• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULYANI A1C Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MULYANI A1C Oleh"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN,

MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A

SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

Oleh

MULYANI

A1C002030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2006

(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1

KELAS XI

IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

MULYANI

NPM. A1C002030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2006

(3)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1

KELAS XI

IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh

MULYANI

A1C002030

Disahkan Oleh

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dekan FKIP,

Drs. Safnil, M.A., Ph.D. NIP. 131 577 385

Ketua Jurusan P. MIPA,

Drs. Amrul Bahar, M.Pd. NIP. 131 417 486

(4)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI

BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SEMESTER 1

KELAS XI

IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

SKRIPSI

Oleh

MULYANI

A1C002030

Telah dipertahankan di depan Tim penguji Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hari : Jum’at

Tanggal : 17 November 2006 Pukul : 13.30 – 15.00 WIB

Tempat : Ruang Program Studi Pendidikan Matematika

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji

Penguji Nama Dosen Tanda Tangan Tanggal

Penguji I Drs. Rusdi, M.Pd. NIP. 131 485 351

Penguji II Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd. NIP. 131472117

Penguji III Drs. H. Irsal Idris NIP. 131 410 627

Penguji IV Drs. Asahar Johar T, M.Kom. NIP. 131 624 788

Pembimbing Utama

Drs. Rusdi, M.Pd NIP. 131470627

Pembimbing Pendamping

Dra. Sri Saparahayuningsih, M.pd. NIP 131472117

(5)

Motto

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad; 7) Allah maha sumber kekuatan, maka mintalah kekuatan diri hanya pada-Nya, dan yakinlah engkau akan mendapatkannya. (My’85)

Persembahan

Allahu’akbar..! Alhamdulillah.. Dengan izin-Mu

(Allah), hamba dapat mencapai satu cita dalam hidup hamba. Ku persembahkan karya ini untuk :

 Kedua orang tuaku, kakang-kakangku, dan ayuk-ayukku yang senantiasa menyayangi, mendukung dan mendo’akan tercapainya citaku.

 Keponakan-keponakanku tercinta yang mampu

membuat aku kembali ceria dan terdorong dalam menggapai cita, semoga kalian lebih berhasil nantinya.

 Semua guru dan dosenku yang telah ikhlas

membagikan ilmu padaku.

 Sohib-sohibku : Atino, Titino, dan Ika, Yi, Nuke,

terimakasih telah temaniku dalam suka dan

gundahku, banyak cerita antara kita, semoga perhabatan ini terjalin hingga akhir masa.

 Teman – teman Jokam yang selalu mendo’akanku.  Almamaterku.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(1) Bapak Drs. Safnil, M.A.Ph.D., selaku Dekan FKIP UNIB.

(2) Bapak Drs. Amrul Bahar, M. Pd., selaku ketua jurusan P. MIPA.

(3) Bapak Drs. Rusdi, M. Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika sekaligus sebagai dosen pembimbing utama.

(4) Ibu Dra. Sri Saparahayuningsih, M. Pd., selaku dosen pembimbing pendamping. (5) Bapak Drs. H. Irsal Idris, selaku dosen penguji I.

(6) Bapak Drs. Asahar Johar. T, M. Kom., selaku dosen peneguji II. (7) Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan matematika FKIP UNIB.

(7)

(9) Teman-temanku : Za, terimakasih penguatannya dulu. Ani, Zuraya, Retno, terimakasih telah berbagi ilmu dan masukan-masukannya.

(10) Teman seperjuangan (Ci) dan angkatan 2002, melangkah bersama itu lebih indah. (11) Ayunda Rita, Ayunda Nelly, ajkhr supportnya.

(12) Penghuni Tugino House : Ibu kos beserta keluarga, Omeng, Eci, Revy, Yolly day, Yuk Viul, Dinut, Poje.. terimakasih telah berbagi keceriaan dan menghilangkan penatku dalam rumah mungil kita.

(13) Adik-Adikku : Satriut, Cipto, Cui, Eri, Zurni, Toyibu, Dayat, Ahmed, Ajkhr spirit dan do’anya.

(14) MNB Denod, terimakasih empat poin masukannya beserta do’anya.

Penulis menyadari bahwa walaupun telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan diberbagai aspek yang memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat membangun. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak terkait.

Atas bimbingan dan bantuan yang penulis terima selama penyusunan skripsi ini, semoga semua pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebh baik dari Allah SWT. Amiin.

Bengkulu, November 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman pengesahan... ii

Motto dan persembahan ... iii

Kata Pengantar ...iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar gambar ... x

Daftar Lampiran ...xi

Abstrak ...xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Batasan Istilah ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar ... 8

2.2 Prestasi belajar ...9

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 9

2.4 Kecerdasan (intelegensi) ... 11

2.5 Motivasi Berprestasi ... 14

2.6 Kebiasaan Belajar Matematika ... 21

2.7 Penelitian yang relevan ... 26

2.8 Hipotesis... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 28

3.4 Instrumen Penelitian ... 29

3.6 Teknik Pengumpula Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Instrumen Penelitian...41

4.1.1. Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA SMAN 6 Kota Bengkulu...41

4.1.2. Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMAN 6 Kota Bengkulu...42

(9)

4.2. Deskripsi Data ...44

4.2.1. Deskripsi Objek Penelitian ...44

4.2.2. Data Hasil Penelitian………44

a. Data Prestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu Semester 1 ...44

b. Data Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu ...46

c. Data Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu ...48

d. Data Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu ...50

4.3 Pengujian Prasyarat Analisis ...51

4.3.1 Uji Normalitas ...51

4.3.2 Uji Homogenitas...52

4.3.3 Uji Kelinieran Regresi ...53

4.4 Uji Hipotesis ...53

4.4.1 Uji Hipotesis Pertama...53

4.4.2 Uji Hipotesis Kedua...55

4.4.3 Uji Hipotesis Ketiga ...57

4.4.4 Uji Hipotesis Keempat...59

4.5 Pembahasan 4.5.1 Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu ...60

4.5.2 Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu...62

4.5.3 Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu...63 4.5.4 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan dengan Prestasi belajar

(10)

4.5.5 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu...66 4.5.6 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Matematika dengan

Prestasi belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu ...68 4.5.7 Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,

dan Kebiasaan Belajar Matematika dengan Prestasi belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu...69 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...71 5.2 Saran ...73 DAFTAR PUSTAKA ... 74 Lampiran

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1 Klasifikasi IQ menurut Harriman. 13

2 Kisi-kisi angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa.

32

3 Skor alternatif jawaban angket. 33

4 Daftar analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana.

38

5 Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda. 40

6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

45

7 Persentase (%) Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

46 8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Siswa Kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

47 9 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa kelas

XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

48 10 Tingkat motivasi berprestasi siswa berdasarkan

pemenuhan masing-masing kelompok kebutuhannya.

49 11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar Matematika

Siswa kelas XI IPA A SMAN 6 Kota Bengkulu.

50

12 Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji lilliefors.

52 13

Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji varians.

52

14 Hasil perhitungan uji linieritas. 53

15 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana Y atas X1.

54 16 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X1. 55

17 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana Y atas X2.

56 18 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X2. 56

19 Tabel ANAVA untuk uji keberartian regresi linier sederhana Y atas X3

58 20 Hasil perhitungan analisis korelasi Y atas X3. 58

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1 Piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow 17

2 Skema keterkaitan variabel penelitian 29

3 Histogram Prestasi Belajar matematika Siswa 45

4 Histogram Tingkat Kecerdasan (IQ) Siswa. 47

5 Histogram Motivasi Berprestasi Siswa 48

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Angket uji coba motivasi berprestasi 76

2 Angket uji coba kebiasaan belajar 79

3 Angket uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar

82

4 Hasil uji coba angket motivasi berprestasi 83

5 Perhitungan validitas dan reliabilitas uji coba angket motivasi berprestasi

85

6 Hasil uji coba angket kebiasaan belajar 86

7 Perhitungan validitas uji coba angket kebiasaan belajar 88 8 Perhitungan reliabilitas uji coba angket kebiasaan belajar 89 9 Hasil uji coba penambahan item angket motivasi berprestasi

dan kebiasaan belajar, beserta uji validitas dan reliabilitasnya

90

10 Angket penelitian motivasi berprestasi 91

11 Angket penelitian kebiasaan belajar 94

12 Data hasil penelitian motivasi berprestasi 97

13 Data hasil penelitian kebiasaan belajar 100

14 Rekapitulasi data hasil penelitian 102

15 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X1 103

16 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X2 104

17 Uji normalitas (metode Lilliefors) Y atas X3 104

18 Uji homogenitas (uji varians) Y atas X1, Y atas X2, dan Y atas

X3

105 19 Uji regresi linier sederhana Y atas X1

Uji regresi linier sederhana Y atas X2

Uji regresi linier sederhana Y atas X3

106

20 Uji regresi linier berganda Y atas X1, X2, dan X3 116

21 Harga r Product moment 120

22 Nilai Kritis untuk uji z dan uji lilliefors 121

23 Nilai kritis untuk uji F 122

24 Surat keterangan izin penelitian dari Jurusan PMIPA 123 25 Surat izin penelitian dari Diknas Kota Bengkulu 124 26 Surat keterangan selesai penelitian dari Kepala SMA N 6 Kota

Bengkulu

125

(14)

ABSTRAK

Mulyani. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Skripsi S1, Program studi Matematika-PMIPA-FKIP-UNIB. Pembimbing (I) Drs. Rusdi, M.Pd., Pembimbing (II) Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika (2) Untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika (3) Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika (4) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan

belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu. Jumlah sampel dalam penelitian ni

sebanyak 40 orang siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif sehingga data dianalisa untuk mendeskripsikan hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan dokumentasi dan angket, dan dianalisa menggunakan regresi dan korelasi linier sederhana, serta regresi dan korelasi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara : (1) tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa, (2) motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).

Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut. Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan (Depdiknas, 2003: 3).

Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.

(16)

Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.

Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan

(17)

seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian, faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang akan dicapai siswa.

Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik.

Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya. Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika, motivasi siswa kelas X pada tahun ajaran 2005/2006 yang sekarang

(18)

menjadi kelas XI pada tahun ajaran 2006/2007 dalam belajar matematika secara umum relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang digunakan oleh guru. Sementara itu, hasil ujian blok bersama yang diadakan pada akhir tahun ajaran 2005/2006 menunjukkan tentang ketuntasan belajar matematika siswa yaitu 70% dari siswa kelas X tahun ajaran 2005/2006 tuntas dan 30% belum tuntas, sedangkan kriteria keberhasilan adalah 85 % siswa tuntas dalam belajar.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang ‘Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

(19)

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa

(20)

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sumbangan bagi guru matematika tentang hubungan tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa.

2. Memberikan masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar matematika dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.

3. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika.

1.5 Batasan Istilah

1. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

2. Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik.

3. Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam serta tetap dengan sendirinya.

(21)

4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil tes.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Belajar

Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45) mengemukakan bahwa belajar merupakan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (1992: 55) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses berbuat, bereaksi, memahami berkat adanya pengalaman. Pengalaman itu sendiri pada dasarnya adalah interaksi antar individu dengan lingkungan. Dengan adanya proses interaksi antara guru dan siswa, maka akan terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk melakukan pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar. Belajar tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak ada perubahan dalam diri individu (Hamalik, 1992: 56).

(23)

Azwar (2004: 164) mengemukakan bahwa secara spesifik belajar didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru.

2.2 Prestasi Belajar

Prestasi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Djamarah (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan kemajuan yang diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga berupa kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil penilaian.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapatlah dikatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai gambaran penguasaan pengetahuan atau keterampilan siswa dalam belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai setelah dilakukan tes oleh guru pada siswa. Dengan kata lain prestasi belajar matematika adalah prestasi yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil tes.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

(24)

sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138), yang tergolong dalam faktor internal adalah sebagai berikut :

“(1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (2) Faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. (3) Faktor kematangan fisik maupun psikis”.

Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah :

“(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. (2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. (4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan”.

Dimyati (1989: 84) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi perbedaan kemampuan, motivasi berprestasi, kecemasan, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan rumah tangga, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi, kebiasaan belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi melainkan juga non-intelegensi seperti minat, motivasi, kebiasaan, kecemasan, dan sebagainya.

(25)

2.4 Kecerdasan (Intelegensi)

Intelegensi dalam bahasa psikologi merupakan kecerdasan atau kecakapan. Intelegensi merupakan kecakapan umum, sedangkan kecakapan khusus disebut bakat. Intelegensi atau kecerdasan juga diartikan sebagai kecakapan menghubungkan atau menyatukan satu sama lain, dapat merespon dengan baik stimulus yang ada (Widayatun, 1999: 206). Sedangkan menurut W. Stern dalam Sujanto (1995: 66) intelegensi atau kecerdasan merupakan kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.

Therman (1958 dalam Widayatun, 1999: 206) mengartikan intelegensi sebagai ability atau berhubungan dengan hal-hal yang abstrak ataupun konkret. Kemudian Widayatun (1999: 210) menyimpulkan bahwa berbicara tentang intelegensi berarti berbicara tentang kecakapan umum intelegensi sendiri yaitu merupakan kemampuan bertindak dalam menetapkan tujuan untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar.

Menurut David Wechsler (Anonim, 2006: 1) intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Dari pendapat David Wechsler disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

Mudzakir (1997: 68) menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Sedangkan Dalyono (1997: 87) menyatakan intelegensi merupakan

(26)

kemampuan problem solving dalam segala situasi yang baru atau mengandung masalah. Dalam hal ini problem solving mencakup permasalahan pribadi, sosial, akademik dan ekonomi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan atau keturunan dan faktor lingkungan. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan memberikan perubahan yang berarti. Intelegensi tidak terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting (Anonim, 2006 :1).

Menurut Widayatun (1999: 207) karakteristik umum intelegensi yaitu : a. kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman b. kemampuan untuk berpikir atau bernalar atau abstrak

c. kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan dan ketidak pastian lingkungan

d. kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan.

Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan tes IQ (Intelegent Quotient). Ada beberapa model tes IQ, diantaranya yaitu tes Binet-simon, tes wechsler, tes labirin, tes progressive matrices, tes Spearman, tes Thurstone, dan lain sebagainya. Harriman dalam Widayatun (1999: 208) mengklasifikasikan IQ sebagai berikut :

Tabel 1. Klasifikasi IQ menurut Harriman

IQ Golongan

(27)

120 – 129 Superior

110 –119 Bright normal

90 – 109 Average

80 – 98 Dull Normal

70 – 79 Borderline

69 – ke bawah Mental defektif Sumber : Widayatun (1999: 208)

Intelegensi atau kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Walaupun demikian, siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal tersebut disebabkan karena belajar merupakan suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Intelegensi atau kecerdasan hanyalah satu faktor diantara faktor yang lain (Slameto, 1995: 56). Berdasarkan hasil penelitian Nylor (1972 dalam Marsudi, 2005) menyimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa seperempat atau 25 % dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual dan selebihnya dipengaruhi oleh kepribadian atau kecerdasan emosional.

2.5 Motivasi Berprestasi

(28)

kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut, terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu : (1) Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap individu manusia. (2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1987: 75). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Menurut French (1986 dalam Riva’i, 2000: 3) motivasi adalah dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell (1997 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengukur tindakannya dengan cara tertentu.

(29)

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang diinginkan dalam mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan mengelakkan/ menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah proses menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai suatu tujuan (Anonim, 2006: 5).

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Guru dan siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai kualitas kerja atau keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu tugas guru adalah sebagai motivator bagi pelajar-pelajarnya untuk berhasil dalam kehidupan mereka. Seorang guru yang baik mesti mempunyai motivasi yang dinamik, cakap dan senantiasa berusaha untuk memajukan serta meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Guru yang bermotivasi juga mempunyai tenaga untuk menjadi penggerak bagi pelajar-pelajarnya.

Pelajar yang mempunyai minat untuk belajar bagi pencapaian tujuannya. Mereka akan mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajarannya. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan menerima teguran serta arahan dari guru. Mereka boleh berdikari dan suka memberikan pandangan dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian memiliki penggerak dari dalam dirinya untuk mencapai kecemerlangan akademik dan juga dalam hidup secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).

(30)

McClelland (1977 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan dalam kegiatan belajar mengajar motivasi sangat penting karena motivasi berfungsi sebagai:

1. Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat sesuatu misalnya belajar.

2. Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai.

3. Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Seperti dikemukakan oleh Mc. Donald (Sadirman. 1987: 73), motivasi dirangsang oleh suatu tujuan dan tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan. Berdasarkan Riva’i (2000: 4), McClelland (1977) menyatakan bahwa motivasi dapat didasarkan pada tiga jenis kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan berprestasi (2) kebutuhan afiliasi (3) kebutuhan akan kekuasaan. Teori tentang kebutuhan yang melandasi motivasi yang dikemukakan oleh McClelland ini juga di sebut sebagai Teori Motivasi Sosial.

Sedangkan Teori Motivasi Maslow yang juga dikenal sebagai Teori Hirarki Kebutuhan menjelaskan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan suatu organisme. Manusia merupakan organisme yang memiliki kebutuhan yang kompleks. Dalam teori ini dijelaskan bahwa keperluan/kebutuhan manusia itu berperingkat-peringkat. Sesuatu peringkat keperluan yang lebih tinggi tidak mungkin diperoleh sebelum keperluan yang lebih rendah peringkatnya dipenuhi terlebih dahulu. Pada peringkat paling asas atau dasar terdapat keperluan

(31)

fisiologi. Setelah keperluan ini dipenuhi muncul usaha untuk pemenuhan kebutuhan keselamatan (rasa aman), diikuti kebutuhan sosial (kasih sayang), kebutuhan penghargaan diri, dan pada puncaknya yaitu kebutuhan aktualisasi diri (Anonim, 2006: 5).

Berikut adalah piramida hirarki kebutuhan menurut Maslow:

Gambar 1. Piramida hikrarki kebutuhan menurut Maslow

Sumber : Wexley & Yukl (1977: 78) dalam Tim Penulis Modul FISIP-UT (1988: 7.5)

Pada situs tuanmat.tripot.com (Anonim, 2006: 6) dijelaskan tentang hirarki kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:

1. Physiological needs (Kebutuhan fisiologi)

Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu kebutuhan fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam konteks pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain bila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggu sehingga dapat menyebabkan

(32)

motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi juga merupakan kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.

2. Safety needs (kebutuhan akan rasa aman / keselamatan)

Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin. Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten. Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar. 3. Social needs (kebutuhan sosial)

Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat diperlukan untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai, dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap. 4. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)

Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya dalam melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau rumah cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang merasa dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka dihargai, dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi secara positif dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas

(33)

siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang penting ialah kebutuhan ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai keyakinan diri dan kebebasan,perhatian, dan penilaian diri orang lain.

5. Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri)

Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa. Anggapan itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat reaksi individu lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu lain.

Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim, 2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri ini merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup; dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal.

Apabila seorang siswa berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai penyempurnaan diri, maka mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin.

Berdasarkan teori Maslow, Sadirman (1987: 80) mengemukakan bahwa motivasi selalu bersangkutan dengan beberapa kebutuhan berikut:

(34)

1. Kebutuhan fisiologi seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.

2. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kebutuhan akan cinta dan kasih ; rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. Dengan kata lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan aktualisasi diri.

Berdasarkan penyebab timbulnya suatu motivasi (Suryabrata, 2004: 72), maka motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya karena akan diadakan ujian; syarat untuk melamar pekerjaan dan sebagainya sehingga seseorang berusaha dengan giat melakukan sesuatu.

2. Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya dengan tanpa dirangsang dari luar. Dengan kata lain, dorongan tersebut sudah ada dalam diri individu, misalnya kegemaran, dan sifat diri akan mempengaruhi apa-apa yang akan dikerjakannya.

Motivasi berprestasi adalah harapan untuk mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan tugas dan menantang. Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk berprilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu standar keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi (Bigge and Hunt, 1979 dalam Riva’i, 2000: 4). Motivasi berprestasi merupakan kekuatan yang berhubungan dengan pencapaian standar keunggulan, kepandaian, yang merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang sehingga ia berusaha dalam semua aktivitas setinggi-tingginya. Motivasi berprestasi sebagai suatu kondisi pendorong dalam diri individu yang memegang peranan penting dalam beberapa situasi untuk memelihara atau membuat penampilan atau keunggulan dirinya yang tinggi. Dan menurut Sadirman

(35)

(1987: 37) motivasi berprestasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik.

Dengan demikian motivasi berprestasi dapat mendorong usaha-usaha pencapaian hasil belajar yang maksimal termasuk dalam bidang matematika. 2.6 Kebiasaan Belajar Matematika

Menurut Allport (Fatmawati, 2003: 8) kebiasaan merupakan suatu perilaku yang amat sering diulang sehingga menjadi otomatis dan tidak membutuhkan pemikiran si pelaku, sehingga si pelaku dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menarik ketika ia berperilaku. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan. Donald D. Scharader (Marlia, 2005: 7) mengemukakan bahwa kebiasaan merupakan pola dari tingkah laku pemikiran dan perasaan bukanlah dibawa sejak lahir. Tanpa mempunyai kebiasaan, individu tidak dapat hidup terus. Untuk mengembangkan kebiasaan yang baik individu dituntut untuk mempertinggi proses mental pada tuntutan tugas dan tantangan-tantangan.

Sedangkan menurut Mardalis (Marlia, 2005: 7) kebiasaan adalah suatu cara individu untuk bertingkah laku yang sifatnya otomatis untuk suatu masalah tertentu, tingkah laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan pemikiran yang cukup tinggi karena sifatnya sudah relatif menetap.

Dengan demikian, kebiasaan akan berpengaruh pada keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menanggulangi problema kehidupan. Untuk

(36)

memperbaiki kebiasaan pada taraf yang lebih baik, maka dibutuhkan pondamen dan keinginan yang kuat serta kesungguhan.

Belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan tingkah laku (Depdikbud, 1998: 14). Hilgard dan Brower (Hamalik, 1992: 45) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek dan pengalaman. Menurut Slameto (Djamarah, 1994: 22) belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian di atas, berarti belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk melakukan suatu pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar.

Menurut Irsal dan Zamzaili (Marlia, 2005: 9) kebiasaan belajar merupakan perbuatan belajar atau tindakan belajar yang dimiliki seseorang yang bersifat teratur dan seragam, tetap dan otomatis. Jadi kebiasaan belajar matematika adalah cara berpikir dan berperilaku yang otomatis dalam belajar matematika. Dengan kata lain kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam serta tetap dengan sendirinya.

(37)

Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir dari siswa. Kebiasaan individu tergantung pada tujuan dan cita-citanya. Siswa dapat membentuk sendiri kebiasaan belajarnya. Sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya termasuk dalam belajar matematika. Jika siswa memiliki tujuan untuk memahami matematika maka siswa akan menggunakan cara belajar yang akhirnya membentuk pola belajarnya (kebiasaan belajar) untuk dapat memahami matematika dengan baik.

Secara umum ada dua kebiasaan belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar yang baik adalah kebiasaan belajar yang mengandung unsur positif serta sesuai norma yang berlaku. Sedangkan kebiasaan belajar yang tidak baik adalah kebiasaan belajar yang mengandung unsur negatif, serta tidak sesuai dengan norma yang berlaku (Dewi dalam Marlia, 2005: 9).

Kebiasaan belajar yang positif menurut Prayitno (1994: 294) diantaranya pengaturan jadwal belajar, baik di sekolah maupun di rumah dengan baik; memilih tempat belajar yang baik; belajar dengan menggunakan berbagai sumber; membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan; bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui pada guru, teman atau siapa pun.

Sedangkan kebiasaan yang kurang baik dalam belajar diantaranya suka menunda-nunda tugas; mengulur-ulur waktu; tidak suka bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya (Prayitno, 1994: 287).

(38)

Kebiasaan belajar matematika siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi yang akan dicapai siswa. Apabila kebiasaan belajar matematika siswa baik, maka dengan sendirinya akan cenderung membawa siswa mencapai prestasi yang baik pula. Hal ini dikarenakan prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari usaha dan kegiatan yang telah dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku dalam menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan kepribadian.

Dari kedua kebiasaan belajar di atas, maka diharapkan siswa memiliki kebiasaan belajar yang memiliki unsur positif dan menghilangkan kebiasaan belajar yang memiliki unsur negatif.

Slameto (1995: 84) mengungkapkan tentang kebiasan belajar yang mempengaruhi belajar dalam hal pencapaian pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Kebiasaan tersebut diantaranya adalah (1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. (2) Membaca dan membuat catatan (3) Mengulangi bahan pelajaran (4) Konsentrasi (5) Mengerjakan tugas.

Menurut Prayitno (1994: 294) dalam pendidikan siswa hendaknya didorong untuk meninjau sikap dan kebiasaannya dalm hubungannya dengan prinsip-prinsip

belajar diantaranya : (1) Belajar berarti melibatkan diri secara penuh (2) Efisiensi belajar akan meningkat bila didasarkan pada rencana dan tujuan yang

nyata dan hasil yang dapat diukur (3) Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik jika menggunakan seluruh metode (4) Belajar dengan tidak terpaksa (5) Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai suasana hasil

(39)

belajar yang baik diperlukan suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur teratur, dan rekreasi yang memadai.

Djamarah (2002: 42-107) mengemukakan tentang beberapa kiat belajar baik secara mandiri ataupun di sekolah. Kiat-kiat ini dapat dijadikan acuan untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kiat belajar sendiri diantaranya adalah mempunyai fasilitas dan perabot belajar; mengatur waktu belajar; mengulangi bahan pelajaran; menghafal bahan pelajaran; membaca buku; membuat ringkasan; mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu; memanfaatkan perpustakaan. Adapun kiat belajar di sekolah diantaranya masuk kelas tepat waktu; memperhatikan penjelasan guru; menghubungkan pelajaran yang sedang diterima dengan bahan yang sudah dikuasai; mencatat hal-hal yang dianggap penting; aktif dan kreatif dalam kerja kelompok; bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti; menggunakan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya; membentuk kelompok belajar; memanfaatkan perpustakaan sekolah.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa komponen-komponen yang membentuk kebiasaan belajar yang baik yaitu :

1. Kesadaran untuk belajar, dalam hal pengaturan waktu belajar, memahami pelajaran, menggunakan perpustakaan, mengulang bahan pelajaran, membaca, membuat catatan, belajar dengan metode yang praktis, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

2. Disiplin, dalam hal melaksanakan jadwal dan ketepatan waktu dalam segala hal yang berkaitan dengan belajar.

(40)

3. Siswa melibatkan dirinya dalam belajar dengan maksimal. Keterlibatan dirinya ini mencakup konsentrasi belajar dan aktif dalam belajar.

4. Memanfaatkan waktu jeda belajar untuk istirahat sebaik-baiknya dengan tujuan merilekskan otak.

2.7 Penelitian yang Relevan

1. Sutinah (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa kebiasaan belajar mempunyai pengaruh yang cukup terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. 2. Asih (2002), hasil penelitiannya menyatakan bahwa motivasi belajar

berpengaruh kepada hasil belajar.

3. Aini (2001), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika.

4. Maryani (2004), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi berprestai dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar.

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. HoT : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

(41)

H1T : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

2. HoM : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

H1M : Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

3. HoK : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

H1K : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar matematika

dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

4. HoB : Tidak ada hubungan yang antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi,

kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

H1B : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi

berprestasi, kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Ex Post Fakto dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif. Penelitian dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat kebelakang melalui data-data untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Penelitian ini diarahkan untuk menguji hubungan antara tiga variabel yaitu tingkat kecerdasan (X1), motivasi berprestasi (X2), kebiasaan belajar matematika (X3) dengan prestasi

belajar matematika siswa (Y).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu. Karena jumlah anggota populasi kurang dari 100 maka sampel adalah seluruh anggota populasi (Arikunto, 1999: 120). Jadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA A.

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga variabel bebas yakni tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika. Adapun variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Secara skematis digambarkan sebagai berikut :

(43)

Gambar 2. Skema Keterkaitan Variabel penelitian

Dimana : X1 = Tingkat Kecerdasan

X2 = Motivasi berprestasi

X3 = Kebiasaan belajar matematika

Y = Prestasi belajar matematika siswa

Sesuai dengan tujuan penelitian maka selanjutnya akan dianalisis keterkaitan antara X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, dan X1, X2, X3 dengan Y.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1999: 151). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yang digunakan adalah dokumentasi dan angket.

1. Dokumentasi

Dokumentasi berupa data tentang tingkat kecerdasan siswa angkatan 2005/2006 dan data nilai ujian blok I dan II matematika siswa kelas XI IPA A angkatan 2006/ 2007 semester 1.

X1

Y X2

(44)

2. Angket (kuesioner)

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 1999: 140). Angket ini disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas untuk mengungkapkan pendapatnya dalam memilih jawaban, sehingga data akan terkumpul sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Jenis angket yang akan digunakan adalah angket tertutup sehingga mempermudah responden untuk mengisinya. Angket tersebut diberikan kepada sejumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya.

Angket disusun dengan langkah-langkah yang disarankan oleh Sudjana (1989: 71) :

a. Pembuatan kisi-kisi berdasarkan variabel yang akan diteliti.

b. Menyusun pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang akan dibuat serta melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing.

c. Menggunakan kata-kata yang mudah diteliti oleh semua responden.

d. Pertanyaan dikemukakan dengan urutan yang baik sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditentukan.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Oleh karena itu, angket harus diuji kevaliditasannya dan kereliabilitasannya terlebih dahulu sebelum digunakan.

(45)

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu instrumen dikatakan valid bila ia mempunyai validitas tinggi, sebaliknya ia akan dikatakan kurang valid jika validitasnya rendah.

Adapun rumus yang digunakan untuk melakukan uji validitas angket adalah Rumus Korelasi product moment dengan angka kasar:

{

∑ ∑

}{

}

− = 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y X X N Y X XY N rxy Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor perolehan butir tes tertentu Y = skor total

N = jumlah siswa

Angket dikatakan valid jika r tabel ≤ r hitung dengan taraf signifikansi 5% (Arikunto, 2002).

b. Realibilitas

Suatu instrumen harus reliabel artinya cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data. Rumus yang digunakan adalah:

(

)

     −       − =

2 2 11 1 1 t b k k

r

σσ (Arikunto, 1999: 193) (Arikunto, 2002: 72)

(46)

Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

K = banyaknya butir pernyataan

2 b

σ

= jumlah varians butur

2 t

σ = varians total

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7 (Arikunto, 2002).

Tabel 2. Kisi-kisi Angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa

Pernyataan Variabel Sub variabel Indikator

Positif Negatif 1. Kesehatan 1, 2 2. Penghargaan dalam bentuk fisik 3, 4, 5 3. Sarana belajar 6, 7 1. Kebutuhan fisiologis 4. Cuaca 8 9 1. Iklim kelas 10, 11 2. Kebutuhan Akan Rasa Aman 2. Konsekuensi akibat diadakannya ujian dan pemberian tugas yang menantang. 12, 13, 14, 15, 16 1. Kasih sayang 17, 19 18 2. Solidaritas 20 3. Kebutuhan Sosial 3. Rasa saling membutuhkan 21 1. Merasa di terima atau

dihargai.

22 23

2. Yakin akan berhasil 24, 25 4. Kebutuhan

akan harga diri

3. Perhatian dan penilaian dari orang lain

26, 28 27 1. Berusaha untuk Unggul 29, 30, 31,

32

2. Bersaing 33

3. Mengambil resiko yang moderat 34, 35 4. Bertanggung jawab 36, 37 Motivasi Berprestasi 5. Kebutuhan Mengaktualis asikan diri 5. Kepuasan 39, 40, 41, 42 38

(47)

6. Pemahaman 43 7.Umpan balik 44, 45, 46 1. Mengatur waktu 1, 2, 3 2. Memahami pelajaran 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 3. Menggunakan perpustakaan 11, 12 4. Mengulang bahan pelajaran 13, 14 5. Membaca 15, 16, 17, 18, 20 19 6. Membuat catatan 21, 22, 23 24, 25 7. Memilih metode praktis 26, 27, 28,

30, 31 29 1. Kesadaran 8. Menyelesaikan tugas 32, 34, 35 33 1. Melaksanaan jadwal 37 36 2. Disiplin 2. Ketepatan waktu 39, 40 38 1. Konsentrasi belajar 41, 42, 43 44, 45 3. Keterlibatan

Diri 2. Keaktifan belajar 47, 48 46

1. Istirahat 49, 50, 52 51 Kebiasaan Belajar 4. Pemanfaatan Waktu Jeda Belajar 2. Rekreasi 53 54

Kategori penskoran untuk alternatif jawaban angket motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika siswa diadopsi dari skala Likert yaitu sebagai berikut: Tabel 3: Skor alternatif jawaban angket

Alternatif jawaban

Pernyataan Selalu Sering Jarang

Tidak pernah

Positif 4 3 2 1

(48)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik pengisisan angket dan dokumentasi.

1. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data-data dari variabel bebas yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika pada siswa yang menjadi sampel. Angket-angket tersebut diisi oleh setiap responden pada waktu dan tempat yang sama. Data-data yang diperoleh dari pengisian angket ini merupakan data primer.

2. Dokumentasi

Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel bebas yaitu data mengenai tingkat kecerdasan siswa, dan variabel terikat yaitu prestasi siswa yang berupa rata-rata dari nilai ujian blok I dan ujian blok II matematika siswa yang menjadi sampel pada semester 1. Dokumentasi tentang tingkat kecerdasan siswa diperoleh dari pihak Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, sedangkan data mengenai prestasi siswa diperoleh dari guru matematika. Data-data yang diperoleh dari dokumentasi ini merupakan data sekunder.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul di dalam penelitian merupakan data yang harus diolah secara teliti, cermat dan sistematis. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.

(49)

Langkah-langkah yang akan ditempuh didalam analisa data adalah sebagai berikut:

1. Seleksi data

Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan atau pengecekan seluruh data yang

terkumpul, dengan maksud apakah data sudah lengkap dan memenuhi syarat untuk diolah atau belum sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Tabulasi data

Tabulasi data bertujuan untuk menyusun data yang sudah diseleksi dalam bentuk tabel.

3. Membuat kategori data

Data tingkat kecerdasan siswa diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi IQ menurut Harriman. Data-data motivasi berprestasi siswa dan data prestasi dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah dengan acuan kurva normal dari masing-masing data dengan kriteria sebagai berikut:

σ + ≥ M X tinggi σ σ < < + − X M M sedang σ − ≤ M X rendah

Sedangkan untuk kebiasaan belajar matematika dikategorikan menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik dengan acuan kurva normal dengan kriteria sebagai berikut :

σ

+ ≥ M

(50)

X ≤ M −σ kurang baik

Persentase item dihitung dengan rumus x100% n

f P =

Dengan : P = persentase item yang dicari f = skor total

n = skor total

Klasifikasi item: < 37.5% sangat rendah

37.6% – 54.5% rendah

54.6% – 71.5% cukup

71.6% – 88.5% tinggi

> 88.6% sangat tinggi

(Sudjana dalam Saeckhoni, 2005: 38) 4. Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data maka perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian prasyarat analisis. Setelah itu akan dilanjutkan analisis data dengan melakukan pengujian hipotesis.

a. Pengujian Prasyarat Analisis

Pengujian prasyarat analisis ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

(51)

Uji normalitas untuk masing-masing variabel dilakukan dengan metode liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penggunaan x1, x2, x3, …, xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …, Zn

dengan menggunakan rumus

S x x Z i i −

= , dengan x adalah rata-rata dan

S adalah simpangan baku.

2. Untuk tiap bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku dengan peluang-peluang F(Zi) = P(Z≤ Zi).

3. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, …, Zn yang lebih kecil atau

samadengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka

S(Zi) n Z Z Z BanyaknyaZ1, 2, 3,..., n =

4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

6. Untuk menerima atau menolak H0, kita bandingkan Lhitung dengan nilai

Ltabel. Kriteria tolak H0 jika Lo < Ltabel.

(Sudjana, 1996: 273) Uji homogenitas dilakukan dengan uji F yaitu :

kecil VariansTer besar VariansTer

F

hitung = (Ridwan, 2003: 186)

(52)

Data dikatakan homogen bila Fhitung < Ftabel dengan dbpembilang = n – 1

(untuk varians terbesar) dan dbpenyebut = n – 1 (untuk varians terkecil), serta

taraf kesalahan 1%. b. Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1, 2 dan 3 diuji dengan analisis regresi linear sederhana beserta korelasinya.

Persamaan regresi linear sederhana : bX a Y = + ∧ (Sudjana, 2002: 6) dengan:

( )

(

) (

)(

)

(

)

− − = 2 2 2 X X n XY X X Y a

(

)( )

(

)

− − = 2 2 X X n Y X XY n b (Sudjana, 2002: 8)

Uji kelinieran dan keberartian regresi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) regresi linear sederhana berikut: Tabel 4: Daftar analisis Varians (ANAVA)Regresi Linear Sederhana

Sumber variasi dk JK KT F Total N

2 Y

Y2 Koefisien (a) Regresi (bSa) Sisa 1 1 n-2 JK(a) JK(bSa) JK(S) JK(a) KTbSa=Jk(bSa) KTS=JK(S)/n-2 KTbIa / KTS Signifikansi

(53)

Tuna cocok Galat k-2 n-k JK(TC) JK(G) KTTC =jk(TC)/(k-2) KTG =JK(G)/(n-k) KTTC / KTG Linieritas Sumber: (Sudjana, 2002: 19)

Dengan taraf kesalahan 1%, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika

Fhitung > Ftabel.

Untuk mengetahui kontribusi sumbangan variabel bebas terhadap terjadinya variabel terikat, maka akan dicari koefisien korelasi (rxy) dengan

rumus produk momen :

{

∑ ∑

}{

}

− = 2 2 2 ( ) ( ) ) )( ( Y X X N Y X XY N rxy (Sudjana, 2002: 42)

Koefisien determinasi adalah r2 dan penafsirannya dinyatakan dalam persen menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel bebas.

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi maka dilakukan uji t dengan rumus : 2 1 2 r n r t − − = (Sudjana, 2002: 62)

Dengan taraf kesalahan 1% dan dk = n-2, maka tolak H0 jika t > ttabel.

Hipotesis 4 akan diuji dengan korelasi dan regresi linear berganda.

Regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel-variabel terikat. Adapun persamaan regresinya adalah :

(54)

3 3 2 2 1 1 0 bX b X b X b Y = + + + ∧ (Sudjana, 2002: 69) Untuk menguji keberartian regresi linear ganda ini dilakukan denagn

menggunakan analisis varians seperti yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5: Daftar ANAVA untuk Regresi Linier Ganda

Sumber varian

Derajat bebas

Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) Fhitung Regresi K JK =b

xy+ +b

x y k R 1 1 ... 2 k JK KT R R = S R KT KT Sisa n-k-1 R T S JK JK JK = − 1 − − = k n JK KT S S Total n-1 =

2 y JKT Sumber : (Sudjana, 2002: 93)

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Fhitung > Ftabel dengan taraf kesalahan

1%.

Adapun korelasi gandanya dapat diketahui dengan rumus :

+

+

= 1 1 2 22 3 3 123 . y y x b y x b y x b ry

Sehingga koefisien determinasinya adalah R2 = ry.1232 atau

= 2 2 y JK R R (Sudjana, 2002: 107) Untuk menguji keberartian koefisien korelasi ganda maka dilakukan uji F dengan rumus: ) 1 /( ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R F (Sudjana, 2002: 108)

Gambar

Gambar 1. Piramida hikrarki kebutuhan menurut Maslow
Tabel  2.  Kisi-kisi  Angket  motivasi  berprestasi  dan  kebiasaan  belajar  matematika  siswa
Tabel 3: Skor alternatif jawaban angket            Alternatif  jawaban
Tabel 4: Daftar analisis Varians (ANAVA)Regresi Linear Sederhana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Arikunto, 2010:6) penelitian komparatif yaitu penelitian yang membandingkan dua kejadian dengan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN

Dalam penulisan laporan studi kasus akhir program pendidikan Profesi Ners ini penulis hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan pada klien Demam Berdarah Dengue

Setelah seseorang hidup dengan cinta kasih dan kebenaran serta mematuhi norma-norma yang ada, 智 (zhì), yang berarti kebijaksanaan, merupakan sesuatu yang wajib dimiliki

Alat ini memiliki persentase kesalahan yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin filling tube yang masih mengunakan tenaga operator untuk meletakkan dan memposisikan

Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan suatu pengujian terhadap beton ringan tanpa serat dan beton ringan berserat aluminium terhadap kuat tarik langsung pada pasca bakar

Terkait dengan pernyataan tersebut, skor yang diperoleh menunjukkan bahwa perpaduan ilustrasi, teks, warna, dan foto yang terdapat dalam media komik materi Filum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis industri biji plastik (ISIC 20131) di Indonesia. Teknilc analisis yang digunakan adalah pendekatan