• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 039

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis

Sidoarjo

Dyan Agustin(1), Wiwik Dwi S(1)

agustin.dy an@y ahoo.co.id

(1)Lab Kaw asan dan Bangunan A rsitektur, Program Studi A rsitektur, F akultas A rsitektur dan Desain, U PN "Veteran" Jaw a Timur.

Abstrak

Kabupaten Sidoarjo adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan kota Surabaya dan dikenal sebagai penyangga utama Kota Surabaya. Banyak peninggalan baik berupa gedung-gedung kuno, jalan, maupun kampung kuno yang merupakan peninggalan dari masa kerajaan Jenggala. Salah satu kampung yang merupakan kawasan asli kota Sidoarjo adalah Kampoeng Batik Jetis. Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa di Kampoeng Batik Jetis terdapat beberapa rumah tradisional yang mempunyai nilai historis tinggi dan perlu untuk dilestarikan. Terdapat beberapa elemen arsitektur dan ornamen yang indah yang terlihat dari facade yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain akulturasi budaya Jawa, Kolonial Belanda serta dari ciri khas motif batik Jetis sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis facade pada bangunan rumah tradisional di kampoeng batik Jetis Sidoarjo. Penelitian mengenai kajian facade di rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis ini menggunakan metode kualitatif. Metode analisis menggunakan analisis secara deskriptif, historis dan analogi. Secara deskriptif dengan penjelasan mengenai karakteristik elemen arsitektural dan ornamen pada facade, pendekatan historis digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi facade rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis dengan mencari keterkaitannya dengan sejarah, pendekatan analogi untuk mengetahui apakah terdapat kaitan antara ornamen pada facade dengan motif khas batik Jetis. Penentuan kasus bangunan yang dijadikan sebagai objek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara, data sekunder diperoleh melalui instansi terkait. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: bentuk facade pada bangunan rumah tradisional di Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo merupakan akulturasi budaya Jawa dan arsitektur Kolonial Belanda. Bentuk ornamen yang digunakan beberapa menggunakan analogi dari motif batik Jetis.

Kata kunci : batik jetis, facade, rumah tradisional

Pendahuluan

Sidoarjo merupakan sebuah daerah di Jawa Timur yang memiliki ciri khas seperti kota kota lainnya di Indonesia. Salah satu ciri khas tersebut adalah keberadaan Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo yang memiliki warisan budaya membatik. Di dalam Kampung Jetis tersebar rumah para perajin batik yang merupakan salah satu sentra batik terbesar di Sidoarjo. Batik Jetis Sidoarjo sudah dikenal sejak tahun 1675 dan merupakan salah satu batik kuno di Sidoarjo. Penciptaan seni membatik di Sidoarjo bermula oleh salah satu pendatang yang bernama Mulyadi dan merupakan salah satu keturunan raja Kediri yang dikejar penjajah Belanda . Seiring dengan perkembangan penduduk, serta kian ramainya perdagangan di pasar Jetis kawasan ini banyak didatangi para pedagang luar daerah, terutama pedagang asal Madura karena pedagang Madura ini sangat menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Sebagai kawasan paling tua di kota Sidoarjo, hunian yang ada pada Kampung Jetis sebagian besar

(2)

merupakan bangunan dengan langgam tahun 1800–an. Hunian yang terdapat pada Kampung Jetis ini sudah banyak yang berubah dari langgam kolonial sebagai langgam aslinya, namun mayoritas masih mempertahankan langgam ini. Bangunan dengan langgam kolonial dibangun oleh orang – orang pribumi yang menjadi juragan batik kala itu. Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa di Kampoeng Batik Jetis masih terdapat beberapa rumah tradisional yang mempunyai nilai historis tinggi dan perlu untuk dilestarikan.

Motif Batik Jetis

Motif batik sudah berkembang sejak 1980. Warna dasar pada tahun 1675 masih menggunakan warna gelap yaitu coklat soga, sedangkan dalam perkembangannya karena kebanyakan konsumennya adalah masyarakat Madura yang menyukai warna terang dan cerah seperti merah, biru, hitam, maka pengrajin batik Sidoarjo pun mengikuti permintaan tersebut. Motif yang ada pada tahun 1980an adalah Motif Beras Utah, Kembang Tebu, Kembang Bayem, dan Sekardangan. Motif beras utah disajikan dengan serasi antara objek flora yang telah didestilasi dengan isen -isen beras utah. Hal ini menunjukkan bahwa Sidoarjo adalah penghasil beras dan tebu terbesar pada saat itu.

Motif yang paling populer pada tahun 1990an adalah motif Sekar Jagad yang mempunyai warna yang indah dan makna mengandung makna filosafis kecantikan dan keindahan. Pola sekar jagad ini mengandung serangkaian ajaran yang diharapkan dapat membawa keselarasan dan keserasian di seluruh alam semesta (Siswomihardjo 2011:29). Pada tahun 2000an banyak bermunculan motif baru yang bertemakan fauna seperti Motif Kupu-kupu, Capung, Bola, Kipas.

Facade

Menurut Rob Krier (1983: 61-66) menyebutkan bahwa facade merupakan elemen paling utama untuk mengkomunikasikan fungsi dan signifikasi sebuah bangunan. Facade berarti penampilan atau tampak bangunan yang dipahami sebagai wajah bangunan yang menghadap jalan dan berhubungan dengan umum. Komposisi fasade terdiri dari komponen atap, pintu dan jendela, ventilasi, sunscreen, lijstplang, ornamen dan detail bangunan lainnya. Krier menjelaskan bahwa facade menggambarkan

(3)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 041 Elemen Arsitektur Kolonial Belanda

Gaya bangunan kolonial Belanda dapat terlihat dari denah dan fasadenya yang simetris, kolom bangunan yang berbentuk Tuscan, bentuk bangunan, atap, jendela dan pintu yang monumental dan dinding berwarna putih dengan tekstur halus (Sukarno et al.2014). Jenis pintu dan jendela yang digunakan pada fasade bangunan adalah pintu dan jendela yang rangkap dua dengan empat buah daun jendela dengan bentuk kotak. Pada jendela rangkap terdapat tralis pada bagian dalamnya dan daun jendela dibuka kearah keluar (Hersanti, et al. 2007).

Dari uraian diatas terlihat keberadaan bangunan bangunan tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo mempunyai kekhasan yang seharusnya dipertahankan pada bangunan-bangunan baru dalam perencanaan kedepannya. Oleh karena itu perlu usaha untuk menganalisa karakteristik hunian yang terdapat pada Kampung Jetis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis facade pada bangunan rumah tradisional di kampoeng batik Jetis Sidoarjo. Dari penelitian ini diharapkan akan diketahui ciri ciri elemen facade yaitu atap, dinding, pintu, jendela, lijstplang ventilasi, dan ornamen bangunan. Ciri ciri inilah yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi penyusunan arahan rancangan oleh Pemerintah Sidoarjo dalam rangka melestarikan kawasan Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo.

Metode

Penelitian mengenai kajian facade di rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis ini menggunakan metode kualitatif. Metode analisis menggunakan analisis secara deskriptif, historis dan analogi. Secara deskriptif dengan penjelasan mengenai karakteristik facade pada masing-masing kasus rumah, pendekatan historis digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi facade rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis dengan mencari keterkaitannya dengan sejarah, pendekatan analogi untuk mengetahui apakah terdapat kaitan antara ornamen pada facade dengan motif khas batik Jetis. Penentuan kasus bangunan yang dijadikan sebagai objek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara, data sekunder diperoleh melalui instansi terkait.

Analisis dan Interpretasi

Elemen facade rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis meliputi atap, dinding, pintu, jendela, lijstplang,ventilasi, dan ornamen bangunan. Berikut merupakan hasil dan pembahasan mengenai facade rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis :

Atap

Aspek bentuk bangunan tradisional Jawa yang teridentifikasi di kawasan Kampoeng Batik Jetis terdiri dari atap limasan dan kampung. Rumah kampungmenjadi tempat tinggal kalangan biasa, memiliki struktur atap yang paling sederhana. Atap puncak rumah kampungbersandar pada empat tiang tengah dan ditunjang oleh dua lapis tiang pengikat. Bubungan atap didukung penyangga dengan

sumbu utara-selatan yang khas. Limasanyangmerupakan rumah keluarga Jawa yang berkedudukan

lebih tinggi memiliki struktur atap yang lebih rumit daripada rumah kampung. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan di kawasan kampoeng batik Jetis bercirikan arsitektur tradisional Jawa terutama Jawa Timur dengan atap kampung (gambar 2 ).

(4)

Dinding , Pintu dan Jendela

Elemen dinding rumah terbuat dari dinding batu bata. Elemen pintu yang menjadi satu dengan dinding memiliki dua daun berbentuk persegi panjang dan ventilasi pada bagian atas pintu ( pintu kupu tarung, pengaruh Jawa). Ukuran pintu ini cukup besar dan dibuka keluar. Ornamen dan warna yang digunakan pada pintu ini menggunakan warna-warna mencolok sesuai dengan warna pada kain batik jetis. Elemen jendela terletak pada bagian kanan dan kiri pintu dan terlihat simetris (gambar 3).

Gambar 2. Bentuk atap rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis didominasi oleh atap Kampung dan Limasan

(5)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 043 Ornamen

Ornamen yang melengkapi bagian facade bangunan dari bahan besi misalnya untuk pagar serambi, penyangga atap emper bagian depan dan belakang (kerbil) dll.

Lantai

Elemen lantai rumah di kampoeng batik Jetis memiliki bentuk geometri persegi. Bagian depan rumah berbentuk simetri dengan ruang penerima di bagian depan. Sedangkan bagian samping rumah digunakan kegiatan membatik dimana pada awalnya merupakan teras samping rumah. Untuk kegiatan menjemur kain batik dilakukan di teras depan rumah. Material penutup lantai yang digunakan yaitu material tegel bermotif ukuran 20x20 cm.

Tabel 1. Analogi penyangga atap dengan motif batik Jetis

Ornamen Visual Motif Batik Makna

Motif Kebun Tebu ini terkait dengan Sidoarjo yang dulunya dikenal sebagai penghasil gula terbesar..

Mencerminkan motif ekor merak, mengandung makna mencintai keindahan ciptaan yang maha kuasa.

Gambar 4. Denah dan Motif lantai pada teras rumah

(6)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: bentuk facade pada bangunan rumah tradisional di Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo merupakan akulturasi arsitektur Jawa dan arsitektur Kolonial Belanda. Hal ini ditandai dengan kehadiran elemen pintu dan Jendela yang simetris serta bentuk atap yang sebagian besar mengadopsi atap Jawa. Bentuk ornamen yang digunakan beberapa menggunakan analogi dari motif batik Jetis misalnya saja ornamen pada penyangga atap yang terbuat dari besi dengan bentuk seperti motif batik kembang tebu.

Daftar Pustaka

Amig, B. (2006) Jejak Sidoarjo. Ikatan Alumni Pamong Praja Sidoarjo.

Siswomihardjo, O.-Prawirohardjo (2011). Pola Batik Klasik: Pesan Tersembunyi yang Terlupakan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Krier, R. (1983). Elements of Architecture,Architecture Design AD Publications Ltd,London.

Sukarno, P.G. Antariksa. & Suryasari, N. (2014). Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun. Jurnal Arsitektur NALARs. 13 (2):99-112.

Hersanti, N. J. Pangarsa, G. W. & Antariksa. (2007). Tipologi Rancangan Pintu dan Jendela Rumah Kolonial Belanda di Kayutangan Malang. Arsitektur e-Journal 2 (1): 1-20.

Satrio, A. ( 2006) Pelestarian Kawasan Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol 34.No.2. Desember 2006, hal 93-104.

Ismunandar, K. (1986) Joglo, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Yogyakarta.

Indriani, H.(2005). Tipologi, Organisasi Ruang, dan Elemen Interior Rumah Abu Han di Surabaya. Jurnal Dimensi Interior Vol 3.No.1, Juni 2005. hal 44-64

Bunga. Antariksa. & Noviani. (2011) Tipologi Fasade Bangunan Kolonial Di Koridor Jalan Letnan Jenderal Soeprapto Kota Semarang. Jurnal arsitektur e-Journal Vol 4 No.3, November 2011. hal 143

Keling, G. (2016) Tipologi Bangunan Kolonial Belanda di Singaraja. Forum Arkeologi Vol 29 No.2, Agustus 2016. hal 65-80

Wulan. Indyah. & Satya. (2015) Studi Golden Section Pada Fasade Bangunan Di Kawasan Kayutangan, Malang. Jurnal RUAS Vol 13 no 1 , Juni 2015. hal 66-74

Wardi. Antariksa. & Noviani. (2016) Geometri Ornamen Pada Fasad Rumah Tinggal Betawi Pinggir ( Studi Kasus : Bale Kambang Condet). Jurnal Mahasiswa Arsitektur UB Vol 4.No.4 2016

Gambar

Gambar 1. motif beras utah; motif kembang tebu; motif sekar jagad; motif kipas
Gambar 2. Bentuk atap rumah tradisional Kampoeng Batik Jetis didominasi  oleh atap Kampung dan Limasan
Tabel 1. Analogi penyangga atap dengan motif batik Jetis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah penetapan baseline Malaysia di bagian utara Selat Malaka dengan menghubungkan Pulau Perak dan Pulau Jarak sebagai titik-titik pangkal tidak

Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara dengan pola kepemilikan terkonsentrasi pada pihak keluarga sebagai pengendali

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko kredit di antara bank syariah dengan metode pengukuran ZSCORE; 2) Mengetahui apakah

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

audit guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual, namun jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material. terhadap

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun