tahun, yakni 300 orang. Menurut Arikunto (2006), jika populasi lebih dari 100 maka sampel dibuat sekitar 10-15% atau 20-25% dari total populasi, jumlah sampel yang diteliti oleh peneliti adalah 10% dari populasi yakni 30 orang.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik univariat. Data akan dianalisa menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakteristik Responden

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik reponden

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden yaitu mayoritas berusia 26-30 tahun, bayi yang disusui merupakan anak pertama, ibu Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Usia (tahun) 15-20 21-25 26-30 31-35 35-40 Bayi yang disusui anak ke- 1 2 3 4 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA D3/S1 Pekerjaan Ibu rumah tangga PNS Pegawai Swasta Pembantu rumah tangga Penghasilan > 1 jt 1-2 jt 2-3 jt < 3 jt 5 7 9 7 2 13 8 7 2 1 2 5 15 7 24 1 3 2 18 8 1 3 16,7 23,3 30,0 23,3 6,7 43,3 26,7 23,3 6,7 3,3 6,7 16,7 50,0 23,3 80,0 3,3 10,0 6,7 60,0 26,7 3,3 10,0

(3)

15 berpendidikan SMA, merupakan ibu

rumah tangga, dan penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00.

Analisa Data Keefektifan Proses Menyusui

Tabel 1.2.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keefektifan

Proses Menyusui Keefektifan Proses Menyusui Frekuensi Persentase (%) Efektif Tidak Efektif 14 16 46,7 53,3 Total 30 100,0 Ditinjau dari keefektifan proses menyusui, berdasarkan tabel 1.2.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki proses menyusui yang tidak efektif.

Tabel 1.2.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Posisi Tubuh antara Ibu dan Bayi yang benar benar

(Body Position) Posisi Tubuh Frekuensi Persentase (%) Benar Tidak benar 22 8 73,3 26,7 Total 30 100,0 Ditinjau dari posisi tubuh antara ibu dan bayi (body position) pada proses menyusui, berdasarkan tabel 1.2.2 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki posisi tubuh yang benar pada proses menyusui.

Tabel 1.2.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perlekatan bayi

yang tepat (Latch) pada payudara pada Proses Menyusui

Ditinjau dari perlekatan bayi yang tepat pada payudara,berdasarkan tabel 1.2.3

dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki perlekatan yang tidak tepat.

Tabel 1.2.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keefektifan Hisapan bayi pada Payudara (Effective

Suckling) Keefektifan Hisapan Frekuensi Persentase (%) Efektif Tidak Efektif 8 22 26,7 73,3 Total 30 100,0 Ditinjau dari keefektifan hisapan bayi pada payudara (Effective Suckling), berdasarkan tabel 1.2.4 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki hisapan yang tidak efektif pada payudara.

Tabel 1.2.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Transfer ASI (Milk Transfer) pada Proses Menyusui Transfer ASI Frekuensi Persentase (%) Baik Tidak Baik 6 24 20,0 80,0 Total 30 100,0 Ditinjau dari transfer ASI (Milk Transfer), berdasarkan tabel 1.2.5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki transfer ASI yang tidak baik.

Pembahasan

A. Keefektifan Proses Menyusui (Effective Breastfeeding)

Mayoritas responden yang menyusui bayi yang merupakan anak pertama memiliki proses menyusui yang tidak efektif. Sedangkan responden yang menyusui bayi yang merupakan anak keempat, proses menyusuinya tergolong efektif. Asumsi peneliti hal ini mungkin berkaitan dengan kurangnya pengalaman ibu dalam praktek menyusui, mengingat bayi yang disusui merupakan anak pertama. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yuliani (2007) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Kondisi Ibu Baru Lahir terhadap

Keputusan Pemberian ASI” yang

mengatakan bahwa jumlah anak berpengaruh terhadap pengetahuan ibu Perlekatan Frekuensi Persentase (%)

Tepat Tidak Tepat 7 23 23,3 76,7 Total 30 100,0

(4)

16 karena praktek ibu menyusui sangat

berhubungan dengan proses belajar dari praktek ibu menyusui pada anak sebelumnya.

Mayoritas responden yang berpendidikan SMA memiliki proses menyusui yang efektif. Sedangkan pada responden yang berpendidikan SD proses menyusuinya tergolong tidak efektif. Asumsi peneliti tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam praktek menyusui. Data dari Center for Diseasse

Control (CDC) pada tahun 2005

menyatakan bahwa angka menyusui lebih rendah pada ibu yang berpendidikan dibawah jenjang sekolah menengah atas daripada ibu yang jenjang pendidikannya lebih tinggi.

Dilihat dari pekerjaan, pada umumnya ibu rumah tangga memiliki proses menyusui yang tidak efektif. Sedangkan ibu yang bekerja sebagai PNS dan pegawai swasta memiliki proses menyusui yang efektif. Sementara hasil penelitian Goyal (2006) menyatakan proses menyusui yang tidak efektif lebih banyak ditemukan pada kategori ibu yang bekerja. Asumsi peneliti, pekerjaan juga berpengaruh terhadap keefektifan proses menyusui. Hal ini disebabkan ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas sehingga informasi yang didapat lebih banyak, sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja apabila informasi dari lingkungan kurang maka pengetahuannya juga kurang, terlebih bila ibu tersebut tidak aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan kesehatan maka informasi yang diterimanya akan lebih sedikit. Penelitian Purwanti (2004) menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja kurang mendapatkan informasi tentang menyusui disebabkan karena ibu kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pertukaran informasi dan pengalaman baik dari lingkungan kerja maupun dari luar.

Keefektifan proses menyusui oleh Mulder (2006), didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi, dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki proses menyusui yang tidak efektif (53,3%). Dari data hasil penelitian ditemukan bahwa masalah utama penyebab ketidakfektifan proses menyusui adalah trasfer ASI yang tidak baik (80%). Asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan tingginya angka ketidakefektifan hisapan bayi (73,3%) yang disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (76,7%). Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang berada tepat dibawah areola (Fitria, 2011).

B. Posisi ibu dan bayi yang benar (Body position)

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden menyusui dalam posisi yang benar (73,3%). Asumsi peneliti mayoritas responden telah memiliki pengetahuan yang baik tentang posisi menyusui sehingga dapat menyusui dalam posisi yang benar. Menurut Perinasia (2003), pengetahuan yang baik membuat ibu tahu bagaimana menyusui bayinya dengan teknik menyusui yang benar. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Mayasari (2011) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Trimester III Terhadap Teknik Menyusui yang Benar” dimana masih terdapat 74 orang ibu (76,3%) dari respondennya yang tidak mengetahui posisi menyusui yang benar.

Blair (2003), menyatakan bahwa posisi tubuh antara ibu dan bayi merupakan hal yang paling utama untuk menentukan perlekatan pada payudara yang tepat sehingga hisapan bayi pada payudara efektif dan transfer ASI dapat berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini, lebih banyak ibu muda (<20 tahun) yang memiliki posisi yang tidak benar dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Goyal di Libya (2006), dimana posisi

(5)

17 menyusui yang tidak benar lebih banyak

pada ibu berusia <20 tahun (22,2%). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kronborg dkk, di Denmark (2009) , Gupta di India Utara (2008), dan Santo dkk di Brazil (2007) yang melaporkan bahwa posisi yang tidak benar dalam proses menyusui lebih banyak pada ibu yang tergolong remaja.

Mayoritas ibu multipara memiliki posisi menyusui yang benar dibandingkan ibu primipara. Asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan pengalaman ibu dalam menyusui anak yang sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Goyal (2006), yang menunjukkan bahwa mayoritas (74%) dari ibu multipara memiliki posisi dan perlekatan yang baik dalam proses menyusui. Hal yang sama juga dikemukakan Kronborg dan Coca (2009), yang melaporkan bahwa parietas secara bermakna dapat dikaitkan dengan posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar dan perlekatan pada payudara yang tepat. Namun, Gupta (2008) dalam penelitiannya tidak menemukan keterkaitan yang bermakna antara parietas dengan posisi tubuh antara ibu dan bayi yang benar dan perlekatan pada payudara yang tepat.

C. Perlekatan bayi yang tepat (Latch) Ditinjau dari perlekatan bayi yang tepat pada payudara, dapat dilihat bahwa mayoritas responden (76,7%) masuk dalam kategori perlekatan yang tidak tepat. Menurut Daulat (2003), perlekatan yang tidak tepat pada payudara dapat mengakibatkan puting lecet. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Fitria (2011) yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI” yang menyatakan bahwa keadaan lecet puting merupakan salah satu faktor yang menghambat pemberian ASI dan penyebab utama terjadinya lecet puting adalah perlekatan yang tidak baik. Puting lecet dapat menyebabkan mastitis (peradangan payudara), oleh karena itu salah satu penanganan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya lecet puting adalah dengan teknik menyusui yang benar meliputi posisi dan perlekatan bayi yang tepat pada payudara (Daulat, 2003).

Penelitian Lamontagne, dkk (2008) yang berjudul “The Breastfeeding Experience of Woman with Major Difficulties Who Use the Service of a Breastfeeding Clinic” juga menyatakan bahwa lecet puting merupakan masalah utama (89%) yang paling sering dihadapi ibu menyusui dan merupakan alasan ibu berhenti menyusui bayinya (39%) . Hasil penelitian Coca (2009), menemukan adanya hubungan yang bermakna antara perlekatan yang tidak tepat dengan kejadian lecet puting dan mastitis.

Perlekatan yang maksimal dapat memfasilitasi refleks bayi saat proses menyusui. Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya, bukan hanya menghisap puting, agar lidah bayi dapat memeras sinus laktiferus yang berada tepat dibawah areola. Bila bayi tidak melekat dengan baik, hanya menghisap puting, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting (Mulder, 2006 ; Fitria, 2011).

D. Keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking)

Ditinjau dari keefektifan hisapan bayi pada payudara, dapat dilihat bahwa mayoritas responden (73,3%) masuk dalam kategori hisapan yang tidak efektif. Asumsi peneliti hal ini berkaitan dengan perlekatan bayi pada payudara. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa mayoritas responden (76,7%) masuk dalam kategori perlekatan yang tidak tepat. Hal ini sesuai dengan penyataan Mulder (2006) yang menyatakan bahwa perlekatan yang tepat dapat memfasilitasi hisapan yang efektif pada payudara, sebaliknya perlekatan yang tidak tepat dapat mengurangi keefektifan hisapan bayi pada payudara.

Faktor usia gestasi dan berat bayi lahir juga mempengaruhi keefektifan hisapan. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak

(6)

18 mampu menghisap secara efektif.

Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Aritonang, 2007). Hal lain yang berpengaruh pada kemampuan bayi untuk dapat menghisap secara efektif adalah pemberian susu formula. Pemberian susu formula secara bergantian dengan menyusu pada ibu dapat mengakibatkan bayi bingung puting (nipple confusion). Hal ini terjadi karena mekanisme menyusu yang berbeda antara keduanya. Menyusu pada puting ibu memerlukan usaha yang lebih daripada minum pada botol, yaitu bayi harus mempergunakan otot pipi, gusi, langit-langit dan lidahnya. Sementara itu, menyusu dengan botol membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah mempunyai lubang diujungnya, sehingga bayi dapat menelan susu yang terus mengalir tanpa dihisap(Maryunani, 2009). E. Transfer ASI (Milk transfer)

Ditinjau dari transfer ASI (Milk Transfer), dapat dilihat bahwa mayoritas responden (80%) dengan transfer ASI yang tidak baik. Asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan tingginya angka ketidakefektifan hisapan bayi (73,3%) yang disebabkan oleh perlekatan yang tidak tepat pada payudara (76,7%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Riordan (2005), yang menyatakan bahwa proses menyusui bukan merupakan perilaku tunggal, tetapi serangkaian perilaku yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Proses menyusui pada ibu menyusui di Klinik Bersalin Mariani pada umumnya tergolong tidak efektif (53,3%) Melalui penelitian ini diharapkan perawat maternitas di rumah sakit atau klinik agar mengadakan program tetap untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang proses menyusui yang efektif pada ibu menyusui.

Ucapan terima kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep

selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu serta penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, E. (2007). Factors Associated with Breastmilk Production. Unpublised manuscript, University of Sumatera Utara, North Sumatera.

Blair, A. (2003). Breastfeed review. The Relationship Between Position,

The Breast Dynamic, The

Latching Process and Pain in Breastfeed mother with sore nipple, 11 :5- 10.

Coca, K.P .(2009). J. Pediatric. Factors Associated with Nipple trauma in The Maternity Unit, 85: 34 :1-5. Daulat. (2003). Breastfeeding Problems.

Unpublised manuscript, University of Sumatera Utara, North Sumatera.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara. (2007). Profil Dinas Kab/Kota Tahun 2007.

Fitria, S. (2011). Effectiveness of Early Initiation in Breastmilk Production. Unpublised manuscript, University of Sumatera Utara, North Sumatera. Goyal. (2011). Journal of Family and

Community Medicine.

Breastfeeding Practices :

Positioning, Attachment (Lact-on), and effective suckling - A hospital based study in Libya, 74 – 79.

Gupta M, Angrawal.(2008). Indian J Community Med. Feasibility Study of IMNCI Guideline of Effective Breastfeeding in Rural Area of North India, 33, 201-3. Kronborg, H. (2009). Birth. How Are

Effective Breastfeeding Technique and Pacifier Use Related to

(7)

19

Breastfeeding Problems and

Duration., 36, 39-42.

Lamontage, C. (2008). International Breastfeeding Journal. The Breastfeeding Experience of Women With Major Difficulties

Who Use The Service Of

Breastfeeding Clinic ; a

descriptive Study, 30 :17.

Maryunani, A. (2009). Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta : Trans Info Media

Mayasari, E. (2011). Relationship between Knowledge and Attitude of Primipara Mother in Breasfeeding Technique. Unpublised manuscript, University of Sumatera Utara, North Sumatera.

Moody. (2006) Menyusui : Cara Mudah Praktis & Nyaman. Jakarta : Arcan.

Mulder, J. (2006). The Association of Women’s Health, Obstentric and Neonatal Nurses AWHONN. A Concept Analysis Of Effective Breastfeeding, 332 – 339.

Perinasia. (2003). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Peninatologi Indonesia.

Purwanti. (2004). Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta : EGC.

Riordan, J. ( 2006) Breastfeeding and Human Lactation. London : Jones and Bartlett Publisher

Roesli, U. (2008) Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Arcan

Santo, L. (2007). Birth. Factors Associated with Low Incidence of Exclusife Breastfeeding for The First Six Month, 34, 212 -219. Sulistyawati (2009). Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Nifas.

Jakarta : Trans Info Media

Yuliani. (2007). Influence of Maternal Knowledge about Breastfeeding and Condition of Newborn in

Breastfeed Decision. Unpublised manuscript, University of Sumatera Utara, North Sumatera.

Referensi

Dokumen terkait

Typo II dlpakal sobagal wodah larutan dalan air yang didapar dongan pH loblh koell dan 7; ^uga sobagal wadah larutan dalan ninyak dan wadah

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan menjadi lebih baik setelah dilakukan penyuluhan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan MP ASI mempunyai

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

Sebanyak 7% responden kepala keluarga masuk dalam kategori tidak setuju karena mereka beranggapan banyak masyarakat saat ini yang sudah tidak peduli dengan kebudayaan

[r]

[r]

Penelitian yang dilakukan oleh Novianingsih Budiman yang berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Internet Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran