• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SUMBER PAJAK-PAJAK DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN SUMBER PAJAK-PAJAK DAERAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SUMBER PAJAK-PAJAK DAERAH

Anna Erliyana

The

birth

of Undang

-

Undang No.

22

Tahun

1999 Tentang Otonomi Daerah (Local Autonomy)

and

Undang-Undang

No.

25

Tahun 1999

Tentang Keuangan Daerah (Local Finance)

has

changed

the relationship

between

the

Central

and

the

Local Government,

especiaUy

in areas

that affect issues regarding

local

finance.

This drastic change in

one hand has

become

a positive

affect for the local

government, whereas in the past it (local

government) did not have the authority to

manage is own

financial

resources. However

on the other hand, this shift has resulted in

confusion and imbalance for the local government

on

their newly found authority,

as to

how they

should acquire fresh funds.

Therefore

it

is

not surprising that

those

attempts have

resulted

in

new

problems for

both the

local

government

itself

and for

the

central

government.

The

writer

attempts to

give a

concept

overview

on how to

further the local budget, especially

local

tax revenue.

The

idea portrayed

by

the writer is

an

alternative

solution

as

to the "cold relations"

between

the local and

central government in their attempt to find

new sources of

funding

in order to

increase local revenue.

Pendahuluan

Di balik harapan banyak

orang terhadap pelaksanaan otonomi daerah,

nampaknya tersirat berbagai kekhawatiran tentang

kesiapan

daerah dalam

segi keuangan, suatu sisi yang amat sering menjadi bahan perdebatan yang

berkepanjangan.

Kemudian

muneul

sejumlah

kekhawatiran

lainnya

seperti:

desentralisasi korupsi, usaha pemerintah daerah yang

akan

mengeksploitasi

sektor pajak - di samping memberatkan para warga juga kelak menjauhkan

para investor yang semula berniat menanamkan sejumlah investasinya ke

daerah. Belum

lagi

sederet keruwetan birokrasi yang menular daTi pusat,

atau sudah menjadi penyakit menahun di daerah-daerah.

(2)

Keuangan Daerah

-

Cermin Demokrasi

Sumber -sumber keuangan daerah diyakini mempunyai implikasi yang

penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan perkembangan

demokrasi pemerintahan daerah.

I

Problem keuangan pemerintah daerah erat kaitannya dengan politik

dan ekonomi. Pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah sulit untuk

meneapai keseimbangan dengan sumber-sumber keuangan pemerintah pusat.

Sebagai akibatnya adalah bahawa pemerintah daerah akan terus

bergantung pada bantuan pemerintah pusat.

2

Dalam rangka otonomi pemerintah daerah. maka ketergantungan

pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dalam hal keuangan haruslah

ditekan sekeeil mungkin. Semakin kecil ketergantungan tersebut

,

akan

memperbesar perkembangan demokrasi sampai pada tingkat pemerintahan

yang paling bawah.

Pajak-Pajak Daerah Sebagai Primadona APBD

Setiap kali diumumkan APBN

,

maka

s

ektor perpajakan muneul

sebagai andalan pemasukan bagi APBN. Mungkinkah dengan otollomi,

maka pajak-pajak daerah akan menjadi andalan pemasukan bagi APBD?

Berdasarkan pengalaman, sulit bagi pemerintah daerah untuk

mengandalkan sektor pajak (daerah) sebagai masukan utama APBD.

Jurisdiksi perpajakan yang dimiliki pemerintah daerah terbatas pada

jellis-jenis pajak yang keeil hasilnya, bahkan dapat dikatakan besar pasak

daripada tiang. Hasil yang diperoleh eenderung

lebih

kecil dari biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan.

Beberapa daerah enggan memungut pajak karena alasan biaya

administrasi lebih besar dibanding hasil yang akan diperoleh. Contoh

Pemerintah

DK!

Jakarta tidak lagi me

m

ungut pajak radio

,

dan pemerintah

daerah setempat lebih suka mene

a

ri

p

enggantinya dari jeni

s

pajak lain.

Tetapi tidak semua pemerintah daer

a

h

ya

ng dapat mencari pengganti

jenis-jenis pajak tertentu yang kurang dihar

a

pkan berhasil perolehannya.

.

Hal ini akan terus berulang bila tidak ada perubahan dalam

mekanisme administrasi perpajakan se

c

ara menyeluruh yang melibatkan

1 Tony Travers, in Local Government in the /990s, ed. By John Stewart and Gerry Stoker (London: MacMillan Press Ltd. 1995), p. 10.

2 H.W.R Wade, Administrative Law, sixth ed. (Oxford University Press, 1988), p. 123.

(3)

pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

Kemungkinan tersebut tidak

lep

as

dari

wisdom pemerintah pusat dalam politik perpajakan nasional.

Ada beberapa

langkah

yang

layak

untuk dipertimbangkan dalam

rangka perubahan mekanisme administrasi

perpajakan:

1 . Menyerahkan proses administrasi kepada pemerintah daerah untuk

jenis

pajak yang persentase pembagiannya lebih besar

menjadi

milik

daerah. Contoh Pajak Bumi dan

Bangunan.

Dengan demikian

pemerintah daerah setempat akan berlomba-lomba secepatnya

memungut

PBB, memperpendek birokrasi, dan

memper

cepat

akselerasi

uang,

sehingga

doelmatigheid akan dirasakan oleh pemerintah daerah, tanpa

melanggar

rechtmatigheid karena

sudah

ada pengaturannya.

2. Mengkaji ulang kembali pembagian persentase pembagian pajak antar

pemerintah pusat dan pemerintah daerah

sesuai

kebutuhan di

lapan

ga

n

.

3.

Harus diperhatikan

mengenai

jangka waktu proses penerimaan oleh

pemerintah daerah

,

men

gingat

nilai uang yang cepat

seka

li m

engalami

perubahan.

4.

Pembuatan matrik berskala nasional yang bersifat horizontal dan

ver

tikal

yang

memperkuat

tax

sharing

antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah,

di antaranya memuat data daerah miskin

-

sedang

dan kaya, dan alokasi pendapatan.

Melalui perubahan mekanisme administrasi perpajakan diharapkan

dapat membantu meningkatkan penerimaan keuangan daerah.

Sistem

Audit dan Akuntabilitas

Kalau kita melihat pada

sistem

Inggris, maka sistem

oto

ritas

keuangan daerah menghendaki bahwa pemerintah daerah bebas untuk

menentukan pajak daerah, menggali

sumber-sumber yang

ada dan kemudian

mengalokasikan sesuai kebutuhannya. Dalam hal ini pemerintah daerah

menerapkan kewenangan diskresi untuk menjalankan fungsi pemerintahan

yang menentukan keluar masuknya uang. Untuk

itu

mereka harus

bertanggung jawab dalam

ma

salah

keuangan tersebu!.

3

3 Local Government Finance: Report Of the Committee (~f Inquiry (Charman Frank Laytield, QC) (HMSO, 1976), p. 286.

(4)

Sehubungan dengan tanggung jawab keuangan publik, paling tidak

diperlukan dua hal:

1. Sistem Audit

4

Audit of Account

penting dalam sistem keuangan pemerintah

daerah sehubungan dengan Hukum Administrasi Negara yang merupakan

bagian dari

judicial review. Audit system

berarti, keluar masuknya uang

harus jelas

dan

dapat dipertanggung jawabkan. Audit menimbulkan

judicial review

yang akan menguji legalitas keluar masuknya uang.

Auditor tidak bertanggung jawab atas kebijakan, ia bertanggung jawab

atas pekerjaannya dalam mengaudit keuangan.

2. Akuntabilitas

Bersandar pada

regularity,

peraturan-peraturan, tepat waktu

dan

cara-cara khusus.

Financial accountability

meliputi evaluasi proyek,

apakab sesuai dengan tujuan dan kualitas yang dikehendaki dalam

perencanaan.

5

Accountability and Responsibility

6

"Use (and

sometimes

misuse) of the term "accountability" in the

context of discussions about politic and government is far from new,

but it has become something of a "bUll word" in the last decade or

so (Marshall

1984,

Day and Klein

1987,

White et all

1994).

It is an

ambiguous word, often misleadingly used interchangeably with

"responsibility".

Two

concept are linked, but

they

are

not

interchangeable ".

(Penggunaan terminologi

"accountability"

dalam diskusi tentang

politik dan pemerintahan bukanlah hal baru, tetapi

terminologi

itu

menjadi suatu kata yang berdengung pada akhir dasawarsa ini. Kata

tersebut membingungkan, seringkali dipertukarkan dengan "responsibility".

Dua konsep tersebut berhubungan, tetapi keduanya tidak dapat

dipertukarkan) .

"When minister are said to be "accountable" to

Parliament, does this

mean that they are expected to justifycation in terms of its legality,

4 H.W.R Wade. Op. Cit.. p. 129-130.

5 Mark Turner and David Hulme, Governance Administration and Development: Making

the State Work. (Hongkong: MacMillan Press Ltd., 1997), p. 122·123.

6 Dawn Oliver and Gavin Drewry, Public Service Reforms, Issues of AccountahiLity and

Public Law (London: Pinter. A Cassel Imprint, 1996). p.3-4.

(5)

ies

procedural

fairness,

ies

efficiency,

ies

wisdom or

ies

ideological

soundness - or some combinaeion of ehese criteria ".

(Akuntabilitas

Menteri kepada

Parlemen, berarti

bahwa

mereka

mengharapkan

justifikasi

dalam terminologi

legalitas, prosedur

yang

benar, efisiensi,

kebijaksanaan atau kombinasi

dari berbagai

kriteria

tersebut)

.

"Ambiguieies in accountability ehac a

trend

has

developed

in the

last

decade to "codify" the

standards

of

conduce

expected of minister or

civil

servants

H

(kebingungan

terbangun karena adanya kodifikasi

s

tandar

perilaku

yang

diharapkan dari

seorang

menteri atau para pegawai negeri

).

"Bodies peiforming public junction are accountable

to

the

courts

through

the

judicial review

jurisdiction

for

the

legality

of

their

actions, and

the criteria

applied

by the

courts are

technical legality,

procedure propriety, rational

and fairness"

(Badan-badan publik bertanggung jawab pada peradilan melalui

judicial review atas

l

egalitas

tindakan mereka, dan kriteria yang

diterapkan

o

leh

peradilan

adalah

legalitas,

prosedur yang wajar,

rational

dan

jujur/ benar).

"Other

issues arise

over

the identity body

to

which a

person is

responsible.

The British

system

relies heavily

on

the doctrine that

civil

servants are

responsible to

miniseer, and

minister

to responsible to

Parliament and through Parliament

to

the people.

We

shall explore

the

different

meanings of responsibility-accountablity and

the

implication

of the

doctrine

H.

(Isu

lain muncul tentang identitas

bad an yang orangnya

bertanggung

jawab. Dalam

sistem

Inggris, dikenal bahwa pegawai negeri pada

suatu

departemen bertanggung

jawab

kepada menterinya, menteri

bertanggung jawab kepada Parlemen dan melalui Parlemen mereka

bertanggung jawab kepada rakyat). Kita menggali perbedaan pengertian

responsibility dan accountability serta implikasi doktrin tersebut}.

Kesimpulan

Ketidak

stabilan

keuangan pemerintah daerah

akan

menimbulkan

dua pilihan.

Pili

han pertama adalah pemerintah daerah harus memperkuat

pajak-pajak daerah.

Kedua, pemerintah daerah tetap

akan

bergantung

kepada pemerintah pusat karena

sulitnya

meningkatkan kewenangan

perpajakan di

daerah.

(6)

Perubahan mekanisme administrasi perpajakan menuntut kerja

keras dari sumber daya manusia yang tersedia di lingkungan pemerintah

daerah. Dalam praktiknya kelak perubahan tersebut akan meminta

penerapan kewenangan diskresi. Aparatur pemerintah daerah yang

menangani

keuangan harus siap melaksanakan sistem

audit

dan

akuntabilitas agar tidak terjerat pada phase judicial review di pengadilan.

Daftar Pustaka

Local Government Finance:

Report

of

the Committee

of

Inquiry

(Charman

Frank Layfield, QC)

(HMSO,

1976).

Oliver, Dawn and Gavin

Drewry.

Public

Service Reforms, Issues

of

Accountability and

Public

Law.

(London:

Pinter, A

Cassel

Imprint,

1996).

Stewart,

John and Gerry Stoker ed

.

Local Government

in

the

1990s.

(London: MacMillan Press, Ltd

,

1995).

Turner, Mark and David Hulme. Governance Administration and

Development: Making The State Work

.

(Hongkong: MacMillan

Press Ltd, 1997).

Wade, H.W.R. Administrative Law. Sixth ed. (London: Oxford

University

Press, 1988).

Referensi

Dokumen terkait

Integrasi Sawit – Sapi di Kabupaten Muaro Jambi pada gilirannya akan berdampak pada: (1) efisiensi dan daya saing produk, karena produk yang dihasilkan

Dari variabel yang mempengaruhi kriteria Luas dari jenis penggunaan tanah di bawah ini, menurut Bp/Ibu, bagaimana urutan ranking variabel untuk mengetahui besarnya

Maka shooting list ini berisi catatan tentang urutan gambar yang akan kita rekam dengan kamera, seperti lokasi peristiwa, wawancara main character, dan aktivitas keseharian

Lintang (LS/LU) Bujur (BT) Rawat Inap Non Rawat Inap Wilayah Luas Desa Penduduk Jumlah.. NO PROVINSI

Komite Tata Kelola Terintegrasi yang merupakan salah satu komite di bawah Dewan Komisaris, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu dan memfasilitasi Dewan Komisaris

2) Dosen tetap Non PNS yang dipekerjakan PTN, tidak ada hak pensiun, sementara gaji, biaya pengobatan dan cutinya diatur oleh kesepakatan kontrak kerja, tidak berhak peroleh

Berdasarkan hasil analisis data mengenai iklim komunikasi organisasi yang didasarkan pada aspek kepercayaan, keputusan partisipatif, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah,

Penyusunan Laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Tehnik Universitas Muria Kudus..