7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi Pendampingan Kepala Sekolah
2.1.1. Strategi
Menurut Siagian (2004) pengertian strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar
yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Berdasarkan pengertian strategi di atas, strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu rencana/taktik yang berupa serangkaian keputusan dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun aspek-aspek dari strategi adalah visi, misi, nilai-nilai, dan tujuan.
Visi adalah tujuan puncak dari sebuah institusi dan untuk apa visi itu dicapai. Misi sangat berkaitan dengan visi dan memberikan alasan yang jelas , baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Nilai-nilai mrupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar operasi dan pencarian organisasi dalam mencapai visi dan misinya. Visi, misi, dan nilai-nilai
8
yang telah ditetapkan harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa dicapai. Tujuan sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita.
2.1.2. Pendampingan
2.1.2.1. Konsep Pendampingan
Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Program Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2015 halaman 6, pendampingan adalah
“Proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 kepada pendidik dan tenaga kependidikan madrasah yang sedang dan akan melaksanakan Kurikulum 2013. Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan mengontrol.”
Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan, kesejajaran, samping menyamping, dan karenanya kedudukan antara keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif , saran, dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.
9 Dalam penelitian ini pendampingan adalah bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan kelompok. Pendampingan dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan dan kekuatan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri.
2.1.2.2. Prinsip Pendampingan
Prinsip-prinsip pendampingan menurut buku Petunjuk Teknis Program Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2015 adalah
a. Profesional: hubungan yang terjadi antara pemberi pendampingan dan penerima pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan profesional dan bukan atas dasar hubungan personal.
b. Sikap saling percaya: penerima pendampingan
memiliki sikap percaya kepada pemberi
pendampingan bahwa informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah yang memang dikendaki.
c. Berdasarkan kebutuhan: materi pendampingan adalah materi teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan penguatan akan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan penerima
10
2.2. RENCANA STRATEGIS (Renstra)
2.2.1. Konsep Renstra
Robbins dan Coulter (2002) dalam Erni dan Kurniawan (2005) mendefinisikan perencanaan strategis adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa renstra adalah suatu alat manajemen yang bertujuan membantu organisasi membuat rencana masa depan (Jangka menengah). Rencana strategi dapat dilihat sebagai formulasi secara menyeluruh yang menjelaskan bagaimana usaha-usaha dilakukan untuk mencapai tujuan melalui penerapan strategi-strategi yang dipilih.
2.2.2. Manfaat Renstra
Menurut Edward Sallis (2010) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan”, Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan bagaimana sumber daya
11 dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan. Dalam perencanaan strategis diperlukan integrasi antara kemampuan intelektual, kemampuan melakukan dan pemahaman serta pengalaman dari sumber daya manusia untuk mampu menyusun
rencana strategis guna menjawab tuntutan
perkembangan dan/atau perubahan lingkungan, baik di tingkat lokal, nasional dan global. Dalam perencanaan strategis juga ditentukan strategi pembangunan yang meliputi penentuan visi, misi, nilai-nilai, sasaran, strategi, tujuan, dan program.
Manfaat dari perencanaan strategis adalah:
Menentukan batasan usaha. Memilih fokusbidang yang akan dikembangkan yang
didasarkan pada semua lapisan manajemen.
Memberikan arah organisasi. Menentuan batasan usaha dan arah organisasi merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama yang mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakanorganisasi dalam menghadapi perubahan
lingkungan.
Komponen renstra terdiri dari Dokumen dan Proses. Dalam dokumen terdiri dari Bab I Pendahuluan
12
yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum, dan sistematika. Bab II Kondisi Sekolah yang meliputi sejarah dan kondisi sekolah saat ini. Bab III Analisis Lingkungan (SWOT). Bab IV berisi visi, misi, dan program strategi sekolah. Bab V Penutup.
Tata Cara Penyusunan Renstra adalah
merumuskan visi dan misi, melakukan kajian strategis untuk menetapkan strategi dalam merumuskan kelompok tujuan dan kebijakan dalam pencapaian visi dan misi, menyusun program sebagai penjabaran kebijakan ke dalam kelompok tujuan, dalam bentuk program-program, menyusun rencana kegiatan yang merupakan penjabaran dari program, dan menetapkan lokasi rancangan kegiatan.
2.3. Penelitian Terdahulu
Menurut Jim Hull (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Center for Public Education’s Senior Policy Analist. An International comparison menyatakan bahwa kepala sekolah adalah bahan utama dalam kinerja sekolah, terutama jika sekolah yang mendaftarkan sejumlah besar berkinerja rendah dan/atau siswa kurang mampu dan minoritas. Sekolah maju lebih cenderung dipimpin oleh kepala sekolah yang kurang berpengalaman dan kurang efektif meskipun kepala sekolah memiliki dampak yang lebih besar pada
13 sekolah-sekolah ini dari pada sekolah yang kurang mampu. Kepala sekolah yang efektif cenderung untuk tetap berada di sekolah-sekolah yang maju lebih lama dari kepala sekolah tidak efektif, kepala sekolah yang paling efektif berpindah ke sekolah-sekolah yang kurang maju dalam kabupaten - bukan karena siswa tetapi karena keinginan mereka untuk memperoleh kondisi kerja yang lebih baik. Menjadi kepala sekolah adalah kerja keras tetapi menjadi kepala di sebuah sekolah yang maju yang tidak memiliki sumber daya yang sangat dibutuhkan bahkan lebih keras sehingga tidak heran kebanyakan kepala tertarik ke sekolah-sekolah yang kurang maju, terutama karena biasanya tidak ada perbedaan dalam hal gaji. Dalam penelitian ini bermakna bahwa penelitian yang dilakukan oleh Jim Hull merupakan salah satu contoh upaya peningkatan kinerja kepala sekolah yang dapat dilakukan.
Sedangkan menurut Helen dan Susan dalam Educational Administration Quarterly Vol. 39, No. 3 (August 2003: 370-397) yang berjudul Principal Leadership and School Performance: An Integration of Transformational and Instructional Leadership menyatakan bahwa: “Kepemimpinan transformasional yang kuat oleh kepala sekolah sangat penting dalam mendukung komitmen guru, karena guru sendiri dapat
14
menjadi hambatan untuk pengembangan
kepemimpinan kepala sekolah dan pentingnya menumbuhkan kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah”. Semua ini bermakna bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang kuat akan meningkatkan kinerja sekolah. Hal ini dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan renstra seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Ahmad Kosasih (2010) dalam disertasi yang berjudul: “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan (Strategi Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah dan Guru melalui MKKS dan MGMP dalam pembelajaran pada SMP Negeri di Kabupaten Garut)”, berkesimpulan bahwa:
“Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khususnya peningkatan kinerja kepala sekolah dan kinerja guru pada tiga SMP di Kabupaten Garut adalah melalui pemberdayaan MKKS dan pemberdayaan MGMP, dalam hal ini MKKS dan MGMP merupakan wadah pembinaan, pusat belajarnya kepala sekolah dan guru, pusat informasi, pusat diklat, seminar, lokakarya, peningkatan kemampuan kepemimpnan, manajerial, proses pembelajaran serta peningkatan kompetensi lainnya.”
Dalam hal ini bermakna untuk memotivasi kepala sekolah agar dapat memanfaatkan MKKS guna peningkatan kemampuan kompetensinya khususnya dalam penyusunan renstra seperti yang diharapkan pada penelitian ini.
15 Penelitian Bujang Rahman (2010) dengan judul: “Manajemen Mutu Akademik untuk Meningkatkan Produktivitas Kelembagaan” (Studi tentang Faktor-faktor Strategis yang Mempengaruhi Produktivitas LPTK di Provinsi Lampung), berkesimpulan bahwa:
Keterpaduan faktor-faktor strategis manajemen fasilitas, manajemen administratif, perilaku kepemimpinan, kinerja akademik dosen dapat meningkatkan kepuasan atas kualitas manajemen untuk meningkatkan produktivitas kelembagaan. Dalam penelitian ini diharapkan agar dengan penyusunan renstra dapat meningkatkan produktivitas sekolah.
Penelitian Hadi Mansyur (2010) dengan judul “Strategi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan yang Berorientasi pada Kepuasan Siswa” (Analisis Pelayanan Pendidikan pada Siswa Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Bandung), berkesimpulan bahwa:
Peningkatan mutu yang realistis perlu dikembangkan melalui strategi peningkatan mutu yang dipilih untuk diprioritaskan, ditingkatkan maupun dipertahankan melalui 5 (Lima) elemen strategi, yaitu: Arena, Vehicle, Differensiasi, Staging dan Economic Logic. Hasil strategi tersebut dikategorikan ke dalam 4 (empat) perspektif yaitu:
learning and growth, internal process, customer
(siswa dan stakeholders) dan financial.
Dalam penelitian ini strategi peningkatan mutu diprioritaskan melalui penyusunan renstra.
16
2.4. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
Melalui
Pendampingan
Penyusunan
Renstra
Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah atau Pengawas Sekolah guna menciptakan inovasi sekolah, memperbaiki praktek-praktek kerja dan juga mengembangkan ilmu pengetahuan terapan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan kegiatan penelitian melalui pendampingan. Pendampingan dilakukan oleh peneliti yang berkedudukan sebagai pengawas sekolah. Pendampingan dilaksanakan sekaligus kegiatan pembinaan.
Kegiatan pendampingan dalam penelitian ini dilakukan melalui penyusunan renstra. Penyusunan renstra diutamakan guna memenuhi ketercapaian 8 Standar Pendidikan Nasional SD Rejowinangun Utara 4 Gugus Sultan Agung Kota Magelang.
17
2.5. Kerangka Pikir Penelitian
Program Pendampingan Penyusunan Renstra Pelaksanaan pendampingan RENSTRA 8 SNP Terpenuhi Pemenuhan 8 SNP tidak tercapai
18
Pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan di SD Negeri Rejowinangun Utara 4 belum tercapai sehingga dibutuhkan pendampingan dalam penyusunan renstra. Pendampingan diawali dengan penyusunan program pendampingan dilanjutkan pelaksanaan program yang terdiri dari 2 siklus. Pada kegiatan akhir siklus 2 menghasilkan RENSTRA SD Negeri Rejowinangun Utara. Dengan tersusunnya renstra, maka akan dijabarkan program- program yang relevan dengan pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan.