• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN ASAM ORGANIK DAN INOKULASI EKTOMIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI Shorea Mecistopteryx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN ASAM ORGANIK DAN INOKULASI EKTOMIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI Shorea Mecistopteryx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN ASAM ORGANIK DAN INOKULASI

EKTOMIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN SEMAI Shorea Mecistopteryx

Melya Riniarti

Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian asam organik dan cendawan ektomikoriza terhadap kolonisasi cendawan dan pertumbuhan bibit Shorea mecistopteryx. Asam organik yang diberikan adalah asam oksalat dan asam humat, yang dikombinasikan dengan dua macam inokulum ektomikoriza, yaitu inokulum tanah dan inokulum tablet spora (yang mengandung spora Scleroderma columnare). Perlakuan diberikan selama 8 bulan, di mana pemberian asam organik dilakukan dua kali, yaitu pada saat pemindahan bibit ke polybag dan ketika bibit berumur 3 bulan, sedangkan inokulum ektomikoriza diberikan pada saat pemindahan bibit ke polybag. Hasil percobaan menunjukkan bahwa interaksi antara asam oksalat dengan inokulum tablet spora dan interaksi antara asam humat dengan inokulum tanah meningkatkan sejumlah parameter pertumbuhan pada bibit S. mecistopteryx dan membantu meningkatkan penyerapan unsur hara. Namun demikian, interaksi tersebut tidak mempengaruhi kolonisasi cendawan ektomikoriza.

Kata kunci: asam oksalat, asam humat, ektomikoriza, Shorea mecistopteryx, Scleroderma columnare

PENDAHULUAN

Penanaman Hutan Tanaman Industri (HTI) diutamakan dibangun di atas lahan kritis, padang alang-alang, semak belukar, dan hutan tidak produktif. Kesemua lahan tersebut memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah. Oleh karenanya semai berkualitas baik sangatlah diperlukan agar mampu tumbuh dalam kondisi lahan tersebut. Setelah ditanam di lapangan, tanaman harus memiliki kemampuan memanfaatkan unsur hara dalam tanah untuk mendukung pertumbuhannya. Disinilah letak pentingnya peranan ektomikoriza, karena peran ektomikoriza tidak akan terhenti hingga pembentukkan semai yang baik kualitasnya, tetapi peran tersebut akan terus berlanjut hingga tanaman tersebut mati. Semai berektomikoriza pertumbuhannya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza (Supriyanto, 1999). Hal tersebut karena ektomikoriza membantu menyerap unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, menghasilkan zat yang dapat dimanfaatkan tanaman, bahkan dapat melindungi perakaran dari serangan pathogen.

(2)

Seperti pada tanaman kehutanan lainnya, jenis dipterocarpacea memiliki hubungan yang erat dengan mikoriza. Informasi tentang asosiasi dipterocarpaceae dengan cendawan pembentuk ektomikoriza masih terbatas. Namun demikian secara mikroskopis pada akar pendek dipterocarpaceae diketahui berasosiasi dengan ektomikoriza (Omon, 1994). Di Filipina ditemukan sekitar 10 jenis cendawan yang berasosiasi dengan dipterocarpaceae (De La Cruz, 1981).

Salah satu jenis dipterocarpaceae yang menghasilkan buah tengkawang adalah S. pinanga. Seperti umumnya jenis dipterocarpaceae lainnya, salah satu kesulitan pembudidayaan tanaman ini adalah kesulitan dalam pengadaan bibit dikarenakan jenis bijinya yang rekalsitran dan musim berbuahnya yang tidak teratur. Tanaman ini juga merupakan jenis tanaman yang lambat tumbuh dan ketahanan hidupnya rendah, sehingga asosiasi dengan mikoriza adalah solusi yang baik untuk meningkatkan daya tumbuh dan ketahanan hidupnya.

Penggunaan bahan organik saat ini banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan, sebagai sebuah alternatif teknologi yang aman bagi lingkungan. Menurut Hakim et al. (1986), bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, kemampuan menahan unsur hara dan air, aktivitas mikroorganisme, serta berbagai sifat-sifat tanah lainnya. Berbagai jenis asam organik sederhana diproduksi oleh mikroorganisme, eksudat akar, dan dekomposisi bahan organik di daerah rizosfir (Bhatti et al., 1998). Salah satu jenis asam organik yang memainkan peranan penting dalam berbagai ekosistem adalah asam oksalat. Menurut Fox dan Comerford (1990) sebagaimana dikutip oleh Bhatti et al. (1998), asam oksalat merupakan anion organik dengan berat molekul rendah yang paling banyak ditemukan di berbagai tipe lantai hutan. Asam oksalat secara effektif dapat menurunkan toksisitas Al dengan membentuk kompleks dengan Al, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan P yang merupakan salah satu unsur hara penting dalam pertumbuhan tanaman (Singh dan Ruhal, 1993; Cannon et al., 1995; Bhatti et al., 1998).

Asam organik lainnya yang umum digunakan adalah asam humat. Bahan ini telah digunakan secara luas untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pertanian, perkebunan, hortikultura, pakan ternak, dan kehutanan. Di bidang kehutanan, pupuk yang mengandung asam humat dapat digunakan untuk

(3)

meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kualitas tanah pada kegiatan pembangunan hutan di lahan marjinal, reklamasi lahan pasca kebakaran, dan sistem pembibitan tanaman kehutanan. Pemberian asam-asam organik diharapkan selain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga akan mempengaruhi percepatan kolonisasi ektomikoriza.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian dua jenis asam organik (asam oksalat dan asam humat) dan dua bentuk inokulasi ektomikoriza (inokulum tanah dan inokulum tablet) terhadap pertumbuhan semai

S. mecistopteryx dan kolonisasi ektomikoriza.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di rumah kaca selama sembilan bulan. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 3 x 3 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah asam organik yang terdiri dari kontrol, asam oksalat dan asam humat. Sedangkan faktor kedua adalah inokulasi ektomikoriza yang terdiri dari kontrol, inokulasi tanah, dan inokulasi tablet spora Scleroderma columnare.

Tanah yang digunakan adalah PMK Jasinga, benih S. mecistopteryx yang diperoleh dari Kebun Bibit Balitbang Dephut di Haurbentes, Bogor, tablet spora S.

columnare, asam oksalat 1800 ppm dan asam humat 2000 ppm.

Aplikasi ektomikoriza dilakukan bersamaan dengan saat tanaman dipindahkan dari media semai ke media sapih, yaitu setelah tanaman memiliki 3 - 4 helai daun. Inokulasi dilakukan dengan 2 cara. Yang pertama menggunakan tablet yang mengandung spora Scleroderma columnare, diberikan sebanyak dua butir pada setiap pot perlakuan. Dan yang kedua menggunakan teknik inokulasi tanah, tanah yang mengandung ektomikoriza diambil dari lantai hutan, lalu dicampurkan ke dalam polybag dengan perbandingan 10% dari media tanam.

Setelah semai berumur satu minggu dilakukan aplikasi asam oksalat 1800 ppm dan asam humat 2000 ppm, masing-masing 100 mL per polybag yang disemprotkan menggunakan sprayer ke tanah. Aplikasi ini diulangi setelah tanaman berumur 3 bulan.

(4)

Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, berat kering total, nisbah pucuk akar, persentase akar bermikoriza, analisi histologi, dan analisis unsur hara pada jaringan tanaman dan tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perkembangan kolonisasi dan parameter pertumbuhan, dilakukan analisis sidik ragam yang dilanjutkan de-ngan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Hasilnya (Tabel 1) menunjukkan bah-wa interaksi antara pemberian asam organik dan inokulasi ektomikoriza memberi-kan pengaruh yang nyata terhadap beberapa parameter pertumbuhan seperti per-tambahan tinggi, berat kering total dan nisbah pucuk akar. Pemberian asam orga-nik berpengaruh nyata pada pertambahan diameter tanaman, sedangkan inokulasi ektomikoriza berpengaruh nyata terhadap persen kolonisasi ektomikoriza.

Tabel 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap parameter pertumbuhan dan persen kolonisasi semai S. mecistopteryx

Perlakuan ∆T ∆D Dn BKT NPA % kolonisasi

Asam tn * tn tn tn tn

Mikoriza tn tn tn tn tn **

Asam × Mikoriza * tn tn ** ** tn

Keterangan:

∆T : pertambahan tinggi ** : sangat nyata (P < 0.01)

∆D : pertambahan diameter * : nyata (P < 0.05)

Dn : jumlah daun tn : tidak nyata (P > 0.05)

BKT : berat kering total NPA : nisbah pucuk/akar Pertumbuhan tanaman

Pemberian dua jenis asam organik dan inokulum ektomikoriza menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam meningkatkan pertumbuhan seperti pertambahan tinggi, berat kering total dan nisbah pucuk:akar. Ada kecenderungan bahwa interaksi antara asam organik dengan ektomikoriza memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tunggal. Bahkan pemberian asam

(5)

Asam oksalat merupakan salah satu senyawa organik yang paling banyak ditemukan di lantai hutan (Bhatti et al., 1998). Asam organik ini terdapat di dalam eksudat akar beberapa spesises tanaman, dan dihasilkan oleh beberapa spesies cendawan mikoriza (Cannon et al., 1995), sehingga diduga keberadaan asam oksalat memegang peranan penting dalam perkembangan mikoriza, namun kurang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Tabel 2. Pengaruh pemberian asam organik dan inokulum ektomikoriza terhadap kandungan unsur hara tanah dan jaringan tanaman

Perlakuan Analisis tanah Analisis jaringan tanaman

N (%) P (ppm P2O5) K (ppm K2O) N P K A1M1 0,15 d 3,30 b 121 f 1,09 b 0,173 a 0,49 bc A1M2 0,21 a 3,32 b 122 f 1,27 a 0,167 a 0,46 cd A1M3 0,16 cd 3,33 b 148 a 0,93 c 0,170 a 0,47 bc A2M1 0,16 cd 4,99 a 129 e 0,95 c 0,160 a 0,55 a A2M2 0,22 a 3,01 c 144 bc 0,62 f 0,143 a 0,37 f A2M3 0,16 cd 2,90 d 134 d 0,87 d 0,150 a 0,48 bc A3M1 0,15 cd 3,31 b 123 f 0,78 e 0,190 a 0,49 b A3M2 0,19 b 3,00 c 141 c 0,92 c 0,150 a 0,43 de A3M3 0,17 bc 3,31 b 147 ab 0,80 e 0,153 a 0,42 e

Diameter tanaman hanya dipengaruhi oleh pemberian asam organik. Asam humat memberikan hasil yang terbaik, sementara asam oksalat dan kontrol tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa asam humat mampu meningkatkan massa tanaman (Lulakis dan Petsas, 1995; Ayuso et al., 1996).

Kolonisasi ektomikoriza

Persentase kolonisasi ektomikoriza pada akar tanaman S. mecistopteryx dengan dua jenis inokulum menunjukkan hasil yang sama baiknya. Hal ini menunjukkan kemampuan inokulum tablet dalam menginfeksi akar sama baiknya dengan inokulum tanah. Penggunaan tablet spora jauh lebih mudah dan murah jika dibandingkan dengan inokulum tanah, dengan cara ini kita dapat menyesuaikan antara inang dan jenis cendawan ektomikoriza sehingga diperoleh persentase kolonisasi yang paling baik (Turjaman, 2000).

(6)

2 0 .8 0 a b 2 3 .7 3 a 1 9 .9 5 b c 1 7 .3 5 c 2 0 .6 3 a b 2 2 .7 3 a b 2 1 .7 6 a b 2 2 .8 3 a b 2 2 .3 3 a b 0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 Pe rt am bah an ti ng gi (c m ) A 1 M 1 A 1 M 2 A 1 M 3 A 2 M 1 A 2 M 2 A 2 M 3 A 3 M 1 A 3 M 2 A 3 M 3

Gambar 1. Pengaruh pemberian asam organik dan inokulum ektomikoriza terhadap pertambahan tinggi S. mecistopteryx (Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%).

Keterangan:

A1M1 : Tanpa asam organik, tanpa inokulasi A2M3 : Asam oksalat + inokulum tablet

A1M2 : Tanpa asam organik + inokulum tanah A3M1 : Asam humat tanpa inokulasi

A1M3 : Tanpa asam organik + inokulum tablet A3M2 : Asam humat + inokulum tanah

A2M1 : Asam oksalat, tanpa inokulasi A3M3 : Asam humat + inokulum tablet

A2M2 : Asam oksalat + inokulum tanah

0 .2 4 b 0 .2 8 b 0 .3 1 a 0 ,0 0 0 ,0 5 0 ,1 0 0 ,1 5 0 ,2 0 0 ,2 5 0 ,3 0 0 ,3 5 P e rt a m b ah an di am et e r (c m ) A 1 A 2 A 3

Gambar 2. Pengaruh Pemberian asam organik terhadap pertambahan diameter pada S. mecistopteryx. (Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%).

Keterangan:

A1M1 : Tanpa asam organik, tanpa inokulasi A2M3 : Asam oksalat + inokulum tablet

A1M2 : Tanpa asam organik + inokulum tanah A3M1 : Asam humat tanpa inokulasi

A1M3 : Tanpa asam organik + inokulum tablet A3M2 : Asam humat + inokulum tanah

A2M1 : Asam oksalat, tanpa inokulasi A3M3 : Asam humat + inokulum tablet

A2M2 : Asam oksalat + inokulum tanah

(7)

dan munculnya jaringan akar antara epidermis dan sel korteks (hartig net). Hal ini menunjukkan infeksi yang terbentuk cukup baik.

7 .1 6 a b 7 .6 2 a b 6 .3 8 b c 4 .6 7 c 8 .5 8 a b8 .8 5 a 8 .7 1 a b8 .4 6 a b 7 .8 a b 0 2 4 6 8 1 0 B e ra t k e ri n g to ta l (g ) A 1 M 1 A 1 M 2 A 1 M 3 A 2 M 1 A 2 M 2 A 2 M 3 A 3 M 1 A 3 M 2 A 3 M 3

Gambar 3. Pengaruh interaksi asam organik dan inokulum ektomikoriza terhadap berat kering total pada S. mecistopteryx. (Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%).

Keterangan:

A1M1 : Tanpa asam organik, tanpa inokulasi A2M3 : Asam oksalat + inokulum tablet

A1M2 : Tanpa asam organik + inokulum tanah A3M1 : Asam humat tanpa inokulasi

A1M3 : Tanpa asam organik + inokulum tablet A3M2 : Asam humat + inokulum tanah

A2M1 : Asam oksalat, tanpa inokulasi A3M3 : Asam humat + inokulum tablet

A2M2 : Asam oksalat + inokulum tanah

6.64 ab 6.45 ab 7.36 a 6.71 a 7.16 a7.51 a 6.68 a 7.65 a 5.43b 0 1 2 3 4 5 6 7 8 N is bah puc uk /ak ar

A1M1 A1M2 A1M3 A2M1 A2M2 A2M3 A3M1 A3M2 A3M3

Gambar 4. Pengaruh interaksi asam organik dan inokulum ektomikoriza terhadap berat kering total pada S. mecistopteryx. (Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%).

Keterangan:

A1M1 : Tanpa asam organik, tanpa inokulasi A2M3 : Asam oksalat + inokulum tablet

A1M2 : Tanpa asam organik + inokulum tanah A3M1 : Asam humat tanpa inokulasi

A1M3 : Tanpa asam organik + inokulum tablet A3M2 : Asam humat + inokulum tanah

A2M1 : Asam oksalat, tanpa inokulasi A3M3 : Asam humat + inokulum tablet

(8)

8 ,6 6 b 2 5 ,3 9 a 2 3 ,1 2 a 0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 Ko loni sasi (% ) K o n tro l In o k u lu m T a n a h In o k u lu m T a b le t

Gambar 5. Pengaruh pemberian inokulum ektomikoriza terhadap persentase kolonisasi ektomikoriza pada S. mecistopteryx. (Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%).

Keterangan:

A1M1 : Tanpa asam organik, tanpa inokulasi A2M3 : Asam oksalat + inokulum tablet

A1M2 : Tanpa asam organik + inokulum tanah A3M1 : Asam humat tanpa inokulasi

A1M3 : Tanpa asam organik + inokulum tablet A3M2 : Asam humat + inokulum tanah

A2M1 : Asam oksalat, tanpa inokulasi A3M3 : Asam humat + inokulum tablet

A2M2 : Asam oksalat + inokulum tanah

Gambar 6. Penampang melintang akar (A) dan infeksi ektomikoriza pada akar tanaman S. mecistopteryx (B).

KESIMPULAN

1. Pemberian asam organik dan inokulasi ektomikoriza meningkatkan pertumbuhan tanaman S. mecistopteryx.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr., yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melakukan studi dan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ayuso, M., T. Hernandez, C. Garcia dan J. A. Pascual. 1996. Stimulation of barley growth and nutrient absorption by humic substances originating from various organic materials. Bioresources Technology 57: 251-257.

Bhatti, J. S., N. B. Comerford dan C. T. Johnston. 1998. Influence of oxalate and soil organic matter on sorption and desorption of phosphate onto a Spodic horizon. Soil Science Society of America 62: 1089-1095.

Cannon, J. P., E. B. Allen, M. F. Allen, L. M. Dudley dan J. J. Jurinak. 1995. The effect of oxalate produced by Salsola tragus on the phosphorus nutrition of

Stipa pulchra. Ecologia 102: 265-272.

De La Cruz, R. E. 1981. Mycorrhiza - An Alternative to Energy Based Inorganic Fertilizers. Paper presented in The Workshop on the Re-Direction of Fertilizer ResearchParanaque, Metro Manila.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKS PTN Wilayah Barat, Bandar Lampung.

Lulakis, M. D. dan S. I. Petsas. 1995. Effect of humic substance from fine-canes mature compost on tomato seedling growth. Bioresources Technology 54: 179-182.

Omon, R. M. 1994. Pengaruh Jenis Cendawan Mikoriza dan Media Tumbuh terhadap Perkembangan Stek Shorea leprosula Miq. Tesis Magister Sains, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Singh, C. P. dan D. S. Ruhal. 1993. Chemistry and availability of phosphate from rock phosphate treated with oxalic acid in calcareous soil. Journal of The

Indian Society of Soil Science 41: 443-446.

Supriyanto. 1999. The effectiveness of some ectomycorrhizal fungi in alginate beads in promoting the growth of several Dipterocarp seedlings. Biotropika 12: 59-77.

Turjaman, M. 2000. Prospek dan Permasalahan Penggunaan Tablet Spora Ektomikoriza sebagai Pupuk Hayati untuk Tanaman Kehutanan. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I, 15 - 16 November 1999 di Bogor, pp. -.

Gambar

Tabel 1.  Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap parameter  pertumbuhan dan persen kolonisasi semai S
Tabel 2.  Pengaruh pemberian asam organik dan inokulum ektomikoriza terhadap  kandungan unsur hara tanah dan jaringan tanaman
Gambar 1.  Pengaruh pemberian asam organik dan inokulum ektomikoriza  terhadap pertambahan tinggi S
Gambar  4.  Pengaruh interaksi asam organik dan inokulum ektomikoriza  terhadap berat kering total pada S
+2

Referensi

Dokumen terkait

memperoleh nilai 75 ke bawah dengan jumlah 0% hal tersebut membuktikan bahwa pada aspek penguasaan makna denotatif siswa SMP Negeri 25 Cenrana Kabupaten Maros

Diharapkan melalui perancangan ini, Sistem Informasi Akademik Institut Seni Indonesia dapat menjadi platform utama untuk berhubungan dengan pihak akademis, maupun

Koro pedang putih (Canavalia ensiformis) memiliki kadar protein sebesar 27,4% yang dapat dimanfaat kan sebagai sumber protein nabati yang dapat memenuhi angka kebutuhan

Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Perlakuan Rendam_36 Rebus_36 Tempe_36 Rendam_48 Antioksidan Statistic Std... Deviation Minimum Maximum

Nilai terendah cookies substitusi dengan perlakuan pada F4 yaitu 30% tepung terigu : 20% tepung koro pedang : 50% tepung jagung karena penambahan substitusi

Gambar 2 memperlihatkan spektrum serapan Rhodamin B dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3 dan 4 mg/L dalam pelarut akuades, bertujuan untuk melihat nilai absorban yang

Vera, 2014:19 Peneliti memilih film Slank Nggak Ada Matinya sebagai Representasi kritik sosial dalam Film Indonesia karena merupakan salah satu film yang diangkat dari kisah

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.