• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Diabetes Melitus, Self-Help Group, Kualitas Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Diabetes Melitus, Self-Help Group, Kualitas Hidup"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

Kristianingsih, Ni Ketut Natalia. 2017. Pengaruh Self-Help Group Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas II Denpasar Barat. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Made Rini Damayanti S, MNS. (2) Ns. Putu Ayu Sani Utami, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius pada kelompok masyarakat modern. Diabetes melitus tipe 2 memberikan dampak yang buruk terhadap status kesehatan dan kualitas hidup pasien. Perbaikan kualitas hidup pasien diabetes melitus dapat dilakukan secara berkelompok melalui program Self-Help Group (SHG). Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh self-help group terhadap kualitas hidup yang diawali dengan menggali permasalahan pasien diabetes melitus. Rancangan yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre-test and post-test design. Sampel terdiri dari 30 orang pasien diabetes yang tergabung dalam paguyuban diabetes di Puskesmas II Denpasar Barat. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner World Health Organization Quality Of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Nilai rata-rata kualitas hidup pasien diabetes melitus setelah diberikan intervensi selama tiga kali pertemuan sebesar 88,53. Hasil uji t-test dependent diperoleh nilai p (0,000)<α (0,05), yang berarti terdapat pengaruh Self-help Group terhadap kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat. Penerapan SHG yang dilakukan secara berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus.

(2)

vii

ABSTRACT

Kristianingsih, Ni Ketut Natalia. 2017. The Influence of Self-Help Group on the Quality of Life of Diabetes Mellitus Patients at the Public Health Center II of West Denpasar. Final Assignment, Nursing Science Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University, Denpasar. First Supervisors (1) Ns. Made Rini Damayanti S, MNS. (2) Ns. Putu Ayu Sani Utami, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Diabetes mellitus is one of the serious health problems in modern society. Type 2 diabetes mellitus have a negative effect on the health status and quality of life of patients. Improving the quality of life of patients with diabetes mellitus can be done in groups through the Self-Help Group (SHG) program. This study aimed to assess the influence of self-help group on the quality of life which began with exploring the spesific problem of diabetes mellitus' patients involved in the group. This study is a quasi experimental research with one group pre-test and post-test design. The sample consisted of 30 diabetic patients who joined in the diabetic community at the Public Health Center II of West Denpasar. Total sampling technique was used in this study. The data was collected by filling out the questionnaires of World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Result showed that the average value of the quality of life of patients with diabetes mellitus after a given intervention during three meetings was at 88,53. Based on the dependent t-test, it was obtained the p value (0,000)<α (0,05), which means there is influence of the Self-help Group on the quality of life of patients with diabetes mellitus in West Denpasar Public Health Center II. The implementation of SHG which is done on ongoing basis can help improve the quality of life of diabetes mellitus patients.

(3)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vi

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes melitus 2.1.1 Pengertian ... 7 2.1.2 Epidemiologi ... 8 2.1.3 Etiologi ... 8 2.1.4 Klasifikasi ... 10 2.1.5 Patofisiologi ... 11 2.1.6 Manifestasi Klinis ... 13 2.1.7 Kriteria Diagnostik ... 14 2.1.8 Penatalaksanaan ... 14 2.1.9 Komplikasi ... 16

(4)

ix 2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Pengertian ... 17

2.2.2 Dimensi Kualitas Hidup ... 20

2.2.3 Model Kualitas Hidup ... 21

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 22

2.2.5 Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus ... 25

2.2.6 Pengukuran Kualitas Hidup ... 26

2.3 Self-Help Group 2.3.1 Pengertian ... 29 2.3.2 Tujuan ... 29 2.3.3 Manfaat ... 30 2.3.4 Prosedur ... 31 2.3.5 Peserta ... 32

2.4 Hubungan Self-Help Group terhadap Kualitas Hidup ... 33

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 36

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3 Hipotesis ... 39

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 40

4.2 Kerangka Kerja ... 41

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.4 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 42

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 44

4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 51

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 53

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 53

5.1.2 Karakteristik Pasien Diabetes Melitus ... 55

(5)

x

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

5.2.1 Karakteristik Responden ... 61

5.2.2 Kualitas Hidup berdasarkan Karakteristik ... 64

5.2.2 Tingkat Kualitas Hidup Pre-test ... 70

5.2.3 Tingkat Kualitas Hidup Post-test ... 74

5.2.4 Pengaruh SHG terhadap Kualitas Hidup... 76

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 80 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan ... 82 6.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang bersifat progresif yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolik kronis (American Diabetes Association, 2014). Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh gangguan pada hormon insulin yang disekresi oleh pankreas (Shrivastava, Shrivastava & Ramasamy, 2013). Terdapat dua tipe diabetes yaitu (1) diabetes tipe 1 yang diakibatkan oleh proses autoimun menyebabkan penurunan kemampuan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin, (2) diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh usia, obesitas (gaya hidup) dan riwayat keluarga yaitu gangguan pada sekresi insulin (Smeltzer & Bare, 2001).

Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius pada kelompok masyarakat modern (Spasić, Radovanovic, Dordevic, Stefanovic & Cvetkovic, 2015). Xu, et al. (2013) menyatakan bahwa kejadian diabetes melitus di negara berkembang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai 171 juta orang dan meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2013. Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia dan International Diabetic Federation (WHO, 2004; IDF, 2004), penderita diabetes melitus di seluruh dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2000 hingga 2013, jumlah penderita diabetes melitus meningkat hingga mencapai 382 juta jiwa dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 55% diantara usia 40-95 tahun di tahun 2035. Pada tahun 2013 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 6,9% dan di Provinsi Bali prevalensi diabetes melitus mencapai 1,3% dari total jumlah penduduk (Riskesdas, 2013). Menurut data Dinas Kesehatan Kota Denpasar, angka kejadian Diabetes Melitus pada tahun 2015 mencapai 3.473 jiwa di wilayah Denpasar. Proporsi kasus diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat pada tahun 2015 mencapai angka 864 (sekitar 25% dari seluruh jumlah kasus yang ada di Denpasar). Angka kejadian ini relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah lain

(7)

2

di Denpasar berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015. Sama halnya dengan fenomena gunung es, angka ini masih sangat jauh dari kasus yang ada. Tingginya kasus diabetes melitus ini disebabkan oleh gaya hidup yang jauh dari aktivitas fisik dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi perilaku makan masyarakat perkotaan (Kemenkes RI, 2011).

Diabetes melitus tipe 2 memberikan dampak yang buruk terhadap status kesehatan dan kualitas hidup pasien (Aguiar, Vieira, Carvalho & Junior, 2008). Peningkatan angka kejadian diabetes melitus sejalan dengan peningkatan angka kejadian komplikasi pada pasien (Skovlund & Peyrot, 2005). Kejadian komplikasi pada diabetes melitus berhubungan dengan gangguan pada makro dan mikrovaskuler yang mengakibatkan risiko kematian dua kali lebih tinggi pada pasien diabetes (Seshasai, et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Olivia, Fernández dan Hidalgo (2012), menegaskan bahwa pasien diabetes yang mengalami komplikasi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak mengalami komplikasi. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wandell (2005) dan Brown, Brown, Sharma, Brown, Gozum dan Denton (2000) yang menyebutkan bahwa kejadian komplikasi pada pasien diabetes melitus yang berhubungan dengan komplikasi vaskular memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien. Menurut studi yang dilakukan oleh Grandy dan Fox (2008), jika dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, kualitas hidup pada pasien diabetes melitus jauh lebih buruk. Hal ini dipengaruhi oleh komplikasi, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas dan frustasi yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah mempengaruhi aspek-aspek kualitas hidup pasien (Amer, Attia & Ahmed, 2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Spasić, Radovanovic, Dordevic, Stefanovic dan Cvetkovic, (2015) menyebutkan bahwa pasien diabetes melitus mengalami penurunan pada segala aspek kualitas hidupnya.

Kualitas hidup pada pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh banyak faktor seperti komplikasi (Oliva, Fernández & Hidalgo, 2012), kadar gula darah, penatalaksanaan diet (Burroughs, Desikan, Waterman, Gilin & McGill, 2004), aktivitas fisik dan menyembunyikan status diabetiknya (Saadi, et al., 2007). Selain

(8)

3

faktor tersebut, studi yang dilakukan oleh Kiadaliri, Najafi, Mirmalek-Sani (2013) dan Wandell (2005) menunjukan bahwa jenis kelamin, status sosial-ekonomi, kadar HbA1c (Hemoglobin A1c), IMT (Indeks Masa Tubuh), merokok, lama menderita penyakit dan usia merupakan hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

World Health Organization (2004) menekankan pada dua hal penting yang harus dilakukan untuk menangani masalah pada pasien diabetes melitus, salah satunya adalah memperbaiki kualitas hidup individu tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah dalam pencegahan komplikasi (WHO, 2004; IDF, 2004) baik yang bersifat akut maupun kronik sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup pasien (Schram, Baan & Power, 2009). Kualitas hidup pasien menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan (Kantorova, Kurca & Michalik, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Kleefstra et al., (2008) menyebutkan bahwa penatalaksanaan pada aspek kualitas hidup pasien berdampak pada prognosis penyakit yang selanjutnya akan memperbaiki angka morbiditas dan mortalitas pada pasien.

Chaveepojnkamjorn, Pichainarong, Schelp dan Mahaweerawat (2009) menyebutkan bahwa, perbaikan kualitas hidup pasien diabetes melitus dapat dilakukan secara berkelompok yaitu dengan Self-Help Group (SHG). SHG merupakan organisasi yang dibentuk untuk berbagi informasi dan membantu memecahkan serta mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh anggota dengan penyakit dan masalah yang sama (Eliášová, Majerníková, Jakabovičová & Obročníková, 2006). Kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi, pengetahuan terkait penyakit dan pengalaman di masa lalu merupakan komponen penting yang berkontribusi dalam kualitas hidup pasien diabetes melitus (Parildar. Cigerli, Demirag, 2015). Petrini, Vannucchi, Miraglia Raineri dan Meringol (2012) menyebutkan bahwa SHG merupakan salah satu strategi yang efektif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien dengan meningkatkan kemampuan terhadap strategi pemecahan masalah yang dihadapi dan saling berbagi pengalaman sesama anggota kelompok.

(9)

4

Dalam beberapa penelitian menjelaskan bahwa SHG dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien yang menjalani pengobatan secara berkelanjutan (Humphreys & Moos, 2007), pada pasien dengan penyakit kronis seperti multiple sklerosis (Eliášová, Majerníková, Hudáková & Kaščáková, 2014), HIV/AIDS (Nguyen, Oosterhoff, Ngoc, Wright & Hardon, 2009) dan kanker prostat (Breau & Norman, 2003). Namun, pada penelitian sebelumnya dengan tema yang sama yaitu terkait SHG dengan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis intervensi langsung diberikan tanpa melakukan pengkajian mendalam sehingga tidak dapat menggali inti permasalahan yang dihadapi oleh pasien. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Breau dan Norman (2003) menegaskan bahwa hal yang paling penting dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah menilai tingkat kualitas hidup pasiennya sehingga mampu menemukan peluang untuk membantu meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan tujuan dari hasil dari intervensi yang diberikan.

Menurut hasil studi pendahuluan, Puskesmas II Denpasar Barat diperoleh informasi bahwa telah terdapat paguyuban diabetes melitus dan jumlah pasien yang tergabung dalam paguyuban pada tahun 2016 adalah 30 orang. Kegiatan yang sejauh ini dilakukan oleh kelompok pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat adalah senam lansia dan pemeriksaan kesehatan secara umum. Dilihat dari jenis kegiatan yang dilakukan, maka SHG yang ada saat ini belum memenuhi kriteria, seharusnya kegiatan yang dilakukan dalam kelompok ini adalah berbagi informasi terkait dengan penyakit yang dialami, memberikan dukungan satu sama lain serta membantu memberikan nasihat dan mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh anggota kelompok dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota lainnya (Davison, Pennebaker & Dickerson, 2000). Kegiatan yang seharusnya ada dalam SHG untuk memaksimalkan fungsinya dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan optimal adalah diawali dengan menggali permasalahan klien untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pasien, berbagi informasi dan membantu memecahkan serta mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh anggota dengan penyakit dan masalah yang sama (Spasić, Radovanovic, Dordevic, Stefanovic & Cvetkovic, 2015).

(10)

5

Petrini, Vannucchi, Miraglia Raineri dan Meringol (2012) menyebutkan bahwa kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan SHG. Terapi dalam kelompok ini, dapat meningkatkan bantuan antara satu pasien dengan pasien yang lain, mendapatkan dukungan sosial, meningkatkan autonomy dan self-determination setiap individu sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup individu tersebut. Dukungan dari lingkungan sekitar merupakan salah satu mediator psikologis yang dapat meningkatkan adaptasi pasien penyakit kronis untuk mempertahankan status kesehatannya (Anderson, Goebel-Fabbri, Jacobson, 2005).

Melihat adanya kesenjangan pada fenomena tersebut, tingginya kasus baru diabetes melitus dan kualitas hidup pasien diabetes yang lebih rendah dibandingkan penyakit degeneratif lainnya, maka peneliti berkeinginan untuk mengoptimalkan fungsi SHG yang telah ada sehingga manfaatnya dapat lebih dirasakan oleh pasien dan mengetahui lebih lanjut terkait pengaruh SHG terhadap kualitas hidup pasien diabetes melitus. Penelitian ini didahului dengan menggali permasalahan yang dominan dialami oleh pasien diabetes sebelum memberikan intervensi agar sesuai dengan kebutuhan pasien dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal ini merupakan hal yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dikaji adalah adakah pengaruh SHG terhadap kualitas hidup yang diawali dengan menggali permasalahan pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh SHG terhadap kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat.

(11)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan lama menderita DM) pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat.

1.3.2.2 Menganalisis kualitas hidup berdasarkan karakteristik (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan lama menderita DM) pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat.

1.3.2.3 Mengidentifikasi tingkat kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat pada sebelum diberikan intervensi.

1.3.2.4 Mengidentifikasi tingkat kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas II Denpasar Barat pada setelah diberikan intervensi.

1.3.2.5 Menganalisis pengaruh SHG terhadap kualitas hidup pasien melitus di Puskesmas II Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dalam membantu memperbaiki kualitas hidup pasien diabetes melitus.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian ilmu keperawatan dengan teknik SHG dalam membantu petugas kesehatan dan pihak terkait untuk memperbaiki kualitas hidup pasien diabetes melitus.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa luas Ruang Terbuka Hijau eksisting belum memenuhi jumlah yang ditentukan dalam RTRW Kota Salatiga sebesar 30% dari total luas wilayah

I ungsi Kacapi Gesek dalam konser mus1k Ubun Kubarsah waktu itu ada ..i h untuk melahirkan suara bas, atau ~urupan ageng (besar). Itulah seb bnya kemudian alat yang

Achmad Kemal Harzif, SpOG

Bagian tanaman mulberry yaitu daun, lebih banyak diketahui hanya sebagai pakan ulat sutera, tetapi sebenarnya dari penelitian yang telah dijelaskan, bahwa kandungan

Google Sketch Up merupakan aplikasi berbasis desain gambar yang mudah dan cukup powerfull, dibalik tool yang sederhana ternyata software ini bisa dibandingkan dengan

melakukan proses yang serupa dengan aplikasi yang diaudit namun dengan memanfaatkan database yang sama dengan yang digunakan oleh sistem yang diaudit.  Auditor akan menguji

Paling tidak jejak sejarah ini bisa jadi acuan untuk meyakinkan bahwa seluruh daerah dalam wilayah Tanah Deli itu memiliki karakteristik bentang alam, daerah

bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya bagi sekolah baik negeri maupun swasta, perlu peningkatan sumber daya manusia bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang