• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI RASIO MOL MINYAK : METANOL DAN BERAT KATALIS PADA TRANSESTERIFIKASI CPO UNTUK SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS H2SO4 (1M)/CaO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI RASIO MOL MINYAK : METANOL DAN BERAT KATALIS PADA TRANSESTERIFIKASI CPO UNTUK SINTESIS BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS H2SO4 (1M)/CaO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI RASIO MOL MINYAK : METANOL DAN BERAT KATALIS PADA TRANSESTERIFIKASI CPO UNTUK SINTESIS BIODIESEL

MENGGUNAKAN KATALIS H2SO4 (1M)/CaO Ahmad Rofik1, Nurhayati2*

1Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2Dosen Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia * nurhayati@lecturer.unri.ac.id

ABSTRACT

Biodiesel is a conventionally produced alternative fuel through the transesterification of triglycerides or oils with short chain alcohols and catalysts. In this study, biodiesel was synthesized through the transesterification of CPO (Crude Palm Oil) using CaO catalyst of blood cockle shell (Anadara granosa) calcined at 900oC for 10 hours which impregnated H2SO4 1M, with variations of oil mole:methanol (1: 6, 1:12 and 1:18) and

catalyst weight (1, 2, 3 and 4%). The maximum yield of biodiesel obtained was 77.6%, with optimum conditions (catalyst weight 3% and mole ratio of oil:methanol 1:12 using H2SO4(1M)/CaO catalyst). Maximum yield of biodiesel was characterized based on

biodiesel quality standards SNI 7182-2015 obtained water content 0.049%, density 888 kg/m3, viscosity 4.19 mm2/s, flash point 107ºC, carbon residue 23.06%, acid number 0.5 mg KOH/g, number of saponification 187.98 mg KOH/g, iodine number 53.19 g-I2/100

g and cetane number 63.38. It can be concluded that the characteristics of biodiesel have meet the quality requirements of SNI 7182-2015 except carbon residues.

Keywords : biodiesel, catalyst, transesterification ABSTRAK

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diproduksi secara konvensional melalui reaksi transesterifikasi trigliserida atau minyak dengan alkohol rantai pendek dan katalis. Pada penelitian ini biodiesel disintesis melalui reaksi transesterifikasi CPO (Crude Palm Oil)menggunakan katalis CaO dari cangkang kerang darah (Anadara granosa) kalsinasi 900oC selama 10 jam yang terimpregnasi H2SO4 1M, dengan kondisi variasi rasio mol

minyak:metanol (1:6, 1:12 dan 1:18) dan variasi berat katalis (1, 2, 3 dan 4%). Hasil maksimum biodiesel yang diperoleh sebesar 77,6%, dengan kondisi optimum (berat katalis 3% dan rasio mol minyak:metanol 1:12 menggunakan katalis H2SO4 (1M)/CaO).

Hasil maksimum biodiesel dikarakterisasi berdasarkan standar mutu biodiesel SNI 7182-2015 diperoleh kandungan air 0,049%, berat jenis 888 kg/m3, viskositas 4,19 mm2/s, titik

nyala 107ºC, residu karbon 23,06%, bilangan asam 0,5 mg KOH/g, bilangan penyabunan 187,98 mg KOH/g, bilangan iodium 53,19 g-I2/100 g dan angka setana 63,38. Dapat

disimpulkan karakteristik biodiesel sudah memenuhi syarat mutu SNI 7182-2015 kecuali residu karbon.

Kata kunci : biodiesel, katalis, transesterifikasi

(2)

PENDAHULUAN

Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan yang sangat baik karena memiliki emisi polusi pembakaran rendah dan biodegradabilitas tinggi. Biodiesel dapat diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis (Istadi, 2011). Pada umumnya preparasi biodiesel dilakukan melalui reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa cair (NaOH dan KOH) dan melalui proses esterifikasi dengan menggunakan katalis asam cair (H2SO4

dan H3PO4) (Fanny et.al., 2012).

Penggunaan katalis cair memiliki kekurangan yaitu akan terlarut sempurna dalam gliserol dan terlarut sebagian dalam biodiesel, sehingga memerlukan proses tambahan untuk memisahkan campuran tersebut, hal ini dinilai kurang efisien dalam suatu proses. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan katalis padat (heterogen) yang dapat membantu dalam reaksi transesterifikasi yang lebih ramah lingkungan, pemisahannya lebih mudah, dan dapat digunakan kembali. Katalis padat yang dapat digunakan untuk proses pembuatan biodiesel salah satunya ialah CaO. Katalis CaO yang dapat digunakan salah satunya berasal dari cangkang kerang darah (Anadara granosa).

Menurut Setiowati (2014) cangkang kerang darah (Anadara granosa) yang dikalsinasi pada temperatur 900°C selama 10 jam, mengandung CaO sebesar 99,09%. Dilihat dari kadar CaO yang cukup tinggi, maka serbuk cangkang kerang darah (Anadara granosa) berpotensi digunakan sebagai sumber katalis dalam sintesis biodisel. Menurut hasil sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi yang dilakukan Gapur (2015) menggunakan katalis CaO dari

cangkang kerang darah (Anadara granosa) dengan bahan baku CPO menghasilkan yield biodiesel 84,89%. Namun kemurnian biodiesel yang dihasilkan masih sangat rendah dikarenakan dua parameter viskositas dan residu karbon tidak memenuhi standar. Hal ini di karenakan CPO memiliki kandungan asam lemak bebas (>5%) (Adriani, 2017). Salah satu cara untuk menghilangkan FFA yaitu melakukan proses pra-esterifikasi, seperti yang dilakukan oleh Marwenny (2017) yang menghasilkan yield biodiesel sebesar 79,20%. Namun, proses pra-esterifikasi meningkatkan biaya operasi. Oleh sebab itu beberapa penelitian yang lain juga mengembangkan metode dengan memodifikasi katalis CaO menggunakan asam atau basa. Yuni (2017) menyisipkan logam K 3%, pada katalis CaO dari cangkang kerang darah dengan cara impregnasi, berbahan CPO dengan kandungan FFA yaitu 4,777%, menghasilkan perolehan biodiesel 74,7% dan memperoleh kemurnian metil ester optimum sebesar 86,23%.

Modifikasi katalis CaO yang didukung menggunakan katalis asam. Untuk mencegah terjadinya reaksi safonifikasi pada proses transesterifikasi, telah dilakukan oleh Istadi et.al.,(2015) dengan menggunakan katalis yaitu SO4-2-ZnO.

Pada reaksi transesterifikasi pada proses sintesis biodiesel didapatkan metil ester sebesar 80,19%. Dengan demikian terbukti adanya asam sulfonat pada katalis membuat kinerja katalis tersebut semakin baik, karena penggabungan sulfonat membuat adanya situs asam aktif pada permukaan katalis.

Berdasarkan penelitian tersebut peneliti memodifikasi katalis CaO yang terimpregnasi H2SO4, untuk mensintesis

biodiesel melalui reaksi transesterifikasi

(3)

CPO dengan variasi rasio mol minyak:metanol dan berat katalis.

METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumpang dan alu, ayakan 200 mesh (Rathest), oven (Gallenkemp), furnace (Nabertherm,series 400-1), labu leher tiga lengkap dengan kondensor, hotplate magnetic stirrer (RSH-IDR), pompa air, termometer alkohol, buret, viskometer Ostwald, piknometer 10 ml, desikator, neraca analitik (Mettler AE 200), alat penentu titik nyala (Koehler), dan peralatan gelas penelitian lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang diambil di PT. Wilmar Kota Dumai, cangkang kerang darah (Anadara granosa), metanol (Merck), isopropil alkohol, H2SO4 (Merck), indikator pp, potassium

hydrogen pthalate, etanol 96%, HCl (Merck), CCl4 (Merck), KI, Na2S2O3,

kertas saring biasa, kertas saring Whatman 42, akuades, dan cuka makan (asam asetat 2%).

b. Preparasi katalis

Cangkang kerang darah (Anadara granosa) berasal dari kota Rokan Hilir. Cangkang kerang darah (CKD) dibersihkan menggunakan air. Kemudian CKD direndam menggunakan cuka makan (asam asetat 2%) selama 3 jam. Setelah itu, cangkang kerang dicuci menggunakan akuades hingga bersih dan dikeringkan di dalam oven hingga 24 jam. Cangkang yang sudah kering ditumbuk menggunakan lumpang dan alu masih dalam keadaan kasar. Kemudian cangkang kerang itu dikalsinasi pada

suhu 900ºC selama 10 jam. Setelah proses kalsinasi selesai, cangkang kerang tersebut digerus dan diayak hingga lolos pada ayakan 200 mesh dan disimpan dalam desikator. Pembuatan katalis H2SO4/CaO menggunakan metode

impregnasi basah. Sampel CKD yang telah di kalsinasi (100 g) ditambahkan 500 ml larutan H2SO4 1 M, tetes demi

tetes menggunakan buret sambil diaduk menggunakan batang pengaduk, setelah 500 ml larutan H2SO4 tercampur semua

dengan CKD, campuran diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 6 jam. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama ±24 jam. Dan kemudian katalis di kalsinasi pada suhu 300oC selama ± 3 jam, sehingga mengasilkan katalis H2SO4 (1M)/CaO.

c. Preparasi minyak CPO

CPO yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari PT. Wilmar Nabati Indonesia, Dumai. CPO disimpan di dalam wadah (jerigen) dan didiamkan sampai terbentuk 2 fasa yaitu fasa padat dan fasa cair. CPO cair yang digunakan dipisahkan dengan kertas saring biasa dan dicuci menggunakan akuades hangat (suhu 50-60oC) dengan perbandingan berat yang sama. Kemudian untuk mengurangi kandungan air CPO setelah dicuci, CPO dipanaskan pada suhu 100 ± 5oC hingga tampak lebih jernih.

Minyak CPO sebelum digunakan untuk proses pembuatan biodiesel pada penelitian ini dikarakterisasi kandungan air, viskositas, berat jenis dan ALB yang bertujuan untuk melihat mutu dari CPO. Selain itu data hasil analisis karakteristik CPO dapat dijadikan perbandingan untuk menentukan kemampuan katalis CaO tanpa impregnasi dan terimpregnasi H2SO4 1 M dari cangkang kerang darah.

(4)

d. Sintesis biodiesel

Sebanyak 50 g CPO dipanaskan pada suhu 105 ± 5 oC dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit. Setelah dipanaskan, CPO kemudian didinginkan hingga mencapai suhu 50oC. Pada labu leher tiga, campuran 1,5 g katalis H2SO4

(1M)/CaO (sebelum digunakan, katalis dipanaskan di dalam oven suhu 105oC minimal 10 menit) dan 11,9107 g metanol (rasio mol minyak:metanol 1:6) direfluks selama 1 jam. CPO (suhu 50oC) ditambahkan ke dalam campuran katalis-metanol dan diaduk selama 3 jam dengan kecepatan pengadukan 500 rpm pada suhu 60oC. Setelah bereaksi, campuran dimasukkan ke dalam corong pisah dan dibiarkan semalam untuk memisahkan crude biodiesel dengan katalis serta gliserol yang terbentuk. Pengulangan dilakukan untuk katalis yang telah diimpregnasi H2SO4 dengan variasi rasio

mol minyak : metanol 1:6, 1:12, 1:18 dan variasi suhu berat katalis 1, 2, 3 dan 4%. e. Pencucian biodiesel

Crude biodiesel yang dihasilkan dicuci mengunakan air hangat suhu 50-60oC dengan perbandingan berat

biodiesel:air pencuci 1:1. Campuran kemudian dikocok selama ± 1 menit untuk melarutkan metanol dan sabun yang masih larut di dalam biodiesel. Kemudian campuran didiamkan selama lebih kurang 24 jam dan akan membentuk dua lapisan, lapisan atas yang berwarna terang adalah biodiesel, sedangkan lapisan bawah adalah emulsi yang merupakan sabun dan metanol yang bercampur dengan air. Biodiesel dipisahkan dari emulsi lalu setelah terpisah disaring mengunakan kertas saring Whatman 42 dan dipanaskan pada

suhu di atas titik didih air (105ºC) hingga gelembung air tidak terlihat lagi. Berat biodiesel setelah pemanasan ditimbang dan dapat dihitung persentase biodiesel yang dihasilkan. Selain itu, hasil optimum biodiesel dikarakterisasi berdasarkan standar mutu biodiesel SNI 7182-2015 yaitu meliputi kandungan air, berat jenis, viskositas, bilangan asam, titik nyala, residu karbon, bilangan penyabunan, bilangan iodium dan angka setana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil biodiesel dengan variasi rasio mol minyak:metanol dan berat katalis

a. Pengaruh variasi rasio mol minyak:metanol terhadap hasil biodiesel

Hasil sintesis biodiesel yang dilakukan melalui reaksi transesterifikasi dengan kondisi suhu reaksi 60ºC selama 3 jam, kecepatan pengadukan 500 rpm, berat katalis 3% dan variasi rasio mol minyak:metanol 1:6, 1:2 dan 1:18 menggunakan katalis H2SO4 (1M)/CaO

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh variasi rasio mol minyak:metanol terhadap yield biodiesel.

Dengan menggunakan metanol berlebih maka reaksi dapat digeser ke

50 55 60 65 70 01:03 01:09 01:14 01:20 Y ie ld bi odi es el ( % )

Rasio mol Minyak : Metanol 1:6 1:12 1:18

(5)

kanan (ke arah pembentukan produk) untuk menghasilkan konversi yang maksimum. Hal ini dikarenakan, jumlah metanol yang tinggi mendukung pembentukan spesi metoksi pada permukaan CaO, menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke arah produk (Buasri dkk., 2013).

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil optimum biodiesel diperoleh sebesar 66,02% dengan rasio mol minyak:metanol optimum 1:12. Namun setelah dilakukan penambahan rasio mol minyak : metanol 1:18 pada katalis yang digunakan yield biodiesel yang dihasilkan menurun. Hal ini disebabkan pemakaian metanol berlebihan akan menyebabkan meningkatnya pembentukan gliserol, sehungga gliserol akan larut dalam kelebihan metanol dan kemudian menghambat reaksi metanol pada reaktan dan katalis, sehingga menggangu pemisahan gliserol, yang pada akhirnya akan menurunkan konversi dengan mengeser kesetimbangan ke arah sebaliknya (Buasri dkk., 2013). Hasil ini berbeda dengan Sandra (2015) hasil optimum biodiesel justru diperoleh pada rasio mol minyak : metanol 1:6 dengan kondisi suhu reaksi 60ºC, berat katalis 3% dan waktu reaksi 3 jam, menghasilkan yield biodiesel sebesar 84,17%.

b. Pengaruh variasi berat katalis terhadap hasil biodiesel

Sintesis biodiesel juga dilakukan dengan pengaruh variasi berat katalis 1, 2, 3 dan 4% terhadap yield biodiesel dilakukan dengan rasio mol minyak:metanol 1:12 menggunakan katalis H2SO4 1M/CaO , suhu reaksi 60ºC

selama 3 jam dengan kecepatan pengadukan 500 rpm. Hasil sintesis biodiesel dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh berat katalis terhadap hasil sintesis biodiesel.

Berat katalis merupakan faktor penting dalam penentuan laju reaksi, yaitu dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga laju pembentukan biodiesel lebih cepat terbentuk. Hasil biodiesel maksimum pada penelitian ini menggunakan katalis H2SO4(1M)/CaO

dengan berat katalis 3% dengan rasio mol minyak:metanol 1:12 sebesar 77,6%. Hasil ini berbeda dengan Gapur (2015) hasil biodiesel optimum sebesar 84,89%, dengan rasio mol minyak:metanol 1:9 dengan berat katalis 4%.

Hasil yield biodiesel meningkat dengan meningkatnya jumlah katalis 1% ke 3% . Karena semakin banyaknya katalis yang digunakan jumlah molekul yang teraktifkan semakin banyak dan kecepatan reaksi meningkat. Namun setelah penambahan 4% katalis terjadi penurunan hasil biodiesel. Hal ini disebabkan oleh reaksi berlebih dari katalis dengan trigliserida yang membentuk sabun dan produk samping berupa gliserol (Aziz, 2011).

2. Hasil karakterisasi biodiesel Karakterisasi biodiesel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil perbandingan karakter biodiesel dengan standar mutu biodiesel SNI 7182-2015. 0 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 Y ie ld B io d ie se l ( % ) Berat Katalis (%) 5

(6)

Tabel 2. Hasil perbandingan karakter biodiesel dengan syarat mutu biodiesel SNI 7182-2015.

Parameter Satuan Biodiesel SNI Biodiesel

H2SO4 (1M)/CaO

Kandungan air % v 0,049 Maks. 0,05

Berat jenis pada 40ºC kg/m3 888 850-890

Viskositas pada 40ºC mm2/s 4,19 2,3-6,0

Titik nyala ºC 107 Min. 100

Residu karbon % 23,06 Maks. 0,05

Bilangan asam mg KOH/g 0,5 Maks. 0,5

Bilangan penyabunan mg KOH/g 187,98 -

Bilangan iodium g-I2/100g 53,19 Maks. 115

Angka setana - 63,38 Min. 51

Hasil biodiesel maksimum memiliki karakteristik yaitu kandungan air 0,049%, berat jenis 888 kg/m3, viskositas 4,19 mm2/s, titik nyala 107ºC, residu karbon 23,06%, bilangan asam 0,5 mg KOH/g, bilangan penyabunan 187,98; bilangan iodium 53,19 g-I2/100g dan angka setana

63,38. Secara umum karakteristik biodiesel belum memenuhi syarat mutu SNI 7182-2015 kecuali residu karbon.

Residu karbon adalah kandungan karbon yang masih tersisa setelah mengalami pembakaran selama waktu tertentu yang biasanya ditentukan dengan persen berat. Hasil yang diperoleh melebihi standar SNI 7182-2015 biodisel yaitu maksimal 0,05%. Hal ini di sebabkan oleh penggunaan metode yang dilakukan yaitu dengan metode cawan tertutup, sehingga proses karbonisasi tidak optimal sehingga membuat biodiesel yang terdapat pada cawan tidak terbakar sempurna. Kandungan sisa karbon yang lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan kerugian jika diaplikasikan pada mesin yakni menyebabkan penumpukan residu pada ruang pembakaran pada mesin diesel, akibatnya kinerja mesin akan berkurang dan akan merusak semua pipa injeksi bahan bakar (Prihandan dkk., 2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa reaksi transesterifikasi CPO menggunakan katalis CaO dari cangkang kerang darah kalsinasi 900oC selama 10 jam, yang diimpregnasi H2SO4 1M mampu

menghasilkan yield biodiesel yang cukup baik. Reaksi transesterifikasi optimum pada penelitian ini adalah berat katalis 3%, rasio mol minyak:metanol 1:12, menggunakan katalis H2SO4 (1M)/CaO,

dengan yield biodiesel 77,6%. DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M. 2017. Esterifikasi dan transesterifikasi CPO menjadi biodiesel : variasi berat katalis dan rasio mol minyak : metanol pada tahap esterifikasi dengan katalis H2SO4/lempung. Skripsi. Jurusan

Kimia FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Aziz, R., Aisyah dan Asriani, I. 2106. Sintesis metil ester dari minyak biji kemiri (Aleurites Molluccana)

menggunakan metode

ultrasonokimia. Al-Kimia. 4(1) : 6

(7)

21-30.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2015. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7182:2015 Biodiesel.

Buasri, A., Chaiyut, N., Loryuenyong, N., Wongweang, C., and Khamsrisuk, S. 2013. Application of eggshell wastes as a heterogeneous catalyst for biodiesel production. Sustainable Energy. Science and Education Publishing, Thailand.

Fanny, W.A., Subagjo., dan T. Prakoso. 2012. Pengembangan katalis kalsium oksida untuk preparasi biodiesel. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 11(2): p. 66-73.

Gapur,A.2015. Sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi CPO menggunakan katalis CaO dari cangkang kerang darah kalsinasi 900oC. Skripsi. FMIPA Universitas

Riau, Pekanbaru.

Istadi. 2011. Teknologi Katalis untuk Konversi Energi: Fundamental dan Aplikasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Istadi, I., Dad, D.A., Luqman, B, Dyah A.R., and Dinnia, I. 2015. Active acid catalyst of sulphated zinc oxide for transesterification of soybean oil with methanol to biodiesel. Procedia Environmental Sciences 23 : 385 – 393.

Marwenny, S. 2017. Sintesis biodiesel dengan variasi waktu dan suhu pada reaksi esterifikasi CPO (Crude Palm Oil) menggunakan katalis lempung yang diaktivasi asam sulfat. Skripsi. FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Prihandana, R., Hendroko, R., dan Nuramin, M. 2006. Menghasilkan biodiesel murah mengatasi polusi dan kelangkaan BBM. Agromedia Pustaka, Jakarta. ISBN 979-006-081-1.

Sandra, A.F. 2015. Sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi crude palm oil (CPO) dengan katalis CaO dari cangkang kerang darah kalsinasi 800°C. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Setiowati, R. 2014. Produksi biodisel dari minyak goreng bekas menggunakan katalis CaO cangkang kerang darah kalsinasi 900°C. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Yuni, S. E. 2017. Transesterifikasi CPO menjadi biodiesel menggunakan katalis CaO dari cangkang kerang darah (Anadara Granosa) yang dikalsinasi 900°C dan terimpregnasi KOH. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru.

Gambar

Gambar 1.  Pengaruh variasi rasio mol  minyak:metanol terhadap  yield biodiesel.
Gambar 2.  Pengaruh  berat katalis  terhadap  hasil  sintesis  biodiesel.
Tabel 2.  Hasil perbandingan  karakter biodiesel dengan syarat mutu biodiesel SNI 7182- 7182-2015

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, pada saat kerjasama itu dilakukan, tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah disepakati, dimana pengelola melakukan tindakan yang tidak sesuai

Adanya perbedaan respon tanaman dalam bentuk hubungan antara pemberian pupuk N dan P dengan BKTOT tanaman terhadap pada kedua jenis tanah diduga berhubungan dengan sifat kedua

Tesis yang berjudul “PERGESERAN DALAM TERJEMAHAN PENANDA KOHESI LEKSIKAL TAKSONOMI, FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA, DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus

Berdasarkan hasil wawancara dari informan tersebut menjelaskan bahwa program Sistem Informasi Jejaring Rujukan Expanding Maternal and Newborn Survival (Si Jari Emas) adalah

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Edaran Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa

Sebagai bentuk kearifan lokal dalam rangkaian upacara dan upakara yang dilaksanakan masyarakat petani mulai dari awal sebelum menanam padi sampai masa panen menunjukan

Notaris bertanggung jawab dan wajib untuk memberikan kesaksian terkait dengan hal-hal yang tercantum dalam awal atau kepala akta dan hal-hal yang terkait dengan

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh