• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat kebisingan lingkungan pada kompleks rumah sakit saat ini sangat tinggi. Studi oleh Busch-Vishniac (2005) mengungkapkan tingkat kebisingan lingkungan pada kompleks rumah sakit di dunia rata-rata naik secara konstan sejak tahun 1960. Penelitian sebelumnya mengungkapkan dua hal yang menyebabkan rumah sakit memiliki tingkat kebisingan lingkungan yang tinggi, yaitu terdapat banyak sumber kebisingan di dalam kompleks rumah sakit itu sendiri dan kondisi permukaan dari bangunan seperti lantai, dinding dan plafon yang lebih banyak memantulkan gelombang bunyi daripada menyerapnya (Ulrich et al, 2004).

Sumber kebisingan di dalam kompleks rumah sakit menurut Juang (2010) banyak terdapat pada kompleks rumah sakit dan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber kebisingan internal dan eksternal bangunan. Bunyi yang dianggap sebagai sumber kebisingan internal adalah bunyi aktivitas pengguna (pengunjung pasien dan petugas medis) dan mekanikal bangunan di dalam salah satu bangunan pada kompleks rumah sakit. Sedangkan sumber bising eksternal adalah bunyi aktivitas pengguna, mekanikal bangunan dan lalu lintas internal rumah sakit di luar bangunan namun masih termasuk dalam lingkungan kompleks rumah sakit.

Gelombang bunyi yang berasal dari sumber-sumber di atas akan dipantulkan oleh permukaan bangunan-bangunan pada kompleks rumah sakit yang keras sehingga bunyi akan banyak dipantulkan kembali. Karena bunyi yang terpantul pada permukaan keras ini menurut Cole (2005) membuat bunyi menjadi menggema, saling bersahutan, dan membuat reverberation time menjadi lebih lama. Keadaan ini akan memberikan efek bunyi “berkembang” dan memperparah tingkat kebisingan lingkungan, baik di dalam maupun di luar bangunan.

Permasalahan tingginya tingkat kebisingan lingkungan menjadi sangat mengkhawatirkan karena diketahui kebisingan memberi dampak negatif pada kesehatan manusia di rumah sakit (Cmiel, 2004). Untuk bangunan rawat inap, Ellenbogen (2011) mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan yang ditimbulkan

(2)

akibat tingginya tingkat kebisingan di dalam bangunan adalah gangguan tahapan tidur pasien sehingga menghambat proses penyembuhan. Selain berdampak pada pasien, kebisingan dapat meningkatkan tekanan stres kerja dan gangguan konsentrasi bagi pekerja medis. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien dan pekerja medis di bangunan rawat adalah salah satu populasi utama yang mendapat efek negatif paling besar dari kebisingan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga tingkat kebisingan untuk tetap rendah di dalam bangunan rawat inap agar membantu pasien dalam proses penyembuhan dan staf medis memberikan pelayanan yang maksimal.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa modifikasi arsitektural pada rumah sakit dapat mengurangi tingkat kebisingan bangunan rawat inap. Untuk kasus dengan sumber kebisingan internal menurut Ulrich (2004) terdapat 3 bentuk utama modifikasi lingkungan fisik. Pertama adalah pemasangan material penyerap bunyi pada bagian plafon, Kedua adalah menghindarkan sumber bunyi penyebab kebisingan dengan memberi treatment akustik pada sistem mekanik bangunan dan terakhir adalah pemilihan layout single-bed daripada multi-bed pada ruang perawatan pasien untuk mengurangi resiko sumber bising yang lebih banyak. Sedangkan untuk sumber bising eksternal, penanggulangan kebisingan dapat dicapai dengan modifikasi selubung bangunan. Menurut Akdag (2004) desain selubung bangunan rumah sakit terutama bangunan rawat inap harus sangat diperhatikan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna dalam hubungan dengan lingkungan fisik seperti pencahayaan, akustika dan penghawaan. Bentuk modifikasi tersebut dapat meminimalkan efek bising dari luar bangunan dengan meningkatkan kemampuan insulasi elemen-elemen fasad bangunan seperti dinding dan bukaan.

Bangunan rawat inap Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya sebagai obyek penelitian adalah bangunan rawat inap kelas 3 (kelas ekonomi) yang menggunakan konfigurasi multi-bed dengan kapasitas normal sekitar 48 pasien yang dibagi pada ruangan-ruangan perawatan berkapasitas masing-masing 6 hingga 8 bed. Antar ruang perawatan dibatasi oleh tembok bata namun antar bed tidak ada batas apapun. Ruangan perawatan berjajar di bagian samping ruangan dengan satu koridor doubel loaded berada di tengah bangunan. Nurse station

(3)

terletak sejajar dengan jajaran ruang perawatan dan berada di bagian tengah ruangan rawat inap. Ruangan pendukung lain seperti ruang dokter, supervisor dan service juga terletak sejajar dengan ruang perawatan. Untuk gambaran mengenai layout adalah seperti terlihat di Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Gambaran Layout Bangunan Seruni A RSUD Dr.Soetomo

Dari pengukuran sejenak diketahui tingkat rata-rata background noise level sebagai indikasi tingkat kebisingan lingkungan di dalam bangunan obyek penelitian adalah 55 dB. Kondisi tersebut tidak memenuhi anjuran batas aman background noise level dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomer 178 tahun 87 yang mensyaratkan pada bangunan rawat inap yaitu tidak lebih dari 45 dBA. Dari kondisi tersebut diindikasikan bahwa tingginya background noise level pada obyek penelitian disebabkan sumber internal dan eksternal bangunan tersebut. Sumber internal berasal dari tingginya tingkat kepadatan dan aktivitas pengguna di dalam bangunan. Namun hal tersebut tidak dapat dihindarkan karena pihak RSUD Dr.Soetomo tidak diperkenankan menolak pasien yang datang sehingga bangunan rawat inap Seruni A selalu padat karena banyaknya pasien yang harus diterima.

Sedangkan untuk sumber eksternal juga berasal tingginya tingkat kepadatan dan aktivitas pengguna di luar bangunan. Doelle (1972) menyebutkan bahwa untuk kasus rumah sakit sumber kebisingan eksternal bersifat lebih dominan daripada internal karena keberagaman aktivitas dan besarnya kapasitas peralatan mekanikal bangunan yang berada pada lingkungan outdoor dalam kompleks rumah sakit. Hal tersebut berlaku juga pada obyek penelitian. Dari pengamatan awal, didapat banyak bunyi yang diidentifikasi sebagai sumber

(4)

kebisingan yang lebih beragam dan bersifat khas (hanya terjadi pada tipikal bangunan seperti pada obyek penelitian) yaitu bunyi aktivitas keluarga pasien menginap di ruang tunggu, lalu-lalang koridor luar yang menyatu antara pengunjung dan pekerja, peralatan strerilisator serta aktivitas lahan parkir yang berada dekat dengan bangunan rawat inap. Keberadaan keluarga pasien yang menginap lumrah ditemui di rumah sakit umum daerah di Indonesia, seperti halnya fenomena yang terjadi pada obyek penelitian. Terutama pada bangunan rawat inap pasien kelas ekonomi. Karena sebelum tindakan medis dilakukan sewaktu-waktu, selalu dibutuhkan keluarga pasien untuk persoalan administrasi dan keluarga pasien kelas ekonomi cenderung memilih menginap di ruang tunggu bangunan rawat inap karena alasan finansial. Dan karena banyaknya pasien yang dirawat pada kelas ekonomi menyebabkan semakin banyak keluarga yang menginap.

Dalam petunjuk teknis bangunan rawat inap Departemen Kesehatan RI (2006) bukaan penghawaan alami disarankan penggunaannya pada bangunan rawat inap, namun menurut Templeton (1997) bukaan untuk penghawaan alami akan memperbesar resiko perambatan bunyi dari sumber kebisingan di luar bangunan. Bangunan rawat inap Seruni A menggunakan penghawaan alami dan digunakan untuk perawatan pasien penderita penyakit syaraf yang membutuhkan kondisi istirahat yang baik. Sehingga dapat disusun hipotesa awal (Gambar 1.2) bahwa banyaknya sumber kebisingan di luar bangunan rawat inap Seruni A yang berpenghawaan alami lebih dominan daripada sumber internal dan memiliki resiko perambatan kebisingan yang besar ke dalam bangunan melalui bukaan penghawaan alami sehingga dapat memperparah tingkat kebisingan lingkungan di dalam bangunan. Maka dari itu kebutuhan insulasi kebisingan dari luar bangunan sekaligus mengkompromi penyediaan penghawaan alami menjadi penting dan mendesak untuk dicarikan solusinya.

Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti perlu mengetahui tingkat efektifitas strategi meminimalkan bising melalui optimasi desain dan material fasad sebagai selubung bangunan dengan memperhatikan kemampuan insulasi bunyi terhadap kebisingan dari sumber-sumber di luar bangunan rawat inap yang tetap mempertimbangkan penghawaan alami. Diharapkan dengan mengetahui

(5)

efektifitas strategi penanganan kebisingan ini dapat disusun usulan pedoman desain fasad bangunan rawat inap yang memenuhi kriteria tingkat kebisingan yang diijinkan pada ruang rawat inap tempat studi kasus diambil dan ruang rawat inap lain yang memiliki tipikal permasalahan sama.

Gambar 1.2 Alur Hipotesa Fenomena Kebisingan pada Ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo

1.2 Perumusan Masalah

Rumah sakit adalah salah satu dari sekian banyak bangunan yang membutuhkan penanganan akustik secara cermat dan sering terlewatkan dalam tahapan desain akustik. Aktivitas publik yang padat di dalam kompleks rumah sakit dapat menjadi sumber bising yang mengganggu, seperti keluarga pasien yang belum teredukasi dengan baik mengenai aturan dalam menjaga kesenyapan di rumah sakit sehingga beresiko meningkatkan gangguan kebisingan, terutama pada rumah sakit negeri seperti pada lokasi penelitian. Gangguan bunyi akan menjadi kendala yang tidak disadari dalam pelayanan medis pasien pada bangunan rawat inap, karena pasien kualitas istirahat yang baik sangat dibutuhkan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pasien. Permasalahan

Sumber

Eksternal Bangunan Rawat Inap

Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya Solusi fasad bangunan memenuhi kebutuhan insulasi kebisingan Kebisingan merambat lebih

besar melalui bukaan

Disyaratkan bukaan pengahawaan alami dan tingkat sound level rendah Sumber Internal Aktivitas Koridor Aktivitas Ruang Tunggu Utilitas Bangunan Aktivitas Lahan Parkir Aktivitas Tindakan Medis Aktivitas Pasien dan Staff DOMINAN Solusi fasad bangunan memenuhi kebutuhan penghawaan alami

(6)

mendesak dan jarang ditangani dengan bijak oleh perencana bangunan. Permasalahan kebisingan pada obyek penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

- Sumber kebisingan eksternal yaitu bunyi aktivitas keluarga pasien menginap di ruang tunggu, lalu-lalang koridor luar yang menyatu antara pengunjung dan pekerja, peralatan strerilisator serta aktivitas lahan parkir yang berada dekat dengan bangunan rawat inap memiliki sifat khas serta lebih dominan daripada sumber internal sehingga beresiko merambat ke dalam bangunan. - Bangunan obyek penelitian menggunakan penghawaan alami sehingga resiko

perambatan bunyi melalui bukaan menjadi semakin besar. Sehingga dari uraian tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: “Sejauh mana pengaruh modifikasi desain dan material fasad dalam upaya menginsulasi secara akustik sekaligus menyediakan kebutuhan penghawaan alami bagi bangunan ruang rawat inap berpenghawaan alami terhadap sumber kebisingan eksternal?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan merumuskan konfigurasi strategi insulasi akustik terhadap kebisingan dari sumber eksternal melalui optimasi desain fasad pada bangunan ruang rawat inap multi-bed dengan penghawaan alami. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

- Menjelaskan pengaruh modifikasi luasan bukaan penghawaan alami pada dinding fasad dalam upaya insulasi akustik sekaligus menyediakan kebutuhan penghawaan alami bagi bangunan ruang rawat inap multi-bed terhadap sumber kebisingan eksternal.

- Menjelaskan pengaruh modifikasi material pelapis pada dinding fasad dalam upaya insulasi akustik bagi bangunan ruang rawat inap multi-bed terhadap sumber kebisingan eksternal.

1.4 Manfaat Penelitian

Pendekatan desain dinding fasad dengan parameter konfigurasi luasan elemen dan material penyusunnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja dinding fasad dalam meminimalkan kebisingan dari sumber di luar bangunan sekaligus

(7)

menyediakaan penghawaan alami pada bangunan rawat inap. Adapun dari pendekatan tersebut penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: • Secara Teori

Dapat bermanfaat secara keilmuan dalam bidang insulasi kebisingan ekternal pada fasilitas kesehatan serta mempelajari implikasinya pada parameter penghawaan alam terutama yang menggunakan bukaan penghawan pada dinding fasad.

Secara Praktek

Dapat menjadi usulan panduan desain fasad dengan kebutuhan insulasi kebisingan dari sumber eksternal untuk bangunan ruang rawat inap multi-bed berpenghawaan alami.

1.5 Batasan Penelitian Lingkup Penelitian

Penelitian ditujukan pada bangunan rawat inap multi-bed dengan memperhatikan variabel insulasi kebisingan dan penghawaan alami dinding fasad dengan batasan lingkup penelitian sebagai berikut:

- Sumber kebisngan yang menjadi fokus adalah sumber eksternal.

- Faktor penghawaan alami yang diperhatikan adalah untuk mencapai kebutuhan pergantian udara dan kebutuhan kenyamanan termal.

- Sumber kebisingan eksternal yang menjadi fokus penelitian adalah sumber kebisingan lingkungan sekitar bangunan rawat inap baik dari aktivitas medis maupun non medis.

- Variabel desain yang diperhatikan dibatasi pada luasan dan material masing-masing elemen penyusun fasad.

Lingkup Bidang Keilmuan

Lingkup bidang keilmuan adalah bidang akustik dan arsitektur • Lokasi Penelitian

Untuk kepraktisan, sebagai obyek penelitian diambil Bangunan Rawat Inap Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya yang mewakili kondisi ruang rawat inap multi-bed berpenghawaan alami yang memiliki permasalahan gangguan sumber kebisingan eksternal yang lebih dominan di Surabaya. Selain itu obyek

(8)

penelitian adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur sehingga diharapkan hasil penelitian memberi kemanfaatan yang luas.

                   

Gambar

Gambar 1.1 Gambaran  Layout Bangunan Seruni A RSUD Dr.Soetomo
Gambar 1.2 Alur Hipotesa  Fenomena Kebisingan  pada Ruang Seruni A RSUD Dr.Soetomo

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun