• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN

Penialian kesesuaian lahan di Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada karakteristik fisik dan lingkungan kabupaten tersebut yaitu dari sisi :

1. Kemiringan Lereng

Salah satu kualitas lahan dalam penilaian kesesuaian lahan adalah kemiringan lereng. Semakin besar kemiringan lereng semakin rendah tingkat kesesuaian lahannya. Kemiringan lahan membentuk wilayah daratan di permukaan bumi yang disebut relief. Satuan relief ditentukan oleh kemiringan lereng dengan penggolongan sebagai berikut :

 0-3% dikatagorikan datar;

 3-15% dikatagorikan agak berombak;

 15-30% dikatagorikan berbukit;

 >30% dikatagorikan bergunung.

Kemiringan lereng di kabupaten Serdang Bedagai di diminasi oleh kelas ,2% atau katagori datar, dengan luas sebesar 71.302,15 Ha yang tersebar hamper diseluruh kecamatan kecuali Kecamatan Bintang Bayu, Dolok Merawan, Kotarih dan Silinda. Kemiringan lereng terluas berikutnya adalah 2 – 8% (agak Berobak) seluas 76.925,78 Ha yang tersebar di semua kecamatan kecuali Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Sei Bamban, Silinda, dan Tanjung Beringin.

Sedangkan lahan berelief bergunung (>30%) terdapat di wilayah Kecamatan Sipispis dengan luas 2.185,86 Ha. Kecamatan yang keseluruhan morfologinya datar adalah Kecamatan Sei Bamban, Pantai Cermin, dan Tanjung Beringin.

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Kemiringan Lereng Menurut Kecamatan Di Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber : Dokumen Draft Laporan Akhir Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan dan Penentuan Komoditas Unggulan Kab. Sergei, Tahun 2008.

2. Klimatologi

Kondisi iklim di kabupaten Serdang Bedagai dapat dibagi atas dataran rendah dan dataran menengah. Curah hujan dataran rendah relative lebih rendah disbanding

No Kecamatan Kelas Slope (%)/ Ha

<2 2-8 9-15 26-40 41-60 1 Bandar Khalifah 7.625,95 15,14 2 Bintang Bayu 4.424,97 2.246,16 3 Dolok Masihul 3.489,81 0,08 16.001,17 4 Dolok Merawan 8.898,34 4.197,85 5 Kotarih 26,31 8.272,50 6 Pantai Cermin 8.492,45 7 Penggajahan 2.796,41 2.433,53 4.696,85 8 Perbaungan 10.442,78 1.466.04 9 Sei Bamban 8.247,40 10 Sei Rampah 6.901,43 5.150,12 9.358,23 11 Serbajadi 1.545,49 4.134,67 1.090,88 12 Silinda 5.421,69 13 Sipis-pis 229,14 1.341,98 15.983,13 2.281,29 2.185,86 14 Tanjung Beringin 6.706,50 15 Tebing Syahbandar 797,84 746,22 12.771,30 16 Tebing Tinggi 7.372,93 2.142,06 5.023,48 17 Teluk Mengkudu 6.654,02 719,89 292,68

(3)

pada bulan Novemberr 2010, hari hujan per bulan berkisar 4-21 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September 2010. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,8 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,8 mm/hari. Temperatur udara per bulan minimum 23,70 C dan maksimum 34,20 C.

Curah Hujan merupakan unsur kualitas lahan yang sangat menentukan peruntukan penggunaan lahan. Tanaman padi menghendai tempratur lebih dari 18oC dengan suhu optimum 24-29oC. Curah hujan optimum lebih dari 1.600 mm/tahun. Dengan demikian Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah dengan iklim yang sesuai untuk tanaman padi.

3. Geologi

Bahan induk pembentuk tanah Kabupaten serdang Bedagai sebahagian besar merupakan bahan abu vulkanik dan bahan endapan baik dari erosi maupun dari laut. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesuburan daerah ini relatief baik untuk penggunaan berbagai tanaman budidaya termasuk padi.

Hampir semua kecamatan memiliki berbagai bahan induk dan hanya Kecamatan Silinda yang hanya memiliki satu jenis bahan induk. Bahan induk fine grained tephra merupakan bahan induk yang penyebarannya terluas (78.178 Ha) ke semua kecamatan, kecualai Kecamatan Perbaungan, sei Bamban, Pantai Cermin, Silinda dan Tanjung Beringin. Bahan induk terluas lainnya adalah alluvium (57.614 Ha) yang menyebar di semua kecamatan Kecuali Kecamatan Bintang Bayu, Dolok Merawan, Kotarih, Silinda dan Sipispis.

Sebagian wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah daerah Pantai, sehingga berbahan induk alluvium marine seluas 9.098 Ha. Kecamatan yang berbahan induk endapan laut adalah Kecamatan Teluk Mengkudu (3.900 Ha), Tanjung Beringin (2.266 Ha), Pantai Cermin (1.799 Ha) dan selebihnya terdapat di Kecamatan Bandar Khalifah, Perbaungan dan Sei Rampah.

Daerah ini juga memiliki tanah berbahan induk abu vulkanik yaitu di Kecamatan Dolok Merawan (8.898 Ha), Sei Rampah (5.150 Ha), Tebing Tinggi (2.142 Ha) dan beberapa kecamatan lainnya kecuali Kecamatan Bandar Khalifah, Bintang Bayu, Kotarih, Pantai Cermin, Sei Bamban, Serbajadi, Silinda, dan Tajung Beringin.

4. Jenis Tanah

(4)

Kecamatan yang memiliki jenis tanah Histosol adalah Kecamatan Bandar Khalifah, Teluk Mengkudu, Pantai Cermin dan Perbaungan. Untuk jenis tanah Entisol adalah Kecamatan Pantai Cermin, Tanjung Beringin, Teluk Mengkudu. Untuk jenis tanah inceptisol adalah Kecamatan hampir semua kecamatan. Jenis tanah Ultisol berada pada Kecamatan Kotarih, Silinda, Sipispis, Bintang Bayu dan Serbajadi, serta untuk jenis tanah oxisol berada pada Kecamatan Dolok Masihul, Sipis-pis, Tebing Syahbandarn Tebing tinggi, Serbajadi dan beberapa kecamatan lainnya. Jenis-jenis tanah tersebut dapat dimanfaatkan tanaman padi.

Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat ditentukan kesesuaian lahan di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebagai beikut :

1. BGI (Bukittinggi)

Pada Satuan Peta Lahan (SPT) yang menyebar pada Kecamatan Dolok Merawan

dan Sei Rampah kesesuaian lahannya memiliki faktor pembatas yaitu perakaran

(rc), curah hujan yang terlalu besar (wa), suhu yang optimal (tc), serta bahaya erosi (eh). Secara umum, kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman masih berada minimal sesuai bersyarat.

Untuk kesesuaian tanaman padi adalah sesuai marginal dengan factor pembatas. Hal ini dapat ditingkatkan menjadi S2 (cukup sesuai dengan perlakuan tindakan konservasi berupa terassering dan penambahan bahan organic untuk mengurangi pengaruh buruk tekstur agak kasar).

2. BKN (Bakunan)

SPT Bakunan yang menyebar sebagian besar pada Kecamatan Dolok Masihul dan

Sei Rampah, dengan kesesuai lahannya adalah S2, dengan factor pembatas di

subkelas S3 (ketersediaan air) dan subkelas S2 (temperature). Untuk tanaman padi kondisi S2-tc ini berarti cukup sesuai dengan factor pembatas suhu udara dan tidak dapat ditingkatkan karena factor alamiah.

3. BTG (Batuapaung)

SPT Batuapung yang tersebar dominasi di Kecamatan Kotarih dan Silinda, ditingkat kesesuaian lahannya tidak baik untuk berbagai penggunaan disebabkan keterbatasan bahaya erosi (eh) karena kemiringan lereng 26-40%. Masih sesuai

(5)

4. KHY (Kahayan)

SPT Kahayan yang tersebar dominan pada Kecamatan Perbaungan, Sei Bamban,

Tebing Tinggi, Pantai Cermin, dan Tanjung Beringin ini tergolong kesesuain baik

karena kemiringan lereng <2% serta kondisi tanah baik. Kesesuain pada SPT ini baik untuk segala penggunaan.

5. KJP (Kajapah)

SPT ini tersebar sebagian besar di Kecamatan Pantai Cermin dan tergolong baik(S2). Factor pembatasnya adalah tempratur (tc), curah hujan berlebih (wa), ketersediaan oksigen (oa) yang disebabkan buruknya drainase, kondisi perakaran (rc) yang disebabkan kedalaman efektif yang dangkal serta retensi hara (nr) yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Kesesuain untuk tanaman padi pada kondisi S2-tc, oa, rc, nr adalah dengan penambahan bahan organic dan suplai unsur hara yang seimbang untuk kebituhan tumbuh padi.

6. PKS (Pakasi)

SPT Pakasi yang sebagian besar menyebar di Kecamatan Dolok Masihul, Sipispis,

Tebing Syahbandar, Sei Rampah, Tebing Tinggi, Penggajahan, Serbajadi, dan Bintang Bayu ini umumnya sesuai bersyarat (S3) yang disebabkan kemiringan

lereng 15-29%. Kesesuaian lahan pada kondisi N-eh ini berarti tidak sesuai dengan factor pembatas bahaya erosi. Untuk tanaman padi harus melakukan tindakan konservasi dengan cara membuat sistem terasering dan penataan pola dan sistem tanaman.

7. PTG (Putting)

SPT Putting menyebar sebagian besar di Kecamatan Teluk Mengkudu, Tanjung

Beringin dan Pantai Cermin, tergolong subkelas S-2 dengan pembatas suhu,

kelebihan curah hujan, perakaran, ketersediaan oksigen, dan retensi hara (S2-Tc, oa, rc, nr) dengan tindakan penanganan adalah menambah bahan organic dan unsur hara.

8. TGM (Tanggamus)

SPT Tanggamus hanya terdapat di Kecamatan Sipispis yang ditandai dengan kemiringan lereng 41-60% (N-eh). Dengan demikian kesesuain lahannya adalah tidak sesuai dan tidak dianjurkan untuk area budidaya.

(6)

9. UBD (Ulubandar)

SPT Ulubandar tersebar di Kecamatan Kotarih memiliki factor pembatas kemiringan lereng yang mencapai 26-40% (N-eh). Tidak sesuai untuk tanaman padi, dan sesuai untuk tanaman tahunan.

Tabel 4.2

Kesesuaian Lahan Kabupaten Serdang Bedagai

No Peta Satuan Lahan (SPT) Kecamatan Jenis kesesuaian Kendala Kesesuaian untuk tanaman padi

1 BGI (Bukitting) Kecamatan Dolok Merawan dan Sei Rampah

S2-tc, wa, rc, eh perakaran (rc), curah hujan yang terlalu besar (wa), suhu yang optimal (tc), serta bahaya erosi (eh)

cukup sesuai dengan perlakuan tindakan konservasi berupa

terassering dan penambahan bahan organic untuk mengurangi pengaruh buruk tekstur agak kasar

2 BKN (Bakunan) Kecamatan Dolok Masihul dan Sei Rampah

S2-tc Ketersediaan air dan temprature

cukup sesuai dengan factor pembatas suhu udara dan tidak dapat ditingkatkan karena factor alamiah 3 BTG (Batuapaung) Kecamatan Kotarih dan

Silinda

N-eh kemiringan lereng 26-40%. kesesuaian lahannya tidak baik untuk berbagai penggunaan disebabkan keterbatasan bahaya erosi (eh)

4 KHY (Kahayan) Kecamatan Perbaungan, Sei Bamban, Tebing Tinggi, Pantai Cermin, dan Tanjung Beringin

S1 - kesesuain baik karena

kemiringan lereng <2% serta kondisi tanah baik. Kesesuain pada SPT ini baik untuk segala penggunaan 5 KJP (Kajapah) Kecamatan Pantai

Cermin

S2-tc, oa, rc, nr tempratur (tc), curah hujan berlebih (wa), ketersediaan oksigen (oa) yang disebabkan buruknya drainase, kondisi perakaran (rc) yang disebabkan kedalaman efektif yang dangkal serta retensi hara (nr) .

penambahan bahan organic dan suplai unsur hara yang seimbang untuk kebituhan tumbuh padi

6 PKS (Pakasi) Kecamatan Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Syahbandar, Sei Rampah, Tebing Tinggi, Penggajahan, Serbajadi, dan Bintang Bayu

S3 kemiringan lereng 15-29% melakukan tindakan konservasi dengan cara membuat sistem terasering dan penataan pola dan sistem tanaman 7 PTG (Putting) Kecamatan Teluk

Mengkudu, Tanjung Beringin dan Pantai Cermin

S2-Tc, oa, rc, nr pembatas suhu, kelebihan curah hujan, perakaran, ketersediaan oksigen, dan retensi hara

tindakan penanganan adalah menambah bahan organic dan unsur hara.

8 TGM (Tanggamus) Kecamatan Sipispis (N-eh) kemiringan lereng 41-60% Tidak sesuai untuk tanaman padi, dan sesuai untuk tanaman tahunan. 9 UBD (Ulubandar) Kecamatan Kotarih (N-eh) kemiringan lereng 41-60% Tidak sesuai untuk tanaman

(7)

4.2 ANALISA KEPENDUDUKAN 4.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Untuk menganalisa proyeksi jumlah penduduk menggunakan data BPS dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Proyeksi penduduk Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2032 menggunakan metode bunga berganda dengan jumlah penduduk yaitu 441.521 jiwa dengan kepadatan penduduk 232 jiwa/km2.

Untuk lebih jelasnya proyeksi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2012-2032 dapat dilihat dari Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007-2011

No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2007 2008 2009 2010 2011 1 Kotarih 8,304 8,483 8,649 8,818 7,975 2 Silinda 9,540 9,745 9,935 10,128 8,332 3 Bintang Bayu 12,262 12,526 12,770 13,018 10,581 4 Dolok Masihul 50,864 51,958 52,972 54,000 48,241 5 Serba Jadi 21,594 22,058 22,488 22,925 19,560 6 Sipispis 32,583 33,284 33,934 34,594 31,617 7 Dolok Merawan 17,683 18,064 18,417 18,775 17,029 8 Tebing Tinggi 46,348 47,345 48,269 49,207 40,253 9 Tebing Syahbandar 33,401 34,119 34,785 35,460 32,191 10 Bandar Khalipah 25,393 25,940 26,446 26,959 24,774 11 Tanjung Beringin 36,066 36,842 37,561 38,291 36,864 12 Sei Rampah 63,131 64,489 65,747 67,025 63,379 13 Sei Bamban 41,505 42,397 43,224 44,064 42,791 14 Teluk Mengkudu 41,304 42,192 43,015 43,851 41,118 15 Perbaungan 97,031 99,118 101,052 103,016 99,936 16 Pegajahan 27,817 28,415 28,970 29,533 26,859 17 Pantai Cermin 40,804 41,681 42,494 43,319 42,883 Jumlah 605,630 618,656 630,728 642,983 594,383 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, Tahun 2011

Tabel 4.4

Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2012-2032

2012 2017 2022 2027 2032 1 Kotarih 8,000 7,434 7,010 6,515 6,054 2 Silinda 9,190 8,540 8,053 7,484 6,955 3 Bintang Bayu 11,812 10,977 10,352 9,620 8,940 4 Dolok Masihul 48,998 45,533 42,939 39,903 37,081 5 Serba Jadi 20,801 19,330 18,229 16,940 15,742 6 Sipispis 31,388 29,168 27,506 25,561 23,754 7 Dolok Merawan 17,035 15,830 14,928 13,873 12,892 8 Tebing Tinggi 44,647 41,491 39,127 36,360 33,789 9 Tebing Syahbandar 32,175 29,900 28,196 26,203 24,350 10 Bandar Khalipah 24,462 22,732 21,437 19,921 18,513 11 Tanjung Beringin 34,743 32,286 30,447 28,294 26,293 12 Sei Rampah 60,815 56,515 53,295 49,526 46,024 13 Sei Bamban 39,981 37,154 35,037 32,560 30,258 14 Teluk Mengkudu 39,788 36,975 34,868 32,403 30,112 15 Perbaungan 93,471 86,862 81,912 76,121 70,738 KECAMATAN NO PROYEKSI PENDUDUK

(8)

Tabel 4.5

Proyeksi Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2032

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2012

Berdasarkan hasil proyeksi tersebut di atas, kecamatan yang paling tinggi jumlah penduduknya pada akhir tahun perencanaan (2032) adalah Kecamatan Perbaungan dengan jumlah sebesar 70.738 jiwa dengan kepadatan penduduk 634 jiwa/Km2, sedangkan Kecamatan yang palaing rendah jumlah penduduknya pada akhir tahun perencanaan adalah Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 6.054 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa/km2.

4.3 ANALISA PERGESARAN LUAS LAHAN YANG BERALIH FUNGSI

Jika dilihat dari luas lahan sawah berdasarkan irigasi, terlihat di setiap tahunnya luas lahan semakin berkurang. Di tahun 2009, luas lahan sawah sebesar 41.981 Ha, namun di tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2% menjadi 41.147 Ha. Di tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,35% menjadi 40.598 Ha. Rata-rata pengurangan luas lahan sawah berdasarkan irigasi di Kabupaten Serdang Bedagai setiap tahunnya yaitu sebesar 1,7%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6

LUAS (Km2) 2012 2017 2022 2027 2032 1 Kotarih 78.02 103 95 90 84 78 2 Silinda 56.74 162 151 142 132 123 3 Bintang Bayu 95.58 124 115 108 101 94 4 Dolok Masihul 237.41 206 192 181 168 156 5 Serba Jadi 50.69 410 381 360 334 311 6 Sipispis 145.29 216 201 189 176 163 7 Dolok Merawan 120.60 141 131 124 115 107 8 Tebing Tinggi 182.29 245 228 215 199 185 9 Tebing Syahbandar 120.29 267 249 234 218 202 10 Bandar Khalipah 116.00 211 196 185 172 160 11 Tanjung Beringin 74.17 468 435 410 381 355 12 Sei Rampah 198.90 306 284 268 249 231 13 Sei Bamban 72.26 553 514 485 451 419 14 Teluk Mengkudu 66.95 594 552 521 484 450 15 Perbaungan 111.62 837 778 734 682 634 16 Pegajahan 93.12 288 267 252 234 218 17 Pantai Cermin 80.29 490 455 429 399 370 JUMLAH 1,900.22 307 285 269 250 232 KEPADATAN (Jiwa/Km2) NO KECAMATAN

(9)

Tabel 4.6

Luas Lahan Sawah Berdasarkan Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai

NO KECAMATAN LUAS LAHAN SAWAH (Ha)

2009 2010 2011

IRIGASI

1 Teknis 2,998 3,318 3,318 2 Setengah Teknis 19,371 19,437 19,190 3 Sederhana 4,435 4,435 4,345

IRIGASI NON TEKNIS

1 Tadah Hujan 5,993 5,306 5,160 2 Pasang Surut - - - 3 Lainnya 9,184 8,651 8,585

JUMLAH 41,981 41,147 40,598 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, Tahun 2011

Mengacu pada data tersebut di atas, maka untuk menghitung pergeseran guna lahan di Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2009 – 2011 dengan menggunakan rumus tersebut di bawah ini :

Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun 2009-2010, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 10,7% luas lahan pertanian sawah beririgasi teknis, 0,3% setengah teknis, dan penurunan sebesar 11,5% lahan sawah tadah hujan, dan lahan sawah dengan sistem pertanian laninnya sebesar 5,8%. Sementara itu, pada tahun 2010-2011, untuk lahan pertanian dengan sistem irigasi teknis tidak mengalami peningkatan, sedangkan untuk lahan pertanian dengan sistem irigasi setengah teknis dan sederhana pmengalami penurunan luas lahan yaitu masing-masing sebesar 1,3% dan 2%, dan untuk sawah dengan sistem pengairan irigasi non teknis mengalami penurunan sebesar 2,8% untuk tadah hujan dan 0,8% sistem lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihet pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Pergeseran Guna Lahan Di Kabupaten Serdang Bedagai Dari Tahun 2009 - 2011

NO KECAMATAN

LUAS LAHAN SAWAH (Ha) PERGESERAN (%) 2009 2010 2011 2009 - 2010 2010 - 2011

IRIGASI

1 Teknis 2,998 3,318 3,318 10.7 0.0

2 Setengah Teknis 19,371 19,437 19,190 0.3 -1.3

3 Sederhana 4,435 4,435 4,345 0.0 -2.0

(10)

Sambungan

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2012

Dilihat dari luas lahan panen juga terlihat penurunan setiap tahunnya. Di tahun 2008 luas lahan panen Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 75.751 Ha, di tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 3% menjadi 73.169 Ha. Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1,25% menjadi 72.263 Ha. Namun di tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 1,9% menjadi 73.687 Ha. Rata-rata pertambahan luas lahan panen Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebesar -1%.

Tabel 4.8

Luas Lahan Panen Padi (Sawah+Ladang)Di Kabupaten Serdang Bedagai

NO KECAMATAN LUAS LAHAN PANEN (Ha)

2008 2009 2010 2011 1 Kotarih 2,432 620 281 484 2 Silinda 1) - 580 532 655 3 Bintang Bayu 1) - 688 225 211 4 Dolok Masihul 8,916 4,008 4,331 2,380 5 Serba Jadi 1) - 1,981 2,121 2,295 6 Sipispis 746 803 852 531 7 Dolok Merawan 1) - - - - 8 Tebing Tinggi 10,041 5,270 2,979 4,661 9 Tebing Syahbandar 1) - 2,255 2,280 1,363 10 Bandar Khalipah 5,973 6,814 7,107 6,564 11 Tanjung Beringin 4,668 9,058 8,480 8,446 12 Sei Rampah 17,238 5,881 5,936 5,878 13 Sei Bamban 1) - 9,703 12,475 13,089 14 Teluk Mengkudu 5,248 5,152 5,638 5,924 15 Perbaungan 13,839 11,101 9,670 12,152 16 Pegajahan 1) - 2,485 2,835 1,960 17 Pantai Cermin 6,650 6,770 6,521 7,094 JUMLAH 75,751 73,169 72,263 73,687

Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, Tahun 2011 Note : 1) data digabung pada Kecamatan inti

NO KECAMATAN

LUAS LAHAN SAWAH (Ha) PERGESERAN (%) 2009 2010 2011 2009 - 2010 2010 - 2011 2 Pasang Surut - - -

3 Lainnya 9,184 8,651 8,585 -5.8 -0.8

(11)

4.4 ANALISA POTENSI PERTANIAN PADI

Bila merujuk ke luasan lahan pertanian bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi penurunan luas lahan pertanian sebesar 1,35%. Namun hal ini tidak membawa dampak yang berarti terhadap angka produktivitas pertanian yang semakin meningkat sebesar 2,92% di tahun 2011, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya memiliki angka sebesar 1,99%. Hal ini berarti luas lahan bukan merupakan factor utama terjadinya penurunan angka produksi padi di Kabupaten sedang Bedagai. Untuk melihat perkembangan sektor pertanian berdasarkan luas panen dan produktivitas dari tahun 2008 sampai tahun 2011 di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Perkembangan dan Pertumbuhan Luas Panen dan Produktivitas Padi Di Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun Luas Panen (Ha) Pertumbuhan (%) Produktivitas (Kw/Ha) Pertumbuhan (%) 2008 75,751 47 2009 73,169 (3.53) 47.21 1.00 2010 72,263 (1.25) 48.17 1.99 2011 73,687 1.90 49.62 2.92 Rata Rata (1.00) 1.97

Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2011

Tabel 4.10

Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai

No. Kecamatan PRODUKSI PADI (Ton)

2009 2010 2011 1 Kotarih 2,349 1,103 2,077 2 Silinda 2,489 2,316 3,136 3 Bintang Bayu 3,176 1,053 1,025 4 Dolok Masihul 18,997 20,982 11,742 5 Serba Jadi 9,458 10,070 11,358 6 Sipispis 3,704 4,046 2,595 7 Dolok Merawan - - - 8 Tebing Tinggi 24,978 14,300 23,066 9 Tebing Syahbandar 10,406 10,797 6,701 10 Bandar Khalipah 32,299 33,992 31,988 11 Tanjung Beringin 41,850 40,405 41,574 12 Sei Rampah 27,395 28,520 29,281 13 Sei Bamban 46,091 59,971 65,246 14 Teluk Mengkudu 24,448 27,809 29,337 15 Perbaungan 53,283 48,060 61,016 16 Pegajahan 11,869 13,928 9,752 17 Pantai Cermin 32,090 31,455 35,425 Jumlah 344,882 348,807 365,319 Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, Tahun 2011

(12)

Dari tabel di atas terlihat, dari tahun 2008 hingga tahun 2011 baik luas panen mengalami penurunan dalam luasan yang cukup berarti. Namun dari sisi produktivitas, walaupun dalam skala yang kecil, justru mengalami peningkatan.

Demikian juga halnya dengan produksi padi, terlihat mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Di tahun 2009 produksi padi sebanyak 344.882 ton, dan di tahun 2011 sebanyak 365.319 ton.

Secara keseluruhan, kenaikkan produktivitas yang rata-rata hanya mencapai 1,97 %/th lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan luas panen (1,00 %/th). Dengan kata lain secara keseluruhan peningkatan produktivitas ini mampu/dapat mengkompensasi kehilangan hasil akibat terjadinya penurunan luas panen. Hal ini tercermin dari total produksi yang diperoleh pada tahun 2011 (365.319 ton) dengan luas panen 73.687 ha lebih tinggi dibandingkan dengan total produksi yang diperoleh pada tahun 2009 (344.882 ton) padahal areal panennnya lebih luas yaitu 73.169 ha.

(13)

Peta 4.1

(14)

Peta 4.2

(15)

4.5 ANALISA TERHADAP KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG

Pembangunan sektor pertanian tidak terlepas dari masalah pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan, irigasi, jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, sarana produksi pertanian dan sarana pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Sarana dan prasararana tersebut merupakan faktor utama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Dengan demikian, kebijakan di sektor pertanian harus lebih memfokuskan pada peningkatan dan pengembangan infrastruktur pertanian agar arus barang – barang pertanian tidak terhambat. Selain itu dalam mengolah dan memasarkan hasil pertanian tidak mengalami hambatan karena terbatasnya sarana dan prasarana pendukung.

Masalah pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai salah satunya adalah infrastruktur pendukung yang masih kurang memadai terutama jaringan jalan dan irigasi. Hal ini disebabkan karena lahan pertanian tersebar secara metara di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Badagai, sehingga membutuhkan dana pembangunan yang cukup besar. Selain itu, kondisi alam yang berbukit di aderah sebelah Selatan dan kondisi tanah yang agak labil di sebelah Utara (pesisir), sehingga menyulitkan pembangunan jalan ke lokasi-lokasi sentra pertanian.

Selain jaringan jalan, keterbatasan saluran irigasi di beberapa daerah yang menjadi sentra pertanian merupakan faktor utama petani beralih fungsi ke sektor lain seperti di Kecamatan Perbaungan dan Kecamatan Dolok Masihul, and Kecamatan lainnya di sebelah Selatan Kabuapetn ini.

Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan ke petani di beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi pertanian terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai, sebanyak 91,9% atau 276 orang menyatakan bahwa ketersediaan air dan saluran irigasi membuat petani terhambat dalam berusaha di sektor pertanian. Hal ini disebabkan jaringan irigasi yang masih sederhana dan belaum adanya saluran tersebut.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, maka pemerintah Kabupaten serdang Bedagai harus secara terus menerus membuat program pembangunan saluran irigasi di daerah-daerah yang memiliki lahan pertanian padi terbesar dan daerah-daerah yang memiliki daya dukung lahan untuk kegiatan pertanian padi terutama di sebelah Utara kabupaten serdang Bedagai yaitu, Pantai Cermin, Perbaungan, Sei Bamban, sei

(16)

Rampah, teluk Mengkudu, tanjung Beringin, Bandar Khalifah, Penggajahan, tebing Tinggi, Tebing Syah Bandar, dan Dolok Masihul.

4.6 ANALISA KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PETANI

Penilaian terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat petani dimaksudkan untuk melihat bagaimana tingkat kesejahteraan petani sehingga dapat menilai apakah para petani dapat memepertahankan lahan pertanian meraka untuk tidak mengalihkannya ke fungsi atau komoditi lainnya yang secara ekonomi dapat lebih menjanjikan terhadap kehidupan mereka. Penilaian ini melihat dari hasil kuisioner yang telah dilakukan dengan objek penelitian adalah petani yang berada pada daerah-daerah yang memiliki luas lahan pertanian dan produksi terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai. Titik beratkan penialain pada beberapa hal yaitu sebagai berikut :

1) Pendapatan Petani

Dari hasil kuisioner, rata-rata pendapatan petani berkisar antara Rp 1.200.000 – 1.500.000 / bulan. Pendapatan ini merupakan pendapatan bersih petani yang digunakan untuk menghidupi keluarga.

2) Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa 20% petani memiliki 1-3 orang anggota keluarga, 55% memiliki 4-5% anggota keluarga, 25% memiliki lebih dari 5 anggota keluarga.

Tabel 4.11

Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Presentase (%)

1 1-3 60 20%

2 4-5 165 55%

3 >5 75 25%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

(17)

Dari jumlah anggota keluarga tersebut tidak semua anggota keluarga ikut membatu bertani. Dimana 50% terdapat 1 anggota keluarga yang ikut membantu bertani, 43% terdapat 2 anggota keluarga yang ikut membantu, dan 7% lebih dari 3 anggota keluarga.

Tabel 4.12

Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Bertani No Jumlah Anggota Keluarga

Yang Ikut Bertani

Jumlah Presentase (%)

1 1 orang 150 50%

2 2 orang 129 43%

3 >3 orang 21 7%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Bertani

3) Jenis dan Status Lahan

Adapun status lahan berdasarkan hasil kuesioner yaitu 10% status lahan sewa dan 90% status lahan milik petani. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya memiliki status lahan hak milik.

Tabel 4.13 Status Lahan

No Status Lahan Jumlah Presentase (%)

1 Sewa 30 10%

(18)

Diagram Presentase Status Lahan

Jenis lahan di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil kuesioner adalah lahan sawah. Adapun yang dimaksud lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut.

4) Jenis dan Luas Tanaman

Berdasarkan hasil survey kuesioner, jenis tanaman di lahan sawah yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah padi sawah. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah. Tanaman padi sawah seperti padi rendengan, padi gogo rancah, padi pasang surut, lebak, padi rembesan, dan padi lainnya dengan menggunakan varietas unggul maupun lokal. Berdasarkan hasil survey lapangan, terdapat 40% dengan luas tanaman 1-25 rante dan 0-1 Ha, 15% dengan luas Gambar 4.1 Lahan Sawah

(19)

Tabel 4.14 Luas Tanaman

No Luas Tanaman (Ha) Jumlah Presentase (%)

1 1-25 rante 120 40%

2 0-1 Ha 120 40%

3 1-2 Ha 45 15%

4 >3 Ha 15 5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Luas Tanaman

5) Luas dan Waktu Panen

Luas panen adalah luas tanam yang dipungut hasilnya setelah cukup umur (memasuki usia panen). Termasuk juga luas tanam yang hasilnya hanya dipungut sebagian saja (minimal 11 % dari keadaan normal) karena terserang penyakit/ jasad pengganggu atau gulma maupun bencana alam.

Berdasarkan hasil survey, petani yang memiliki luas panen sebesar 35% dengan luas panen 1-25 rante, 40% dengan luas panen 0-1 Ha, 15 % dengan luas panen 1-2 Ha, dan 0,5% dengan luas panen lebih dari 3 Ha.

Tabel 4.15 Luas Panen

No Luas Panen (Ha) Jumlah

(orang) Presentase (%) 1 1-25 rante 105 35% 2 0-1 Ha 120 40% 3 1-2 Ha 45 15% 4 >3 Ha 1 0,5%

(20)

Diagram Presentase Luas Panen

Adapun waktu panen berdasarkan kuesioner terhadap responden, 3% responden dengan waktu panen pada bulan ke-2, 1,5 % responden dengan waktu panen pada bulan ke-3 dan bulan ke-10, 2 % dengan waktu panen pada bulan ke-9, serta 83% dengan waktu panen pada bulan ke-8. Waktu panen tersebut bergantung pada cuaca.

Tabel 4.16 Waktu Panen

No Waktu Panen Jumlah

(orang) Presentase (%) 1 Bulan Ke-2 9 3% 2 Bulan Ke-3 4 1,5% 3 Bulan Ke-8 249 83% 4 Bulan Ke-9 6 2% 5 Bulan Ke-10 4 1,5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Waktu Panen

(21)

6) Frekuensi Tanaman dan Produksi

Frekuensi tanaman di lahan sawah yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil kuesioner seluruh responden adalah 2 (dua) kali per tahun.

Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa produksi panen berkisar antara 1-20 ton/Ha, dimana terdiri dari 28% kurang dari 1 ton/Ha, 32% sebanyak 1-4 ton/Ha, 20% sebanyak 5-9 ton/Ha, 17% sebanyak 10-14 ton/Ha, 2% sebanyak 15-20 ton/Ha, dan 1% sebanyak lebih dari 20 ton/Ha.

Tabel 4.17 Produksi Tanaman

No Produksi Tanaman (Ton/Ha) Presentase (%)

1 < 1 ton/Ha 28% 2 1-4 ton/Ha 32% 3 5-9 ton/Ha 20% 4 10-14 ton/Ha 17% 5 15-20 ton/Ha 2% 6 >20 ton/Ha 1%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Waktu Panen

Berdasarkan data-data tersebut di atas, terlihat bahwa tingkat kesejahteraan petani masih minim. Hal ini ditandai dengan :

1. Masih rendahnya pendapatan petani yaitu berkisar antara Rp 1.200.000 – 1.500.000; 2. Banyaknya jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Dari hasil kuisioner, petani yang memiliki jumlah keluarga > 4 orang sebanyak 75%. Hal ini membuat kehidupan petani menjadi semakin berat karena pendapatan yang rendah untuk menanggung hidup anggota keluarga yang cukup besar tersebut;

(22)

lahan garapan tidak sebanding dengan kebutuhan petani untuk mendapatkan hasil dari luasan yang signifikan;

4. Masih banyaknya petani yang memiliki angka produksi padi per hektar di bawah 5 ton yaitu 60% dari responden.

Dari data dan informasi di atas, dapat disimpulkan masih banyak petani yang bergantung hidup di sektor pertanian namun faktor pendukung untuk bertahan hidup di sektor tersebut masih kurang memadai, sehingga harus segera disusun suatu regulasi khusus untuk meningkatkan kesejahteraan petani sehingga dapat mempertahankan lahan pertanian mereka untuk tanaman padi.

4.7 ANALISA TERHADAP PENILAIAN RESPONDEN

Pada bagian ini akan diuraikan hasil kuisioner terhadap 300 responden yaitu petani-petani di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun kecamatan tersebut antara lain sebagai berikut :

 Kecamatan Pantai Cermin;

 Kecamatan Dolok Masihul;

 Kecamatan Sei Bamban;

 Kecamatan Sei Rampah;

 Kecamatan Tanjung Beringin;

 Kecamatan Teluk Mengkubu;

 Kecamatan Pegajahan ;

 Kecamatan Perbaungan.

Adapun isi dari kuesioner antara lain jenis komoditi tanaman, status kepemilikan, jenis irigasi, aspek penggunaan pupuk dan penyuluhan pertanian, bimbingan dan penyuluhan dari dinas terkait, penggunaan teknologi alat pertanian, alih fungsi lahan, serta penerapan insentif dan diinsentif lahan pertanian. Sebelumnya akan ditanyakan lebih dulu mengenai data petani yang berupa tingkat pendidikan, usia dan mata pencaharian lainnya .

Adapun hasil kuisioner adalah sebagai berikut : A. Data Petani

(23)

petani di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki latar belakang pendidikan yang rendah.

Tabel 4.18

Tingkat Pendidikan Petani

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 SD 117 39%

2 SLTP 105 35%

3 SLTA 77 25,5%

4 Perguruan Tinggi 1 0,5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Tingkat Pendidikan Petani

8) Lama Bertani

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa 7% petani kurang dari 10 tahun telah bertani, 11% selama 10-14 tahun, 10%selama 15-19 tahun, 34% selama 20-24 tahun, 7% selama 25-29 tahun, 23% selama 30-34 tahun, dan 8% selama lebih dari 35 tahun. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa petani di Kabupaten Serdang Bedagai telah cukup lama bermatapencaharian sebagai petani.

Tabel 4.19 Lama Bertani

No Lama Bertani (Tahun) Jumlah Presentase (%)

1 < 10 tahun 21 7% 2 10-14 tahun 33 11% 3 15-19 tahun 30 10% 4 20-24 tahun 102 34% 5 25-29 tahun 21 7% 6 30-34 tahun 69 23%

(24)

Diagram Presentase Lamanya Bertani

9) Anggota Keluarga Yang Dimiliki

Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa 20% petani memiliki 1-3 orang anggota keluarga, 55% memiliki 4-5% anggota keluarga, 25% memiliki lebih dari 5 anggota keluarga.

Tabel 4.20

Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Presentase (%)

1 1-3 60 20%

2 4-5 165 55%

3 >5 75 25%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Jumlah Anggota Keluarga

Dari jumlah anggota keluarga tersebut tidak semua anggota keluarga ikut membatu bertani. Dimana 50% terdapat 1 anggota keluarga yang ikut membantu bertani, 43% terdapat 2 anggota keluarga yang ikut membantu, dan

(25)

Tabel 4.21

Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Bertani No Jumlah Anggota Keluarga

Yang Ikut Bertani

Jumlah Presentase (%)

1 1 orang 150 50%

2 2 orang 129 43%

3 >3 orang 21 7%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Bertani

10) Jenis dan Status Lahan

Adapun status lahan berdasarkan hasil kuesioner yaitu 10% status lahan sewa dan 90% status lahan milik petani. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan di Kabupaten Serdang Bedagai umumnya memiliki status lahan hak milik.

Tabel 4.22 Status Lahan

No Status Lahan Jumlah Presentase (%)

1 Sewa 30 10%

2 Milik 270 90%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

(26)

Jenis lahan di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil kuesioner adalah lahan sawah. Adapun yang dimaksud lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut.

B. Jenis Komoditi dan Luas Panen 1) Jenis dan Luas Tanaman

Berdasarkan hasil survey kuesioner, jenis tanaman di lahan sawah yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai adalah padi sawah. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah. Tanaman padi sawah seperti padi rendengan, padi gogo rancah, padi pasang surut, lebak, padi rembesan, dan padi lainnya dengan menggunakan varietas unggul maupun lokal. Berdasarkan hasil survey lapangan, terdapat 40% dengan luas tanaman 1-25 rante dan 0-1 Ha, 15% dengan luas tanaman 1-2 Ha dan 5% dengan luas tanaman lebih dari 3 Ha.

Tabel 4.23 Luas Tanaman

No Luas Tanaman (Ha) Jumlah Presentase (%)

1 1-25 rante 120 40%

2 0-1 Ha 120 40%

3 1-2 Ha 45 15%

4 >3 Ha 15 5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Luas Tanaman

Gambar 4.1 Lahan Sawah

(27)

2) Luas dan Waktu Panen

Luas panen adalah luas tanam yang dipungut hasilnya setelah cukup umur (memasuki usia panen). Termasuk juga luas tanam yang hasilnya hanya dipungut sebagian saja (minimal 11 % dari keadaan normal)karena terserang penyakit/ jasad pengganggu atau gulma maupun bencana alam.

Berdasarkan hasil survey, petani yang memiliki luas panen 1-25 rante sebesar 35%, luas panen 0-1 Ha sebesar 40%, luas panen sebesar 1-2 Ha 15 %, luas panen lebih dari 3 Ha sebesar 0,5%.

Tabel 4.24 Luas Panen

No Luas Panen (Ha) Jumlah

(orang) Presentase (%) 1 1-25 rante 105 35% 2 0-1 Ha 120 40% 3 1-2 Ha 45 15% 4 >3 Ha 1 0,5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Luas Panen

Adapun waktu panen berdasarkan kuesioner terhadap responden, 3% responden dengan waktu panen pada bulan ke-2, 1,5 % responden dengan waktu panen pada bulan ke-3 dan bulan ke-10, 2 % dengan waktu panen pada bulan ke-9, serta 83% dengan waktu panen pada bulan ke-8. Waktu panen tersebut bergantung pada cuaca.

(28)

Tabel 4.25 Waktu Panen

No Waktu Panen Jumlah

(orang) Presentase (%) 1 Bulan Ke-2 9 3% 2 Bulan Ke-3 5 1,5% 3 Bulan Ke-8 249 83% 4 Bulan Ke-9 6 2% 5 Bulan Ke-10 5 1,5%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Presentase Waktu Panen

3) Frekuensi Tanaman dan Produksi

Frekuensi tanaman di lahan sawah yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil kuesioner seluruh responden adalah 2 (dua) kali per tahun.

Dari hasil kuesioner dapat dilihat bahwa produksi panen berkisar antara 1-20 ton/Ha, dimana terdiri dari 28% kurang dari 1 ton/Ha, 32% sebanyak 1-4 ton/Ha, 20% sebanyak 5-9 ton/Ha, 17% sebanyak 10-14 ton/Ha, 2% sebanyak 15-20 ton/Ha, dan 1% sebanyak lebih dari 20 ton/Ha.

Tabel 4.26 Produksi Tanaman

No Produksi Tanaman (Ton/Ha) Presentase (%)

1 < 1 ton/Ha 28%

2 1-4 ton/Ha 32%

3 5-9 ton/Ha 20%

(29)

Diagram Presentase Waktu Panen

4) Gabah

Berdasarkan kuesioner dari 300 responden, ada 6,5% menyatakan bahwa harga gabah tidak stabil di Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan lainnya menyatakan stabil. Kestabilan harga gabah ini juga dapat mempengaruhi petani untuk tidak beralih fungsui ke sektor lain seperti yang terjadi di Kecamatan Perbaungan. Para petani merasa kecewa dengan fluktuasi harga gabah sehingga mereka sebagian beralih ke usaha batu bata dengan memanfaatkan tanah dari sawah mereka sebagai bahan baku pembuatan batu bata.

C. Lahan Sawah

Umumnya lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil survey termasuk dalam lahan sawah irigasi. Lahan sawah irigasi yang adapun terbagi dalam beberapa jenis antara lain sebagai berikut :

1) Lahan Sawah Irigasi Teknis, merupakan lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Adapun Kecamatan yang memiliki lahan irigasi teknis yaitu Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Pegajahan, dan Kecamatan Perbaungan. 2) Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis, merupakan lahan sawah yang memperoleh

pengairan irigasi setengah teknis, tetapi dalam hal ini Dinas Pengairan/Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah. Lahan irigasi setengah teknis terdapat di seluruh

(30)

kecamatan kecuali kecamatan Sipispis, Dolok Merawan, Bandar Khalipah dan Tanjung Beringin.

3) Lahan Sawah Irigasi Sederhana, merupakan lahan sawah yang memperoleh pengairan dan irigasi sedangkan untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungan). Lahan irigasi sederhana yang terluas berada di Kecamatan Sei Bamban, Pantai Cermin, Dolok Masihul, Tebing Tinggi dan Perbaungan. Kecamatan yang tidak memiliki lahan irigasi sederhana adalah kecamatan Bintang Bayu, Serba Jadi dan Sei Rampah.

Selain lahan irigasi teknis di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil kuesioner juga menggunakan lahan irigasi non teknis, yaitu tadah hujan. Lahan tadah hujan adalah lahan sawah yang sistem pengairannya tergantung pada curah hujan. Kecamatan yang memiliki lahan tadah hujan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kecamatan Bandar Khalipah, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Pantai Cermin, Sei Rampah, Bintang Bayu, Kotarih, Silinda.

D. Penggunaan Pupuk dan Penyuluhan Pertanian 1) Sistem Pemberian Pupuk

Berdasarkan hasil kuesioner dari 300 responden diketahui bahwa seluruh responden menyatakan bahwa sistem pemberian pupuk dilakukan dalam selang waktu 2 bulan sekali. Hal tersebut dilakukan dengan alasan sebagai berikut:

a) Agar padi yang dihasilkan jauh lebih baik (68%) b) Agar panen yang didapat meningkat (26%)

c) Agar tanaman lebih subur dan pertumbuhan tanaman jauh lebih baik (6%)

2) Ketersediaan Pupuk

Berdasarkan hasil kuesioner dari 300 responden diketahui bahwa seluruh responden menyatakan bahwa ketersediaan pupuk di Kabupaten Serdang Bedagai bersifat fluktuatif dan berasal dari subsidi pemerintah

(31)

3) Kelompok Tani

Di Kabupaten Serdang Bedagai telah cukup banyak kelompok tani yang tersebar di setiap desa. Hal tersebut terlihat dari survey kuesioner terhadap 300 petani, dimana 88% responden menyatakan mengikuti kelompok tani, dan hanya 12% yang tidak mengikuti kelompok tani.

Tabel 4.27

Keberadaan Kelompok Tani

No Keterangan Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Ya 264 88% 2 Tidak 36 12% 3 Lainnya 0 0%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Kelompok Tani

Alasan responden tersebut mengikuti kelompok tani antara lain agar mudah mendapatkan informasi (27%), mudah untuk mendapatkan pupuk (16%), agar komunikasi antar petani dapat berjalan lancar (11%), agar penyuluhan pupuk yang dilakukan lebih efisien (26%), dan agar petani mudah mendapatkan subsidi dari pemerintah (20%).

Gambar 4.2 Kelompok Tani

(32)

Adapun alasan responden tidak mengikuti kelompok tani dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

a) Pemimpin di kelompok tani tersebut kurang tegas,

b) menurut para responden yang tidak mengikuti, kelompok tani tersebut tidak berlaku bagi petani

c) adanya kesimpangsiuran di dalam kelompok tani d) kurangnya perhatian yang diperoleh dari kelompok tani.

Diagram Alasan Mengikuti Kelompok Tani

4) Bimbingan dan Penyuluhan dari Dinas Terkait

Berdasarkan hasil survey kuesioner terhadap 300 petani, dimana 56% responden menyatakan mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari dinas terkait, dan hanya 44% yang tidak mengikuti bimbingan. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak juga petani yang tidak mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari dinas terkait. Alasan petani tidak mengikuti bimbingan dan penyuluhan tersebut antara lain karena dinas terkait tidak pernah ke lapangan dan kurang memberikan perhatian terhadap petani, serta responden menganggap bimbingan dan penyuluhan tersebut tidak berguna bagi mereka.

Adapun alasan responden mengikuti bimbingan dan penyuluhan antara lain karena dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut petani akan mendapat informasi lebih banyak dan menambah ilmu petani yang akan membantu untuk meningkatkan kualitas hasil panen padi.

Tabel 4.28

Bimbingan dan Penyuluhan dari Dinas Terkait

(33)

Diagram Alasan Mengikuti Kelompok Tani

E. Alat Pertanian

Berdasarkan hasil kuesioner seluruh responden menggunakan teknologi alat pertanian. Hal tersebut mereka lakukan dengan alasan agar dengan memakai teknologi alat pertanian tanah akan membantu penyuburan tanah, membantu pengolahan tanah lebih, membantu bercocok tanam dan membantu meningkatkan kinerja petani. Selain itu untuk mengikuti kemajuan zaman dan teknik pemakaiannya yang mudah juga menjadi alasan responden menggunakan teknologi alat pertanian.

F. Gangguan Tanaman

Dalam penanganan gangguan tanaman berdasarkan hasil survey seluruh responden menyatakan dengan menggunakan racun hama.

G. Alih Fungsi Lahan

1) Pengetahuan dan Tanggapan Terhadap Alih Fungsi Lahan

Seluruh responden berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan memiliki pengetahuan terhadap alih fungsi lahan. Adapun tanggapan responden terhadap alih fungsi lahan antara lain sebagai berikut :

a) Responden menganggap alih fungsi lahan tidak baik (35%) b) Adanya alih fungsi lahan dapat merugikan petani lainnya (8%) c) Dapat mengganggu tanaman lainnya (18%)

d) Adanya alih fungsi lahan mengakibatkan hasil panen berkurang (23%) e) Alih fungsi lahan dapat mengundang hama (7%)

(34)

Diagram Tanggapan Terhadap Alih Fungsi Lahan

2) Alasan Petani mengalih fungsi lahan

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden di Kabupaten Serdang Bedagai, alasan petani mengalih fungsi lahan antara lain sebagai berikut :

a) Karena masalah harga gabah yang relative mahal (6%) b) Karena adanya masalah dalam irigasi (42%)

c) Kurangnya debit air pada daerah responden (52%). Diagram Alasan Mengalih Fungsi Lahan

H. Alasan Petani Masih Bercocok Tanaman Padi

Berdasarkan hasil survey, alasan responden masih bercocok tanam padi antara lain dikarenakan bercocok tanam menguntungkan bagi mereka (33%), bercocok tanam padi satu-satunya mata pencaharian mereka (27%), bercocok tanam padi merupakan pekerjaan turun temurun keluarga (7%), dan dikarenakan adanya kebutuhan ekonomi (33%).

(35)

Diagram Alasan Masih Bercocok Tanam Padi

I. Insentif dan Diinsentif Lahan Pertanian

1) Pengetahuan mengenai Insentif dan Diinsentif

Berdasarkan hasil survey, terdapat 98% responden memiliki pengetahuan mengenai insentif dan diinsentif, dan 2% yang tidak memiliki pengetahuan tersebut.

Tabel 4.29

Pengetahuan Tentang Insentif dan Diinsentif

No Keterangan Presentase (%)

1 Ya 98%

2 Tidak 2%

3 Lainnya 0%

Sumber : Data primer yang diolah 2012

Diagram Pengetahuan Mengenai Insentif dan Diinsentif

2) Keuntungan Penerapan Insentif dan Diinsentif Lahan Pertanian

Dalam penerapan insentif dan diinsentif lahan pertanian terdapat beberapa keuntungan. Berdasarkan hasil survey, keuntungan yang diperoleh tersebut menurut responden antara lain

(36)

b) Dengan penerapan insentif dan diinsentif tersebut petani memperoleh banyak keuntungan (30%)

c) Dapat membimbing petani menjadi lebih baik (19%)

d) Memberikan informasi kepada petani sehingga pengetahuan petani meningkat (21%)

Diagram Keuntungan Insentif dan Diinsentif Lahan Pertanian

3) Insentif yang diinginkan

Agar tidak mengalihfungsikan lahan, petani-petani akan mendapatkan insentif. Adapun insentif yang diinginkan responden agar lahan milik mereka tidak dialihfungsikan antara lain sebagai berikut:

a) Harga gabah ditingkatkan (8%)

b) Irigasi lahan mereka dilancarkan (48%) c) Dibangunnya saluran air (38%)

d) Dibangunnya normalisasi (4%)

e) Adanya perhatian Pemerintah dan Bantuan Pupuk (2%)

(37)

4.8 Analisa Pendistribusian Pemanfaatan Lahan Pertanian Di Kabupaten Serdang Badagai Berdasarkan hasil penilaian terhadap kesesuailan lahan pertanian yang telah dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2007, menghasilkan informasi tentang kesesuaian lahan pertanian di seluruh kecamatan yang ada seperti yang terlihat di Tabel 4.30 berikut ini :

Tabel 4.30

Kesesuaian Lahan Kabupaten Serdang Badagai

No Peta Satuan Lahan (SPT) Kecamatan Jenis kesesuaian Kendala Kesesuaian untuk tanaman padi

1 BGI (Bukitting) Kecamatan Dolok Merawan dan Sei Rampah

S2-tc, wa, rc, eh perakaran (rc), curah hujan yang terlalu besar (wa), suhu yang optimal (tc), serta bahaya erosi (eh)

cukup sesuai dengan perlakuan tindakan konservasi berupa

terassering dan penambahan bahan organic untuk mengurangi pengaruh buruk tekstur agak kasar

2 BKN (Bakunan) Kecamatan Dolok Masihul dan Sei Rampah

S2-tc Ketersediaan air dan temprature

cukup sesuai dengan factor pembatas suhu udara dan tidak dapat ditingkatkan karena factor alamiah 3 BTG (Batuapaung) Kecamatan Kotarih dan

Silinda

N-eh kemiringan lereng 26-40%. kesesuaian lahannya tidak baik untuk berbagai penggunaan disebabkan keterbatasan bahaya erosi (eh)

4 KHY (Kahayan) Kecamatan Perbaungan, Sei Bamban, Tebing Tinggi, Pantai Cermin, dan Tanjung Beringin

S1 - kesesuain baik karena

kemiringan lereng <2% serta kondisi tanah baik. Kesesuain pada SPT ini baik untuk segala penggunaan 5 KJP (Kajapah) Kecamatan Pantai

Cermin

S2-tc, oa, rc, nr tempratur (tc), curah hujan berlebih (wa), ketersediaan oksigen (oa) yang disebabkan buruknya drainase, kondisi perakaran (rc) yang disebabkan kedalaman efektif yang dangkal serta retensi hara (nr) .

penambahan bahan organic dan suplai unsur hara yang seimbang untuk kebituhan tumbuh padi

6 PKS (Pakasi) Kecamatan Dolok Masihul, Sipispis, Tebing Syahbandar, Sei Rampah, Tebing Tinggi, Penggajahan, Serbajadi, dan Bintang Bayu

S3 kemiringan lereng 15-29% melakukan tindakan konservasi dengan cara membuat sistem terasering dan penataan pola dan sistem tanaman 7 PTG (Putting) Kecamatan Teluk

Mengkudu, Tanjung Beringin dan Pantai Cermin

S2-Tc, oa, rc, nr pembatas suhu, kelebihan curah hujan, perakaran, ketersediaan oksigen, dan retensi hara

tindakan penanganan adalah menambah bahan organic dan unsur hara.

8 TGM (Tanggamus) Kecamatan Sipispis (N-eh) kemiringan lereng 41-60% Tidak sesuai untuk tanaman padi, dan sesuai untuk tanaman tahunan. 9 UBD (Ulubandar) Kecamatan Kotarih (N-eh) kemiringan lereng 41-60% Tidak sesuai untuk tanaman

padi, dan sesuai untuk tanaman tahunan. Sumber : Hasil Analisa Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2007

(38)

Berdasarkan hasil analisa tersebut menyatakan bahwa Kecamatan yang berada di sebelah Selatan Kabupaten Serdang Bedagai cenderung memiliki kesesuaian lahan untuk kegiatan non pertanian padi sawah. Hal ini disebabkan faktor penghambat yang cukup besar yaitu kemiringan lereng di atas 40%, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai lahan konservasi. Kecamatan tersebut antara lain adalah Kecamatan Sipispis, Kecamatan Kotarih, dan Kecamatan Silinda, selain kecamatan tersebut masih dapat dikembangkan lahan pertanian padi sawah, namun di beberapa kecamatan harus melakukan perlakuan khusus untuk mengembangkan pertanian padi sawah karena ada beberapa faKtor penghambat (dapat dilihat pada Tabel 4.30).

4.9 Analisa Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Alih Fungsi Lahan

a. Faktor Pendukung

Seluruh responden berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan memiliki pengetahuan terhadap alih fungsi lahan. Adapun tanggapan responden terhadap alih fungsi lahan antara lain sebagai berikut :

 Responden menganggap alih fungsi lahan tidak baik (35%)

 Adanya alih fungsi lahan dapat merugikan petani lainnya (8%)

 Dapat mengganggu tanaman lainnya (18%)

 Adanya alih fungsi lahan mengakibatkan hasil panen berkurang (23%)

 Alih fungsi lahan dapat mengundang hama (7%)

 Adanya alih fungsi lahan dapat menghambat pertumbuhan tanaman (9%) Diagram Tanggapan Terhadap Alih Fungsi Lahan

(39)

Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden di Kabupaten Serdang Bedagai, alasan petani mengalih fungsi lahan antara lain sebagai berikut :

 Karena masalah harga gabah yang relative mahal (6%)

 Karena adanya masalah dalam irigasi (42%)

 Kurangnya debit air pada daerah responden (52%).

Diagram Alasan Mengalih Fungsi Lahan

Dengan demikian :dapat disimpulkan bahwa penyebab/faktor yang memicu alih fungsi lahan di Kabupaten Serdang Bedagai secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengairan (irigasi) yang belum merata ke seluruh lahan pertanian masyarakat, sehingga menghambat proses penanaman dan produksi pertanian; 2. Fluktuasi harga gabah yang menyebabkan masyarakat petani kurang

diuntungkan, sehingga lebih memilih komoditi lain diluar pertanian padi sawah untuk mencukupi kebutuhan perekonomian keluarga;

3. Harga pupuk yang relative mahal, sedangkan subsidi pupuk dari pemerintah tidak bias diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para petani.

Dari ketiga faktor tersebut, masyarakat petani di Kabupaten Serdang Bedagai

b. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung, terdapat juga faktor penghambat masyarakat untuk tidak mengalih fungsikan lahan pertanian padi sawahnya ke usaha lainnya yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil survey, alasan responden masih bercocok tanam padi antara lain dikarenakan bercocok tanam menguntungkan bagi mereka (33%), bercocok tanam padi satu-satunya mata pencaharian mereka (27%), bercocok tanam padi merupakan pekerjaan turun temurun keluarga (7%), dan dikarenakan adanya kebutuhan ekonomi (33%).

(40)

Diagram Alasan Masih Bercocok Tanam Padi

2. Para petani sudah menggunakan teknologi alat pertanian yang modern, sehingga dalam proses penanaman, dan produksi menjadi semakin efektif dan efisien. Hal ini berdampak terhadap penghasilan yang diperoleh para petani;

3. Berdasarkan hasil survey kuesioner terhadap 300 petani, dimana 56% responden menyatakan mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari dinas terkait, dan hanya 44% yang tidak mengikuti bimbingan. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak juga petani yang tidak mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari dinas terkait. Alasan petani tidak mengikuti bimbingan dan penyuluhan tersebut antara lain karena dinas terkait tidak pernah ke lapangan dan kurang memberikan perhatian terhadap petani, serta responden menganggap bimbingan dan penyuluhan tersebut tidak berguna bagi mereka.

Adapun alasan responden mengikuti bimbingan dan penyuluhan antara lain karena dengan adanya bimbingan dan penyuluhan tersebut petani akan mendapat informasi lebih banyak dan menambah ilmu petani yang akan membantu untuk meningkatkan kualitas hasil panen padi.

Tabel 4.28

Bimbingan dan Penyuluhan dari Dinas Terkait

No Keterangan Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Ya 168 56% 2 Tidak 132 44% 3 Lainnya 0 0%

(41)

Diagram Alasan Mengikuti Kelompok Tani

4.10 Arah Pergeseran Fungsi Lahan Ke Non Pertanian

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan bahwa arah pergeseran alih fungsi lahan pertanian padi sawah adalah sebagai berikut :

1. Pergeseran ke permukiman seperti di Kecamatan Dolok Masihul dan Perbaungan; 2. Pergeseran dari lahan pertanian padi sawah ke pabrik pembuatan batu bata di

Kecamatan Perbaungan dan Penggajahan;

3. Pergeseran dari Lahan pertnian padi sawah ke ubi kayu terdapat di Kecamatan Dolok Masihul;

4. Pergeseran dari lahan pertanian padi sawah ke lahan non pertanian seperti kebun sawit terdapat di Kecamatan Sebelah Selatan Kabupaten Serdang Badagai

Gambar

Diagram Presentase Jumlah Anggota Keluarga
Diagram Presentase Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Bertani
Diagram Presentase Status Lahan
Tabel 4.15  Luas Panen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulilahirobbil ‘Alamin, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta atas segala rakmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis

Karena telaga ini merupakan jenis coastal aquifer yang terletak dekat dengan laut dan berbasis tanah kapur, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik

“ Pemodelan dan Simulasi Sistem Pengereman Hodrolik Jenis Lock Brake System (LBS) pada.. kendaraan GEA Pick Up dengan variasi komponen pengereman

Aplikasi yang dimiliki oleh Kantor Dinas Sosial Kota Salatiga masih. menginput data pegawai secara manual menggunakan Microsoft

Beberapa alasan mengapa penulis memilih GPIB “Penabur” Surakarta yaitu karena penulis merupakan warga jemaat dari gereja tersebut, karena penulis melihat fenomena-fenomena dalam

Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP. YANG MENGGUNAKAN BAHAN

Resital yang telah penulis lakukan diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa instrumen mayor cello dan piano sebagai bahan pembelajaran dan menambah wawasan terhadap

Kesimpulan: Foley-oksitosin dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu pada primigravida (p=0.009), multigravida (p=0.001), dan