• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DESA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA

2.1. Identifikasi Desa 2.1.1. Lokasi Desa Singa

Desa Singa berada di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Desa Singa terbagai atas 2 (dua) wilayah yang disebut dengan Kesain20. Jarak desa dengan kota kecamatan sekitar 12 Km, jarak ibukota kabupaten sekitar 6 Km dan dari ibukota Propinsi Sumatera Utara sekitar 80 Km. Batas wilayah Desa Singa yaitu pada sisi Utara adalah Desa Kacaribu dan Kota Kabanjahe, sebelah Selatan berbasan dengan Desa Kutambelin, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lausimomo, Desa Gurubenua dan Desa Kandibata dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bunuraya. Luas wilayah desa ini sekitar 117,5 Ha, dengan rincian ; 10 Ha merupakan pemukiman, 100 Ha merupakan lahan pertanian (perladangan) dan sisanya merupakan hutan atau kerangen21

Sarana angkutan umum dari Kota Medan menuju desa Singa ini dapat menggunakan kendaraan roda empat yaitu bus murni, borneo, atau sutra dengan kapasitas penumpang setiap busnya adalah 30 orang. Rute perjalanan bus ini dari Kota Medan tepatnya di Simpang Kuala menuju Kabanjahe. Pada saat perjalanan daerah yang di lewati yaitu Pancur Batu, Sibolangit, Bandar Baru, Dolu, Peceren dan terakhir Kabanjahe. Dalam perjalanan Medan-Kabanjahe memakan waktu

(lihat lampiran 1).

20 Secara harfiah Kesain sama dengan halaman, dalam arti yang lebih luas adalah adanya dua

wilayah yang komunitas marga atau keturunan dari marga yang hidup mengelompok dalam wilayah desa.

(2)

sekitar 2-3 jam dengan kecepatan rata-rata 60 km dan kondisi jalan sudah diaspal walapun masih terdapat jalan yang berlubang dibeberapa titik. Tiba di Kabanjahe, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki angkutan kota Marga Silima menuju Pajak Singa22. Dari Pajak Singa diperlukan lagi berjalan kaki sekitar 300 Meter untuk mencapai Simpang Singa yang merupakan stasiun angkutan umum menuju Desa Singa. Angkutan umum menuju Desa Singa, antara lain Kama, Sigantang Sira, Bayu, dan Sangap Encari23 dengan kapasitas penumpang 15 orang/busnya dengan durasi waktu tunggu 15 menit dan lama jarak tempuh 10 menit dengan rute Kabanjahe-Singa.24

22

Tempat jual-beli hasil produksi pertanian masyarakat karo, selain itu tempat ini juga dapat tempat berbelanja ibu-ibu untuk kebutuhan keseharian rumah tangga seperti bahan-bahan memasak dan peralatan memasak.

23

Sebelumnya, sampai tahun 1995 hanya ada 5 buah angkutan umum menuju Desa Singa dengan merek KOPABRI23. Dengan jumlah angkutan seperti itu waktu antri untuk berangkat membawa penumpang dari dan menuju Desa Singa cukup lama sekitar 1-2 jam.

24 Ada juga angkutan dengan merek yang sama namun rutenya berbeda, jadi sebelum menaiki

angkutan, kita bertanya dulu pada` supirnya apakah angkutan itu menuju ke Desa Singa.

Pada saat memasuki wilayah desa, akan dijumpai sebuah jembatan aliran Sungai Lau Biang sekaligus merupakan batas Desa Singa dan Kabanjahe. Sekitar 3 Km sebelum memasuki pemukiman warga, di sepanjang jalan terlihat perladangan warga yang saat ini sebagian besar ditanami pohon jeruk. Antara satu perladangan dengan perladangan yang lain dibatasi pagar kawat dan disekitar pagar kawat ditanami tumbuhan seperti; pohon pisang, terong belanda, arbei juga kembang sepatu. Ladang warga memiliki pintu pagar yang cukup tinggi (sekitar 2 meter) untuk meminimalkan pencurian hasil ladang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

(3)

Setiap harinya sekitar 20 angkutan umum yang pulang pergi antara Kabanjahe-Singa. Oleh karena itu, waktu mengantri berangkatnya angkutan baik dari dan menuju desa semakin cepat, hanya sekitar 10-15 menit. Angkutan umum ini beroperasi sejak pukul 06.00 Wib sampai pukul 21.00

Wib. Jalan dari Kabanjahe menuju Desa Singa telah di aspal, jalan aspal itu memiliki lebar sekitar 3,5 Meter. Mendekati jembatan Lau Biang akan dijumpai jalan yang berlubang dan serakan batu aspal. Kerusakan yang sama akan dijumpai juga pada saat hampir tiba di Desa Singa, tepatnya jembatan Lau Kersik.

Memasuki wilayah pemukiman, akan dijumpai persimpangan yaitu Simpang Tiga. Simpang ke kanan, menuju wilayah Kesain Durin dan jalan ke Desa Kutambelin. Simpang ke kiri menuju Kesain Durin dan jalan ke Desa Kacinambun dan jalan lurus ke depan menuju daerah perladangan warga Desa Singa dan juga merupakan jalur jalan menuju Desa Lausimomo. Sementara, jalan menuju Kesain Durin dan menuju Desa Kacinambun kondisi jalannya sama

(4)

dengan kondisi jalan ketika memasuki wilayah desa dari Kota Kabanjahe, telah diaspal dan tidak berlubang-lubang.

Sarana jalan menuju Desa Singa mempunyai jalan alternatif yaitu dari arah Desa Tigapanah dan Kacaribu. Dari Desa Tigapanah, jalan alternatifnya adalah melalui Simpang Galon Laudah yang nantinya akan tembus ke perladangan warga Desa Singa begitu juga pemukiman warga sedangkan dari Kacaribu, masuk dari

Gbr.2.5. Pemukiman Desa Singa Mengarah ke Kesain Simbelang Gbr.2.3. Pemukiman Kesain Durin

Mengarah ke Desa Kutambelin

Gbr.2.6. Pemukiman Mengarah ke Desa Lausimomo

Gbr.2.4. Pemukiman sesampainya di Desa Singa

(5)

perladangan Kacaribu, perladangan Desa Kacaribu bersebelahan dengan perladangan warga Desa Singa. Melalui jalan pintas ini nantinya akan bertemu jalan utama Desa Singa. Kedua jalan alternatif ini kondisi jalannya beraspal meskipun ada beberapa ruas jalan yang sedikit rusak dan berlubang.

2.1.2. Sejarah Desa Singa

Sejarah terbentuknya desa dan penamaan desa singa mempunyai dua versi yang berbeda, versi pertama menceritakan nama desa diambil dari nama marga yang pertama menempati dan merintis keberadaan Desa Singa ini dipercaya sama dengan Marga Ginting Sinu Singa.25 Ketika masuk kedaerah Tanah Karo, dia menjadi Marga Ginting Sinu Singa dan menetap di daerah yang sekarang disebut Singa. Penamaan Singa diberikan untuk mengingatkan pada keturunan mereka bahwa nenek moyang mereka yang menjadi simantek kuta26

Versi kedua menceritakan nama desa diambil dari sebuah kisah, dimana sekitar 300 (tiga ratus) tahun lalu di daerah ini ada seorang lelaki yang gagah berani dalam melawan penjajah.

adalah Ginting Sinu Singa. Sampai saat ini penduduk Desa Singa mempercayai bahwa marga simantek kuta adalah seseorang dengan Marga Ginting Sinu Singa yang berasal dari Desa Tongging.

27

25Marga Sinu Singa ini dipercaya sama dengan marga Manihuruk yang berasal dari Desa

Tongging. Desa Tongging berada di Kecamatan Merek Kab.Karo yang terletak di pinggiran Danau Toba. Saat ini marga Ginting Sinu Singa itu dikenal dengan marga Ginting saja.

26 Simantek Kuta adalah sebutan bagi orang yang membuka desa atau orang yang pertama kali

mendiami wilayah tersebut dan menjadikannya pemukiman.

27 Kisah ini diproleh dari informan kunci Wahidin Ginting yang merupakan cucu dari Pa Nawari

Karena keberaniaannya ini, orang-orang yang berani di daerah tersebut menganggap pria tersebut sebagai pimpinan mereka

(6)

dalam melawan penjajah. Keberaniannya dan kegigihannya membuat pria ini mendapat julukan “Singa” oleh orang-orang di sekitarnya. Sebelum menetap di daerah yang menjadi wilayah Desa Singa saat ini, kelompok dibawah pimpinan lelaki gagah berani ini hidup berpindah-pindah. Pada awalnya kelompok ini tumbuh dan berkembang di daerah yang disebut Buah Pulut, setelah itu mereka berpindah lagi ke Kerangen Pa Nawari, dan terakhir mereka menetap sebuah daerah yang nantinya disebut Desa Singa sampai sekarang

Di Desa Singa terdapat pembagian wilayah yang lazim ditemukan di daerah Tanah Karo, dimana desa Singa terbagi menjadi 2 (dua) kelompok pemukiman yang disebut dengan istilah kesain, yang biasanya Kesain dibagi berdasarkan marga dari si mantek kuta. Adapun nama kedua kesain di desa ini adalah Kesain Durin dan Kesain Mbelang.28 Kedua kesain ini dulunya dipisahkan oleh sebuah hutan kecil dan kebun tebu. Dalam perkembagan bertambahnya jumlah penduduk, hutan dan kebun ini kini telah berubah menjadi daerah pemukiman, sehingga tidak begitu jelas lagi pemisah antara kedua kesain tersebut. Saat ini, aparat desa setempat membuat batasan antara kedua kesain dalam bentuk sebuah persimpangan yang menuju ke perladangan warga. Pembagian kesain ini sendiri dulunya dilakukan pemerintah yang berkuasa saat itu, yaitu sibayak kuta untuk memudahkan berjalannya pengaturan desa dan membedakan penduduk yang mendirikan rumah di pusat desa atau sekitar kesain kuta dan jambur29

28

Nama Kesain Durin ini diberikan karena di daerah ini banyak sekali dijumpai pohon durian (durin: ind. durian), sedangkan nama kesain Mbelang yang merupakan daerah awal pemukiman warga diambil karena kesain ini jauh lebih luas dari kesain durin tersebut (mbelang: ind. Luas.

29 Sebuah tempat atau bangunan yang biasanya terdapat di tengah-tengah desa yang biasa

dijadikan tempat melakukan acara-acara adat juga musyawarah warga desa.

(7)

Desa Singa memiliki dua jambur, yang pertama berada di Kesain Durin yang disebut Jambur Kesain Durin dan yang kedua berada di Kesain Mbelang yang disebut Jambur Kesain Mbelang. Dari segi usia, jambur Kesain Mbelang jauh lebih tua dari jambur yang satunya. Jambur Kesain Mbelang usianya hampir sama dengan usia desa ini yaitu sekitar 250 tahun.30

Desa Singa berpenduduk sekitar 2193 jiwa, dengan perincian laki-laki 731 jiwa dan perempuan 1462 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sekitar 540. Penduduk desa ini hampir sebagian besar menganut agama Kristen (93%), dan mayoritas yang tinggal di sesa ini adalah orang Karo (95%). Mereka yang menjadi warga pendatang (kalak si reh) adalah orang Batak Toba (2%), Jawa (2%), sementara sisanya adalah orang Simalungun dan Nias.

Masyarakat desa percaya bahwa pemukiman warga Desa Singa ini berawal dari daerah sekitar jambur. Sementara jambur Kesain Durin baru didirikan sekitar tahun 1976.

II.1.3. Keadaan Penduduk

31

Kebanyakan kelompok pendatang ini dikarenakan mereka yang menikah dengan salah satu warga dan menetap di Desa Singa dan sebagian kecil pendatang ini awalnya datang untuk bekerja sabagai aron32

30 Namun jambur ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan sudah tidak ada yang tahu

bagaimana beberapa asli dulu dari jambur ini.

31Data potensi desa singa, 2010

32 Orang yang bekerja sebagai buruh harian di perladangan penduduk

. Para pendatang ini biasa disebut sebagai warga desa setempat, jika telah menetap lebih dari tiga tahun di desa dan telah meminta izin untuk tinggal di Desa Singa pada aparat desa setempat. Pendatang yang kemudian menetap di desa ini juga biasanya memiliki keluarga angkat berdasarkan

(8)

kesamaan marga33

Masuknya pendatang ke desa ini sekitar tahun 1950-an dari kalangan suku Toba dan Simalungun.

. Setelah syah menjadi keluarga angkat, pendatang ini akan selalu terlibat dalam acara-acara adat atau acara keluarga dari keluarga angkatnya tersebut. Hal ini lazim terjadi untuk menjadi kebersamaan pendatang dengan warga Desa Singa.

34

Pendatang ini biasanya menyewa salah satu rumah penduduk dan ditempati beramai-ramai, baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga. Dalam satu rumah biasa dihuni oleh sekitar 7-10 orang dan terdiri dari 2-3 keluarga (nuclear family). Pendatang ini tidak hanya menerima panggilan bekerja oleh warga Desa Singa semata, melainkan juga dari desa-desa tetangga lainnya. Biasanya perjalanan aron dari desa ini menuju desa lain sudah menjadi tanggungan dari pemilik ladang.35

Dari segi tingkat pendidikan sebagian penduduk masih ada yang belum tamat SD (208 jiwa), tamatan SD (800 jiwa) terutama para orang tuanya. Sebagian

Etnis lain yang menetap di desa ini adalah Jawa. Mereka datang hampir bersama dengan kedatangan pendatang dari etnis Batak Toba, namun dengan tujuan yang berbeda. Orang-orang Jawa ini masuk ke desa sebagai buruh tani dan untuk berdagang, seperti membuka warung nasi atau hanya membuka warung kecil yang menjual mie atau pisang goring. Orang Jawa ini datang bersama keluarganya, mereka mengontrak rumah dan membuka warung.

33 Kesamaan marga dimaksudkan disini mereka memiliki marga yang sama, misalnya sama-sama

bermarga Ginting.

34 Mereka ini biasanya pendatang dari Samosir dan desa-desa Kecamatan Merek dan desa-desa

yang berada disepanjang tepi Danau Toba.

35 Informasi diproleh dari Sintua Kuta. Sintua kuta adalah orang yang dituakan di desa atau sama

(9)

tamatan SLTP (698 jiwa) dan tamat SMU (500 jiwa). Setamat SLTP atau SMU kebanyakan anak lebih mencari pekerjaan diluar desa atau menjadi aron (kelompok kerja yang bekerja sebagai upahan) dari pada melanjutkan sekolah. Anak-anak yang berhasil mencapai gelar sarjana biasanya mereka yang berasal dari keluarga cukup berada, yaitu sekitar 82 jiwa.36

Sebagian kecil warga berwiraswasta dalam bidang perdagangan hasil bumi, baik untuk tingkal lokal maupun tingkat Nasional. Di tingkat lokal, perdangan hanya dilakukan dalam wilayah desa hinga Kota Kecamatan Tigapanah, Kabanjahe dan Berastagi. Perdagangan pada tingkat lokal ini kebanyak dilakukan oleh kaum perempuan yang disebut perkoper dan perengge-rengge. Di tingkat propinsi, perdagangan dilakukan di kota-kota besar di Sumatera Utara, terutama di empat kota besar yaitu Kota Medan, Rantau Parapat, Siantar, Matapencaharian utama desa singa merupakan bertani, dimana 87% warga desa merupakan petani. Sisanya bekerja sebagai PNS (2.8%), wiraswasta (8.1%), juga jenis pekerjaan lain sebanyak (3%). Meskipun matapencaharian pokok seseorang buka bertani, namun mereka semua memiliki lahan pertanian yang dikerjakan sepulang mereka bekerja sebagai PNS misalnya. Jadi, meskipun mereka disebut PNS mereka juga sebagai petani. Sebagai matapencaharian tambahan, warga desa memiliki hewan peliharaan, antara lain; babi, kambing, kerbau, lembu dan ayam. Hewan hasil peliharaan ini hanya untuk kebutuhan subsistensi atau hanya untuk memelihara kebutuhan keluarga dan acara-acara kecil dalam keluarga.

(10)

juga Sidikalang.37

Tanah yang ada di Desa Singa memiliki tekstur yang subur. Jenis tanah di Desa Singa tidak jauh berbeda dengan jenis tanah di Tanah Karo, yaitu gembur dan berwarna hitam. Jenis tanah ini sangat cocok untuk lahan pertanian.

Untuk perdangan skala Nasional antar pulau, tujuan adalah Pulau Jawa, terutama Jakarta dan Bandung.

II.1.4. Topografi Desa

38

Kondisi topografi tanah pemukiman warga Desa Singa kebanyakan bediri ditanah yang rata. Akan tetapi ada juga yang tidak rata, ada beberapa bagian tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya. Rumah yang didirikan di tanah yang lebih tinggi itu hanya dibatasi tembok dengan rumah lain yang letaknya lebih rendah. Dilihat dari udara atau daerah yang lebih tinggi dari areal pemukiman tersebut, rumah-rumah itu sepertinya saling bertindian. Sementara gang-gang kecil yang memisahkan antara satu rumah dengan rumah lain

Lahan seperti ini sangat cocok ditamani jeruk, padi lading, cabai dan tomat. Tidak semua lahan yang memiliki jenis tanah seperti itu, dibeberapa tempat terutama lahan yang dekat dengan aliran sungai tanahnya lebih coklat, padat dan sedikit berpasir. Tanah seperti ini dinilai kurang sesuai untuk lahan pertanian. Namun dengan pemberian pupuk, jenis tanah yang sepert ini dapat ditanami dengan tanaman jenis sayur-sayuran, kacang-kacangan dan jagung.

37 Kota lain juga menjadi tujuan perdagangan seperti Binjai, Seribudolok, Pancur Batu dan

Berastagi.

38 Bagi warga Desa Singa, jenis tanah ini adalah tanah yang subur untuk ditanami aneka jenis

tumbuhan. Jenis tanah ini memiliki teksur tidak padat, lembut dan tidak banyak mengandung pasir atau kerikil. Pada kedalaman 15-20 cm dari permukaan tanah, sudah banyak dijumpai cacing tanah.

(11)

digunakan juga sebagai jalan pintas menuju tempat lain seperti jamur, tapin dan perladangan. Gang-gang kecil ini hanya setebal ½-1 meter yang juga dapat dilewati gerobak hewan warga seperti lembu dan kerbau

Sebagian besar wilayah desa singa merupakan dataran rendah, sedangkan daerah berbukit hanya terdapat ditepi hutan yang hanya ditumbuhi bilalang. Warga desa biasa menyebut daerah seperti ini dengan uruk. Uruk ini kadang digunakan warga untuk mengikat hewan peliharaan seperti kerbau, sementara pemiliknya bekerja di ladang yang tidak jauh daeri uruk tersebut atau mengambil rumput makanan hewan peliharaannya itu.

Jalan-jalan desa yang menuju wilayah perladangan sebagian besar merupakan jalan setapak dengan lebar badan jalan sekitar 2-2.5 Meter. Jalan ini merupakan tanah yang dikeraskan oleh batu-batu kerikil kecil agar tidak terlalu licin pada saat musim penghujan. Begitu juga jalan menuju areal hutan, lebarnya sekitar 2 Meter. Bagian atau jalan-jalan kecil (dengan lebar 1 Meter) di wilayah pemukiman juga masih berupa jalan tanah bercampurpasir dan kerikil.

Suhu udara di Desa Singa tidak jau denga suhu udara keseluruhan wilayah tanah Karo, berkisar antara (16,1 C) sampai dengan (19,9 C) dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi (85,66%), tersebar antara (83,7%) sampai dengan (89,4%). Wilayah Desa Singa berada pada ketinggian 1192 M di atas permukaan laut. Singa sama seperti kondisi Kabupaten Karo secara umum terdapat 2 (dua) musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau (BPS tanah Karo 2008).

(12)

Menerut warga desa, musim penghujan dapat dibagi menjadi dua yaitu, musin penghujan pertama dan musim penghujan kedua. Pada musim penghujan pertama yang terjadi sekitar awal bulan Agustus sampai Januari kondisi tanah jadi lembab. Struktur tanah lebih gembur dan warnanya lebih hitam. Pada musim ini, kebanyakan petani memilih menanam tanaman yang memang membutuhkan banyak kandungan air pada tahun awal tanam seperti cabai, kol dan tomat.39

Musim hujan kedua terjadi pada bulan Februari sampai April. Musim ini ditandai dengan curah hujan yang semakin sedikit. Hal ini diartikan akan adanya musim kemarau, karena hujan masih turun sesekali. Biasanya pada bulan ini hujan turun pada malam hari. Pada bulan-bulan ini petani cocok menanam jenis tanaman apa saja seperti golongan palawija dan hortikultura. Pada musim ini lahan tidak

Sarana jalan di desa terutama jalan yang belum diaspal dan berlubang selalu terlihat digenangi air. Hal ini karena, selokan disepanjang jalan desa tidak berfungsi baik. Mata air yang kini tinggal satu lagi yaitu mata air Lau Kersik memang debitnya lebih besar dari biasanya. Sedangkan warga yang mengunakan air dari sumur bor harus menyaring air mereka dengan kain atau alat penyaring air karena air yang didapat sedikit keruh dan berwarna coklat. Menurut warga setempat hal ini sudah biasa terjadi pada musim penghujan, karena air yang tergenang diserap oleh tanah dan akibarnya ada tanah disekitar dinding sumur yang ikut masuk ke air dan membuat air menjadi keruh. Pada musim ini juga tidak perluh sering-sering membeli air tangkih untuk kebutuhan ladangnya karena kolong penampung air mereka di ladang telah penuh oleh air hujan.

(13)

terlalu kering atau lembab. Air yang berasal dari sumur bor juga kembali jernih dan tidak perluh disaring lagi.

Musim kemarau akan terjadi pada awal bulan Mei sampai akhir bulan Juli. Pada bulan-bulan ini kondisi lahan atau tanah menjadi sangat kering. Warna tanah akan menjadi lebih coklat dan keras. Pada siang hari panas matahari sangat terik dan udara disepanjang jalan banyak mengandung debu jika ada kendaraan yang melewatinya. Petani harus rajin menyiram tanaman mereka, terutama tanaman muda seperi kol, cabai dan sayur-sayuran. Kemarau ini juga tanaman jagung dan padi ladang merupakan tanaman yang paling cocok ditanam, karena tidak banyak membutuhkan banyak air. Beberapa pemilik sumur bor juga harus membatasi pemakaian air pada warga yang membeli air dari sumurnya.40

Udan baho yaitu hujan yang disertai dengan es ini sangat merusak bagi tanaman. Karena ukiran es akan merusak buah, daun atau pujuk tanaman, seperti tanaman jeruk misalnya, apabila butiran es tersebut menenai buahnya, akan meninggalkan bekas yang akhirnya membuat buah tersebut membusuk. Begitu

Selain musim kemarau dan hujan desa singa juga mengenal adanya musim lain, kecuali musim hujan dan kemarau, warga biasa menyebut musim panca roba. Musim ini terjadi sekitar akhir bulan juni sampai akhir bulan juli. Musim ini merupakan musim yang sangat tidak disukai oleh warga khususnya petani. Pada musim ini biasa saja terjadi udan baho (hujan lebat yang disertai es sebesar buah anggur), hujan angin sampai hujan panas yang dapat merusak tanaman dan menggangu kesehatan masyarakat.

40 Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat memompa air kembali dan disalurkan pada

(14)

juga tanaman lain seperti kubis, pisang atau cabai, butiran es ini dapat membuat daunnya koyak dan membusuk. Udan baho ini sangat meresahkan warga khususnya petani karena mereka tidak dapat berbuat banyak menghadapinya. Udan baho yang datang tiba-tiba biasa menyebabkan beberapa petani gagal panen.41

Berbeda dengan udan baho, hujan angin yang terjadi pada musim pancaroba biasanya diawali dengan hujan yang sangat deras. Hujan ini kemudian disertai angin kencang. Hujan angin ini sangat meresahkan bagi petani yang menanam tanaman dengan batang cukup tinggi seperti padi, jagung dan jeruk. Hujan yang disertai angin ini dapat mematahkan batang jagung atau cabang-cabang dari batang jeruk. Sementara pada tanaman padi, petani Desa Singa menyebut lapat42

Hujan panas ini adalah hujan yang sangat mengkhawatirkan bagi warga Desa Singa. Jenis hujan ini, selain merusak tanaman juga merugikan bagi kesehatan. Sebentar saja terkena hujan ini bisa mengakibatkan demam atau flu. Hujan ini turun pada saat matahari bersinar cukup terik. Hujan seperti ini tidak pernah berlangsung lama, sekitar 1,5 jam. Akibatnya yang ditimbulkan pada tanaman dan manusia sangat merugikan. Hujan panas ini dapat membuat daun tanaman yang semula segar tiba-tiba layu dan mati. Hal ini sering menimpa tanaman yang baru ditanam karena daunnya masih muda. Setelah hujan ini

pada padi yang terkena hujan ini.

41 Musim udan baho ini tidak hanya terjadi di Desa Singa, namun dialami juga oleh beberapa desa

di Tanah Karo.

42 Lapat adalah sebutan pada kondisi tanaman padi yang tumbang atau patah akibat angin. Sebutan

(15)

berlalu, biasanya petani segera menyemprot tanaman mereka dengan partisida tertentu untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.

2.2. Tata Ruang Desa

Saat ini wilayah Desa Singa sekilas berbentuk segi tiga dengan luas wilayah sekitar 800 Ha. Hutan atau kerangen kuta terdapat dibagian Selatan (Kerangen Rabin) dan Timur desa (Kerangen Belanjang) dan sebelah Timur Laut (Kerangen Lengat). Areal perladangan atau disebut perjumaan terdapat di sebelah Timur (Juma Berneh), sebelah selatan (sabah), sebelah Barat (Perjumaan Lau Simomo), sebelah Barat laut (Perjumaan Siikur-ikur) dan Timur laut adalah areal Perjumaan Lengat (lihat lampiran 1).

Aliran sungai Lau Kersik mengalir dari arah Barat laut menuju Selatan desa. Jika dilihat dari udara, aliran sungai ini seperti membelah wilayah desa menjadi dua bagian. Letak semua tapin desa juga berada di sepanjang aliran sungai Lau Kersik. Aliran sungai Kersik ini berasal dari Kabanjahe dan Lau Biang yang berbatasan dengan desa Singa pada Bagian Utara. Aliran ini menuju Desa Kuta Mbeling yang berbatasan dengan Desa Singa pada bagian Selatan.

Sementara itu areal pemukiman berada di sebelah Barat Laut (Kesain Mbelang) dan Selatan desa (Kesain Durin). Dari udara, areal pemukiman warga terkonsentrasi dari bagian Barat Laut sampai Selatan desa. Jalan-jalan besar memanjang dari arah Utara menuju Barat, Selatan dan Barat Laut dari wilayah desa.

(16)

2.3. Tata Pemukiman

Pemukiman warga Desa Singa ini tergolong mengelompok dan cukup padat. Sebagian besar rumah-rumah warga berdempetan antara satu dinding rumah dengan dinding rumah lainnya. Satu rumah dengan rumah lainnya tidak teratur tata letak bangunannya, dapur yang satu menghadap pekarangan atau halaman depan rumah lainnya. Hanya beberapa rumah yang mempunyai pekarangan. Keteraturan tata letak rumah hanya terdapat di sepanjang jalan utara desa yang saling berhadapan diantara oleh jalan besar desa. Pada lapisan berikutnya barulah terlihat ketidakteraturan dalam tata letak rumah warga.

Jumlah rumah warga di Desa Singa sekitar 550 unit saat ini rumah-rumah tersebut terbuat dari bangunan sangat sederhana, semi permanen dan permanen. Dari hasil pengamatan dan desa setempat, jumlah rumah yang permanen sekitar 60% dari semua rumah yang ada, rumah papan sekitar 40 % dan sisanya merupakan rumah sangat sederhana yang hanya berdinding papan dan lantai tanah. Rumah yang sudah termasuk kategori cukup mewah (permanen) ini banyak terlihat di sisi kiri kanan jalan besar desa. Rumah permanen ini rata-rata dilengkapi parabola dan peralatan rumah tangga elektronik. Sementara rumah semi permanen atau rumah sangat sederhana berada di lapisan berikutnya dari rumah permanen tersebut.

2.4. Sampah, Drainase dan Sanitasi (parit dan saluran air umum)

Tempat pembuangan sampah masing-masing rumah dibuat di sembarang tempat dan hanya berupa lubang dengan kedalaman 1 meter. Pada

(17)

waktu hujan sampahnya terbawa air kemana-mana, sementara pada musim kemarau sampahnya juga terbang dibawa angin. Kondisi ini juga masih ditambah dengan tidak adanya parit desa. Parit yang semula ada dipinggir jalan besar desa digunakan warga untuk menumpuk sampah mereka, sehingga parit tersebut telah tertutup oleh sampah dan timbunan tanah. Tanah ini ikut tersapu dari halaman ketika warga menyapu sampah yang ada didalam halaman mereka. Ketika musim penghujan tiba, badan jalan sering tergenang yang berasal dari genangan air parit yang telah tertutup sampah. Hal ini mengakibatkan jalanan licin dan terkadang dipenuhi sampah yang berasal dari parit yang sudah penuh sampah.

2.5. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana umum yang tersedia di Desa Singa meliputi sarana pendidikan yaitu sebuah Sekolah Dasar (SD Negeri Belanjang) dan sebuah Sekolah Lan jutan Tingkat Pertama (SLTP Negeri III Tigapanah); Sarana kesehatan yaitu sebuah Puskesmas Pembantu dan dua buah Praktek Bidan Desa; Sarana ibadah yaitu dua buah Greja dan sebuah Mushola; Sarana umum lainya berupa dua buah Balai Desa dan sebuah tempat permandian umum atau tapin.

Sarana pendidikan yang cukup memadai, telah berdiri sejak tahun 1991, sementara SLTP nya baru berdiri sekitar 1998 lalu. Pada umumnya anak-anak warga desa ini bersekolah di SD Belanjang, namun ketika memasuki jenjang SLTP kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk melanjutkan sekolah di Kabanjahe yang dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari desa dengan menggunakan angkutan umum. Mereka yang menjadi siswa SLTP di desa ini

(18)

bukan hanya berasal dari Desa Singa saja, namun ada juga yang berasal dari desa-desa yang berbatasan langsung dengan desa-desa ini, misalnya dari Desa Kacinambun, Kutambelin Lausimomo.

Puskesmas pembantu yang berada di desa ini juga sekaligus berfungsi sebagai BKIA dan Posyandu desa. Puskesmas ini juga menyediakan layanan rawat inap bagi para pasien. Perawat dan bidan yang bertugas di puskesmas ini juga bersedia dipanggil kerumah-rumah penduduk kalau saja ada warga yang sakit dan tidak sanggup datang ke puskesmas. Tidak jarang perawat dan bidan puskesmas ini tetap mengunjungi pasien kerumah masing-masing melihat perkembangan kesehatannya sampai si pasien benar-benar sembuh sakitnya. Keberadaan puskesmas ini sangat membantu menjaga kesehatan dan memberikan penyuluhan kesehatan bagi para warga desa. Meskipun sebagai bangunan puskesmas digunakan sebagai tempat tinggal sang bidan dan perawat, namun itu tidak menggangu pasien, malah sebaliknya memberikan suasana kekeluargaan ketika seorang pasien datang berobat.(lihat lampiran 2)

Di desa ini terdapat dua gereja, Greja Batak Karo Protestan (GBKP) dan Greja katolik, sementara ada juga sarana ibadah bagi umat muslim yaitu sebuah mushola. Letak ketiga rumah ibadah ini lumayan berjauhan, sekitar 500 meter. Ketiga rumah ibadah tersebut ada di Kesain Mbelang. Sebagian besar sarana umum yang ada di Desa Singa ini berada di Kesain Mbelang, seperti sekolah, rumah ibadah dan juga puskesmas.

Pemandian umum atau yang disebut Tapin oleh masyarakat Karo. Tapin ini merupakan pancuran air yang berasal dari mata air desa. Sampai tahun 1995

(19)

ada 3 (tiga) tapin yang artinya melimpah dan tidak berhenti sepenjang hari, namun saat ini yang berfungsi hanya satu, walau airnya masih jernih, namun debit airnya sangat jauh berkurang. Ketiga tapin itu bernama Tapin Derin (di Desain Durin) yang memiliki sebuah pancura air, Tapin Bernek (di Desain Mbelang) yang memiliki 2 (dua) pancuran air dan Tapin Lau Kersik (di Desain Mbelang) yang memiliki Sembilan buah pancuran air. Saat tapin yang masih berfungsi adalah Tapin Durin.

Sarana umum tersebut sebagian besar milik pemerintah. Bangunan sekolah, puskesmas dan balai desa merupakan sarana umum yang menjadi milik pemerintah yang dikelolah oleh masyarakat untuk kepentingan umum. Sementara prraktek bidan desa adalah milik bidan yang bersangkutan dengan izin praktek dari pemerintah. Sarana ibadah merupakan bangunan yang didirikan oleh warga penganut agama masing-masing dan dikelola oleh anggota rumah ibadah tersebut. Tapin atau tempat pemandian umum (tapin Durin) merupakan milik bersama warga desa dan dikelolah oleh warga desa.

Tabel.2.1. Sarana dan Prasarana Desa

No Prasarana Keterangan Jumlah Kondisi Ada/Tidak (Unit) Baik/Rusak

1 TK Tidak -

-2 SD Ada 1 Baik

3 SLTP (Mts) Ada 1 Baik

(20)

-5 Universitas/Akademi Tidak -

-6 Gereja Ada 4 Baik

7 Mesjid Tidak -

-8 Pemandian Umum Ada 1 Baik 9 Puskesmas Ada 1 Baik

Sumber : Data Potensi Desa Kantor Kepala Desa Singa tahun 2010

Sarana komunikasi juga sangat berkembang di desa ini, hal ini terlihat dari jumlah pengguna HP (telepon genggam) sebagai alat komunikasi. Keberadaan HP bukan lagi menjadi barang yang langka bagi mereka, dari keterangan warga desa, hampir 75 % orang dewasa di desa ini telah memiliki HP dan menggunakannya sebagai alat komunikasi. Meskipun belum ada layanan telepon rumah yang masuk ke desa ini, namun warga mengaku lebih senang dengan penggunaan HP di kalangan warga, wartel (warung telepon) merupakan satu-satunya alat komunikasi jarak jauh yang cepat bagi warga, namun saat ini pemilik wartel mengaku pengguna jasa layanan warung telepon umum semakin berkurang. Disamping sarana komunikasi satu arah seperti televisi, dan banyak juga telah menggunakan antena parabola untuk menangkap siaran yang lebih beragam. Hal ini sangat berpengaruh pada informasi yang diterima oleh masyarakat terutama anak remaja. Bagi mereka yang tidak memiliki televisi, dapa malam hari mereka menumpang menonton televise dirumah tetangga sembaro mengombrol sampai larut malam. Hal ini juga dilakukan oleh anak remaja yang menunpang menonton televise di rumah teman sebayanya sembari mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

(21)

2.6. Tata Ruang Hutan

Hutan dalam bahasa Karo disebut Kerangen, dalam perkampungan Karo ada juga beberapa jenis Kerangen, yaitu kerangen juma, kerangen kesain, dan kerangen tua. Kerangen juma merupakan hutan milik pribadi seseorang karena hutan tersebut berada diladang orang tersebut. Kerangen kesain merupakan hutan milik kesain yang ada di desa, dan hutan ini digunakan untuk kebutuhan warga yang ada di kesain., misalnya untuk mengambil kayu bakar dan obat-obatan tradisional. Kalau ada warga luar kesain yang ingin mengambil sesuatu dari hutan harus permisi pada anak beru kesain. Kerangen kuta merupakan wilayah hutan yang menjadi milik desa dan dapat digunakan oleh seluruh warga desa dengan izin dari anak beru kuta. Hal ini untuk menghindari pengekploitasian yang berlebihan pada wilayah hutan. Kerangen tua merupakan hutan primer yang dijadikan penduduk untuk mengambil ijuk, rotan dan kayu untuk kebutuhan hidup, misalnya membuat atap sapo (gubuk) dan lainnya.

Desa Singa memiliki wilayah hutan yang berbeda lokasinya, ketiga hutan itu adalah Kerangen Lengat, Kerangen Rabin dan Kerangen Belanjang. Kerangen Lengat berada di perbatasan Desa Singa dan Desa Bunuraya, Kerangen Rabin berada di Kesain Durin dekat dengan perbatasan Desa Singa dengan Desa Kutambelin. Dan Kerangen Belanjang merupakan kerangen yang pertama kita jumpai ketika memasuki wilayah Desa Singa. Kerangen-kerangen ini dapat dimasuki dari segala penjuru desa, sementara dari luar desa, Kerangen Lengat dapat dimasuki dari Desa Bunuraya dan Kutambelin, Kerangen Rabin juga dapat dimasuki dari Desa Kutambelin dan Kerangen Belanjang dapat dimasuki dari

(22)

Kabanjahe. Hutan atau kerangen-kerangen tersebut merupakan kerangen kuta, yaitu hutan yang merupakan milik desa dan dapat digunakan oleh seluruh warga desa dengan izin anak beru kuta.43

Luas areal pertanian secara keseluruhan sekitar 100 Ha, dalam bahasa Karo, areal perladangan ini disebut perjumaan. Ada beberapa nama areal Kerangen Lengat adalah hutan yang paling jarang dimasuki oleh masyarakat, karena letaknya yang cukup jauh dari wilayah pemukiman (sekitar 2,5 Km dari pemukiman). Hal ini membuat ekosistem hutannya masih cukup terjaga, masih banyak dijumpai pohon-pohon besar berusia tua, ada juga pohon pinus, pohon durian dan kemiri serta pohon lain dengan diameter sekitar 1-1,3 meter. Selain itu, semak belukar yang memenuhi areal hutan juga membuat kita harus menebas beberapa diantaranya kalau hendak masuk ke dalam hutan.

Kerangen Rabin yang berada di Kesain Durin merupakan kerangen kuta walaupun tempatnya di kesain, hutan ini bukan kerangen kesain. Hutan ini selain dekat dengan pemukiman juga dekat dengan areal perladangan, sehingga tidak sulit untuk mengaksesnya.

Kerangen Belanjang yang terletak di pinggir sungai Lau Kersik merupakan hutan yang paling sering dimasuki baik oleh orang dewasa sampai anak-anak. Di pinggir hutan ini telah dibangun sarana pendidikan yaitu SD Belanjang dan SLTP Negeri 3 Tigapanah.

2.7. Tata Ruang Pertanian

(23)

pertanian yang dibuat warga desa, misalnya perjumaan siikur-ikur, perjumaan lengat dan juma berneh. Penamaan seperti ini lazim dibuat untuk memudahkan seseorang member keterangan letak dari ladangnya. Areal pertanian dapat dijumpai ketika memasuki desa. Sepanjang jalan sebelum masuk ke wilayah pemukiman, dijumpai ladang penduduk yang ditanam jeruk, cabai juga kol. Setelah itu jalan menuju Lausimomo, yang berbatasan dengan Desa Singa pada sebelah Barat juga merupakan areal perladangan warga Desa Singa. Sementara itu perjumaan siikur-ikur berada di pinggir sungai Lau Kersik. Juma berneh berada tidak jauh dari areal Kerangen Belanjang, yaitu juga berbatasan dengan Desa Kutambelin. Dan perjumaan lengat merupakan perladangan yang menuju areal Kerangen Lengat.

Berdasarkan jumlah kepala keluarga Desa Singa, lahan pertanian di desa ini sangat terbatas. Hal ini ditandai perbandingan 100 Ha total luas area pertanian dengan 540 kk penduduk Desa Singa. Jumlah petani murni diperkirakan 300 kk, 100 kk PNS sekaligus merangkap sebagai petani, 100 kk pedagang merangkap sebagai petani, dan 40 kk bekerja sebagai aron dan supir yang merangkap sebagai petani.

Dengan data ini, bila total luas area pertanian dibagi rata dengan jumlah kepala keluarga maka setiap kepala keluarga tidak memiliki ½ Ha pun dalam kegiatan pertaniannya. Akan tetapi, setiap petani memiliki jumlah luas lahan yang berbeda. Bahkan sebagian petani tidak memiliki lahan pertanian dan menyewa lahan untuk kegiatan pertanianya. Rata-rata luas lahan petani yang memiliki lahan pertanian sekitar ½-1 Ha/kk. Namun, mengingat sempitnya perluasan area

(24)

pertanian di Desa Singa membuat petani harus membeli lahan pertanianya di desa tetangga, seperti desa Kutambelin, Lausimomo, dan Bunuraya.

Tanaman yang paling banyak ditanam oleh warga desa adalah jeruk, hampir sebagian besar warga yang memiliki lahan pertanian sendiri menanam jeruk pada sebagian lahannya, sementara dibawah jeruk tersebut ditanam jenis tanaman muda seperti cabai, kacang-kacangan dan tanaman lain yang dianggap tidak merusak pohon jeruk. Biasanya kalau lahan milik mereka ada 2-3 Ha, 75 % ditanami jeruk dan sisannya mereka Tanami tanaman paliwija yang sesuai musim yang ada. Pada musim kemarau para petani kebanyakan menanam jagung dan padi ladang yang tidak membutuhkan banyak air. Sedangkan pada musim-musim penghujan mereka menanam cabai, kol, kacang-kacangan dan tomat yang memang membutuhkan banyak air terutama pada musim awal.

Pada akhir hujan, warga menanam padi ladang atau jagung dan cabai bersamaan. Dan pada musim panen, limbah padi ladang dan jagung akan di ambil untuk di olah menajdi pupuk organik untuk tanaman jeruk.Untuk memenuhi kebutuhyan masyarakat akan air, sejak dahulu masyarakat mengandalkan air dari mata air desa yang mengalir dari pancuran di tapin (pemandian umum). Tapin Lau Kersik adalah tapin yang paling besar debit airnya dengan jumlah pancuran sebanyak Sembilan buah, selain airnya juga jernih, tempat warga untuk mandi dan mencuci juga cukup luas, sehingga tapin ini selalu ramai.

Mata air yang mengairi tapin-tapin ini berasal dari hutan (kkerangen kuta). Tapin Lau Kersik berada di pinggir Hutan Belanjang dan disampingnya terdapat aliran sungai lau Kersik. Tapin Berneh yang letaknya tidak jauh dari tapin Lau

(25)

kersik, dan juga dilewati oleh aliran sungai Lau Kersik. Tapin Durin yang berada di kesain Durin, airnya berasal dari mata air Kerangen Belanjang Lau Kersik. Sumber mata air dari ketiga tapin ini adalaah dari Kerangen Belanjang dan aliran sungai Lau Kersik. Karena penebangan pohon yang berlebihan pada Kerangen Belanjang, kini hanya tinggal satu mata air yang bertahan, itupun airnya sudah terbatas.

2.8. Kelembagaan di Desa Singa

A. Identifikasi lembaga formal dan non-formal

Lembaga di desa Singa dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu lembaga formal dan lembaga non-formal. Lembaga formal meliputi lembaga pemerintahan desa, BPD (Badan Perwakilan Desa), LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), Koperasi, Kelompok Tani, PKK, Karang Taruna, Kredit iuran SEPAKAT, Puskesmas. Terdapat juga beberapa organisasi sukarela atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan agama atau kesamaan latar belakang budaya, seperti: Persadaan Ginting ras Anak Beruna, Lion FC (group sepak bola).

Tabel.2.2. Lembaga Formal dan Non Formal di Desa Singa

No Desa Kelembagaan Tiga Priorotas Utama Formal Nonformal

1 Desa Singa 1. Pemerintah Desa

2. BPD

3. LKMD/LPMD Koperasi

1. Persadaan Ginting ras Anak Beruna

2. Lion FC (group sepak bola) 1. PKK 2. Kelompok tani 3. Kredit iuran SEPAKAT

(26)

5. Kelompok Tani 6. PKK 7. Karang Taruna 8. Kredit iuran SEPAKAT 9. Puskesmas

Sumber : Hasil identifikasi desa

Dalam aktivitas sehari-hari beberapa kelembagaan ini terkait satu sama lain dan beberapa lembaga tidak terkait sama sekali. Lembaga yang cenderung saling terkait dapat dikelompokkan menjadi:

• Lembaga formal yang cenderung saling terkait adalah antara pemerintahan desa dengan LKMD/LPM, BPD, PKK dan karang taruna.

• Sedangkan lembaga yang cenderung terkait pada kegiatan ekonomi yang saling terkait adalah kelompok tani dan koperasi.

• Sementara itu, lembaga keagamaan memiliki ikatan erat dengan lembaga sosial atau budaya yang berhubungan dengan kesamaan etnis atau daerah asal. Ikatan budaya ini diikat oleh kesatuan genealogis ataupun kesatuan geografis.

Berdasarkan pada proses yang partisipatif, warga mengatakan bahwa mereka lebih senang bekerjasama dan lebih merasa terikat satu sama lain dalam kelembagaan yang sifatnya formal. Salah satu contohnya adalah PKK, kegiatan Tani, Kredit iuran SEPAKAT. Warga desa merasa bahwa ikatan sosial dan budaya itu merekatkan mereka dalam ikatan kepentingan yang sama dan pada gilirannya akan menumbuhkan rasa saling memiliki, saling percaya (trust) dan rasa kebersamaan. Ikatan ini lebih bersifat menguatkan mereka jika dibandingkan

(27)

dengan ikatan dalam sistem lembaga non formal. Suatau keharusan dan bukan kerelaan yang tumbuh dalam hubungan formal.

B. Hubungan kelembagaan 1.Kelompok tani

2.Karang taruna

3.Kredit iuran SEPAKAT

4.Persadaan Ginting ras Anak Beruna 5.Lion FC (group sepak bola)

6.Pemerintahan desa 7.BPD

8.PKK 9.Puskesmas 10.LKMD

(28)

Gambar.2.7.Diagram hubungan kelembagaan desa

2.8. Sumber Daya Alam Desa

Sumber Daya Alam (SDA) merupakan faktor yang sangat penting dan potensial untuk dimanfaatkan. Sumber daya alam Desa Singa terdiri dari 2 (dua) sektor yaitu sektor pertanian dan peternakan. Sektor pertanian di Desa Singa, masyarakat petani banyak menanam tanaman jeruk, padi, jagung, palawija, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Untuk sektor peternakan, petani di Desa Singa sebagian besar memlihara ayam kampung, kerbau, lembu, kambing, dan babi. Dalam sektor pertanian, banyak limbah dari sebagian jenis tanaman yang digunakan petani untuk bahan pupuk untuk jenis tanaman pupuk. Limbah padi dan jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat bermanfaat untuk

Masyarakat Desa Singa

Kelompok Tani Puskesmas PKK PEMDE S Lion FC BPD Persadan Ginting Karang taruna LKMD

(29)

bagi pertanian jeruk di Desa Singa. Dari sektor peternakan, yang menjadi sumber pemanfaatan bagi masyarakat petani Desa Singa adalah kotoran ternak atau kandang.

Tabel.2.3. Sumber Daya Alam di Desa Singa

Sektor Bahasa lokal Bahasa indonesia Bahasa latin Sektor pertanian Rimo Cina gara Cina cur Jong Page Terung jepang Kacang panjang Kacang taneh Mbertik Galuh Gadung kayu Jeruk Cabe merah Cabe rawit Jagung Padi Terong belanda Kacang panjang Kacang tanah Pepaya Pisang Ubi singkong Citrus sinensis Capsicum annum L Capsicum frutescens L Zea mays L Oryza sativa L Cyphomandra betacea Vigna sinesis Arachisglabrata Carica papaya Musa

Manihot utillissima pohl

Sektor peternakan Kerbau Lembu/sapi Manuk Kambing Babi Kerbau Lembu/sapi Ayam Kambing Babi Bos Bubalus Bos primigenius Gallus domesticus Capra hircus Porcus

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh negatif tidak signifikan pada personal financial need terhadap financial statement fraud dan mendukung penelitian yang

a. Bahasa Indonesia : Menceritakan berbagai aktivitas bermain dilingkungan sekitar. Menyebutkan urutan aktivitas bermain dengan topik tertentu. Membacakan cerita

Kegiatan pembelajaran tersebut berjalan 2 jam pelajaran akan tetapi diselingi dengan pemberian reward kepada anak dan pembelajaran dilakukan sesuai dengan

449, maka pada tahun 1950 dipungut opcenten untuk ongkos-ongkos yang dikeluarkan guna memperbaiki dan mempertinggi produksi dari karet rakyat atas bea keluar yang menurut

Perhitungan harga pokok produksi unit rumah pada perumahan Tambarora adalah berdasarkan total biaya produksi yang dibutuhkan untuk satu unit rumah yang sudah dihitung

Asiakkaita opastetaan ensi vaiheessa olemaan yhtey- dessä keskitettyyn puhelinnumeroon, jossa tehdään ensi vaiheen palvelutarpeen arviointi, ja jos siellä nähdään

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menghasilkan media pembelajaran fisika berupa modul berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan getaran, gelombang, bunyi, cahaya dan alat-alat

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an menyebut tentang mengusir musuh-musuh umat manusia merupakan salah satu ungkapan tajam berkat Sayyid Qutub “ dan tiada orang yang