• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

BAB I dalam penelitian ini akan membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal yang paling penting di dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar dapat terjadi dimana saja, baik di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar selalu dikaitkan dengan pendidik atau yang biasa dipanggil guru dan peserta didik atau siswa. Hamalik (2012: 5-6), mengartikan sekolah sebagai suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan dan mencari ilmu. Sekolah dapat memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan dan keterampilan, sekolah juga sebagai sarana untuk menampilkan beragam kebudayaan dan kemampuan serta bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pendidik merupakan komponen utama dalam sistem pendidikan di sekolah (Marno, 2014: 51).

Hubungan antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan kewibawaan, artinya antara pendidik dan peserta didik harus saling percaya antara yang satu dengan yang lain. Tugas seorang pendidik adalah memberikan pengajaran dan pembinaan kepada peserta didiknya. Namun dalam hal ini, seorang pendidik memiliki kesulitan tersendiri dalam

(2)

2 menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif, inovatif, dan efektif. Susana yang harus tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana peserta didik benar-benar aktif dalam menerima materi pembelajaran. Melalui keaktifan peserta didik tersebut dapat dilihat seberapa besar peserta didik mampu memahami materi yang di sampaikan oleh pendidik.

Namun, terkadang pendidik hanya mementingkan bagaimana materi yang disampaikan tersebut sampai kepada peserta didik tanpa memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan juga kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Inilah yang menyebabkan banyaknya peserta didik yang kurang paham terhadap materi yang disampaikan. Akan lebih baik apabila pendidik mengetahui tipe belajar setiap siswa agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Marno (2014: 149) menjelaskan.

Terdapat tiga tipe belajar peserta didik, yaitu (1) visual, dimana dalam belajar, peserta didik tipe ini akan lebih mudah menerima pelajaran dengan cara melihat atau mengamati materi yang disampaikan, (2) auditori, dimana peserta didik tipe ini siswa lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan dengan cara mendengarkan, (3) kinestetik, dimana peserta didik dalam pembelajarannya lebih mudah belajar dengan melakukannya.

Apabila pendidik dapat memahami tipe-tipe belajar yang dimiliki oleh peserta didik, maka pendidik akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif.

(3)

3 Model pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membuat peserta didik ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Apabila model pembelajaran yang dilaksanakan setiap minggunya terkesan monoton, maka yang akan terjadi adalah siswa menjadi semakin bosan dan membuat kegaduhan di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di kelas tidak dapat dikatakan berhasil. Kecenderungan yang terjadi diberbagai sekolah saat ini adalah pembelajaran berpusat kepada pendidik saja. Inilah yang menyebabkan kurangnya pemahaman materi oleh peserta didik. Selain itu, juga terdapat dibeberapa sekolah yang kurang memiliki fasilitas yang memadai di dalam kelas, sehingga pendidik merasa kesulitas saat menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Pendidik harus mampu menciptakan sebuah model dan strategi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menarik, agar peserta didik dapat ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Terdapat banyak model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik dengan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah .suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya lima orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memiliki tingkat

(4)

4 kemampuan berbeda. Setiap anggota harus bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok yang telah diberikan oleh pendidik dan bertukar pikiran untuk memahami materi yang diterima dalam kelompok tersebut.

Strategi pembelajaran meliputi metode, teknik, dan prosedur yang mampu menjamin peserta didik dapat memahami dan menerima materi yang disampaikan oleh pendidik. Sehingga tujuan akhir dari proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil. Pendidik dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran serta model pembelajaran yang relevan untuk membantu pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran yang aktif. Bermula dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pendidik dan juga peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran inilah, maka diadakanlah penelitian yang berjudul “Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam Mengoptimalkan Daya Ingat Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 8 Batu.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di teliti yaitu:

1.2.1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu ?

1.2.2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and

(5)

5 explaing pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu.

1.3.2. Menjelaskan upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu.

1.4 Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini sesuai dengan arah dan tujuan penilitian, maka peneliti membatasi masalah penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok bahasan penelitian. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1.4.1. Penelitian ini menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu.

1.4.2. Penelitian ini menitik beratkan pada upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan daya ingat siswa dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining melalui ulangan harian pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII-A di SMP Muhammadiyah 8 Batu.

(6)

6 1.5 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan yang sedang dihadapi tersebut, diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat,antara lain:

1.5.1. Secara Teoritis

a. Merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan konstribusi dalam memudahkan pendidik dalam memberikan dan menyampaikan materi kepada peserta didik dengan lebih menarik dan menyenangkan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5.2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan model–model pembelajaran yang menyenangkan bagi calon guru nantinya yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Penelitian ini sebagai wujud pelaksanaan praktik mengajar di sekolah dan merupakan sebuah peluang atau kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.

b. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru dalam upaya meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 5 Malang.

(7)

7 c. Bagi Dinas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dinas pendidikan dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang aktif, menarik, kreatif, dan inovatif.

1.6 Penegasan Istilah

1.6.1. Analisis

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya), untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-akibat). 1.6.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono (2010:46) adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Slavin (2010), mengemukakan bahwa model pembelajaran sebagai suatu acuan kepada pendekatan pembelajaran termasuk tujuan sintaksnya, lingkungan, dan system pengelolaannya. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

1.6.3. Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE)

Shohimin (2014: 183), menjelaskan bahwa model pembelajaran student facilitator and explaining adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Model pembelajaran student facilitator

(8)

8 and explaining merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain itu, peserta didik juga belajar untuk mengemukakan/mempresentasikan ide tau gagasan yang telah didapatkannya kepada peserta didik yang lainnya.

1.6.4. Mengoptimalkan

Mengoptimalkan berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan. Mengoptimalkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dapat diartikan menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi. Mengoptimalkan dapat disimpulkan sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk menjadikan paling baik (terbaik), menjadikan paling tinggi.

1.6.5. Pengertian Daya Ingat

Daya ingat adalah informasi yang disimpan dalam benak melalui pengalaman (Patanjali dalam Kapadia, 2003: 4). Pengalaman sangat berpengaruh terhadap daya ingat setiap individu. Apabila individu memiliki pengalaman yang begitu banyak, akan memudahkan individu dalam meningkakan daya ingat yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, apabila individu tidak menggunakan daya ingatnya, maka individu akan lebih mudah lupa terhadap hal-hal yang telah dilakukan. Ingatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-kesan (Suryabrata, 2006: 44). Walgito (2004: 145), mendeskripsikan bahwa ingatan yang dimiliki individu sangat berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lalu, dapat dikatakan bahwa apa yang

(9)

9 diingat merupakan hal yang pernah dialami dan dipersepsi oleh individu. Daya ingat merupakan kemampuan individu dalam mengingat suatu peristiwa atau pengalaman di masa lalu yang pernah terjadi dan dialami oleh setiap individu. Daya ingat sangat berhubungan erat dengan ingatan yang dimiliki oleh setiap individu. Daya ingat setiap individu berbeda-beda.

Referensi

Dokumen terkait

Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan) yang berperan

1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan

Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman

Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Lanyanan, dan Suasana Toko terhadap Kepuasan Pelanggan Kafe Excelso Mall Bintaro

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa jenis motivasi yang digunakan oleh siswa di Program TOEFL ELFAST English Course di Pare adalah motivasi instrumental dan

Komunikasi yang baik tersebut dapat dilakukan berupa adanya sosialisasi terhadap direksi mengenai fungsi pengawasan komisaris independen dalam hal

Perkebunan Glenmore telah melakukan pencemaran salah satunya adalah pence- maran air karena limbah cair yang telah dihasilkan selama pengelolaan industri karet, kopi,

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural