• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM ARAB, AYAM KAMPUNG DAN AYAM PELUNG BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI ACHMADAH KURNIAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM ARAB, AYAM KAMPUNG DAN AYAM PELUNG BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI ACHMADAH KURNIAWATI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM ARAB, AYAM KAMPUNG

DAN AYAM PELUNG BERDASARKAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA

SKRIPSI

ACHMADAH KURNIAWATI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

ACHMADAH KURNIAWATI. D14104071. 2008. Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Analisis Komponen Utama. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.

Perbedaan ukuran variabel-variabel linier tubuh ditemukan diantara dua jenis ayam yang diamati berdasarkan uji T2-Hotteling (P<0,01). Penciri ukuran pada ayam Arab adalah panjang sayap dan tinggi jengger yang diperlihatkan dengan vektor

Eigen sebesar 0,49 dan 0,51 dan dengan korelasi terhadap ukuran sebesar 0,90 pada

panjang sayap dan 0,89 pada tinggi jengger. Penciri ukuran pada ayam Kampung adalah panjang tibia yang diperlihatkan dengan vektor Eigen sebesar 0,49 dan memiliki korelasi dengan ukuran sebesar 0,94. Penciri ukuran pada ayam Pelung adalah panjang tibia dan tinggi jengger yang diperlihatkan dengan vektor Eigen sebesar 0,57 dan 0,56 dan memiliki korelasi dengan ukuran sebesar 0,91 pada panjang tibia dan 0,92 pada tinggi jengger. Penciri ukuran pada ayam Kampung dan Pelung adalah panjang tibia dengan korelasi positif terhadap ukuran, hal tersebut karena kedua jenis ayam tersebut merupakan ayam tipe sedang dan berat yang diarahkan ke ayam pedaging. Penciri ukuran ayam Arab berbeda dengan ayam Kampung dan Pelung yaitu panjang sayap dan tinggi jengger dengan korelasi positif terhadap ukuran. Perbedaan penciri ukuran pada ayam Arab dengan ayam Kampung dan Pelung, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan arah seleksi. Ayam Kampung dan Pelung diseleksi ke arah pedaging, sedangkan ayam Arab ke arah petelur.

Penciri bentuk pada ayam Arab adalah panjang femur yang diperlihatkan dengan vektor Eigen sebesar 0,92 dan korelasinya terhadap bentuk sebesar 0,74. Penciri bentuk pada ayam Kampung adalah panjang tibia dan panjang sayap yang diperlihatkan dengan vektor Eigen sebesar -0,59 dan 0,54 serta memiliki korelasi dengan bentuk sebesar -0,31 pada panjang tibia dan 0,33 pada panjang sayap. Penciri bentuk pada ayam Pelung adalah panjang tibia yang diperlihatkan dengan vektor

Eigen sebesar 0,77 dan memiliki korelasi dengan bentuk sebesar 0,41. Penciri bentuk

pada ayam Kampung dan Pelung sama yaitu panjang tibia, sedangkan ayam Arab adalah panjang femur. Perbedaan penciri bentuk ketiga jenis ayam tersebut mengindikasikan asal usul yang berbeda. Ayam Kampung dan ayam Pelung merupakan ayam asli Indonesia, sedangkan ayam Arab berasal dari luar negeri (Belgia).

Diagram kerumunan data memperlihatkan bahwa ayam Arab membentuk kerumunan yang relatif terpisah dengan ayam Kampung dan Pelung. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara asal usul dan genetik ayam Arab berjauhan dengan ayam Kampung dan ayam Pelung. Kerumunan yang tumpang tindih antara ayam Kampung dan Pelung mengindikasikan bahwa kedua jenis ayam tersebut memiliki kekerabatan yang lebih dekat karena asal usul yang sama.

Kata-kata kunci : Ayam Arab, ayam Kampung, ayam Pelung, T2 Hotteling, Analisis Komponen Utama, ukuran, bentuk, korelasi, diagram kerumunan

(3)

ABSTRACT

Body Size and Shape of Arab Chicken, Kampong Chicken and Pelung Chicken Based on Principal Component Analysis

Kurniawati, A., R. H. Mulyono and C. Sumantri

Differences of linier variable of body size was found between two observed chicken species based on T2-Hotteling statistical test (P<0.01). The result of principal component analysis shows that Eigen value of size (PC1) of Arab chicken was length of wing and height of comb with Eigen vectors were 0.49 and 0.51, respectively, with correlation coefficient of size were +0.90 and +0.89, respectively. Eigen value of size (PC1) of Kampong chicken was length of tibia with Eigen vector was 0.49 with correlation coefficient of size was +0.94. Eigen value of size (PC1) of Pelung chicken was length of tibia and height of comb with Eigen vectors were 0.57 and 0.56, respectively, with correlation coefficient of size were +0.91 and +0.92, respectively. Eigen value of Kampong and Pelung chicken are length of tibia with positive correlation to the body size. Both Kampong and Pelung chicken were medium and large type which was selected to broiler. Arab chicken had different

Eigen value, which is length of wing and height of comb with positive correlation to

the body size. This different were assumed that Arab had different selection direction to Kampong and Pelung. Kampong and Pelung were selected to broiler and Arab was selected to layer. Eigen value of shape (PC2) of Arab chicken was length femur with

Eigen vector was 0.92, with correlation coefficient of shape was 0.74. Eigen value of

shape (PC2) of Kampong chicken was length of tibia and length of wing with Eigen vectors were -0.59 and 0.54, respectively, with correlation coefficient of shape were -0.31 and +0.33, respectively. Eigen value of shape (PC2) of Pelung chicken was length tibia with Eigen vector was 0.77, with correlation coefficient of shape was 0.41. Eigen value of the shape of Kampong and Pelung was similar, that was length of tibia and Arab chicken was length of femur. The differences of Eigen value of the shape indicated that Arab had different origin with Kampong and Pelung. Arab chicken originally derived from abroad (Belgium). Kampong and Pelung chicken were Indonesian native chicken.

Key words: Arab chicken, Kampong chicken, Pelung chicken, T2-Hotteling, Principal Component Analysis, size, shape, correlation

(4)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM ARAB, AYAM KAMPUNG

DAN AYAM PELUNG BERDASARKAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA

ACHMADAH KURNIAWATI D14104071

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM ARAB, AYAM KAMPUNG

DAN AYAM PELUNG BERDASARKAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA

Oleh :

ACHMADAH KURNIAWATI D14104071

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 04 Juli 2008

Pembimbing Utama Pembimbing anggota

Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 131 760 850 NIP . 131 624 187

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP. 131 955 531

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1986 di Surabaya, Jawa Timur. Penulis adalah anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Ali Sukran dan Ibu Suhartin.

Pendidikan dasar Penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SD Muhammadiyah 2 Dukun Gresik, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di MTs YKUI Maskumambang Dukun Gresik dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di MA YKUI Maskumambang Dukun Gresik.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (Himaproter) dan Organisasi Mahasiswa Daerah (Himasurya Plus).

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang hanya dengan kemurahan rahmat, hidayah, pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Analisis Komponen Utama”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi teladan bagi umat manusia, keluarga, sahabat, syuhada serta ummatnya yang senantiasa berada di jalan Allah.

Mutu genetik ayam lokal Indonesia memiliki sifat-sifat khas ternak yang harus ditingkatkan sehingga masih dapat dimanfaatkan hingga waktu mendatang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengkajian morfometrik ayam-ayam lokal Indonesia. Penciri dari setiap jenis ayam berdasarkan ukuran tubuh (size) dan bentuknya (shape) yang menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh karena setiap jenis ayam memiliki karakteristik yang khas baik ukuran maupun bentuk.

Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini, hanya Allah SWT yang dapat membalas dan mencatatnya sebagai amal sholeh. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu, saran dan kritik sangat dinantikan untuk perbaikan dan kemajuan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat. Amin.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... ii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Ayam Lokal Indonesia ... 3

Ayam Arab... 3 Ayam Kampung ... 5 Ayam Pelung... 7 Pertumbuhan ... 9 Morfometrik ... 10 Tulang Femur... 10 Tulang Tibia ... 11 Tulang Tarsometatarsus ... 11 Tulang Jari ... 12 Tulang Sayap ... 12 Jengger ... 13

Analisis Komponen Utama ... 14

METODE ... 16

Lokasi dan Waktu ... 16

Materi ... 16 Prosedur ... 16 Panjang Femur ... 18 Panjang Tibia ... 18 Panjang Tarsometatarsus ... 18 Lingkar Tarsometatarsus ... 18

Panjang Jari Ketiga ... 18

Panjang Sayap ... 18

Tinggi Jengger ... 19

Analisis Data ... 19

T2 Hotteling ... 19

(9)

Diagram Kerumunan ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Ukuran Linier Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung 21

Pembedaan Ukuran Linier Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Uji T2 Hotteling ... 22

Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Analisis Komponen Utama... 23

Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung ... 27

Ukuran Tubuh ... 27

Bentuk Tubuh... 28

Perbandingan Kerumunan Data Individu Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung ... 29

Ukuran Tubuh ... 29

Bentuk Tubuh... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan... 33

Saran ... 34

UCAPAN TERIMA KASIH ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Performa Produksi Telur Ayam Arab ... 4 2. Performa Produksi Ayam Kampung dengan Tiga Sistem Pemeliharaan yang Berbeda (Ekstensif, Semi Intensif dan Intensif) ... 6 3. Ukuran Variabel-variabel Tubuh ayam Arab, Ayam Kampung dan

Ayam Pelung yang Diamati ... 21 4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotteling Variabel-variabel Ukuran

Linier Tubuh Diantara Dua Jenis Ayam yang Diamati ... 23 5. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung ... 24

6. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk pada Kelompok Jenis Ayam Berdasarkan Analisis Komponen Utama ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ayam Arab Jantan dan Betina ... 4

2. Ayam Kampung Jantan dan Betina ... 5

3. Ayam Pelung Jantan dan Betina ... 7

4. Tulang Femur, Tibia, Tarsometatarsus, dan Jari pada Ayam ... 11

5. Tulang Sayap pada Ayam ... 12

6. Bentuk Jengger pada Ayam... 13

7. Bagian-bagian Tubuh Ayam yang Diamati ... 17

8. Ayam Arab Jantan dan Betina yang Diamati ... 25

9. Ayam Kampung Jantan dan Betina yang Diamati... 26

10. Ayam Pelung Jantan dan Betina yang Diamati ... 27

11. Kerumunan Data Individu pada Ayam-ayam yang Diamati Berdasarkan Ukuran dan Bentuk pada Persamaan yang diturunkan Berdasarkan Masing-masing Jenis Ayam yang diamati ... 30

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat kaya dengan sumber plasma nutfah, bila dibandingkan dengan sebagian besar negara-negara lain di dunia. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera juga bentuk negara Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Salah satu sumber genetik ternak lokal yang perlu dilestarikan adalah ayam. Saat ini, terdapat 31 rumpun ayam lokal Indonesia yang menyebar di seluruh pelosok Indonesia yang memiliki karakteristik morfologis khas berdasarkan daerah asal.

Ayam Kampung dan ayam Pelung adalah ayam asli Indonesia yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan untuk usaha peternakan komersial maupun konservasi. Ayam Pelung selain populer sebagai ayam penyanyi, juga memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging. Ayam Kampung merupakan ayam yang paling banyak ditemukan dan menyebar di seluruh Indonesia. Ayam ini banyak dipelihara dan sangat disukai karena dapat dimanfaatkan sebagai ayam petelur sekaligus ayam pedaging. Ayam Arab bukanlah ayam asli Indonesia, ayam ini berasal dari Belgia yang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi pada lingkungan Indonesia. Ayam Arab adalah salah satu ayam petelur unggul dan memiliki keistimewaan yaitu memiliki karakteristik warna dan bentuk telur yang mirip dengan telur ayam Kampung.

Upaya peningkatan produktivitas tidak cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu genetiknya dengan mempertahankan sifat-sifat khas ternak tersebut. Pengkajian morfometrik ayam-ayam lokal Indonesia dapat dilakukan melalui pengukuran untuk menemukan penciri dari setiap jenis ayam berdasarkan ukuran tubuh (size) dan bentuknya (shape) dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Setiap jenis ayam memiliki karakteristik yang khas baik ukuran maupun bentuk tubuh.

(13)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penciri ukuran dan bentuk tubuh ayam Arab sebagai ayam tipe petelur, ayam Kampung sebagai ayam tipe dwiguna dan ayam Pelung sebagai ayam tipe pedaging berdasarkan Analisis Komponen Utama (AKU). Beberapa variabel yang diamati pada penelitian ini adalah panjang femur, panjang tibia, panjang dan lingkar tarsometatarsus (shank), panjang jari ketiga, panjang sayap dan tinggi jengger.

Pengerumunan data ayam Arab, Kampung dan Pelung dibentuk berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh ketiga jenis ayam tersebut. Perbedaan ukuran dan bentuk tubuh diantara ketiga jenis ayam tersebut ditemukan berdasarkan kerumunan data yang dibentuk.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Indonesia

Ayam digolongkan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfium

Vertebrata, kelas Aves, super order Carinatae, ordo Galliformes dan spesies Gallus gallus (Scanes et al., 2004). Ayam merupakan hasil domestikasi selama beberapa

periode. Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa nenek moyang ayam yang menyebar di seluruh dunia berasal dari empat jenis ayam liar yaitu ayam Hutan Merah (Gallus gallus), ayam Hutan Sri Lanka (Gallus lafayetti), ayam Hutan Abu-abu atau ayam Sonnerat (Gallus sonneratti) dan ayam Hutan Jawa (Gallus varius). Nenek moyang ayam yang utama adalah ayam Hutan Merah (Gallus gallus).

Ayam asli Indonesia meliputi 31 jenis ayam lokal dan dan ayam dari luar Indonesia yang telah beradaptasi baik dengan lingkungan Indonesia yang memiliki karakteristik morfologi yang khas dan berbeda berdasarkan daerah asal. Ayam-ayam lokal yang telah diidentifikasi tersebut adalah ayam Kampung, Pelung, Wareng, Sentul, Bangkok, Kedu Hitam, Kedu Putih, Lamba, Ciparage, Banten, Siem, Nagrak, Walik, Cemani, Sedayu, Olagan, Nusa Penida, Merawang, Sumatera, Balenggek, Melayu, Nunukan, Tolaki, Maleo, Jepun, Ayunai, Tukung, Brugo, Bekisar, Cukir/Alas/Cangehgar dan Kasintu (Nataamijaya, 2000).

Ayam Arab

Ayam Arab (silver brakel kriel) merupakan ayam yang banyak dikembangkan karena memiliki potensi sebagai ayam petelur unggul dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai ayam Kampung. Ayam ini bukan merupakan ayam asli Indonesia melainkan berasal dari Belgia (Natalia et al., 2005). Ayam Arab memiliki daya adaptasi yang baik dengan lingkungan Indonesia yang beriklim tropis. Ayam Arab tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca (Yusdja et al., 2005), sehingga berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dan juga dapat disilangkan dengan ayam lokal lain untuk memperoleh produksi telur yang lebih tinggi dengan kualitas daging yang lebih baik (Sulandari et al., 2007).

(15)

Gambar 1. Ayam Arab Jantan (A) dan Betina (B) Sumber : Feathersite (2007)

Ayam Arab merupakan ayam petelur unggul yang digolongkan ke dalam ayam tipe ringan dengan bobot badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60±115,7 g pada jantan dan 1.324,70±106,47 g pada betina (Nataamijaya et al., 2003). Produksi telur ayam Arab yang tinggi yaitu 190-250 butir/tahun dengan bobot telur 30-35 g dan hampir tidak memiliki sifat mengeram sehingga waktu bertelur menjadi lebih panjang (Natalia et al., 2005; Sulandari et al., 2007). Telur yang dihasilkan memiliki karakteristik warna dan bentuk kerabang seperti telur ayam Kampung sehingga banyak diminati konsumen. Ayam Arab memiliki daging yang tipis dan kulit yang berwarna hitam sehingga daging ayam Arab kurang disukai konsumen, disamping bobot afkirnya yang tergolong rendah yaitu hanya mencapai 1,1-1,2 kg (Natalia et

al., 2005). Tabel 1 menyajikan performa produksi telur ayam Arab.

Tabel 1. Performa Produksi Telur Ayam Arab Variabel

Produksi telur (butir per tahun) 190-250

Bobot telur (g) 34,24±1,38

Fertilitas (%) 69,17±4,25

Daya tetas (%) 74,14±5,16

Warna kerabang telur Putih, putih kekuningan dan coklat

Umur bertelur pertama 22 minggu

Sumber: Sulandari et al. (2007)

Ayam Arab digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan warna bulu, yaitu ayam Arab silver (brakel kriel silver) dan ayam Arab golden (brakel kriel gold); yang

(16)

memiliki ciri-ciri yang sama yaitu warna lingkar mata hitam, warna kulit, shank dan paruh hitam, perbedaan hanya pada warna bulu. Ayam Arab silver memiliki warna bulu keperakan, putih hitam lurik dan bulu leher putih. Ayam Arab golden memiliki warna bulu merah keemasan pada kepala sampai leher dan warna bulu badan totol atau lurik merah keemasan (Natalia et al., 2005). Ciri lain dari ayam Arab adalah jengger berbentuk tegak dan bergerigi (serrated single comb) (Nataamijaya et al., 2003). Jengger ayam Arab jantan berwarna merah, besar dan tipis. Ukuran jengger ayam betina lebih kecil dibandingkan ayam jantan (Sulandari et al., 2007).

Ayam Kampung

Ayam Kampung paling banyak menyebar di Indonesia. Ayam ini disukai masyarakat karena kualitas daging dan telur yang baik. Ayam Kampung banyak dipelihara secara tradisional atau ekstensif di pekarangan atau dibiarkan bebas (Nataamijaya, 2000) dan mudah ditemukan di desa-desa hampir di seluruh wilayah Indonesia (Sulandari et al., 2007).

Mansjoer (1985) menyatakan bahwa nenek moyang ayam Kampung adalah ayam hutan merah (Gallus gallus). Dilaporkan bahwa jarak genetik antara ayam Kampung dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) lebih dekat dibandingkan dengan ayam hutan hijau (Gallus varius). Berdasarkan hasil penelitian Sartika et al. (2004), ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yang paling dekat (satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayam Pelung.

Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (A) dan Betina (B) Sumber : Candrawati (2007)

Ayam Kampung memiliki keragaman fenotip dan genotip yang cukup tinggi. Secara umum, ciri-ciri ayam Kampung adalah memiliki tubuh yang ramping, kaki panjang dan warna bulu beragam. Bobot badan dewasa ayam Kampung adalah

(17)

1,8 kg pada jantan dan 1,0-1,4 kg pada betina (Sulandari et al., 2007). Sistem pemeliharaan sangat mempengaruhi produksi telur ayam Kampung. Tabel 2 menyajikan performa produksi Ayam Kampung dengan tiga sistem pemeliharaan yang berbeda.

Tabel 2. Performa Produksi Ayam Kampung dengan Tiga Sistem Pemeliharaan yang Berbeda (Ekstensif, Semi Imtensif dan Intensif)

Sistem pemeliharaan

Ekstensif Semi Intensif Intensif Produksi telur

(butir/induk/tahun) 47 59 146

Produksi telur (%) 13 29 40

Daya tetas (%) 74 79 84

Bobot telur (g/butir) 39-48 39-48 39-43 Konsumsi pakan

(g/ekor/hari) <60 60-68 80-100

Konversi pakan >10 8-10 4,9-6,4

Sumber : Diwyanto et al. (1996)

Ayam Kampung memiliki karakteristik sifat kualitatif yang beragam pada warna bulu, shank, bentuk jengger dan cuping telinga. Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa sifat fenotip dan genotip ayam Kampung masih sangat bervariasi. Sifat-sifat kualitatif seperti warna bulu sangat beragam, warna bulu hitam disandikan dengan EE, Ee dan Ee+; tipe liar dengan e+e+ dan e+e; pola bulu kolumbian dengan ee; bulu putih dengan II dan Ii serta warna bulu lurik atau barred dengan ZBZB dan ZBW. Warna shank dibedakan menjadi warna putih/kuning yang disandikan dengan ZIdZId atau ZIdZid dan ZIdW dan warna shank hitam atau kehijauan dengan ZidZid dan ZidW. Bentuk jengger tunggal atau single disandikan dengan pprr; rose dengan ppR-; kapri atau pea dengan P-rr atau walnut dengan P-R-. Berdasarkan penelitan Nishida

et al. (1980), ayam Kampung yang menyebar di Indonesia, memiliki bentuk jengger pea atau kapri. Rasyaf (1990) memberikan gambaran bahwa bulu ekor ayam

Kampung sama panjang dengan panjang tubuhnya dan berpenampilan gagah, sedangkan betina memiliki bulu ekor yang lebih pendek dari panjang tubuh dengan ukuran badan dan kepala yang lebih kecil. Nishida et al. (1982) telah melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh ayam dan menyatakan bahwa tinggi jengger dan panjang sayap dapat digunakan sebagai penciri ukuran tubuh ayam

(18)

Kampung, yang menunjukkan bahwa ditemukan hubungan antara ukuran tinggi jengger dan panjang sayap terhadap skor ukuran tubuh ayam Kampung.

Ayam Pelung

Ayam Pelung adalah ayam asli Indonesia, yang merupakan khas Cianjur, Jawa Barat. Ayam Pelung lebih populer sebagai ayam penyanyi karena memiliki suara kokok yang merdu (Nataamijaya, 2000; Nataamijaya et al., 2003). Nataamijaya

et al. (2003) juga menambahkan bahwa ayam Pelung juga memiliki potensi yang

besar untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging karena ayam ini digolongkan ke dalam tipe berat dengan bobot badan dewasa umur 52 minggu mencapai 3.514,20±210,31 g pada jantan dan 2.047,30±176,48 g pada betina.

Gambar 3. Ayam Pelung Jantan (A) dan Betina (B)

Sumber : Iskandar dan Saepudin (2004)

Ayam Pelung memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, yang berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan ayam Kampung. Penampilan ayam Pelung tenang dan anggun, leher, paha dan kaki tungkai ayam Pelung relatif lebih panjang dibandingkan dengan ayam Kampung. Ayam Pelung memiliki pola warna bulu yang bervariasi yaitu kombinasi antara warna hitam, coklat kuning, merah dan putih (Nataamijaya, 2005). Sulandari et al. (2007) menambahkan bahwa bulu punggung dan ekor dominan berwarna merah, hitam dan kehijauan dimiliki oleh ayam Pelung jantan; sedangkan pada ayam Pelung betina, warna hitam serta tipe liar ditemukan lebih dominan. Warna bulu ini diwariskan dari nenek moyangnya, yaitu ayam Kampung. Ayam Pelung adalah hasil proses seleksi jangka panjang ayam Kampung yang merupakan keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus). Noor (2004) mendefinisikan bahwa seleksi adalah proses membiarkan individu-individu yang memiliki gen-gen terbaik untuk bereproduksi, sedangkan ternak lain yang tidak

(19)

diberikan kesempatan bereproduksi sehingga generasi berikutnya memiliki gen-gen yang lebih diinginkan. Dijelaskan oleh Noor (2004), seleksi dibagi menjadi dua macam, yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam mengandalkan kemampuan adaptasi ternak terhadap lingkungan untuk bertahan (survive) dan menghasilkan keturunan, sedangkan pada seleksi buatan, manusia sangat dominan dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia. Ayam Pelung merupakan hasil seleksi dari ayam Kampung oleh manusia untuk menghasilkan ayam-ayam yang memiliki suara kokok yang merdu.

Rusdin (2007) menjelaskan bahwa warna bulu yang banyak dianggap sebagai ayam Pelung jantan yang asli oleh sebagian besar peternak adalah warna bulu merah, hitam atau kombinasi dari warna merah, hitam dan kuning, kombinasi warna hitam dan hijau (jalak), perpaduan warna bulu merah, putih, dan sedikit hitam (carambang), sedangkan warna lurik dan putih dianggap sebagai warna yang tidak umum atau jarang ditemukan pada ayam Pelung. Warna bulu pada betina ayam Pelung lebih beragam, namun pada umumnya Pelung betina memiliki warna hitam polos, hitam dengan bulu leher bergaris kuning, hitam dengan bulu leher bergaris putih atau hijau, coklat muda yang disebut kondang, coklat bergaris kuning dan campuran antara warna hitam dan putih yang disebut brontok.

Ciri-ciri lain ayam Pelung adalah memiliki kepala berbentuk oval, jantan memiliki jengger tunggal (serrated single comb), bergerigi pada bagian atas, berukuran besar dan berwarna merah, cuping telinga berwarna merah dan ditemukan warna putih pada bagian tengah (Nataamijaya, 2003; Nataamijaya, 2005). Ayam Pelung memiliki shank dominan yang berwarna hitam, abu-abu kehijauan (willow) tetapi ditemukan juga yang berwarna putih kekuningan (Sulandari et al., 2007).

Ayam Pelung pada umumnya dipelihara secara intensif oleh para peternak dalam jumlah yang terbatas untuk mendapatkan ayam-ayam jantan penyanyi. Produksi telur Ayam Pelung 39-68 butir/tahun dengan bobot 40-50 g/butir. Ayam Pelung mulai bertelur pada umur antara 6-7 bulan (Iskandar dan Saepudin, 2004).

Ayam Pelung merupakan ayam penyanyi dengan karakter suara yang dihasilkan memiliki irama indah dan khas dan volume yang besar dan bervariasi. Jatmiko (2001) menjelaskan bahwa suara ayam Pelung yang merdu memiliki ciri

(20)

khas yaitu sari atau melung, yaitu suara depan yang jelas, suara tengah yang besar dan suara belakang yang lunyu (meluncur) yang secara keseluruhan merupakan suatu perpaduan yang serasi.

Pertumbuhan

Herren (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran atau volume zat hidup. Pertumbuhan meliputi dua fase utama yaitu fase prenatal (sebelum lahir) dan fase postnatal (setelah lahir). Semua organ tubuh ternak akan dibentuk pada saat prenatal dan peningkatan ukuran dan sistem dewasa tubuh dan perkembangannya terjadi pada pertumbuhan postnatal. Selama pertumbuhan prenatal maupun postnatal terjadi peningkatan ukuran sel (hypertrophy) dan jumlah sel (hyperplasia). Soeparno (1992) menyatakan bahwa periode pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang sangat cepat. Laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat setelah pubertas.

Herren (2000) menyatakan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Pada periode ini, ternak mengalami pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat. Setelah mencapai dewasa kelamin, ternak akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti. Soeparno (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat setelah pubertas, laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak mulai meningkat. Pertambahan besar tulang berperanan penting karena berguna untuk melindungi perkembangan organ-organ tubuh yang lunak, organ-organ reproduksi disamping sebagai tempat pertautan otot (Sisson dan Grossman, 1953).

Soeparno (1992) menyatakan bahwa genotip ternak sangat mempengaruhi laju pertumbuhan. Dijelaskan bahwa selain perbedaan bangsa, laju pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor nutrisi, jenis kelamin dan hormon. Ternak jantan pada umur yang sama, lebih cepat tumbuh dibandingkan ternak betina, karena pada jantan ditemukan testosteron sebagai suatu steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal. Salah satu dari steroid

androgen adalah testes yang dihasilkan oleh testis. Sekresi testosteron yang tinggi

(21)

pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina terutama setelah pemunculan sifat-sifat kelamin sekunder. Frandson (1992) menyatakan bahwa

testosteron mengakibatkan anabolisme protein dan pertumbuhan tulang yang besar

dan tebal.

Morfometrik

Morfometrik dapat diartikan sebagai suatu cara pengukuran atau pengkajian morfologi dengan metode pengukuran. Sifat kuantitatif dapat digunakan untuk menentukan morfologi dan kemurnian suatu bangsa ayam (Hutt, 1949). Sifat kuantitatif memberikan peran yang sangat penting dalam bidang peternakan. Sifat kuantitatif yang diekspresikan merupakan pengaruh genetik, lingkungan serta interaksi terhadap lingkungan (Warwick et al., 1995). Beberapa sifat kuantitatif yang penting adalah bobot badan, panjang jari ketiga, panjang maxilla, panjang femur, panjang dan lingkar shank (tarsometatarsus), panjang jari ketiga, panjang sayap dan tinggi jengger (Hutt, 1949). Hutt (1949) menjelaskan lebih lanjut bahwa beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas yaitu panjang shank, panjang

maxilla, lingkar dada, panjang paha dan dada. Ukuran tulang paha, betis dan shank

serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank efektif untuk digunakan dalam menduga konformasi tubuh (Nishida et al. ,1982).

Tulang Femur

Tulang femur berbentuk agak melengkung, kuat serta silindrikal. Bagian ujung distal berartikulasi dengan tibia, fibula dan patella (Sisson dan Grossman, 1953). McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat diantara tulang pelvis bagian atas dan tulang tibia di bagian bawah. Bagian ujung distal dari femur miring secara kranioteral yang membawa banyak anggota badan bagian belakang mendekat ke pusat gravitasi tubuh.

Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa ayam Arab memiliki panjang

femur sebesar 12,03 cm pada jantan dan 9,80 cm pada betina, sedangkan ayam

Pelung jantan sebesar 15,38 cm dan ayam Pelung betina sebesar 13,24 cm. Menurut Candrawati (2007) panjang femur pada ayam kampung adalah sebesar 10,23 cm pada jantan dan 8,35 cm pada betina.

(22)

5 6 iv 1 2 3 4 ii iii i Tulang Tibia

Tulang tibia adalah bagian anggota badan yang sering disebut dengan

drumstick yang terdiri atas balutan fibula dan tibia yang bergabung dengan baris

proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus (McLelland, 1990). Sartika (2000) menyatakan bahwa panjang tibia memiliki korelasi positif dengan bobot badan.

Panjang tibia ayam Arab menurut Sulandari et al. (2007) adalah sebesar 14,57 cm pada jantan dan 12,38 cm pada betina, sedangkan ayam Pelung jantan memiliki panjang tibia sebesar 18,10 cm dan ayam Pelung betina sebesar 15,13 cm. Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki panjang tibia sebesar 15,30 cm dan ayam Kampung betina sebesar 12,31 cm.

Tulang Tarsometarsus

Menurut Sisson dan Grossman (1953) tulang metatarsus dewasa dan

tarsometatarsus diwakili oleh sebuah tulang yang panjang dan dibentuk oleh

persatuan metatarsal yang kedua, ketiga dan keempat. Pada ayam dewasa, tulang

metatarsus terdiri atas satu tulang yang dibentuk dari penggabungan dari tulang metatarsus kedua, ketiga, keempat dan tarsal pada proximal.

Keterangan : 1. Femur 2. Patella 3. Tibiotarsus 4. Fibula 5. Tarsometatarsus 6. Tulang jari I. Jari pertama ii. Jari kedua iii. Jari ketiga iv. Jari keempat

Gambar 4. Tulang Femur, Tibia, Tarsometatarsus dan Jari pada Ayam

Sumber: Department of Animal and Poultry Science, University of Guelph (2008) Panjang tarsometatarsus atau shank pada ayam Arab menurut Sulandari et al. (2007) adalah sebesar 8,08 cm pada jantan dan 7,70 cm pada betina, sedangkan ayam Pelung jantan memiliki panjang shank sebesar 12,73 cm dan ayam Pelung betina

(23)

sebesar 10,00 cm. Hasil penelitian Candrawati (2007) menyatakan bahwa panjang

tibia ayam Kampung jantan sebesar 11,01 cm dan pada betina sebesar 8,59 cm.

Tulang Jari

Menurut McLelland (1990) pada kebanyakan burung termasuk ayam lokal ditemukan digit 1 sampai IV. Tulang ini memperlihatkan suatu variasi yang baik dalam struktur. Posisi dari jari-jari menyatakan kepentingan dalam taksonomi yang dihubungkan dengan posisi saat bertengger ataupun tidak bertengger. Berdasarkan hasil penelitian Candrawati (2007), panjang jari ketiga ayam Kampung jantan adalah sebesar 6,37 cm dan pada betina sebesar 5,28 cm.

Tulang Sayap

Tulang sayap ayam terdiri atas dua tulang yaitu radius dan ulna merupakan bagian dari proximal dari hewan. Radius adalah tulang yang terkecil dari sayap yang berbentuk silinder dan melengkung dengan permukaan konkaf terhadap ulna; sedangkan tulang ulna memiliki ukuran yang lebih besar daripada radius, bentuknya melengkung dan menghadap ke radius serta kedua jaraknya cukup luas (Sisson and Grossman, 1953). Fungsi utama sayap menurut Lucas dan Stetteinheim (1972) adalah sebagai organ yang sangat penting untuk terbang. Mitra unggas (2008) menambahkan bahwa sayap juga berperan dalam pengeraman telur. Sayap yang panjang akan mengindikasikan bahwa ayam mampu bertelur banyak dan mampu mengerami telur dalam jumlah yang banyak pula.

Keterangan : 1. Tulang jari 1 2. Tulang jari 2 3. Tulang jari 3 4. Metacarpus 5. Radius 6. Ulna 7. Humerus

Gambar 5. Tulang Sayap pada Ayam

Sumber: Department of Animal and Poultry Science, University of Guelph (2008)

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ulna, femur, tibia, fibula dan

tarsus merupakan salah satu tempat penimbunan kalsium yang sangat diperlukan

oleh ayam untuk memproduksi telur. Produksi telur memerlukan CaCO3 untuk membentuk kerabang dan untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur

(24)

tulang yang disebut medulla bones atau tulang pipa yang salah satunya terdapat pada

ulna.

Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa ayam Arab memiliki panjang sayap sebesar 24,33 cm pada jantan dan 21,21 cm pada betina. Sulandari et al. (2007) juga menyatakan bahwa ayam Pelung jantan memiliki panjang sayap sebesar 26,72 cm dan ayam Pelung betina sebesar 22,90 cm. Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki panjang sayap sebesar 23,48 cm dan pada betina sebesar 19,21 cm.

Jengger

Warna dari jengger dapat digunakan sebagai penanda dari jenis unggas (Mc Lelland, 1990). Stansfield (1991) menyatakan bahwa tipe jengger merupakan hasil interaksi gen yang bersifat non-epistasis. Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran jengger dipengaruhi oleh kerja hormon yang timbul sebagai salah satu karakter kelamin sekunder. Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi oleh aktivitas testis.

Single Cushion Pea Rose

Silkie Buttercup Strawberry V-Shaped

Gambar 6. Bentuk Jengger pada Ayam

Sumber: Extension, Incubation and Embryology, University of Illinois (2008)

Ayam Arab dan Ayam Pelung memiliki bentuk jengger yang sama yaitu berbentuk tegak dan bergerigi (serrated single comb) (Nataamijaya et al., 2003), namun keduanya memiliki tinggi jengger yang berbeda. Bentuk jengger pada ayam disajikan pada Gambar 6.

Tinggi jengger pada ayam Arab menurut Sulandari et al. (2007) adalah sebesar 6,31 cm pada jantan dan 3,08 cm pada betina, sedangkan ayam Pelung jantan

(25)

memiliki tinggi jengger sebesar 6,98 cm dan ayam Pelung betina sebesar 2,79 cm. Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung memiliki bentuk jengger yang sangat bervariasi, namun berdasarkan penelitian Nishida et al. (1980), bentuk jengger yang paling banyak ditemukan pada ayam Kampung di Indonesia adalah bentuk pea. Hasil penelitian Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki tinggi jengger sebesar 6,98 cm dan pada betina sebesar 2,79 cm.

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linier dari variabel-variabel. AKU secara umum bertujuan mereduksi data dan menginterpretasikannya (Gaspersz, 1992). Everitt dan Dunn (1998) menambahkan bahwa analisis ini juga digunakan menyederhanakan analisis selanjutnya. Analisis morfometrik dengan metode AKU menerangkan bahwa komponen utama pertama merupakan indikasi ukuran tubuh dari hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen utama kedua merupakan indikasi bentuk hewan (vektor bentuk).

Akar ciri atau ragam ini menurut Nishida et al. (1982) dinyatakan sebagai nilai Eigen. Akar ciri atau ragam dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah variabel yang diamati dengan nilai keragaman total pada AKU yang diturunkan berdasarkan matriks kovarian (Gaspersz, 1992). Vektor Eigen memperlihatkan kontribusi variabel-variabel tertentu sebagai faktor penciri ukuran tubuh ataupun bentuk tubuh. Candrawati (2007) menyatakan bahwa komponen utama pertama pada ayam Kampung adalah panjang sayap dengan vektor Eigen sebesar 0,55 dan dapat digunakan sebagai vektor penciri ukuran tubuh ayam Kampung, sedangkan vektor penciri bentuk tubuh ayam Kampung adalah tinggi jengger yang merupakan komponen utama kedua dengan vektor Eigen sebesar 0,75 untuk tinggi jengger. Mufti (2003) menyatakan bahwa penciri ukuran tubuh ayam Pelung adalah panjang

tibia dan panjang sayap yang merupakan komponen utama pertama dengan vektor Eigen sebesar 0,539 untuk panjang tibia dan 0,610 untuk panjang sayap. Panjang

tarsometatarsus atau shank dan panjang sayap merupakan komponen utama kedua yang merupakan penciri bentuk tubuh ayam Pelung dengan vektor Eigen sebesar 0,603 untuk panjang sayap dan 0,696 untuk panjang shank.

(26)

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa korelasi atau keeratan hubungan antara variabel asal dan komponen utama dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi antara variabel asal dan komponen utama itu. Pada komponen utama yang diturunkan dari matriks kovarian, koefisien korelasi antara variabel asal ke-i dengan komponen utama ke-j dapat dihitung. Berdasarkan hasil penelitian Hanibal (2008), ditemukan korelasi positif dan nyata antara skor ukuran dan bobot tubuh sehingga peningkatan ukuran tubuh akan mengakibatkan peningkatan bobot tubuh.

(27)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda untuk masing-masing jenis ayam. Pengukuran ayam Arab dilakukan di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat; ayam Kampung di Karanganyar, Jawa Tengah dan ayam Pelung di tiga lokasi yaitu Darmaga, Ciampea dan Salabenda, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Januari sampai Februari 2008.

Materi

Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Arab, ayam Kampung dan ayam Pelung. Ayam Arab yang diukur sebanyak 115 ekor (40 ekor jantan dan 75 ekor betina); ayam Kampung sebanyak 61 ekor (25 ekor jantan dan 36 ekor betina); ayam Pelung sebanyak 52 ekor (29 ekor jantan dan 23 ekor betina). Ayam yang diukur adalah ayam yang telah mencapai dewasa tubuh. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jangka sorong, pita ukur, lembar data, alat tulis, benang atau tali dan kamera. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak statistika Minitab 14.

Prosedur

Pengamatan dilakukan di lokasi yang telah ditentukan dan pengamatan dilakukan dengan pengukuran linier tubuh. Ayam-ayam yang diukur dipilih secara acak. Bagian-bagian tubuh ayam Arab, Kampung dan Pelung yang diukur adalah panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4), panjang jari ketiga (X5), panjang sayap (X6) dan tinggi jengger (X7). Gambar 7 menyajikan bagian-bagian tubuh ayam yang diukur pada penelitian.

(28)

Keterangan : X1= panjang femur, X2 = panjang tibia, X3 = panjang tarsometatarsus, X4 = lingkar

tarsometatarsus, X5 = panjang jari ketiga, X6 = panjang sayap, X7 = tinggi jengger

Gambar 7. Bagian-bagian Tubuh Ayam yang Diamati

Sumber : Waggoner dan Hutchins (2001)

Panjang Femur

Tulang femur memiliki bentuk yang agak melengkung, kuat dan silindrikal. Bagian ujung distal berartikulasi dengan tibia, fibula dan patella (Sisson dan

X1 X2 X3 X4 X6 = a+b+c a b c X5 X7

(29)

Grossman, 1953). Pengukuran panjang tulang femur dilakukan sepanjang tulang paha dengan menggunakan jangka sorong.

Panjang Tibia

Bagian lateral tibia berikatan dengan fibula dan bagian proximal berikatan dengan tulang femur (McLelland, 1990). Pengukuran tulang tibia ini dilakukan dari

patella sampai ujung tibia dengan menggunakan jangka sorong.

Panjang Tarsometatarsus

Panjang tulang tarsometatarsus diwakili oleh sebuah tulang yang dibentuk oleh persatuan metatarsal yang kedua, ketiga dan keempat (Sisson dan Grossman, 1953). Pengukuran dilakukan sepanjang tulang tarsometatarsus (shank) dengan menggunakan jangka sorong.

Lingkar Tarsometatarsus

Pengukuran lingkar tarsometatarsus dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada bagian tengah tulang tarsometatarsus dan kemudian dikonversikan ke jangka sorong.

Panjang Jari Ketiga

Pengukuran hanya dilakukan pada jari ketiga yang terdiri dari empat

phalanges sampai ujung jari menggunakan jangka sorong.

Panjang Sayap

Menurut Sisson dan Grossman (1953) tulang sayap terdiri dari tulang

humerus, radius dan ulna. Pengukuran dilakukan mengikuti tulang-tulang penyusun

tulang sayap mulai dari pangkal humerus sampai ujung phalanges menggunakan pita ukur yang kemudian dikonversikan ke jangka sorong.

Tinggi Jengger

Pengukuran tinggi jengger dilakukan dengan mengukur pangkal jengger yang melekat pada kepala sampai ujung jengger tertinggi pada kondisi tegak lurus 90o menggunakan jangka sorong.

(30)

T2-Hotteling

T2-Hotteling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh antara dua kelompok jenis ayam yang diamati yang meliputi ayam Arab, ayam Kampung dan ayam Pelung. Hipotesis untuk uji T2-Hotteling ini adalah:

H0 : U1 = U2 ; artinya vektor nilai rata-rata. kelompok jenis ayam kesatu sama dengan kelompok jenis ayam kedua

H1 : U1 ≠ U2 ; artinya vektor nilai rata-rata kedua kelompok ayam berbeda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji T2-Hotteling yang dianjurkan oleh Gaspersz (1992):

Selanjutnya besaran

akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 - p-1 Keterangan :

T2 = Nilai T2- Hotteling

F = Nilai hitung untuk T2- Hotteling

n1 = Jumlah data pengamatan pada kelompok jenis ayam pertama n2 = Jumlah data pengamatan pada kelompok jenis ayam kedua

= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok jenis ayam kesatu = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok jenis ayam kedua SG-1 = Invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG)

p = Banyaknya variabel ukur

Secara empiris, dibuktikan bahwa bila ditemukan perbedaan pada masing-masing kelompok ayam, melalui uji T2-Hotteling, maka pengolahan data dilanjutkan dengan Analisis Komponen Utama (AKU).

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) dilakukan untuk membedakan ukuran dan bentuk tubuh yang diamati. Skor ukuran dan bentuk tubuh diperoleh berdasarkan AKU. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini menurut Gaspersz (1992) adalah : 2 121nnnn ) x2 x1 ( S )' x2 x1 ( G 1 2 T 2) n2 (n1 1 p n2 n1 F 1 x 2 x n2 n1 n1n2 T2

(31)

Yj : a1j x1 + a2j x2 + a3j x3 + a4j x3 +... +a7j x7

Keterangan : Y : komponen utama ke j (j:1, 2, 3, ..., 7) X1, 2, 3,..., 7 : peubah ke 1, 2, 3, ..., 7

a1j, a2j....a7j : vektor Eigen variabel ke 1,2,3, ...,7 dengan komponen ke-j

Korelasi antara Yj (1 = ukuran dan 2 = bentuk) dengan Xi peubah-peubah yang diukur (X1, X2, X3,...,X7) dapat dihitung dengan rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut : rZiyj : rij : Si λj aij keterangan :

rZiyj : koefisien korelasi variabel ke-i dengan komponen ke-j aij : vektor Eigen variabel ke-i dengan komponen ke-j λij : nilai Eigen (akar ciri) komponen utama ke-j Si : simpangan baku variabel ke-i

Diagram Kerumunan

Diagram kerumunan dibuat berdasarkan sumbu X dan sumbu Y. Sumbu X merupakan skor ukuran tubuh dan sumbu Y merupakan skor bentuk tubuh. Pembentukan diagram kerumunan dibuat berdasarkan hasil olahan AKU.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Linier Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Pengukuran sifat-sifat ukuran tubuh pada ayam Arab, Kampung dan Pelung disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa ukuran-ukuran variabel pada kelompok ayam jantan lebih besar dibandingkan pada kelompok ayam betina pada setiap jenis ayam. Variabel ukuran tubuh ditemukan terbesar pada jenis ayam Pelung, sedangkan yang terkecil adalah ayam Arab, kecuali pada tinggi jengger.

Tabel 3. Ukuran Variabel-variabel Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung yang Diamati

Variabel Ayam Arab Ayam Kampung Ayam Pelung Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina ---(cm)--- Panjang Femur (X1) 12,44±0,77 n = 40 (6,15%) 10,63±1,34 n = 75 (12,64%) 12,94±0,80 n = 25 (6,16%) 11,06±0,88 n = 36 (7,91%) 15,48±0,91 n = 29 (5,85%) 13,56±0,78 n = 23 (5,73%) Panjang Tibia (X2) 13,75±0,88 n = 40 (6,40%) 11,34±0,78 n = 75 (6,91%) 15,15±1,79 n = 25 (11,81%) 12,48±0,71 n = 36 (5,65%) 19,64±1,58 n = 29 (8,02%) 15,39±1,59 n = 23 (10,32%) Panjang Shank (X3) 10,75±0,43 n = 40 (3,99%) 8,28±0,57 n = 75 (6,90%) 10,09±0,87 n = 25 (8,57%) 8,17±0,63 n = 36 (7,71%) 13,21±1,28 n = 29 (9,69%) 10,77±0,84 n = 23 (7,76%) Lingkar Shank (X4) 7,59±0,65 n = 40 (8,62%) 5,89±0,44 n = 75 (7,46%) 6,86±0,43 n = 25 (6,21%) 6,04±1,01 n = 36 (16,76%) 9,38±0,78 n = 29 (8,33%) 7,81±0,61 n = 23 (7,82%) Panjang Jari Ketiga (X5) 4,91±0,32 n = 40 (6,64%) 4,06±0,27 n = 75 (6,67%) 5,32±0,44 n = 25 (8,24%) 4,59±0,40 n = 36 (8,64%) 6,71±0,47 n = 29 (6,93%) 5,72±0,38 n = 23 (6,68%) Panjang Sayap (X6) 15,20±0,95 n = 40 (6,28%) 12,31±0,93 n = 75 (7,52%) 16,17±1,58 n = 25 (9,77%) 14,51±1,11 n = 36 (7,63%) 20,30±1,08 n = 29 (5,30%) 17,31±1,06 n = 23 (6,15%) Tinggi Jengger (X7) 6,67±0,81 n = 40 (1,13%) 3,50±0,92 n = 75 (26,43%) 2,06±0,92 n = 25 (44,66%) 1,01±0,42 n = 36 (42,15%) 7,48±1,24 n = 29 (16,51%) 2,94±1,01 n = 23 (34,20%) Keterangan : n = jumlah ayam yang diamati; angka dalam tanda kurung menyatakan koefisien

(33)

Koefisien keragaman pada setiap sifat ukuran-ukuran tubuh yang diamati menunjukkan hasil yang tidak sama pada setiap jenis ayam. Pada jenis ayam Arab, keragaman sifat ukuran-ukuran ditemukan lebih besar pada betina, kecuali pada lingkar shank. Hal yang tidak demikian tidak ditemukan pada kedua jenis ayam yang lain yaitu ayam Kampung dan Pelung. Pada kedua jenis ayam tersebut, keragaman sifat ukuran tubuh tidak konsisten untuk jantan dan betina. Beberapa sifat ditemukan tinggi pada jantan dan beberapa sifat lainnya ditemukan tinggi pada betina. Hal tersebut mengindikasikan bahwa seleksi sifat ukuran tubuh yang diamati pada jenis ayam Kampung dan Pelung belum dilakukan secara ketat seperti pada ayam Arab.

Seleksi menurut Noor (2004) terdapat dua macam, yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi akan menentukan keberhasilan ternak untuk bertahan (survive) dan menghasilkan keturunan, sedangkan pada seleksi buatan, manusia sangat dominan dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia. Seleksi yang lebih dominan terjadi pada ayam Arab adalah seleksi buatan, yaitu seleksi yang dilakukan oleh manusia dengan arah seleksi untuk menghasilkan ayam petelur unggul. Ayam Arab yang saat ini banyak digunakan sebagai ayam penghasil telur merupakan hasil seleksi ketat yang telah dilakukan sejak lama. Nataamijaya (2000) menyatakan bahwa ayam Kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang pemeliharaannya sebagian besar dilakukan secara ekstensif sehingga seleksi yang lebih dominan terjadi pada ayam Kampung merupakan seleksi alam. Berbeda dengan ayam Kampung, menurut Nataamijaya et

al. (2003) ayam Pelung merupakan hasil seleksi jangka panjang dari ayam Kampung.

Iskandar dan Saepudin (2004) menyatakan bahwa seleksi pada ayam Pelung dilakukan berdasarkan pada sifat-sifat khas yang ditemukan pada ayam Pelung, yaitu suara kokok yang indah. Sebagai ayam penyanyi, ayam Pelung memiliki tubuh yang besar sehingga ayam Pelung juga memiliki potensi yang besar sebagai ayam pedaging.

Pembedaan Ukuran Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Uji T2-Hotteling

Tabel 4 menyajikan hasil uji statistik T2-Hotteling pada jenis ayam yang diamati. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan perbedaan sifat ukuran linier tubuh

(34)

diantara dua jenis ayam yang diamati yaitu antara ayam Arab, Kampung dan Pelung. Diantara jenis ayam yang diamati ditemukan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01) pada variabel-variabel ukuran linier tubuh.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2-Hotteling Variabel-variabel Ukuran Linier Tubuh diantara Dua Jenis Ayam yang Diamati

Jenis ayam Ayam Arab Ayam Kampung

Ayam Arab

Ayam Kampung **

Ayam Pelung ** **

Keterangan : ** : sangat berbeda (P<0,01)

Perbedaan ukuran linier tubuh antara dua jenis ayam yang diamati ditemukan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, ditemukan bahwa ayam Arab sangat berbeda dengan ayam Kampung maupun dengan ayam Pelung. Perbedaan ini disebabkan asal usul ayam Arab berbeda dengan ayam Kampung dan Pelung. Ayam Arab adalah ayam petelur yang berasal dari Belgia, sedangkan ayam Kampung dan Pelung adalah ayam asli Indonesia (Nataamijaya 2000; Nataamijaya et al., 2003). Nataamijaya et

al. (2003) menambahkan selain berasal dari tempat yang berbeda, arah seleksi ayam

Arab ayam Kampung dan ayam Pelung berbeda pula. Ayam Arab dipelihara untuk tujuan produksi telur yang tinggi, sehingga ayam Arab memiliki tubuh yang ramping dan digolongkan ke dalam ayam tipe ringan. Ayam Kampung merupakan ayam dwiguna yaitu ayam dipelihara untuk memproduksi telur dan daging sehingga ayam Kampung termasuk ke dalam tipe sedang. Ayam Pelung selain sebagai ayam penyanyi, juga dipelihara sebagai ayam pedaging sehingga dapat digolongkan ke dalam tipe berat (Nataamijaya et al., 2003).

Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Berdasarkan Analisis Komponen Utama

Bahasan berikut ini menyajikan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada ayam Arab, Kampung dan Pelung. Perbedaan antara ukuran dan bentuk tubuh pada setiap jenis ayam akan dibahas berdasarkan persamaan dan gambar.

Hasil olahan Analisis Komponen Utama pada kelompok ayam Arab disajikan pada Tabel 5 yang meliputi persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan masing-masing keragaman total (KT) dan nilai Eigen ( ). Komponen utama pertama

(35)

merupakan persamaan ukuran tubuh yang pada kelompok ayam Arab memiliki keragaman total sebesar 74,60% yang mengindikasikan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai Eigen pada persamaan ukuran tubuh ayam Arab sebesar 9,57. Vektor Eigen terbesar pada persamaan ukuran tubuh jenis ayam Arab ditemukan pada tinggi jengger (X7) yaitu sebesar 0,51 dan panjang sayap (X6) yaitu sebesar 0,49. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi jengger dan panjang sayap merupakan penciri ukuran tubuh ayam Arab. Nilai korelasi antara ukuran dengan panjang sayap dan tinggi jengger masing-masing sebesar +0,90 dan +0,89. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai panjang sayap dan tinggi jengger, maka skor ukuran tubuh ayam Arab akan semakin besar.

Tabel 5. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung Jenis Ayam Persamaan KT (%) Ayam Arab Ukuran = 0,31X1 + 0,40X2 + 0,40X3 + 0,27X4 + 0,14X5 + 0,49X6 + 0,51X7 74,60 9,57 Bentuk = 0,92X1 – 0,29X2 – 0,10X3 – 0,11X4 – 0,05X5 – 0,21X6 + 0,01X7 10,50 1,35 Ayam Kampung Ukuran = 0,37X1 + 0,61X2 + 0,40X3 + 0,18X4 + 0,16X5 + 0,49X6 + 0,19X7 74,20 7,85 Bentuk = 0,36X1 – 0,59X2 – 0,08X3 + 0,30X4 + 0,07X5 + 0,54X6 – 0,37X7 8,70 0,92 Ayam Pelung Ukuran = 0,25X1 + 0,57X2 + 0,32X3 + 0,20X4 + 0,13X5 + 0,37X6 + 0,56X7 77,57 17,57 Bentuk = – 0,10X1 + 0,77X2 – 0,18X3 – 0,07X4 + 0,16X5 – 0,17X6 – 0,56X7 8,70 1,96

Keterangan : X1 = panjang femur; X2 = panjang tibia; X3 = panjang tarsometatarsus; X4 = lingkar

tarsometatarsus; X5 = panjang jari ketiga; X6 = panjang sayap; X7 = tinggi jengger; KT

= keragaman total; = nilai Eigen

Persamaan bentuk tubuh ayam Arab berdasarkan Tabel 5 memiliki keragaman total sebesar 10,50% yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai Eigen pada persamaan bentuk

(36)

ayam Arab sebesar 1,35. Vektor Eigen terbesar pada persamaan bentuk kelompok ayam Arab ditemukan pada panjang femur (X1) yaitu sebesar 0,92 sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang femur merupakan penciri bentuk ayam Arab. Korelasi antara bentuk dan panjang femur memiliki nilai +0,74. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai panjang femur yang semakin besar akan meningkatkan nilai skor bentuk tubuh ayam Arab. Gambar 8 menyajikan jantan dan betina ayam Arab.

Gambar 8. Ayam Arab Jantan (A) dan Betina (B) yang Diamati

Persamaan ukuran dan bentuk tubuh jenis ayam Kampung disajikan pula pada Tabel 5 beserta keragaman total (KT) dan nilai Eigen ( ) pada setiap persamaan. Berdasarkan Tabel 5, komponen utama pertama yang merupakan ukuran tubuh (size) pada kelompok ayam Kampung memiliki keragaman total sebesar 74,20% yang mengindikasikan proporsi keragaman terbesar pada komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai Eigen pada persamaan ukuran pada kelompok ayam Kampung sebesar 7,85 dan memiliki nilai keragaman tertinggi. Berdasarkan Tabel 5, vektor Eigen pada komponen utama pertama terbesar ditemukan pada variabel panjang tibia (X2) dengan nilai sebesar 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang tibia merupakan penciri ukuran tubuh ayam Kampung. Nilai korelasi antara ukuran dan penciri ukuran tubuh ayam Kampung yaitu panjang

tibia sebesar +0,94. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai panjang tibia (X2), maka skor ukuran tubuh ayam Kampung akan semakin besar.

Keragaman total pada persamaan bentuk tubuh ayam Kampung pada Tabel 5 sebesar 8,70% dan merupakan nilai keragaman total terbesar setelah keragaman total persamaan komponen utama pertama. Nilai Eigen pada persamaan bentuk pada kelompok ayam Kampung ditemukan sebesar 0,92. Pada Tabel 5 ditemukan bahwa vektor Eigen terbesar pada persamaan bentuk pada kelompok ayam Kampung

B

A

(37)

ditemukan pada variabel panjang tibia (X2) sebesar –0,59 dan panjang sayap (X6) sebesar 0,54. Nilai korelasi antara bentuk dengan penciri bentuk tubuh ayam Kampung yaitu panjang tibia (X2) dan panjang sayap (X6), masing-masing –0,31 dan +0,33. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai panjang tibia yang semakin besar maka skor bentuk tubuh ayam Kampung akan semakin kecil, sebaliknya semakin besar nilai panjang sayap maka skor bentuk tubuh ayam Kampung akan semakin besar. Gambar 9 menyajikan jantan dan betina ayam Kampung yang diamati.

Gambar 9. Ayam Kampung Jantan (A) dan Betina (B) yang Diamati

Tabel 5 menyajikan hasil Analisis Komponen Utama pada jenis ayam Pelung yang meliputi persamaan ukuran dan bentuk tubuh serta nilai keragaman total (KT) dan nilai Eigen ( ). Pada Tabel 5 ditemukan bahwa komponen utama pertama yang merupakan ukuran tubuh, kelompok ayam Pelung memiliki keragaman total sebesar 77,57% dan mengindikasikan proporsi keragaman yang terbesar pada persamaan ukuran. Nilai Eigen pada persamaan ukuran pada kelompok ayam Pelung sebesar 17,57. Berdasarkan Tabel 5, vektor Eigen terbesar pada persamaan ukuran tubuh ayam Pelung ditemukan pada variabel panjang tibia (X2) sebesar 0,57 dan tinggi jengger (X7) sebesar 0,56 yang mengindikasikan bahwa panjang tibia dan tinggi jengger merupakan penciri ukuran tubuh ayam Pelung. Nilai korelasi antara ukuran dengan penciri ukuran tubuh ayam Pelung yaitu panjang tibia dan tinggi jengger masing-masing sebesar +0,91 dan +0,92 yang mengindikasikan bahwa semakin besar nilai panjang tibia dan tinggi jengger, maka semakin besar skor ukuran tubuh ayam Pelung. Gambar 10 menyajikan jantan dan betina ayam Pelung yang diamati.

B

A

(38)

Gambar 10. Ayam Pelung Jantan (A) dan Betina (B) yang Diamati

Keragaman total persamaan komponen utama kedua pada jenis ayam Pelung berdasarkan Tabel 5 ditemukan sebesar 8,70% dan merupakan nilai keragaman total terbesar setelah keragaman total persamaan ukuran. Nilai Eigen pada persamaan bentuk pada kelompok ayam Kampung sebesar 1,96. Pada Tabel 5 ditemukan vektor

Eigen terbesar pada persamaan bentuk tubuh kelompok ayam Pelung adalah panjang tibia (X2) yaitu sebesar 0,77 sehingga dapat disimpulkan bahwa selain menjadi penciri ukuran tubuh, panjang tibia juga merupakan penciri bentuk tubuh ayam Pelung. Korelasi antara bentuk dengan penciri bentuk tubuh ayam Pelung yaitu panjang tibia memiliki nilai +0,41. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai panjang tibia yang semakin besar akan menurunkan nilai skor bentuk tubuh ayam Pelung.

Perbandingan Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung

Ukuran Tubuh

Tabel 6 menyajikan rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk tubuh pada ayam Arab, ayam Kampung dan ayam Pelung berdasarkan analisis komponen utama. Berdasarkan Tabel 6, ditemukan bahwa penciri ukuran tubuh ayam Arab adalah panjang sayap (X6) dan tinggi jengger (X7). Menurut Mitra Unggas (2008) sayap dapat mengindikasikan produksi telur ayam. Sayap yang panjang dapat mengindikasikan bahwa ayam dapat memproduksi telur dalam jumlah yang tinggi.

Tabel 6. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk pada Kelompok Jenis Ayam Berdasarkan Analisis Komponen Utama

Jenis Ayam Penciri Ukuran Penciri Bentuk Ayam Arab Panjang sayap (X6)

Tinggi jengger (X7)

Panjang femur (X1) Ayam Kampung Panjang tibia (X2) Panjang tibia (X2)

Panjang sayap (X6) Ayam Pelung Panjang tibia (X2)

Tinggi jengger (X7)

Panjang tibia (X2)

B

A

(39)

Tinggi jengger merupakan penciri ukuran tubuh yang ditemukan pada ayam Arab dan ayam Pelung. Hal tersebut berdasarkan pada Tabel 6. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bahwa ayam Arab dan ayam Pelung memiliki tipe jengger yang sama yaitu berbentuk tunggal tegak berdiri (serrated single comb). Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran jengger dipengaruhi oleh kerja hormon yang timbul sebagai salah satu karakter kelamin sekunder. Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi oleh aktivitas testis. Aktivitas testis mempengaruhi produksi hormon testosteron (Frandson, 1992). Hormon testosteron mempengaruhi sifat kejantanan. Pada ayam Pelung sifat kejantanan diindikasikan dengan pertumbuhan yang cepat (Iskandar dan Saepudin, 2004), sedangkan pada ayam Arab, sifat kejantanan diindikasikan dengan kemampuan ayam Arab untuk mengawini betina yang tinggi (Natalia et al., 2004). Tabel 3 menyajikan bahwa tinggi jengger ayam Pelung tertinggi kemudian diikuti dengan ayam Arab, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh. Hal yang tidak demikian ditemukan pada ayam Kampung.

Pada Tabel 6 ditemukan bahwa pada ayam Kampung dan ayam Pelung memiliki penciri ukuran tubuh yang sama yaitu pada variabel panjang tibia (X2). Hal yang berbeda ditemukan pada ayam Arab, variabel panjang tibia tidak menjadi penciri ukuran. Skor ukuran tubuh dihubungkan dengan bobot badan pada domba telah dilakukan oleh Hanibal (2008). Pada penelitian ini, panjang tibia memberikan kontribusi terbesar dalam skor ukuran. Sartika (2000) menyatakan bahwa ditemukan korelasi positif antara panjang tibia dan bobot badan. Ayam Kampung dan Pelung memiliki penciri ukuran yang sama yaitu panjang tibia, karena ayam Kampung dan ayam Pelung memiliki tujuan seleksi yang sama, ayam Pelung untuk ayam pedaging dan ayam Kampung juga diseleksi ke arah pedaging (dwiguna).

Berdasarkan Tabel 6 ditemukan penciri ukuran tubuh ayam Pelung dan ayam Arab yaitu tinggi jengger dan tidak ditemukan pada ayam Kampung. Hal ini disebabkan ayam Pelung dan Arab memiliki tipe jengger yang berbeda dengan ayam Kampung. Menurut Nataamijaya et al. (2003) ayam Pelung dan ayam Arab memiliki jengger berbentuk tunggal tegak berdiri, sedangkan berdasarkan hasil penelitian Nishida et al. (1982), sebagian besar ayam Kampung di Indonesia memiliki jengger berbentuk seperti kacang kapri (pea). Hal ini juga dipertegas dengan data rataan

(40)

tinggi jengger pada Tabel 3 yang menyajikan bahwa tinggi jengger ayam Pelung tertinggi kemudian diikuti dengan ayam Arab, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh dan tinggi jengger terendah ditemukan pada ayam Kampung.

Bentuk Tubuh

Pada Tabel 6 juga ditemukan bahwa panjang sayap menjadi penciri bentuk tubuh ayam Kampung. Hal tersebut berhubungan dengan fungsi utama sayap sebagai organ yang sangat berperan pada unggas untuk terbang (Lucas dan Stetteinheim, 1972). Ayam Kampung lebih dominan mengalami seleksi alam dibandingkan seleksi buatan sehingga memberikan keleluasaan kerangka tubuh untuk berkembang secara optimal. Fungsi sayap sebagai alat terbang masih diperlukan oleh ayam Kampung dalam upaya mempertahankan diri dari serangan musuh dan untuk mengerami telur (Mitra Unggas, 2008) selain sebagai sumber kalsium untuk memproduksi telur (Suprijatna et al., 2005).

Selain menjadi penciri ukuran tubuh, panjang tibia juga menjadi penciri bentuk tubuh ayam Kampung dan ayam Pelung. Hal yang tidak demikian ditemukan pada ayam Arab. Hal tersebut karena perbedaan asal-usul; Ayam Arab merupakan ayam petelur asal Belgia sedangkan ayam Kampung dan ayam Pelung merupakan ayam asli Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa panjang tibia merupakan salah satu penciri bentuk tubuh yang khas pada ayam lokal Indonesia.

Perbandingan Kerumunan Data Individu Ayam Arab, Ayam Kampung dan Ayam Pelung

Gambar 11 menyajikan kerumunan ayam Arab, ayam Kampung dan ayam Pelung berdasarkan skor ukuran dan bentuk tubuh. Skor ukuran dan bentuk tubuh pada gambar kerumunan diperoleh berdasarkan persamaan komponen utama yang diturunkan berdasarkan masing-masing jenis ayam yang diamati.

Ukuran Tubuh

Secara umum, Gambar 11 menunjukkan bahwa skor ukuran tubuh ayam jantan pada semua jenis ayam lebih besar daripada betina. Hanibal (2008) menyatakan bahwa berdasarkan Analisis Komponen Utama (AKU), ditemukan korelasi positif antara skor ukuran tubuh dan bobot badan. Soeparno (1992) menyatakan bahwa dibandingkan dengan ternak betina, ternak jantan pada umur yang sama akan tumbuh lebih cepat dan memiliki bobot badan yang lebih tinggi.

(41)

Perbedaan ini terjadi karena pada jantan ditemukan testosteron sebagai suatu steroid

androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Hormon kelamin jantan

inilah yang mengakibatkan pertumbuhan pada ternak jantan lebih cepat dibandingkan pada ternak betina.

Gambar 11. Kerumunan Data Individu pada Ayam-ayam yang Diamati Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk pada Persamaan yang Diturunkan Berdasarkan Masing-masing Jenis Ayam yang Diamati

Berdasarkan Gambar 11, kerumunan data ayam Arab berada di sebelah kiri diagram. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam Arab memiliki skor ukuran tubuh yang kecil. Ayam Arab merupakan ayam petelur (tipe ringan) yang memiliki tubuh yang relatif kecil (Nataamijaya et al., 2003), sedangkan kerumunan data ayam Pelung berada di sebelah kanan diagram. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ayam Pelung memiliki skor ukuran tubuh yang tinggi. Ayam Pelung merupakan ayam tipe pedaging sehingga membentuk kerumunan data di sebelah kanan.

Ayam Arab Jantan;

1 1 Ayam Arab Betina

Ayam Pelung Jantan;

2 2 Ayam Pelung Betina

Ayam Kampung Jantan;

3 3 Ayam Kampung Betina

40 30 20 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -1 Ukuran B en tu k Keterangan :

Gambar

Gambar 1. Ayam Arab Jantan (A) dan Betina (B)
Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (A) dan Betina (B)
Gambar 3. Ayam Pelung Jantan (A) dan Betina  (B)  Sumber : Iskandar dan Saepudin (2004)
Gambar 4. Tulang  Femur, Tibia, Tarsometatarsus dan Jari pada Ayam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisisi data yang telah ditemukan menunjukan status sosial ekonomi orang tua tidak berpengaruh terhadap indeks prestasi mahasiswa terlihat dari uji F dari table ANOVA

media perkusi pada setiap pertunjukaannya sehingga mengurangi resiko kebosanan penonton, (2) kelompok perkusi DLLP Semarang memperluas pola komposisi yang sudah

berbagai perubahan yang terjadi, baik dari dalam maupun dari luar

distabilisasi menggunakan kolom campuran pasir-kapur dengan judul “ Pengaruh Variasi Diameter Kolom Campuran Pasir Kapur Terhadap Konsolidasi Tanah Lempung Lunak”,

Teman sebaya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan remaja, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis jawaban respondenpada item pertanyaan yang

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENGGUNAAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS X IPA 3 SMA N 1 TERAS BOYOLALI

Hasil penelitian Agus Sartono dan Mishabul Munir menyimpulkan bahwa rata-rata PER untuk tujuh industri yang berbeda adalah tidak sama; pertumbuhan laba, ROA, Devidend Payout

687 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, dimana nilai faktor muat yang distandarkan adalah 70 %