Kementrian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia
V e r s i 1 . 6 0 – O k t o b e r 2 0 1 1
GERAKAN PEMETAAN, PENGHITUNGAN INDEKS, DAN PENGHARGAAN TERHADAP KOTA/KABUPATEN DIGITAL DI REPUBLIK INDONESIA
Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura
Peraturan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika No: 248/PER/DJPPI/KOMINFO/10/2011 tentang
Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Program ICTPURA, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Penyelenggaraaan Pos dan Informatika tentang Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICTPURA;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4252);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon I Kementerian Komunikasi dan Informatika;
7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 17/P/M.Kominfo/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika;
8. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos
194/KEP/DJPPI/KOMINFO/07/2011 tentang Tim Pelaksana Program ICTPURA;
9. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos
dan Informatika Nomor 194
/KEP/DJPPI/KOMINFO/ /2011 tentang Penambahan Anggota Tim Pelaksana Program ICTPURA dan Pembentukan Tim Survey ICTPURA;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA
TENTANG PROFIL DAN PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM ICTPURA.
PERTAMA : Menetapkan Dokumen Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICTPURA, yang selanjutnya disebut Panduan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.
KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dipergunakan sebagai acuan kerja pelaksanaan Program ICTPURA bagi Tim Pelaksana Program ICTPURA.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini akan diadakan pembetulan seperlunya.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 20 Oktober 2011 DIREKTUR JENDERAL
PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA, Ttd.
SYUKRI BATUBARA Salinan Peraturan Dirjen PPI ini disampaikan kepada Yth.:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika; 2. Inspektur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika;
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika; 4. Yang bersangkutan.
Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI
Pesatnya perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global, telah merubah pola dan tata cara kegiatan bisnis perdagangan dan pemerintahan.
Konsekuensi logis dari fenomena tersebut telah berdampak positif terhadap perkembangan TIK. Dalam konteks Indonesia, perkembangan ini telah memberikan manfaat yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan peningkatan daya saing nasional. Sedangkan dalam konteks global, negara-negara di dunia secara berkesinambungan terus berbenah dan mempersiapkan diri untuk dapat sesegera mungkin menjadi komunitas digital yang siap menghadapi berbagai tantangan perubahan.
Hal ini tidak terlepas dari peran TIK yang semakin signifikan seiring dengan transformasi kehidupan masyarakat dunia kearah information society. TIK saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur utama dalam kehidupan masyarakat modern layaknya listrik, air, dan jalan. TIK berperan pula sebagai sumber daya produksi dan konsumsi manusia sekaligus sebagai peranti pendukung dan enabler dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari baik yang bersifat pemerintahan, industri, organisasi, maupun kemasyarakatan.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan pembangunan di bidang TIK dalam konteks nasional, maka perlu hadir sebuah pemicu sekaligus pemacu agar perkembangan TIK di seluruh wilayah Indonesia dapat terus ditingkatkan. Pencapaian pembangunan TIK yang dilakukan oleh seluruh stakeholder yang terlibat perlu untuk diberikan apresiasi dan penghargaan.
Kehadiran program ICT Pura ini, dengan tidak mengenyampingkan berbagai program dan penghargaan lain di bidang TIK yang telah ada sebelumnya, diupayakan sebagai suatu gerakan bersama seluruh komponen bangsa dalam memetakan, mengukur, dan mengapresiasi kota-kota dan kabupaten-kabupaten di nusantara terkait dengan kesiapan yang bersangkutan dalam memasuki era digital.
Semoga penerbitan buku ini pada khususnya, dan pelaksanaan program ICT Pura pada umumnya, dapat menjadi kontribusi positif bagi peningkatan pembangunan sektor TIK Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita sekalian.
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
Ttd.
Kata Pengantar
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika
Berkaca pada berbagai konsep pemetaan indikator bidang TIK yang sudah ada, segenap unsur pemerintah yang difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta unsur masyarakat yang diwakili oleh sejumlah asosiasi TIK telah berinisiatif menelurkan program “ICT Pura”. Pemilihan frasa ICT Pura adalah pemaknaan dari “Kota TIK” atau dalam bahasa asingnya sebagai “Digital City” yaitu sebuah kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap sistem kehidupan masyarakatnya.
Sejalan dengan maksud tersebut, program ICT Pura dirancang untuk memenuhi sejumlah obyektif utama, yaitu untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap Kabupaten dan Kota dalam menghadapi era ekonomi digital yang akan dimulai pada tahun 2015, untuk mengukur besaran gap riil antara target dan kondisi sebenarnya pada setiap Kabupaten dan Kota agar dapat disusun strategi nasional untuk menghasilkan solusi, serta untuk memberikan motivasi, dukungan, insentif, dan apresiasi bagi Kabupaten dan Kota yang bekerja keras dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui beragam program pembangunan dan penerapan TIK di wilayahnya masing-masing.
Guna mencapai tujuan-tujuan tersebut, program ICT Pura dikemas menjadi 3 (tiga) domain kegiatan yang terdiri dari pemetaan entitas, penghitungan indeks, dan pemberian apresiasi ICT Pura.
Kelahiran ICT Pura ini diharapkan dapat mengilustrasikan situasi kesiapan daerah yang sesungguhnya dalam menghadapi tantangan pengembangan TIK, termasuk mengukur besaran digital divide (kesenjangan digital) antar daerah. Sehingga dari kondisi riil tersebut akan dipetakan kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang dapat disusun strategi pemecahan masalah serta optimalisasi hasil yang telah dicapai. Sumbangsih dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan program ICT Pura ini dapat menjadi upaya signifikan dalam pembangunan masyarakat informasi Indonesia dan memberikan manfaat nyata di tengah-tengah masyarakat. Program ICT Pura ini adalah sebuah “rumah tumbuh”, artinya dimulai dari yang sederhana pada tahun 2011, lalu perlahan berkembang semakin komprehensif dan detail pada tahun-tahun berikutnya.
Akhir kata, “tak ada gading yang tak retak”, seberapapun besarnya usaha baik material maupun imaterial yang sudah dicurahkan untuk program ICT Pura ini, tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan agar pelaksanaan ICT Pura akan semakin baik.
DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA Ttd.
Posisi Dokumen
Dokumen ini adalah milik bersama seluruh masyarakat Indonesia. Disusun dan dikembangkan secara kolektif oleh segenap pemerhati, akademisi, praktisi, birokrat, pakar, penggiat, dan masyarakat teknologi informasi dan komunikasi yang tersebar di seluruh wilayah nusantara sebagai rasa keperdulian dan kecintaan terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di tanah air.
Dokumen ini ditujukan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam usahanya untuk melihat kesiapan setiap kota/kabupaten di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam memasuki abad ke-21, yang ditandai dengan fenomena digitalisasi pada berbagai bidang serta sektor kehidupan.
Dokumen ini secara khusus dirancang untuk memenuhi 3 (tiga) obyektif utama di tahun 2011, yaitu: (i) memetakan kondisi riil setiap daerah basis pengamatan yang dipilih terkait dengan sejumlah aspek/komponen teknologi informasi dan komunikasi; (ii) menghitung indeks kesiapan daerah basis pengamatan dalam memasuki atau menjawab tantangan abad digital; dan (iii) memeringkat kesiapan wilayah basis pengamatan berdasarkan kategori tertentu sebagai dasar pemberian apresiasi/penghargaan dari pemerintah pusat.
Dokumen ini merupakan “dokumen hidup”, dalam arti kata senantiasa diperbaiki, direvisi, dan dikembangkan dari masa ke masa mengikuti perubahan dan dinamika jaman. Agar terekam dengan baik dan teratur, maka proses pemberian kode versi dilakukan oleh Tim ICT Pura yang secara periodik mengadakan pertemuan pleno yang dikoordinasi oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Dokumen ini pada dasarnya bersifat terbuka, dimana setiap insan di tanah air memiliki hak yang sama dalam menggunakan dan memanfaatkannya. Siapa saja dapat menyadur sebagian maupun seluruh isi dokumen ini sejauh dicantumkan sumbernya. Usaha untuk memperbanyak dan mendistribusikannya di kalangan masyarakat dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus memohon ijin terlebih dahulu sejauh tidak dikomersialkan keberadaannya.
Dokumen ini akan segera dapat diperoleh dalam bentuk format elektronik yang dapat diunduh sewaktu-waktu dari berbagai situs resmi anggota inti Tim ICT Pura yaitu Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo), Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas), Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), dan Asosiasi Perguruan Tinggi dan Informatika se-Indonesia (APTIKOM).
Tertanda,
Tim ICT Pura
Tim Program ICT Pura
STEERING COMMITTEE
Pembina : Tifatul Sembiring (Menteri Kemkominfo) Pengarah : Syukri Batubara (Dirjen PPI Kemkominfo)
: Basuki Yusuf Iskandar (Sekjen Kemkominfo) : Aswin Sasongko (Dirjen AI Kemkominfo) Penanggung Jawab : Sutarman (Sekditjen PPI Kemkominfo ORGANIZING COMMITTEE
Ketua : Richardus Eko Indrajit (APTIKOM) Wakil Ketua (M) : Teddy Sukardi (FTII)
Wakil Ketua (P) : Bonnie M Thamrin Wahid (Direktur Telekomunikasi) Sekretaris : Zainal A. Hasibuan, PhD. (Detiknas)
Anggota (A) : Djarot Soebiantoro (ASPILUKI) : Sammy Pangerapan (APJII) : Dr. Eko Budiharjo (IPKIN)
: Koesmarihati (MASTEL)
: Sugiharto Santoso (APKOMINDO) : Nurul Yakin Setyabudi (ID-TUG) : Sarwoto Atmosutarno (ATSI) : Teddy A. Purwadi (APITI)
: Donny BU (ICT Watch)
: Irwin D. (AWARI)
: Benny Ranti (Kadin)
: Carlia I Djajadisastra (Komisi Kerja IT Perbanas)
Anggota (P) : Hamam (BPPT)
: Rusman Heriawan (BPS)
: Mira Tayyiba (Bappenas)
: Muhammad Salahuddien (ID-SIRTII)
: Nizam (Dikti Kemendiknas)
: Ari Santoso (Pustekkom Kemendiknas) : Betty Alisjahbana (DRN Kemenristek)
: Nonot Harsono (BRTI)
: Yan Rianto (Pusdatin Kemkominfo) : Haji Santoso Serad (BP3TI)
: Isran Noor (APKASI)
: Fauzi Bowo (APPSI)
Anggota (M) : Kemal Gani (SWA)
: Muhammad Ihsan (Warta Ekonomi) : Andi S. Goeltom (Warta e-Gov) : Imawan Mashuri (ATVLI)
: Erick Thohir (ATVSI)
TIM SURVEY ICT Pura 2011
Ketua : Solikin
Wakil Ketua : Bambang Hariyanto Pemantau Tim Survey Provinsi
Sumatera dan Sekitarnya : HM Misni Jawa dan Sekitarnya : Zen Munawar Kalimantan dan Sekitarnya : Sugiyatno Sulawesi dan Sekitarnya : Esmeralda CD
Papua dan Sekitarnya : Nina Kurnia Hikmawati Koordinator Tim Survey Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam : Dahlan Abdullah Sumatera Utara : Zakarias Situmorang Sumatera Barat : Jufriadif Na’am
Riau : Elfizar
Jambi : Jasmir
Sumatera Selatan : Muhammad Izman Herdiansyah
Bengkulu : Andang Sunarto
Lampung : Rangga Firdaus
Bangka Belitung : M Said Hasibuan Kepulauan Riau : Tonny Wangdra DKI Jakarta : Naniek Andiani
Jawa Barat : Dadang Sudrajat
Banten : Suherman
Jawa Tengah : Eko Adi Sarwoko Jawa Timur : Eva Handriyantini
Yogyakarta : Nur Rokhman
Bali : Roy Rudolf Huizen
Nusa Tenggara Barat : Lalu Darmawan Bakti Nusa Tenggara Timur : Ahmad Haidaroh Kalimantan Barat : Sandi Kosasih Kalimantan Tengah : Ariesta Lestari Kalimantan Selatan : Radityo Adi Nugroho Kalimantan Timur : Nursobah
Sulawesi Utara : Yonatan Parassa
Gorontalo : Agus Lahinta
Sulawesi Tengah : Alamsyah
Sulawesi Barat : Zulfadjri Hasanuddin Sulawesi Selatan : Armin Lawi
Sulawesi Tenggara : Subardin
Maluku : Andi Ismail Akbar
Maluku Utara : Sofyan Do Musa
Papua : P. Buddy Harianto
Daftar Isi
Peraturan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos danInformatika No 248/PER/DJPPI/
KOMINFO/10/2011 tentang Profil dan Panduan Pelaksanaan Program ICT Pura ... 2
Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ... 4
Kata Pengantar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika ... 5
Posisi Dokumen ... 6
Tim Program ICT Pura ... 7
Tim Survey ICT Pura 2011 ... 8
Daftar Isi ... 9
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN PROGRAM ICT PURA ... 11
Pendahuluan ... 12
Indonesia 2015 ... 13
Peranan Strategis TIK ... 14
Kajian Profil TIK Nasional ... 15
Pemetaan Kesiapan Daerah Otonom ... 16
PROFIL DAN SELUK BELUK PROGRAM ICT PURA ... 18
Obyektif... 19
Ruang Lingkup ... 19
Prinsip Pelaksanaan Program ICT-Pura ... 20
Referensi dan Metodologi ... 21
Populasi Pemetaan ... 21
Keluaran ... 26
Manfaat dan Harapan (Outcomes) ... 27
METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM ICT PURA ... 29
Domain Kegiatan #1: Pemetaan Entitas ICT Pura... 30
Domain Kegiatan #2: Penghitungan Indeks ICT Pura ... 32
Domain Kegiatan #3: Pemberian Apresiasi ICT Pura ... 34
DAFTAR PERTANYAAN SURVEY PROGRAM ICT PURA ... 36
Informasi Umum Entitas ICT Pura (Basis Pengamatan) ... 37
1. Dimensi Kebutuhan dan Keselarasan ... 37
2. Dimensi Proses dan Tata Kelola Penyelenggaraan ... 40
2.a. Aspek Perencanaan dan Pengorganisasian ... 40
2.b. Aspek Pengadaan dan Pembangunan ... 44
2.c Aspek Penerapan dan Pengelolaan ... 47
2.d Aspek Pengawasan dan Pengembangan ... 49
3. Sumber Daya Teknologi ... 51
3.a. Jejaring Infrastruktur ... 51
3.b. Piranti Keras dan Kanal Akses ... 53
3.c. Piranti Lunak Program dan Aplikasi ... 55
3.d. Data, Informasi, dan Pengetahuan ... 57
3.e. Sumber Daya Manusia ... 60
4. Komuntias dan Kelompok Masyarakat ... 62
4.a. Pemerintah ... 62
4.b. Industri ... 64
4.d. Konsumen/Individu ... 68
5. Dimensi Manfaat ... 71
PELAKSANAAN SURVEY PROGRAM ICT PURA ... 77
Survey ICT Pura 2011 ... 78
Prinsip Pemetaan berbasis Survey ... 78
Langkah-Langkah Pelaksanaan ... 78
Kontak Penting ... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81
LAMPIRAN 1 ... 82
Jawaban Survey Pemetaan ICT-Pura (No.1 sd 50) ... 82
Jawaban Survey Pemetaan ICT-Pura (No.51 sd 100) ... 82
LAMPIRAN 2 ... 84
Formulir Pemetaan dan Jawaban untuk Penghitungan Indeks ... 84
LAMPIRAN 3 ... 87
Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika No.194/KEP/DJPPI/KOMINFO/07/2011 tentang Tim Pelaksana Program ICT Pura ... 87
LAMPIRAN 4 ... 94
Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika No.294/KEP/DJPPI/KOMINFO/10/2011 tentang Tim Survey ICT Pura ... 94
LAMPIRAN 5 ... 102
Alamat dan Kontak Koordinator Tim Survey Provinsi ... 102
Bagian
1
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
Pendahuluan
Abad ke-21 merupakan suatu era moderen yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (baca:TIK) yang sedemikian pesat. Implementasi aplikasi TIK di berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti dalam domain politik, sosial, ekonomi, budaya, ideologi, politik, dan pertahanan keamanan telah merubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Manfaat penerapan TIK yang dirasakan oleh beragam sektor industri seperti pendidikan, kesehatan, manufaktur, perbankan, keuangan, transportasi, retail dan distribusi, pariwisata, serta jasa-jasa lainnya menunjukkan bagaimana teknologi ini akan senantiasa berkembang dan diadopsi oleh seluruh individu dan komunitas. Data dari berbagai hasil penelitian lembaga independen dunia paling tidak memperlihatkan bahwa per tahun 2010, satu dari 4 hingga 5 penduduk dunia telah terhubung ke internet melalui penggunaan TIK. Statistik memperlihatkan bahwa pertumbuhan jumlah pengguna TIK, nilai transaksi elektronik, penjualan piranti teknologi informasi/komunikasi, penerapan teknologi berbasis internet, dan hal-hal lain yang terkait dengan perkembangan TIK memperlihatkan akselerasi peningkatan secara eksponensial. Pertumbuhan signifikan ini menjadi landasan akan adanya tren pemanfaatan TIK secara lebih masif di seluruh komunitas dunia. The World Summit on Information Society (WSIS) menamakan kumpulan individu tersebut sebagai “komunitas digital”, yang secara bebas didefinisikan sebagai:
“… masyarakat yang hidup di suatu era dimana kemajuan teknologi digital yang sedemikian pesat menyebabkan terjadinya revolusi secara masif dan signifikan terhadap prinsip, nilai, paradigma berpikir, perilaku, serta pola tindak manusia dalam menyikapi kehidupannya di segala bidang…”
Masyarakat ini hidup dalam lingkungan yang serba dipenuhi oleh “teknologi digital” yang merupakan suatu perkembangan TIK dengan karakteristik/kapabilitas utama sebagai berikut:
“… kemampuan mengkonversi representasi suatu entitas atau proses ke dalam berkas berbasis elektronik (file) sehingga secara prinsip dan esensial mampu menghapuskan batas-batas ruang dan waktu yang selama ini dikenal membatasi gerak gerik keleluasan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupannya …”
Dengan kata lain, melalui penerapan TIK, manusia dapat dengan mudah melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dari mana saja, kapan saja, dan dengan menggunakan apa saja secara realtime dan online. Dalam konteks ini, batasan geografis menjadi hilang dengan adanya jejaring internet; sementara keterbatasan sifat-sifat komponen fisik menjadi sirna karena kemampuan teknologi dalam mendigitalisasi berkas/teks, gambar/citra, suara/audio, maupun filem/video.
Oleh karena itulah maka melalui forum WSIS yang diselenggarakan di Jenewa dan Tunisia melahirkan sejumlah kesepakatan untuk mempercepat pembentukan komunitas digital dengan menetapkan tahun 2015 sebagai milestone pertama yang “mengikat” seluruh negara yang meratifikasi serta mengadopsi hasil-hasil kedua pertemuan mulitilateral tersebut – seperti halnya Indonesia.
Indonesia 2015
Terkait dengan hal yang telah dipaparkan di atas, paling tidak akan ada 4 (empat) pemicu utama terjadinya perubahan yang cukup signifikan terhadap Indonesia di tahun 2015, masing-masing seperti yang dijelaskan berikut ini.
Pertama, pada level internasional, Indonesia harus memenuhi 10 (sepuluh) target WSIS, yaitu sebagai berikut:
1. Menghubungkan seluruh desa dengan TIK dan membangun berbagai Pusat Akses Komunitas (Community Access Point);
2. Menghubungkan seluruh sekolah dasar dan menengah dengan TIK;
3. Menghubungkan seluruh pusat riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan TIK;
4. Menghubungkan seluruh perpustakaan publik, museum, kantor pos, dan pusat arsip nasional dengan TIK;
5. Menghubungkan seluruh pusat-pusat kesehatan dan rumah sakit dengan TIK; 6. Menghubungkan seluruh kementrian pemerintah pusat dengan TIK dan
mengembangkan berbagai website terkait dengan tupoksinya;
7. Menyesuaikan kurikulum sekolah dasar dan menengah agar para siswanya kelak siap menjadi individu yang berada dalam komunitas berbasis informasi, sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan nasional;
8. Memastikan bahwa seluruh populasi di tanah air telah memiliki akses terhadap televisi dan siaran radio;
9. Memberikan semangat dan insentif pada industri pengembangan konten TIK dan mempersiapkan secara teknis digunakannya berbagai bahasa dunia melalui komunikasi berbasis internet; dan
10. Memastikan bahwa lebih dari separuh penduduk dunia telah memiliki akses terhadap TIK di lingkungan mereka berada dan mampu menggunakan serta memanfaatkannya.
Tentu saja dalam kondisi seperti saat ini, pemenuhan “janji-janji” atau target WSIS tersebut merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, karena waktu yang tersisa hanya kurang lebih empat tahun lagi.
Kedua, pada level regional, tahun 2015 adalah saat diimplementasikannya AFTA atau Perjanjian Pasar Tunggal ASEAN. Hal ini berarti akan terjadi integrasi dan konvergensi pasar dari kesepuluh negara ASEAN yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Pada saat tersebut, diperkirakan akan terjadi serbuan sumber daya asing ke dalam wilayah Indonesia, mengingat begitu besar potensi bisnis yang dapat dilakukan di tanah air tercinta ini. Dalam situasi ini, negara-negara ASEAN yang kaya serta moderen seperti Brunei, Singapura, dan Malaysia (dimana Thailand dan Vietnam akan segera menyusul) akan menggunakan TIK untuk mengeksplorasi serta mengeksploitasi berbagai peluang bisnis yang terdapat di pasar tunggal ASEAN ini. Sebaliknya, Indonesia pun memiliki kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan finansial dan devisa dengan cara masuk menawarkan beragam produk dan jasa ke negara-negara lain di wilayah ASEAN. Tentu saja TIK akan menjadi kunci utama keberhasilan penetrasi pasar tersebut.
Ketiga, pada level nasional, tahun 2015 akan ditandai dengan pergantian puncak pemerintahan – yang berarti pula akan terdapat sejumlah strategi, kebijakan, pendekatan, program, dan peraturan baru yang mengikutinya. Perubahan kehidupan berpolitik ini akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku individu, komunitas, dan masyarakat Indonesia.
Dan keempat, dalam tingkat lokal, agenda desentralisasi pembangunan berbasis otonomi daerah akan terus berlangsung di bawah rezim pemerintahan yang baru terpilih. Dapat dipastikan bahwa masing-masing daerah otonom baik kota maupun kabupaten akan berlomba-lomba dalam membangun masyarakatnya masing-masing agar senantiasa relevan dan siap menghadapi perubahan jaman.
Peranan Strategis TIK
Memperhatikan ketiga agenda tersebut, segenap negara-negara di dunia secara serius berbenah dan mempersiapkan dirinya untuk dapat sesegera mungkin menjadi komunitas digital yang siap menghadapi berbagai perubahan jaman yang dipicu karena perkembangan TIK. Adapun keseriusan berbagai negara tersebut dilandasi pada konsep dan prinsip peranan TIK sebagai berikut:
TIK merupakan infrastruktur kehidupan masyarakat moderen seperti halnya listrik, air, jalan, dan telekomunikasi. Tanpa kehadiran TIK, maka akan sulit berbagai industri dan bisnis dapat menjalankan operasinya sehari-hari, terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan melakukan transaksi, interaksi, koordinasi, dan kolaborasi.
TIK merupakan sumber daya produksi dan konsumsi manusia. Hampir seluruh perusahaan dewasa ini menggunakan komputer untuk menyimpan, mengolah, mendayagunakan, dan mendistribusikan entitas digital berbasis teks, gambar, audio, dan video. Tanpa kehadiran TIK, mustahil dapat diciptakan berbagai produk yang siap dikonsumsi seperti berita dunia, majalah, surat kabar, film, dan lain sebagainya.
TIK merupakan piranti pendukung dan pemungkin berbagai kegiatan yang sehari-hari dilakukan oleh pemerintahan, bisnis/industri, organisasi, dan kemasyarakatan. Dipergunakannya secara luas telepon genggam, email, faks, mailing list, voip, dan lain-lain adalah bukti bagaimana kehadiran TIK sangat krusial bagi aktivitas terkait.
TIK merupakan pemicu dari terjadinya transformasi kehidupan bermasyarakat yang lebih efektif dan efisien. Dipergunakannya TIK dalam proses pembelajaran education), pemerintahan government), bisnis (e-business), dan lain-lain adalah bukti bagaimana teknologi mampu mengubah pola tindak individu dan komunitas dalam berbagai aktivitas kegiatan sehari-hari.
TIK merupakan pendorong terciptanya daya saing yang signifikan bagi sebuah negara dalam konteks globalisasi. Lihatlah bagaimana singkatnya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan ijin berusaha, mengurus pajak, melakukan
investasi, membeli properti, dan lain sebagainya. Semakin tinggi daya saing sebuah negara, semakin mudah yang bersangkutan meningkatkan devisa dan pendapatan nasionalnya.
Kajian Profil TIK Nasional
Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana negara-negara di dunia mengetahui tingkat kesiapan masyarakatnya dalam menghadapi berbagai agenda global, regional, dan nasional tersebut? Secara prinsip, masing-masing negara dengan caranya sendiri-sendiri, melakukan analisa secara periodik maupun adhoc terhadap kesiapan masyarakatnya dalam menghadapi era komunitas digital. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan kajian dan survey untuk memetakan besarnya gap antara target/sasaran pencapaian dengan apa yang dimiliki saat ini. Di Indonesia sendiri telah cukup banyak studi yang dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, antara lain adalah sebagai berikut:
PeGI (Pemeringkatan e-Government Indonesia) adalah merupakan inisiatif Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam menilai tingkat kematangan implementasi atau adopsi e-Government di institusi pemerintahan yang ada di seluruh wilayah nusantara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kabupaten kota). PeGI dirancang untuk dapat menjadi pedoman bagi pengembangan TIK di seluruh wilayah Indonesia sehingga diharapkan lingkungan pemerintah baik di tingkat propinsi, kabupaten/kota maupun departemen dan lembaga non departemen dapat mengembangan dan memanfaatkan TIK secara lebih terarah. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan dorongan bagi peningkatan TIK di lingkungan pemerintah melalui evaluasi yang utuh, seimbang dan obyektif.
Indikator TIK 2008 merupakan hasil analisa Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dilakukan pada tahun 2008 terhadap sejumlah indikator TIK di berbagai wilayah tanah air. Hasil kajian ini cukup lengkap dan komprehensif karena selain mencakup berbagai sektor dan aspek/domain TIK nasional, juga menggambarkan posisi Indonesia relatif terhadap bangsa-bangsa lain di dunia dalam hal profil kemajuan dan pengembangan TIK.
Indikator Ekonomi Berbasis Pengetahuan Indonesia merupakan hasil kajian dari Kementrian Riset dan Teknologi terhadap profil kesiapan Indonesia dalam menghadapi era komunitas digital. Hasil kajian ini sangat relevan untuk dijadikan sebagai basis penilaian terhadap seberapa jauh komunitas dan masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan bangsa dan negaranya dalam konteks pengembangan sektor ekonomi berbasis sumber daya pengetahuan.
TeSCA (Telkom Smart Campus Award) adalah sebuah apresiasi yang diberikan oleh PT Telkom Tbk. bekerjasama dengan APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer) se-Indonesia dan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional terhadap kampus (institusi pendidikan tinggi) yang dinilai berhasil mengembangkan TIK untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajarannya.
Indonesia ICT Blueprint adalah hasil kajian yang dilakukan APTIKOM dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam menentukan besarnya gap antara kebutuhan SDM .
INAICTA (Indonesia ICT Award) dan APICTA (Asia Pacific ICT Award) yang dilaksanakan bersama antara Kementrian Komunikasi dan Informatika beserta seluruh asosiasi pendukung industri TIK tanah air untuk mencari benih-benih karya piranti lunak atau aplikasi terbaik yang dikembangkan oleh putra putri bangsa. Yang menjadi obyek pengkajian adalah karya intelektual dalam bentuk software yang dikembangkan oleh perusahaan milik anak bangsa.
Media (seperti SWA, Warta Ekonomi, dan Warta e-Gov) bekerjasama dengan unsur masyarakat secara berkala menyelenggarakan pula sejumlah program apresiasi (baca: award) di berbagai domain berbasis TIK seperti pemerintahan (e-government), bisnis (e-company), sumber daya manusia (e-CIO), dan lain sebagainya. Masing-masing media sesuai dengan visi dan misi yang diembannya, menetapkan sejumlah kriteria penilaian terhadap sejumlah obyek penerap TIK (misalnya: perusahaan, UKM, kabupaten/kota, tokoh masyarakat, dan lain-lain) untuk menghasilkan peringkat tertentu sebagai basis pemberiaan apresiasi dan penghargaan.
KAMI (Indeks Keamanan Informasi) adalah sebuah alat ukur yang diperkenalkan oleh Direktorat Keamanan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk menilai tingkat kematangan adopsi lembaga atau institusi pemerintahan dalam menerapkan standar baku keamanan informasi. Keseluruhan usaha menganalisa dan mengkaji profil TIK Indonesia ini patutlah mendapatkan apresiasi di tengah-tengah miskinnya dan terbatasnya data serta informasi yang relevan terkait dengan berbagai aspek dalam industri TIK. Hasil dari berbagai analisa dan kajian ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan terkait dengan pengembangan TIK di tanah air, termasuk di dalamnya untuk mempersiapkan terbentuknya dan berkembangnya komunitas digital Indonesia.
Pemetaan Kesiapan Daerah Otonom
Pasca reformasi, postur dan struktur pemerintahan Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) adalah desentralisasi, dimana wewenang otonomi diberikan secara langsung pada Daerah Tingkat II yaitu pada level kota dan/atau kabupaten di seluruh 33 (tiga puluh tiga) provinsi yang ada. Oleh karena itulah dalam konteks menilai kesiapan negara dalam menghadapi era komunitas digital perlu dilakukan kajian dan analisa terhadap masing-masing kota/kabupaten yang ada, karena pada tingkat inilah entitas komunitas pemerintahan terkecil di wilayah NKRI didefinisikan. Artinya, perlu adanya kajian yang utuh dan menyeluruh terhadap profil kesiapan dari ke-398 kabupaten, 93 kota, 1 kabupaten administrasi, dan 5 kota administrasi di Indonesia. Masalahnya adalah bahwa tidak semua analisa atau kajian yang dilakukan selama ini berbasis kota atau kabupaten. Kebanyakan riset atau penelitian yang dilakukan masih berbasis nasional atau pulau, atau paling tidak provinsi. Walaupun ada beberapa kajian yang didasarkan pada satuan kota atau kabupaten, tidak semua daerah otonom
telah dikaji kesiapannya (paling tidak baru mencakup 50% dari keseluruhan wilayah nusantara). Oleh karena itulah maka perlu dilakukan pemetaan secara komprehensif dan mendetail terhadap setiap kabupaten dan kota yang ada di wilayah NKRI. Perlu dicatat, bahwa sebagai negara yang meratifikasi inisiatif WSIS, Indonesia harus senantiasa mengukur sejumlah indikator yang telah disepakati bersama – dimana secara detail dimuat dalam berbagai referensi yang dikeluarkan ITU (International Telecommunication Union) dan Komite WSIS, sebagai panduan pembuatan laporan berkala mengenai situasi pencapaian indikator TIK nasional.
Berdasarkan latar belakang kenyataan dan kebutuhan inilah maka segenap unsur pemerintah yang dimotori oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan unsur masyarakat yang diwakili oleh sejumlah asosiasi TIK berinisiatif menelurkan Program ICT Pura, yaitu:
“Gerakan bersama seluruh komponen bangsa dalam memetakan, mengukur, dan mengapresiasi kota-kota dan kabupaten-kabupaten di nusantara terkait dengan kesiapan yang bersangkutan dalam memasuki era digital.”
Istilah ICT Pura sendiri pada dasarnya berkaca pada keberhasilan pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan konsep penghargaan “Adipura” – yang diberikan kepada daerah otonom yang dianggap berhasil mengelola lingkungan yang bersih dan sehat. Secara arti kata yang membentuknya, ICT pura berarti “Kota TIK” atau dalam bahasa asingnya sering diistilahkan sebagai “Digital City” – sebuah kota yang berhasil mengelola TIK dengan baik sehingga memberikan kontribusi manfaat yang signifikan terhadap pengembangan masyarakatnya.
Bagian
2
PROFIL DAN SELUK BELUK
Obyektif
Program ICT Pura dirancang untuk memenuhi sejumlah obyektif utama, yaitu sebagai berikut:
Mengetahui tingkat kesiapan setiap kota dan kabupaten yang ada di NKRI dalam menghadapi era ekonomi digital yang dimulai pada tahun 2015;
Mengukur besaran gap riil antara target dan kondisi sebenarnya pada setiap kota dan kabupaten yang ada di NKRI agar dapat disusun strategi nasional untuk mempercepat mengatasinya; dan
Memberikan motivasi, dukungan, apresiasi, dan insentif yang diperlukan bagi kota dan kabupaten yang secara serius bekerja keras mempersiapkan diri dalam menghadapi era masyarakat digital melalui beragam program pembangunan dan penerapan TIK di wilayahnya masing-masing.
Ruang Lingkup
Secara umum, Program ICT Pura terbagi menjadi 3 (tiga) domain kegiatan sebagai berikut:
1. Pemetaan Entitas ICT Pura (PE-Pura) – adalah proses dan aktivitas untuk memetakan profil kesiapan masing-masing kota/kabupaten di Indonesia dalam menghadapi era komunitas digital secara lengkap dan komprehensif dengan memperhatikan berbagai domain aspek pengukuran;
2. Penghitungan Indeks ICT Pura (PI-Pura) – adalah proses dan aktivitas untuk menghitung indeks kesiapan masing-masing kota/kabupaten dalam menghadapi era komunitas digital sebagai alat untuk melihat besaran gap yang terjadi antara target dan kondisi sebenarnya (baca: digital gap);
3. Pemberian Apresiasi ICT Pura (PA-Pura) – adalah proses dan aktivitas pemberian apresiasi terhadap kota/kabupaten yang dianggap memiliki prestasi dalam mempersiapkan diri menghadapi era komunitas digital.
Perlu diperhatikan bahwa ketiga domain kegiatan ini adalah suatu rangkaian proses dan aktivitas yang saling berhubungan. Hasil pemetaan akan dipergunakan sebagai penghitungan indeks, sementara hasil penghitungan indeks akan dijadikan sebagai dasar dalam memberikan penghargaan atau apresiasi.
Prinsip Pelaksanaan Program ICT-Pura
Tantangan melakukan ketiga domain kegiatan secara sekaligus tidaklah mudah. Oleh karena itu disepakati dipeganggnya sejumlah prinsip utama dalam pelaksanaan Program ICT Pura, yaitu sebagai berikut:
Program ICT Pura dilaksanakan secara periodik, kontinyu, bertahap, dan berkesinambungan dari tahun ke tahun, dimana pelaksanaannya dimulai pada tahun 2011 agar keberadaannya memberikan kontribusi yang signifikan;
Program ICT Pura diselenggarakan dengan menggunakan prinsip “rumah tumbuh”, artinya dimulai dari yang sederhana pada tahun 2011, dan perlahan-lahan berkembang semakin komprehensif dan detail pada tahun-tahun berikutnya;
Program ICT Pura diharapkan menggunakan metodologi pendekatan yang sesuai dengan postur dan karakter unik NKRI, namun sekaligus selaras dengan standar regional maupun internasional agar dapat dikomparasi hasilnya untuk berbagai keperluan (baca: benchmarking);
Program ICT Pura dijalankan dengan mengadopsi berbagai referensi yang dikeluarkan berbagai lembaga/institusi dunia (global) yang disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi kondisi lokal Indonesia;
Program ICT Pura dikembangkan sebagai sebuah gerakan bersama sehingga partisipasi seluruh komponen bangsa dalam bentuk berbagai analisa, kajian, pemetaan, penghargaan, dan evaluasi yang telah dilakukan akan menjadi bagian tak terpisahkan atau komponen ketiga domain kegiatan yang ada;
Program ICT Pura ditujukan untuk seluruh masyarakat, sehingga proses dan hasilnya secara terbuka, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab akan dilaporkan dan dimiliki oleh seluruh bangsa dan negara;
Program ICT Pura dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada berbagai komunitas, terutama pemerintah, industri, pendidikan, dan organisasi massa – terutama dalam mencari strategi yang tepat untuk mempercepat mengatasi “digital divide” yang masih menimpa negara berkembang seperti Indonesia; dan
Program ICT Pura diperhitungkan akan berhasil jika dan hanya jika adanya dukungan dan pertisipasi segenap komponen masyarakat, terutama komunitas TIK nasional karena pada dasarnya program ini adalah sebuah gerakan bersama.
Referensi dan Metodologi
Agar dapat dipertanggung-jawabkan hasilnya, maka dibutuhkan referensi serta metodologi yang efektif. Dalam pelaksanaan perdananya di tahun 2011 ini, Program ICT Pura menggunakan sejumlah panduan yang dikeluarkan dari luar dan dalam negeri – dan disatukan dalam sebuah metodologi yang khas Indonesia. Referensi dan metodologi internasional yang dipergunakan pada dasarnya dikeluarkan oleh sejumlah institusi, seperti: ITU (International Telecommunciation Union), WSIS (World Summit of Information Society) Jenewa dan Tunisia, The World Bank Institute, dan sejumlah lembaga riset independen maupun berbasis perguruan tinggi. Sementara dari dalam negeri dipergunakan sebagai referensi berbagai metodologi yang dipergunakan oleh: Kementrian Komunikasi dan Informatika (dalam menghitung PeGI, KAMI, dan SDM TIK), Kementrian Riset dan Teknologi (dalam mengkaji masyarakat ekonomi berbasis pengetahuan), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (dalam melaksanakan Tesca), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (dalam mengukur indikator TIK), dan berbagai komunitas TIK lainnya dalam menganalisa kondisi industri TIK di tanah air (FTII, Aptikom, Aspiluki, Apkomindo, I2BC, Awari, APJII, dan lain-lain).
Gambar 2.2. Beberapa Rujukan Penghitungan ICTPura
Pada dasarnya setiap referensi dan metodologi memiliki ciri khasnya masing-masing, karena dikembangkan berdasarkan obyektif yang berbeda. Oleh karena itu, maka metodologi yang dipergunakan dalam konteks Program ICT Pura harus pula memperhatikan visi, misi, obyektif, dan sasaran yang ingin dicapai oleh segenap pemangku kepentingan. Oleh karena itulah maka khusus untuk ICT pura tahun 2011 ini dikembangkan sebuah metodologi khusus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bangsa Indonesia – yang tentu saja berbasis referensi dan metodologi di atas.
Populasi Pemetaan
Mempertimbangkan bahwa tahun 2011 adalah merupakan pertama kalinya Program ICT Pura dilaksanakan, maka sesuai dengan prinsip yang ada, belum semua kota atau
kabupaten akan dipetakan. Sesuai dengan perencanaan strategis yang ada, berikut adalah peta jalan (baca: roadmap) pemetaan yang akan dilaksanakan:
Tahun 2011 – sebanyak 5 kota/kabupaten per masing-masing 33 provinsi akan dipilih untuk dipetakan, sehingga pada tahun perdana ini, diperkirakan 165 kota/kabupaten akan diikutsertakan dalam Program ICT Pura (kurang lebih mencakup 30% dari daerah otonom yang ada di Indonesia);
Tahun 2012 – pemetaan akan diperluas ke 30% daerah lainnya, sehingga total akan mencakup 60% dari daerah otonom yang dilibatkan dalam Program ICT Pura; dan pada akhirnya
Tahun 2013 – seluruh daerah otonom di Indonesia akan dilibatkan dalam proses pemetaan Program ICT pura sehingga tidak ada lagi wilayah di Indonesia yang belum terdeteksi data/informasi terkait dengannya.
Berikut adalah ke-165 kota/kabupaten yang dipilih oleh perwakilan sejumlah komunitas TIK sebagai konstituen perdana Program ICT Pura di tahun 2011:
Tabel 2.1 Daftar 165 Kabupaten dan Kota ICTPura 2011
No. Provinsi – Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk
2010 (BPS) (dalam Juta Rupiah) Pendapatan 2010
A. Nangroe Aceh Darussalam
1. Kota Banda Aceh 223,446 596,369 2. Kabupaten Pidie 379,108 712,045 3. Kota Lhokseumawe 171,163 451,667 4. Kabupaten Aceh Tengah N/A N/A 5. Kabupaten Gayo Lues N/A N/A B. Sumatera Utara
6. Kota Medan 2,097,610 2,628,101 7. Kota Pematang Siantar 234,698 581,042 8. Kota Sibolga 84,481 388,133 9. Kota Padang Sidempuan 191,531 417,518 10. Kabupaten Karo N/A N/A C. Sumatera Barat 11. Kota Padang 833,562 1,174,096 12. Kota Bukittinggi 111,312 359,147 13. Kota Payahkumbuh 116,825 357,314 14. Kabupaten Solok 348,566 553,300 15. Kota Pariaman 79,043 335,182 D. Riau 16. Kota Pekanbaru 897,767 1,509,234 17. Kota Dumai 253,803 809,131 18. Kabupaten Bengkalis N/A N/A
19. Kabupaten Indragiri Hilir, N/A N/A
20. Kabupaten Kampar N/A N/A
E. Jambi
21. Kota Jambi 531,857 766,321 22. Kabupaten Tebo 531,857 582,953 23. Kabupaten Sarolangun 246,245 616,896
24. Kabupaten Merangin N/A N/A 25. Kabupaten Bungo N/A N/A F. Sumatera Selatan
26. Kota Palembang 1,455,284 1,694,695
27. Kabupaten Lahat 369,974 862,619
28. Kota Prabumulih 161,984 517,220 29. Kabupaten Ogan Komering Ulu N/A N/A
30. Kabupaten Musi Banyuasin N/A N/A
G. Bengkulu
31. Kota Bengkulu 308,544 562,156 32. Kabupaten Mukomuko 155,753 442,776 33. Kabupaten Bengkulu Selatan N/A N/A 34. Kabupaten Lebong N/A N/A 35. Kabupaten Rejang Lebong N/A N/A H. Lampung
36. Kota Bandar Lampung N/A N/A 37. Kota Metro 145,471 444,924
38. Kabupaten Lampung Utara N/A N/A
39. Kabupaten Lampung Selatan N/A N/A
40. Kabupaten Lampung Timur N/A N/A I. Kepulauan Bangka Belitung
41. Kabupaten Bangka N/A N/A 42. Kota Pangkal Pinang 174,758 450,264 43. Kabupaten Belitung Timur N/A N/A 44. Kabupaten Bangka Barat 175,150 370,702 45. Kabupaten Belitung 155,965 465,255 J. Kepulauan Riau
46. Kota Tanjung Pinang 187,359 581,172 47. Kota Batam 944,285 1,354,423 48. Kabupaten Bintan 142,300 618,012 49. Kabupaten Tanjung Balai Karimun N/A N/A 50. Kabupaten Lingga N/A N/A K. DKI Jakarta
51. Jakarta Pusat 902,973 N/A 52. Jakarta Barat 2,281,945 N/A 53. Jakarta Utara 1,645,659 N/A 54. Jakarta Timur 2,693,896 N/A 55. Jakarta Selatan 2,062,232 N/A L. Jawa Barat 56. Kota Bandung 3,178,543 2,592,627 57. Kota Cirebon 2,067,196 758,678 58. Kota Bogor 4,771,932 964,699 59. Kota Cimahi 541,177 605,064 60. Kota Tasikmalaya 635,464 691,881 M. Banten 61. Kota Tangerang 2,834,376 1,433,096 62. Kota Serang 577,785 563,649 63. Kota Cilegon 374,559 781,047 64. Kabupaten Lebak 1,204,095 1,111,410 65. Kabupaten Pandeglang 1,149,610 952,649
N. Jawa Tengah 66. Kota Semarang 930,727 1,713,581 67. Kota Surakarta 499,337 1,003,624 68. Kabupaten Sragen 858,266 987,162 69. Kota Pekalongan 838,621 448,124 70. Kota Salatiga 170,332 429,996 O. DI Yogyakarta 71. Kabupaten Sleman 1,093,110 1,026,877 72. Kabupaten Bantul 911,503 900,868 73. Kabupaten Gunung Kidul 675,382 843,350 74. Kabupaten Kulon Progo 388,869 654,776 75. Kota Yogyakarta 388,627 795,008 P. Jawa Timur 76. Kota Surabaya 2,765,487 3,971,689 77. Kota Malang 820,243 987,864 78. Kota Madiun 170,964 453,853 79. Kabupaten Jember 2,332,726 1,745,394 80. Kabupaten Pamekasan 795,918 880,348 Q. Bali 81. Kota Denpasar 788,589 937,935 82. Kabupaten Tabanan 420,913 760,393 83. Kabupaten Jembrana 261,638 534,028 84. Kabupaten Buleleng N/A N/A 85. Kabupaten Gianyar 469,777 807,984 R. Nusa Tenggara Barat
86. Kota Mataram 402,843 554,564 87. Kabupaten Lombok Timur N/A N/A 88. Kabupaten Dompu 218,973 498,989 89. Kota Bima 439,228 406,509 90. Kabupaten Sumbawa 415,789 696,717 S. Nusa Tenggara Timur
91. Kota Kupang 304,548 570,866 92. Kabupaten Alor 190,026 477,097 93. Kabupaten Ende 260,605 535,385 94. Kabupaten Belu N/A N/A 95. Kabupaten Manggarai 292,451 483,880 T. Kalimantan Barat 96. Kota Pontianak 554,764 845,805 97. Kota Singkawang 186,462 488,221 98. Kabupaten Sambas 496,120 768,406 99. Kabupaten Sanggau 408,468 730,985 100. Kabupaten Kubu Raya 500,970 706,397 U. Kalimantan Tengah
101. Kota Palangka Raya 220,962 577,873 102. Kabupaten Barito Utara N/A N/A 103. Kabupaten Kapuas 329,646 800,281 104. Kabupaten Kotawaringin Barat 235,803 606,977 105. Kabupaten Kotawaringin Timur 374,175 768,341 V. Kalimantan Selatan
107. Kota Banjarbaru 290,142 812,737 108. Kabupaten Banjar 167,877 609,324 109. Kabupaten Barito Kuala N/A N/A 110. Kabupaten Hulu Sungai Utara N/A N/A W. Kalimantan Timur
111. Kota Balikpapan 557,579 1,637,119 112. Kota Samarinda 727,500 1,656,156 113. Kota Bontang 143,683 1,458,014 114. Kabupaten Kutai Kertanegara 626,680 4,151,286 115. Kota Tarakan 193,370 850,564 X. Sulawesi Utara 116. Kota Manado 410,481 804,665 117. Kota Tomohon 91,553 356,487 118. Kota Bitung 187,652 397,944 119. Kabupateen Minahasa 310,384 570,907 120. Kabupaten Bolaang Mongondow 213,484 457,570 Y. Gorontalo 121. Kota Gorontalo 180,127 566,439 122. Kabupaten Boalemo 355,988 527,037 123. Kabupaten Bone Bolango 128,748 411,810 124. Kabupaten Gorontalo 141,915 377,826 125. Kabupaten Pohuwato 129,253 360,832 Z. Sulawesi Tengah 126. Kota Palu 336,532 631,265 127. Kabupaten Poso 209,228 554,707 128. Kabupaten Donggala 277,620 597,852 129. Kabupaten Toli-Toli 211,296 471,382 130. Kabupaten Morowali 206,322 634,284 AA. Sulawesi Barat
131. Kabupaten Majene 151,107 411,575 132. Kabupaten Mamasa 140,082 397,357 133. Kabupaten Mamuju 336,973 677,988 134. Kabupaten Mamuju Utara 134,369 360,842 135. Kabupaten Polewali Mandar 396,120 630,507 AB. Sulawesi Selatan
136. Kota Makassar 1,338,663 1,517,480 137. Kabupaten Tana Toraja 221,081 480,614 138. Kota Parepare 129,262 530,065 139. Kabupaten Maros 319,002 583,510 140. Kabupaten Soppeng 223,826 551,142 AC. Sulawesi Tenggara
141. Kota Kendari 289,966 667,910 142. Kabupaten Muna 268,277 632,939 143. Kabupaten Buton 255,712 512,326 144. Kabupaten Wakatobi 92,995 387,306 145. Kota Baubau 136,991 432,023 AD. Maluku 146. Kota Ambon 331,254 624,200 147. Kota Tual 58,082 269,389
148. Kabupaten Maluku Tengah N/A N/A 149. Kabupaten Buru 108,445 497,391 150. Kabupaten Maluku Tenggara
Barat
96,442 491,803 AE. Maluku Utara
151. Kota Ternate 185,705 509,675 152. Kota Tidore 90,055 395,457 153. Kabupaten Halmahera Barat 100,424 363,573 154. Kabupaten Halmahera Timur 73,109 421,209 155. Kabupaten Halmahera Tengah 42,815 374,281 AF. Papua
156. Kota Jayapura 111,943 673,756 157. Kabupaten Merauke 195,716 1,100,031 158. Kabupaten Mimika 182,001 1,298,179 159. Kabupaten Nabire 129,893 624,204 160. Kabupaten Jayawijaya N/A N/A AG. Papua Barat
161. Kabupaten Manokwari 187,726 786,267 162. Kota Sorong 70,619 482,239 163. Kabupaten Sorong N/A N/A 164. Kabupaten Fakfak 66,828 652,934 165. Kabupaten Kaimana 42,507 633,948
Keluaran
Adapun keluaran atau output (baca: deliverables) dari Program ICT Pura tahun 2011 yang diharapkan untuk dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Dokumen hasil pemetaan terhadap ke-165 kota/kabupaten beserta analisanya dengan cara menggunakan sejumlah statistik deskriptif. Dokumen ini diharapkan akan disajikan dalam bentuk “hard copy” (dokumen yang dicetak dan dipublikasikan di berbagai lingkungan dan komunitas pemangku kepentingan terkait) dan “soft copy” (berkas elektronik yang dapat diunduh secara cuma-cuma oleh siapa saja yang membutuhkannya).
2. Indeks Kesiapan ICT-Pura dari seluruh kota/kabupaten yang dipetakan pada tahap pertama ini, dimana data dan informasinya akan dapat diakses secara langsung melalui situs atau website. Indeks dimaksud akan ditampilkan dalam sistem basis data multidimensi agar dapat dilihat posisi relatif sebuah kota/kabupaten terhadap kelompok daerah dengan karakteristik tertentu. Jika dimungkinkan, hasil pemetaan maupun indeks dapat diperlihatkan dalam bentuk teks dan grafis berbasis peta nusantara (baca: Geographical Information System).
3. Apresiasi terhadap sejumlah kota/kabupaten yang berdasarkan hasil pemetaan dan penghitungan indeks dimaksud memperlihatkan sejumlah potensi dan usaha luar biasa dalam memajukan serta mengembangkan TIK di daerahnya. Bentuk penghargaan yang bernama “ICT Pura Award” ini akan disampaikan dalam acara khusus yang telah dipersiapkan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Manfaat dan Harapan (Outcomes)
Pada akhirnya, pemetaan kesiapan, penghitungan indeks, dan pemberian apresiasi, bukanlah target akhir yang ingin dicapai oleh komunitas TIK di tanah air. Ketiga kegiatan tersebut adalah merupakan cara atau jalan untuk hasil akhir yang lebih berharga, yaitu siapnya seluruh kota/kabupaten di Indonesia dalam menghadapi era ekonomi digital. Oleh karena itulah maka sejumlah manfaat dan/atau harapan dengan dilakukannya Program ICT Pura ini adalah sebagai berikut:
Tergambarnya situasi sesungguhnya seluruh daerah otonom di nusantara dalam menghadapi tantangan globalisasi ke depan, sehingga para pengambil keputusan di tingkat pusat maupun daerah mendapatkan gambaran nyata mengenai situasi kondisi yang dihadapi, sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk mengatasinya;
Terlihatnya besaran “digital gap” atau “digital divide” dari seluruh kota/kabupaten di Indonesia, sehingga pemerintah dapat mengetahui besarnya usaha yang harus dilakukan dan sebaran intensitas bantuan yang perlu dialokasikan;
Terpetakannya kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang dari masing-masing daerah otonom, sehingga diharapkan para pelaku bisnis dan usaha dapat memfokuskan investasinya pada aspek-aspek yang tepat dan menjanjikan;
Terpantaunya berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi sebuah kota/kabupaten dalam membentuk ekosistem TIK yang kondusif, sehingga dapat dicari solusi yang tepat untuk mengatasinya;
Terdeteksinya kota/kabupaten yang telah berhasil mengembangkan TIK, sehingga dapat menjadi rujukan atau contoh bagi daerah otonom lainnya yang ingin memperoleh kesuksesan yang sama;
Terlihatnya berbagai usaha serius yang dilakukan berbagai pemangku kepentingan di suatu kota/kabupaten dalam usahanya untuk mengembangkan TIK yang bermanfaat, sehingga terhadapnya dapat diberikan insentif atau intervensi yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan penerapan dan pembangunan TIK;
Tersedianya data dan informasi detail terkait dengan kondisi TIK di seluruh kota/kabupaten di Indonesia, sehingga berbagai pihak dengan beragam kepentingan dapat memperoleh manfaat daripadanya sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh masing-masing institusi atau organisasi;
Teridentifikasikannya berbagai kebutuhan kota/kabupaten yang belum terpenuhi oleh agenda pembangunan pusat maupun daerah, sehingga dapat direncanakan fokus pengembangan yang tepat sasaran; dan
Terdokumentasikannya pengetahuan mengenai kondisi pembangunan dan pengembangan TIK di kota/kabupaten yang ada di nusantara, sehingga dapat
menjadi bahan kajian, referensi, maupun pijakan bagi berbagai pemangku kepentingan yang perlu mengambil keputusan terkait dengannya.
Bagian
3
METODOLOGI PELAKSANAAN
Domain Kegiatan #1: Pemetaan Entitas ICT Pura
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, entitas terkecil yang akan dipetakan dan dinilai kesiapannya adalah pada tingkat kota dan/atau kabupaten. Oleh karena itulah maka yang perlu menjadi fokus pemetaan adalah situasi dan kondisi ekosistem TIK yang berada dalam wilayah kota/kabupaten tersebut. Berdasarkan panduan referensi yang dipergunakan, ada sejumlah dimensi pembentuk ekosistem TIK dalam lingkungan kota/kabupaten, yaitu:
1. Dimensi Kebutuhan dan Keselarasan yang terkait langsung dengan definisi atau target kebutuhan dan harapan dari berbagai pemangku kepentingan terhadap keberadaan TIK dalam beragam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara;
2. Dimensi Proses dan Tata Kelola Penyelenggaraan (Suprastruktur) yang paling tidak terdiri dari 4 (empat) rangkaian aktivitas, masing-masing adalah: (i) Perencanaan dan Pengorganisasian; (ii) Pengadaan dan Pembangunan; (iii) Penerapan dan Pengelolaan; (iv) Pengawasan dan Pengembangan;
3. Dimensi Sumber Daya Teknologi (Infrastruktur) yang terdiri dari berbagai komponen utama seperti: (i) Jaringan (network); (ii) Piranti Keras (hardware); (iii) Piranti Lunak (program/aplikasi); (iv) Informasi (dan database); (v) Sumber Daya Manusia;
4. Dimensi Komunitas atau Kelompok Masyarakat yang berperan sebagai pengguna, penyelenggara, penikmat, dan pelaksana TIK, dimana dalam sebuah kota/kabupaten, paling tidak terdapat 4 (empat) kelompok yang dimaksud, yaitu: (i) Pemerintah; (ii) Industri/Bisnis; (iii) Pendidikan; dan (iv) Konsumen; 5. Dimensi Keluaran dan Manfaat (Outcomes) yang merupakan hasil nyata atau
“value” yang diperoleh atau dinikmati masyarakat dengan telah diimplementasikannya beragam aplikasi TIK di kota/kabupaten yang bersangkutan.
Keseluruhan dimensi ini pada dasarnya saling berhubungan dan tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Pembentukan kota/kabupaten digital tidak dapat dilakukan hanya dengan cara memfokuskan diri pada pengembangan satu unsur atau dimensi saja, misalnya pada aspek infrastruktur, atau pemerintahan (e-government), atau pengembangan konten, dan lain-lain. Membangun sebuah kota/kabupaten berbasis TIK yang siap menghadapi era komunitas digital harus dilakukan secara holistik dan sistemik. Oleh karena itulah maka dalam perencanaan dan implementasinya, kelima dimensi ini harus mendapatkan perhatian yang sama – sehingga pembangunan yang terjadi dapat benar-benar bermanfaat dan berkesinambungan (baca: sustainable). Secara paradigmatik, berikut adalah kerangka pengembangan TIK untuk membangun kota/kabupaten digital secara holistik dan sistemik yang diharapkan menjadi panduan dan referensi utama bagi para pelaku dan pengambil keputusan pada kota/kabupaten di seluruh wilayah nusantara.
Gambar 3.1 Kerangka Pengembangan TIK Kabupaten dan Kota
Berdasarkan kerangka dimaksud, akan dikembangkan 100 (seratus) buah pertanyaan survey (kuesioner), dengan perincian jumlah pertanyaan/pernyataan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Dimensi Penilaian ICTPura 2011
Dimensi Sub-Dimensi Jumlah
Pertanyaan
1. Kebutuhan dan Keselarasan 7 (No. 1-7) 2. Proses dan Tata Kelola
Penyelengaraan
a. Perencanaan dan Pengorganisasian 10 (No. 8-17) b. Pengadaan dan Pembangunan 5 (No. 18-22) c. Penerapan dan Pengelolaan 5 (No. 23-27) d. Pengawasan dan Pengembangan 5 (No. 28-32) 3. Sumber Daya Teknologi a. Jaringan Infrastruktur 6 (No. 33-38) b. Piranti Keras dan Kanal Akses 6 (No. 39-44) c. Piranti Lunak Aplikasi dan Program 6 (No. 45-50) d. Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 (No. 51-56) e. Sumber Daya Manusia 6 (No. 57-62) 4. Komunitas dan Kelompok
Masyarakat
a. Pemerintah 7 (No. 63-69) b. Industri/Bisnis 7 (No. 70-76) c. Pendidikan 7 (No. 77-83) d. Konsumen/Individu 7 (No. 84-90) 5. Keluaran dan Manfaat 10 (No.91-100)
Untuk mempermudah pengisian kuestioner dan penghitungan indeks, maka setiap pertanyaan/pernyataan harus dijawab dengan cara memilih satu dari 6 (enam) pilihan jawaban yang paling mendekati dengan kondisi sebenarnya (baca: multiple choice). Berikut adalah dua contoh pertanyaan/pernyataan dimaksud sebagai
gambaran mengenai jenis kuestioner yang akan disebarkan dalam survey nasional terkait:
Tabel 3.2 Contoh Dimensi Proses dan Tata Kelola Penyelenggaraan: Perencanaan
No.12 Apakah Pemerintah Kota/Kabupaten anda telah memiliki “IT Master Plan” atau Rencana Induk Pengembangan TIK ?
0 Tidak punya, karena Pemerintah Kota/Kabupaten tidak perduli akan keberadaannya
1 Tidak punya, karena Pemerintah Kota/Kabupaten belum memiliki dana/anggaran untuk membuatnya
2 Pernah punya beberapa tahun yang lalu, namun sudah cukup lama tidak dimutakhirkan (di-update)
3 Punya, dan baru saja dikembangkan 1-2 tahun yang lalu
4 Punya, baru saja dikembangkan 1-2 tahun yang lalu, dan senantiasa direvisi secara periodik paling tidak setahun sekali
5 Punya, baru saja dikembangkan 1-2 tahun yang lalu, senantiasa direvisi dan dimutakhirkan, serta dijadikan panduan baku dalam menyelenggarakan proyek TIK di kota/kabupaten
Tabel 3.3 Contoh Dimensi Komunitas: Pendidikan
No.33 Kurang lebih ada berapa jumlah SMK Informatika dan Perguruan Tinggi yang memiliki program studi komputer/informatika di kota/kabupaten tempat anda tinggal ?
0 Tidak ada sama sekali 1 Ada, kira-kira 1-5 institusi 2 Ada, kira-kira 6-10 institusi 3 Ada, kira-kira 11-25 institusi
4 Ada banyak, kira-kira antara 26-50 institusi 5 Ada banyak dan menjamur, lebih dari 50 institusi
Domain Kegiatan #2: Penghitungan Indeks ICT Pura
Indeks ICT Pura adalah suatu indikator atau alat ukur untuk menggambarkan serta mengilustrasikan tingkat kesiapan suatu kota/kabupaten dalam menghadapi atau beradopsi dengan lingkungan berbasis komunitas digital. Sesuai dengan referensi yang disampaikan oleh ITU dan WSIS, paradigma pengukuran indeks adalah seperti model yang digambarkan berikut ini.
Tentu saja paradigma ini bersifat umum, walaupun keempat komponen yang ada mencerminkan empat aspek utama dalam ekosistem TIK di sebuah kota/kabupaten. Untuk model penghitungan lebih detail akan sangat bergantung pada konteks, obyektif, dan ketersediaan data yang dimiliki. Terkait dengan ICT Pura, sejumlah prinsip penghitungan indeks yang diadopsi adalah sebagai berikut:
ICT Use (Intensity) - Mengingat bahwa kota/kabupaten dipimpin oleh unsur pemerintah (dalam hal ini dikepalai oleh Walikota atau Bupati), dan seluruh keigatan dalam konteks kemasayrakatan akan sangat diwarnai dengan berbagai kebijakan, peraturan, dan berbagai keputusan dari pemerintah daerah, maka bobot yang terkait dengan peranan pemerintah dalam mengelola TIK di kotanya haruslah terbesar – paling tidak 40%;
ICT Readiness (Infrastructure) - Mempertimbangkan bahwa ketersediaan infrastruktur TIK pada dasarnya adalah sebuah keputusan bisnis/industri penyedia jasa infrastruktur yang sangat dipengaruhi oleh peluang/potensi pasar di satu pihak dan keputusan pemerintah pusat di pihak lain, dan tidak mungkin aplikasi TIK akan berjalan tanpa keberadaan infrastruktur minimum, maka bobot untuk komponen ini paling tidak minimal 20%;
ICT Capability (Skills) – Melihat bahwa sebuah kota/kabupaten hanya dapat berkembang jika memiliki sumber daya dan kemampuan yang cukup, dimana keseluruhannya sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunitas dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi aset TIK yang dimiliki, maka untuk komponen ini perlu diberi bobot sekitar 25% maksimum; dan
ICT Impact (Outcomes) – Mempelajari bahwa pada akhirnya, tidak ada gunanya membangun TIK jika masyarakat atau kota/kabupaten yang bersangkutan tidak memperoleh manfaat langsung dari keberadaannya, maka bobot untuk portofolio manfaat paling tidak adalah minimal 15%.
Tabel berikut ini memperlihatkan pemetaan antara dimensi kuesioner (100 pertanyaan/pernyataan) dengan keempat komponen indeks yang telah dijelaskan di atas.
Tabel 3.4 Pemetaan antara Dimensi Kuesioner dengan Komponen Indeks
KOMPONEN INDEKS DIMENSI EKOSISTEM SUB-DIMENSI JUMLAH PERTANYAAN BOBOT
ICT Use 1. Kebutuhan dan
Keselarasan 7
40% 2. Proses dan Tata
Kelola Penyelenggaraan a. Perencanaan dan Pengorganisasian b. Pengadaan dan Pembangunan c. Penerapan dan Pengelolaan d. Pengawasan dan Pengembangan 25 4. Komunitas dan Kelompok Masyarakat a. Pemerintah 7
ICT Readiness 3. Sumber Daya
Teknologi a. Jaringan Infrastruktur b. Piranti Keras dan Kanal Akses
c. Piranti Lunak Program dan Aplikasi
d. Data, Informasi, dan Pengetahuan
24
20%
ICT Capability 3. Sumber Daya
Teknologi e. Sumber Daya Manusia 6
25% 4. Komunitas dan Kelompok Masyarakarat b. Industri/Bisnis c. Pendidikan d. Konsumen/Individu 21
ICT Impact 5. Keluaran dan Manfaat
10 15%
Dengan demikian, maka dapat dihitung secara langsung indeks ICT Pura dari kota/kabupaten yang bersangkutan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Indeks
ICT Pura= NR
IU*40% + NR
IR*20% + NR
IC*25% + NR
II*15%
dimana:
NRIU = Nilai Rata-Rata Komponen ICT Usage NRIR = Nilai Rata-Rata Komponen ICT Readiness NRIC = Nilai Rata-Rata Komponen ICT Capability NRII = Nilai Rata-Rata Komponen ICT Impact
Sesuai dengan sistem “scoring” yang dipergunakan dalam kuesioner pemetaan, maka nilai Indeks ICT Pura akan berkisar antara 0 (terendah) hingga 5 (tertinggi). Adapun arti dari indeks tersebut adalah sebagai berikut:
0 = Kota/Kabupaten sama sekali tidak siap (I-mula) 1 = Kota/Kabupaten masih jauh dari siap (I-pratama)
2 = Kota/Kabupaten sudah hampir siap (I-muda)
3 = Kota/Kabupaten telah siap (I-madya)
4 = Kota/Kabupaten telah siap, dan mampu bersaing (I-utama) 5 = Kota/Kabupaten telah siap, dan terdepan dalam persaingan (I-paripurna)
Domain Kegiatan #3: Pemberian Apresiasi ICT Pura
Indonesia adalah negara yang sangat heterogen, terlihat dari beranekaragamnya suku dan budaya dari barat hingga ke timur. Sejarah bangsa dan negara yang sedemikian rupa telah menghasilkan sebuah NKRI yang terdiri dari daerah otonom yang memiliki situasi dan kondisi berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Oleh karena itulah maka dalam konteks pemberian penghargaan atau apresiasi ICT Pura, perlu dilakukan kategorisasi atau pengelompokkan kota/kabupaten agar memenuhi asas keadilan dan kesamarataan. Sesuai dengan masukan dari berbagai komponen pemerintahan dan masyarakat, maka keseluruhan kota/kabupaten akan dibagi menjadi 9 (sembilan)
kelompok berdasarkan 2 (dua) aspek utama, yaitu: (i) aspek jumlah penduduk1 – yang dibagi menjadi kota/kabupaten dengan penduduk padat, sedang, dan sedikit; dan (ii) aspek total pendapatan daerah2 – yang dibagi menjadi nilai pendapatan tinggi, sedang, dan rendah. Sebagai batasan atau “threshold”-nya adalah sebagai berikut:
Aspek Jumlah Penduduk
o Banyak : di atas 1 juta penduduk
o Sedang : antara 500.000 hingga 1 juta penduduk o Sedikit : di bawah 500.000 penduduk
Aspek Nilai Pendapatan
o Tinggi : pendapatan di atas 1 triliun
o Sedang : pendapatan antara 0.5-1 triliun rupiah o Rendah : pendapatan di bawah 0.5 triliun rupiah
Diharapkan dengan adanya kategorisasi ini, masing-masing kota/kabupaten akan dapat dikomparasi (baca: benchmark) berdasarkan populasinya. Pembagian ini selain selaras dengan yang biasa dipergunakan institusi pemerintah lainnya, juga dapat dipergunakan untuk mengetahui berada pada “divisi” mana masing-masing kota/kabupaten berada. Dengan kata lain, pada dasarnya kesembilan kategori yang ada merupakan gradasi atau spektrum dari GDP/kapita pada kota/kabupaten di Indonesia.
Gambar 3.3 Katagori Kabupaten dan Kota
Sesuai dengan rencana program yang ada, maka 3 (tiga) penghargaan akan diberikan pada masing-masing kategori, dimana peringkatnya bergantung pada nilai Indeks ICT Pura dari kota/kabupaten dimaksud. Disamping itu akan tersedia sejumlah apresiasi khusus (“merit award” atau “special mention”) bagi kota/kabupaten yang memiliki keunikan tersendiri, terkait dengan proses perencanaan, pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan TIK di kota/kabupaten bersangkutan.
1 Diambil dari Badan Pusat Statistik tahun 2010.
Bagian
4
DAFTAR PERTANYAAN SURVEY
Informasi Umum Entitas ICT Pura (Basis Pengamatan) 1 Kota/Kabupaten : 2 Provinsi : 3 Nama Walikota/Gubernur : 4 Jumlah Penduduk : 5 Total Pendapatan : 6 Penanggung Jawab Survey : 7 Tanggal Pengisian Survey : 8 Alamat Website :
9 Alamat Email :
10 Nomor Kontak Telepon :
1. Dimensi Kebutuhan dan Keselarasan
No.1 Apakah anda mengetahui dan paham mengenai keberadaan
Inpres No.3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government ?
Responden: Pemda, DPRD
0 Tidak tahu dan tidak paham akan keberadaannya.
1 Tahu akan keberadaannya, namun tidak paham maksud dan tujuannya. 2 Tahu dan paham, dan telah dicoba diimplementasikan beberapa butir
instruksi terkait.
3 Tahu dan paham, dan seluruh butir instruksi telah dilaksanakan dengan baik.
4 Tahu dan paham, seluruh butir instruksi telah dilaksanakan dengan baik, dan dijadikan sebagai indikator kinerja pemerintah daerah.
5 Tahu dan paham, seluruh butir instruksi telah dilaksanakan dengan baik, keberhasilannya dijadikan indikator kinerja pemerintah daerah, dan telah banyak pemda daerah lain yang belajar dari sini.
Bukti Pendukung Catatan Tambahan
No.2 Apakah anda mengetahui akan keberadaan Dewan TIK Nasional dan memahami tugas pokok serta program-programnya ?
Responden: Pemda, DPRD
0 Tidak tahu dan tidak pernah mendengar akan keberadaannya.
1 Tahu akan keberadaannya, namun tidak tahu tugas pokok dan program-programnya.
2 Tahu akan keberadaan dan tugas pokoknya, dan pernah mendengar sekilas mengenai program-programnya.
3 Tahu akan keberadaan dan tugas pokoknya, dan memahami berbagai program-programnya.
langsung dalam beberapa program-programnya.
5 Tahu akan keberadaan dan tugas pokoknya, memahami dan terlibat langsung dengan semua program-programnya.
Bukti Pendukung Catatan Tambahan
No.3 Apakah anda merasa keberadaan teknologi informasi dan
komunikasi akan memberikan manfaat dan kontribusi signifikan bagi perkembangan daerah dimana anda berada ?
Responden: Pemda, DPRD
0 Tidak tahu.
1 Ya, keberadaannya akan memberikan kontribusi positif, namun tidak signifikan.
2 Ya, keberadaannya akan memberikan kontribusi positif, namun signifikan tidaknya tergantung dari sudut pandang yang dipergunakan. 3 Ya, keberadaannya memberikan kontribusi positif dan signifikan bagi
perkembangan daerah.
4 Ya, keberadaannya memberikan kontribusi positif dan signifikan bagi perkembangan daerah, bahkan dapat meningkatkan daya saing daerah jika direncanakan dan diterapkan dengan benar.
5 Ya, keberadaanya tidak hanya memberikan kontribusi positif dan signifikan bagi perkembangan ekonomi daerah, namun sanggup mentransformasikan situasi dan kondisi daerah ke arah modernisasi. Bukti
Pendukung Catatan Tambahan
No.4 Bagaimana anda menilai dukungan pemerintah pusat terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di daerah anda ?
Responden: Pemda
0 Tidak tahu.
1 Tidak ada dukungan yang nyata, hanya sebatas retorika belaka. 2 Ada dukungan secara nyata, namun kadarnya sangat terbatas. 3 Ada dukungan secara penuh dan nyata dalam berbagai bentuknya. 4 Dukungannya cukup tinggi, kontinyu, dan berkesinambungan dari
tahun ke tahun.
5 Dukungannya sangat tinggi, kontinyu, berkesinambungan, dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun.
Bukti Pendukung Catatan Tambahan