• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eljra Syoftia, Dwi Fitri Puspa, Ethika Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eljra Syoftia, Dwi Fitri Puspa, Ethika Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH, OPINI AUDITTERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN WAJIB

DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Study Pada LKPD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat)

Eljra Syoftia, Dwi Fitri Puspa, Ethika

Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Email : Eljrasyoftia06@gmail.com

Abstrack

This research aims to analyze the effect of economic listed in wich mandatory disclosure compliance of financial statement. Local government characteristics used in this research are government size, wealth of government, type of local governance, intergovernmental revenue, and the auditor’s opinion. The population in this research is Kabupaten / Kota in Sumatera Barat during 2012-2014. The total sample as many as 19 distric/city. Data of obtained from Badan pemeriksaan Keuangan (BPK).

Hypothesis tasted by a multiple regressions models. Regressions anylise was done using SPSS 16.0 and EVIUS 3.0. the result showed that a variabel type of local governance, and the auditor’s opinion have significant negative effect. On the otherhand, goverment size, wealth of goverment, and the auditor’s opinion has no effect on LKPD disclosure level.

Keywords: mandatory disclosure, local gevernance characteristics, auditor’s opinion

Pendahuluan

Wewenang yang didapatkan oleh

pemerintah daerah dalam

melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan yang baik kepada masyarakat untuk menjalankan tata kelola yang baik (good public governance).Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas terhadap tingkat pengelolaan keuangan negara agar terciptanya pemerintahan yang

bersih. Berdasarkan UU No 17 tahun 2004 Presiden dan Gubernur, Bupati, dan Walikota diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam penggunaan APBN dan APBD yang meliputi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam laporan keuangan, pengungkapan dapat dibagi menjadi

(2)

dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclousure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memberikan informasi berdasarkan peraturan yang berlaku, sedangkan pengungkapan sukarela adalah suatu bentuk pengungkapan yang memberikan informasi tambahan kepada para pengguna

laporan keuangan diluar

pengungkapan wajib (Na’im dan Rakhman, 2000). Pengungkapanyang digunakan dalam penelitian ini adalah pengungkapan wajib (mandatory disclousure).

Standar Akuntansi yang

digunakan dalam sektor

pemerintahan adalah SAP

berdasarkan PP No 71 tahun 2010. Pada tahun 2015, seluruh pemerintah daerah baik kabupaten maupun kota diwajibkan melaksanakan PP No 71 tahun 2010, sehingga pada penelitian ini masih mengacu kepada PP No 24 tahun 2005.Standar Akuntansi Pemerintahan ditujukan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas sebagai bagian dari manajemen keuangan dengan mewajibkan pemerintah daerah untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan.

Tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD dapat dipengaruhi oleh karakteristik pemerintah daerah dan opini audit. Karakterik pemerintah daerah dapat

diukur dengan ukuran pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, status daerah, intergovernmental revenue. Ukuran pemerintah daerah diproksikan dengan total aset pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah yang memiliki total aset daerah yang lebih banyak akan lebih baik dalam mengelola dan menjaga asetnya, sehingga akan lebih memenuhi pengungkapan wajib

dalam laporan keuangan

(Suhardjanto dan Yulianingtyas, 2011).

Kekayaan pemerintah daerah yang besar maka akan mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan secara lengkap berdasarkan SAP. Perbedaan status daerah dapat membedakan karakteristik masyarakat dalam

stuktur pendapatan yang

mempengaruhi kontrol sosial. Dengan kontrol sosial yang tinggi, pemerintah daerah dituntut untuk melakukan keterbukaan dalam

bidang keuangan negara

(Heminingsih, 2006).

Intergovernmental revenue merupakan pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari transfer pemerintah pusat guna membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah ( Setyaningrum dan Syafitri,

2012). Semakin tinggi

intergovernmental revenue maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan wajib dalam laporan keuangan.

(3)

Opini audit merupakan suatu bentuk pernyataan profesional dari seorang auditor tentang kewajaran informasi keuangan dalam laporan keuangan. Semakin baik opini audit yang didapatkan oleh pemerintah daerah makan akan semakin banyak pengungkapan informasi dalam LKPD.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum dan Syafitri

(2012) meneliti seluruh

kabupaten/kota seluruh indonesia tentang ukuran pemda, jumlah SKPD, status daerah, jumlah legislatf, dan lokasi daerah. Pada penelitian ini, jumlah SKPD berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapan wajib dalam LKPD. Heriningsih dan Rusherlistyani (2013) menguji karakteristik pemda (tingkat ketergantungan, total aset), dan tingkat akuntabilitas pemerintah (opini auditor, SPI laporan keuangan, dan kepatuhan perundang-undangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik pemda dan tingkat akuntabilitas pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Patrick (2007) meneliti tentang budaya organisasi, administratif intensity, differensiasi fungsional dan ukuran organisasi dengan hasil penelitian bahwa ukuran organisasi dan budaya organisasi memiliki

pengaruh positif signifikan dalam mendeterminasikan penerapan GASB 34. Sedangkan variabel lainnya berpengaruh negatif terhadap determinasi dalam adopsi GASB 34. Suhardjanto dan Lesmana (2010) dalam penelitiannya menemukan ukuran pemda memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah. Penelitian Cohen dan Kaimenakis menemukan hasil bahwa ukuran pemda memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

Teori danPengembangan Hipotesis Teori Agensi dalam Pemerintah

Teori agensi

merupakankesepakatan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang diberikan kewenangan yang disebut principal dan pihak yang mendapatkan kewenangan disebut agent (Halim dan Abdullah, 2006). Dalam pemeritahan, agency problem timbul antara pejabat pemerintah yang dipilih dan diangkat sebagai principal dan masyarakat sebagaiagent (Zimmerman, 1997).Pejabat pada pemerintahan

merupakan golongan yang

melaksanakan pelayanan publik yang memiliki banyak informasi sehingga mereka dapat membuat keputusan atau kebijakan yang hanya berdasarkan kepentingan pemerintah dan pejabat sehingga mengabaikan

(4)

kesejahteraan rakyat. Untuk menanggulangi agency problem,

pemerintah diminta untuk

menyajikan laporan keuangan secara transparan dan akuntabel guna mewujudkan tata kelola yang baik. Standar Akuntansi Pemerintahan

StandarAkuntansiPemerintahan adalah aturan-aturan akuntansi yang berlaku dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (PP No 71/2010). SAP mengatur mengenai informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan, bagaimana menetapkan,

mengukur, dan

melaporkannya.Berdasarkan PP No 71 tahun 2010 SAP digunakan menyusun laporan keuangan pokok yang harus disajikan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, laporan Arus kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Laporan Keuangan

merupakan laporan yang disusun perihal posisi keuangan dan transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi perihal posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas dari suatu entitas pelaporan yang memberikan

informasi bagi para pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengambil keputusan tentang alokasi sumber daya ( PP No 71/2010).

Laporan keuangan

pemerintah daerah memainkan peranan penting untuk pemenuhan kewajiban pemerintah daerah kepada publik dalam masyarakat yang demokratif. Hal ini karena prinsip akuntabilitas mensyaratkan kepada pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban pada warganya yang memiliki hak untuk mengetahui atau untuk memperoleh fakta yang diumumkan secara terbuka yang memungkinkan untuk dipahami dan dimengerti oleh masyarakat (Kasjian, 2009).

Pengungkapan (Disclosure)

Pengungkapan (disclosure) merupakan penyajian informasi yang dianggap penting yang mampu mempengaruhi sebuah keputusan bagi para pengguna laporan keuangan selain statement keuangan utama. Secara umum, tujuan pengungkapan adalah memberikan informasi yang dianggap penting untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk memberikan informasi pada pihak yang berkepentingan (Suwardjono, 2005). Pemerintah dituntut untuk melakukan pengunkapan informasi wajib berdasarkan SAP guna mewujudkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

(5)

Karakteristik Pemerintah Daerah Karakteristik pemerintah daerah merupakan kualitas dan ciri-ciri khusus yang terdapat pada

pemerintah daerah yang

membedakan antar satupemerintah daerah. Dalam penelitian ini karakteristik pemerintah daerah diukur dengan ukuran pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, status daerah, dan intergovernmental revenue.

Ukuran pemerintah daerah merupakan salah satu bagian dari struktur organisasi (Patrick, 2007). Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa struktur pemerintahan secara signifikan dipengaruhi oleh ukuran pemerintah daerah. Kekayaan pemerintah daerah merupakan gambaran dari tingkat kemakmuran daerah tersebut (Sinaga, 2011). Kekayaan pemda diproksikan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan salah satu sumber pendapatan yang berasal dari masing-masing daerah.

Status daerah dapat membedakan setiap pemerintah daerah. Daerah yang berstatus “kabupaten” berbeda dengan pemerintah daerah berstatus”kota”. Perbedaan ini terletak pada struktur pendapatan masyarakat yang mempengaruhi kontrol sosial masyarakat tersebut dan karakteristik masyarakat (Abdul Halim, 2004). Intergovernmenta revenue dapat

diartikan sebagai dana perimbangan. Dana perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari dana transfer pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah.

Opini Audit

Opini audit merupakan suatu pernyataan profesional dari seorang auditor tentang kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria, kesesuaian dengan SAP, kecukupan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektifitas Sistem Pengendalian Intern (Darise, 2008). Opini audit dibagi menjadi empat opini, yaitu opini wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi

perkataan, wajar dengan

pengecualian, dan opini tidak wajar atau menolak memberikan pendapat (Arens, 2008).

Pengembangan Hipotesis Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran organisasi dapat ditunjukkan dengan seberapa besar suatu organisasi tersebut. Organisasi besar akan lebih cenderung memiliki banyakperaturan dan ketentuan dibanding dengan organisasi kecil (Suhardjanto dan Yulianingtyas, 2011). Pemerintah daerah memiliki ukuran organisasi yang besar sehingga dituntut untuk melakukan transparansi atas pengelolaan

(6)

keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik dengan cara melakukan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Penelitian Patrick (2007), Setyaningrum dan Syafitri (2012), Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011), dan Cohen Kaimenakis (2008) menunjukkan bahwa ukuran pemda memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan. Sehingga dapat dikembangkan hipotesis:

H1 :Ukuran pemerintah daerah memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD. Kekayaan Pemerintah Daerah

Kekayaan Pemda

merupakan gambaran tingkat kemakmuran suatu daerah(Sinaga, 2011). Kekayaan Pemda diproksikan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari pemerintah daerah tersebut yang menggambarkan tingkat kemandirian suatu daerah (Santosa dan Rahayu, 2005).Hasil penelitian yang dilakukan Setyaningrum dan Syafitri (2012), Liestiani (2008), dan Hilmi dan Martani (2012) bahwa kekayaan pemerintah daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkap pengungkapan LKPD. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:

H2 : Kekayaan pemda memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD.

Status Daerah

Status daerah merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan disebabkan adanya perbedaan karakteristik masyarakat dan struktur pendapatan masyarakat sehingga dapat mempengaruhi kontrol sosial pada suatu daerah (Abdullah, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Yulianingtyas (2012), Abdullah (2004) menyatakan bahwa status daerah memilkik pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib Laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa daerah yang berstatus kota akan lebih menyajikan pengungkapan wajib berdasarkan SAP. Maka dapat dikembangkan hipotesis :

H3 : Status daerah memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD. Intergovernmental Revenue

intergovernmental revenue dapat diartikan dengan dana perimbangan. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari transfer pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah daerah berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Abdul halim, 2004). Semakin besar intergovernmental revenueyang diberikan oleh pemerintah pusat

(7)

dapat mendorong pemerintah daerah

untuk lebih meningkatkan

pengungkapan terhadap laporan

keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban atas

pengelolaan keuangan daerah (Setyaningrum, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum dan Syafitri (2012), Patrick (2007), dan Hilmi (2011) membuktikan bahwa intergovernmental revenue memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Berdasarkan uraian diatas,maka dapat dikembangkan hipotesis :

H4 : Intergovernmental revenue memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD. Opini Audit

Opini Audit dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI merupakan sarana bagi

auditor untuk menyatakan

pendapatnya, opini auditor yang merupakan kewajaran, dalam semua hal yang material sesuai dengan kriteria SAP (Heriningsih dan Rusherlistyani, 2013). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin bagus opini audit yang didapatkan oleh pemerintah daerah, maka pemerintah daerah akan lebih melakukan pengungkapan wajib sesuai dengan SAP. Sejalan dengan penelitian Heriningsih dan Rusherlistyani (2013), Sarah (2014),

Putri (2015) maka dapat dikembangkan hipotesis :

H5 : Opini audit memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD.

Metedologi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah LKPD Kabupaten/Kota propinsi Sumatera Barat tahun 2012-2014 yang telah diaudit BPK. Total populasi adalah 19 kabupaten/kota. Sampel dalam penelitian adalah seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat pengungkapan wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Pengukuran tingkat pengungkapan LKPDdilakukan dengan cara membandingan total tingkat pengungkapan yang disajikan oleh pemerintah daerah dalam LKPD dengan tingkat pengungkapan wajib dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Peraturan Permendagri No. 13 tahun 2006 mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah (Syafitri, 2012).

Menurut Syafitri (2012) Prosedur pengukuran tingkat pengungkapan LKPD dapat dilakukan dengan cara:

(8)

1. Membuat daftar pengungkapan berdasarkan SAP.

2. Setiap pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam LKPD diberikan nilai berdasarkan daftar pengungkapan yang diatur dalam SAP.

3. Menghitung total nilai pengungkapan yang diperoleh pada setiap LKPD.

4. Menghitung seluruh jumlah tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan membandingkan nilai maksimum pengungkapan dalam SAP.

Tingkat pengungkapan LKPD ini menggambarkan seberapa besar pengungkapan yang dilakukan oleh pemda dibandingkan dengan pengungkapan berdasarkan SAP. Variabel Inependen

a) Ukuran pemerintah daerah Ukuran pemerintah daerah diproksikan dengan total aset, kabupaten/kota yang memiliki total aset yang lebih besar akan lebih baik dalam melakukan pengelolaan dan menjaga asetnya sehingga pemerintah daerah akan melakukan yang lebih banyak berdasarkan akuntansi.

b) Kekayaan pemerintah daerah Kekayaan pemda diproksikan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin besar PAD yang dihasilkan oleh masing-masing kabupaten/kota, maka diharapkan pemda terdorong melakukan

pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangan pemerintah daerah.

c) Status daerah

Status daerah dapat membedakan pemerintah daerah yang berstatus “kabupaten” dan “kota”. Perbedaan ini terletak pada struktur pendapatan masyarakat yang mempengaruhi kontrol sosial masyarakat tersebut dan karakteristik masyarakat (Abdul Halim, 2004). Status daerah diukur menggunakan skor , kabupaten diberi skor 1(satu) dan kota diberi skor 2(dua).

d) Intergovernmental revenue Intergovernmental revenue dapat juga diartikan sebagai dana perimbangan. Intergovernmental revenue dihitung menggunakan total dana perimbangan dengan total pendapatan.

e) Opini audit

Opini audit diukur menggunakan variabel dummy. Opini audit wajar tanpa pengecualian diberi nilai 1(satu), sedangkan opini wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat diberi nilai 0(nol). Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut :

Y= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5X5 + e

Keterangan:

Y= Skor Pengungkapan Wajib α = Konstanta

β = Koefisien regresi X1= Ukuran Daerah

(9)

X2= Kekayaan Pemda X3= Status Daerah

X4= Intergovernmental revenue X5= Opini Audit

e= Koefisien error

Hasil dan Pembahasan

Dalam penilitian ini metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik ( uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), uji determinasi (R2), uji simultan (uji F), dan uji persial (uji t). Dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda.

Setelah melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan tidak terdapat masalah dalam penelitian ini.

Dari hasil uji statistik F diperoleh Prob sebesar 0,000407, hasil uji statistik F dengan nilai probability lebih kecil dari alpha 0,05 dengan ini dapat dijelaskan bahwa keseluruhan model regresi sudah layak atau fit untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan untuk koefisien determinasi (R2), dapat dilihat bahwa nilai R2sebesar 0,349850 atau 34,98%. Hal ini bahwa 34,98% pengungkapan wajib (disclosure)

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD)

dipengaruhi oleh variabel ukuran pemda, kekayaan pemda, status daerah, intergovernmental revenue, dan opini audit. Sedangkan 65,02% pengungkapan wajib (disclosure)

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1

Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel

Independen KoefisienRegresi Prob Kesimpulan Ukuran

pemda -0,000324 0,5624 SignifikanTidak Kekayaan

pemda

-0,001255 0,7916 Tidak

Signifikan Status daerah -0,090122 0,0025 Signifikan Intergovernm

ental revenue -1,141955 0,0003 Signifikan

Opini audit 0,024411 0,4231 Tidak

Signifikan

R² 0,349850

F-Prob 0,000407

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 3.0

Hasil pengujian hipotesis (tabel 1) menunjukkan bahwa variabel status daerah, dan intergovernmental revenue memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD.Variabel ukuran pemda, kekayaan pemda, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD.

Variabel ukuran pemda memiliki koefisien regresi sebesar -0,000324 dan nilai signifikan 0,5624 dengan tingkat kesalahan sebesar

(10)

0,05 atau (0,5624 > 0,05) maka hipotesis pertama diterima yaitu ukuran pemda tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD). Besarnya ukuran pemda yang diproksikan dengan total aset tidak mempengaruhi suatu daerah untuk melakukan tingkat pengungkapan wajib dalam laporan keuangan.

Variabel kekayaan pemda memiliki koefisien regresi sebesar -0,01255 dan nilai signifikan 0,7916 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,7916 > 0,05) maka hipotesis kedau ditolak yaitu kekayaan pemda tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam laporan keuangan.

Variabel status daerah memiliki koefisien regresi sebesar -0,090122 dan nilai signifikan 0,0025 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0025 < 0,05) maka hipotesis ketiga diterima yaitu status daerah berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Besarnya kekayaan pemda yang diproksikan dengan total PAD tidak mempengaruhi daerah meningkatkan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan.

Variabel intergovernmental revenue memiliki koefisien regresi sebesar -1,141955 dan nilai signifikan 0,0003 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0003

< 0,05) maka hipotesis keempat diterima yaitu intergovernmental revenue memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam laporan keuangan.

Variabel opini audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,024411 dan nilai signifikan 0,4231 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau ( 0,4231 > 0,05) maka hipotesis kelima ditolak yaitu opini audit tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah daerah baik yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian maupun yang tidak wajar cenderung mengungkapkan informasi yang sama dalam laporan keuangan. Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik pemerintah daerah, opini audit terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Karakteristik tersebut meliputi ukuran pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, status daerah, intergovernmental revenue.

Hasil regresi menunjukkan bahwa status daerah dan intergovernmental revenue berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD. Sedangkan ukuran pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, dan opini audit

(11)

tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dalam LKPD.

Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan implikasi tentang :

1. Implikasi Teori

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sektor publik, terutama mengenai bagaimana ukuran pemerintah daerah, kekayaan pemerintah daerah, status daerah, intergovernmental revenue, dan opini audit dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Implikasi Praktek

Dalam penelitian ini menemukan bahwa status daerah dan intergovernmental revenue berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Semakin tinggi status daerah dan intergovernmental revenue menunjukkan semakin rendahnya pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan penelitian ini diharapkan pemerintah daerah menjadikan acuan

serta termotivasi dalam

meningkatkan kualitas laporannya dalam bentuk pengungkapan wajib

dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah berdasarkan SAP. Keterbatasan dan Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki

sejumlah kekurangan atau

kelemahan, kondisi tersebut karena adanya sejumlah keterbatasan yang peneliti miliki. Secara umum keterbatasan tersebut adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Sumatera Barat sebagai objek penelitian sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan LKPD diluar Sumatera Barat contohnya menggunakan LKPD se-Sumatera.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data LKPD periode terbaru disesuaikan dengan tahun penelitian.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel karakteristik pemerintah daerah daerah yang diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat

pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah.

(12)

Abdullah, S. 2004. PerilakuOportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Pendekatan Principal-Agemcy Theory. Paper dipersentasikan pada Seminar Antarbangsa, Universitas Bengkulu, 4-5 Oktober 2004. Arens, A., Elder, R.,dan Beasley, M.

2008. Auditingdan Jasa Assurance Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Black, B. S, H. Jang, dan W. Kim. 2003. Does Corporate Affect Firm Value? Evidence From Korea. Agust 5th. Diakses melalui

www.papers.ssm.com.

Cohen, S and Kaimenakis. 2008. An Empirical Investigation of Greek Municipalities’ Quality of Financial Reporting. Working paper series.

Darise, Nurlan. 2008. Akuntasi Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 11119 (Edisi Ketujuh). Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. Dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Halim, A. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

Halim, A. dan Abdullah, S. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol. 2 No.1. Heriningsih, S. dan Rusherlistyani.

2013. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 13 No. 02.

Herminingsih, 2006. Pengaruh Partisifasi dalam Penganggaran dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Derah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Empiris pada Pemerintah Kabupaten Demak). Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

Hilmi, A.Z. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapam Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi 2006-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Hilmi, A.Z, dan Martani. 2012. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. SNA 15 Banjarmasin.

Kasijan, 2009. Perbedaan Persepsi antar Stakeholders terhadap Dukungan Pejabat dalam Penerapan SAP, Akuntabilitas Keuangan dan Transparansi pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ( Study Empiris di Kabupaten Kulon Prog). Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Liestiani, 2008. Pengungkapan LKPD Kabupaten/Kota di Indonesia untuk Tahun Anggaran 2006. Skripsi Sarjana FEUI Depok. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor

(13)

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi

Naim, A., dan F. Rakhman. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15:70-82.

Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: the Adoption of GASB 34 in

Pennsylvania Local

Government. Unpublished Ph.D Dissertation. Pennsyilvania: The Pennsyilvania State University. Peraturan Pemerintah No. 24. 2005.

Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Putri, R. A. 2015. Faktor Karakteristik dan Tingkat Akuntabilitas

Pemerintah dalam

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013. Skripsi S1 Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Retnoningsih, H. 2009. Influence of Parliament Characteristics toward Mandotory Accounting Disclosure Complience in Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Santosa, P. B., dan Rahayu, R. P. 2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam

Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah kabupaten Kediri. Dinamika Pembangunan. Vol. 2 No.1.

Sarah, R. A. 2014. Opini Audit dan Pengungkapan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Serta Kaitannya Dengan Korupsi di Indonesia. Jurnal Ekotikonomi Vol. 13 No. 1.

Sekaran, Uma. 2011. Metodologi penelitian untuk Bisnis. Buku I. Jakarta: Salemba Empat

Sekaran, Uma. 2011. Metodologi penelitian untuk Bisnis. Buku II. Jakarta: Salemba Empat

Sinaga, Y.F. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan di Internet secara sukarela oleh Pemerintah Daerah: Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang.

Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta Suhardjanto. D,. dan Lesmana, S. 2010.

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkata Pengungkapan Wajib di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol: 6

Suhardjanto, D., Rusmin, Mandasari, P., dan Brown, A. 2010. Mandotory Disclosure Compliance and

Local Government

Characteristics: Evidence from Indonesian Municipalities. Penelitian Hibah Publikasi Internasional, LP2M UNS. Suhardjanto, D., dan Yulianintyas, R.

2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap

(14)

Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Study Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia: Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol 8: 1-94.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setyaningrum, D., dan Syafitri, F. 2012.

Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Daerah: Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 9:154-170.

Undang-undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2004 Tentang Keuangan Negara. Diakses melalui:www.legalitas.org. Yulianingtyas, R. 2010. Pengaruh

Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Study Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia). Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Zimmerman, J. L. 1997. The Municipal Accounting Maze: An Analysis of Political Incentives. Journal of Accounting Research.

Referensi

Dokumen terkait

• Jika hardisk rusak, maka kode aktivasi sudah tidak bisa digunakan lagi, untuk mendapatkan kode aktivasi baru harus beli lagi.. • Serial dan kode aktivasi bisa berubah

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan di Kabupaten Banjarnegara cukup tinggi, yaitu

Baster merupakan gabungan asli dengan bahasa asing.Berikut adalah contoh penyisipan kode berupa baster. Banyak klub malam yang harus ditutup. Hendaknya segera diadakan

Puji syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis yang senantiasa diberikan nikmat berupa kesehatan, kesempatan,

LPS pada gram-negatif akan larut dalam alkohol karena terbuat dari lemak. 3) Bakteri diberi pewarna safranin (merah) Pada gram-positif, warna tidak terserap. Pada

menurut kisner (2007) stabilitas sendiri adalah kemampuan sistem neuromuskular untuk memerintah otot bekerja sinergis pada bagian tubuh proksimal atau distal saat keadaan diam

Algoritma ini dikenal simpel, sederhana dan dapat melakukan klasterisasi text dokumen besar.Varian klastering K-Means dipilih menjadi metode penelitian genre cerpen KOMPAS

Pada saat pengereman cakram atau piringan yang berputar dijepit oleh lapisan gesek (pad rem) pada kedua sisinya sehingga timbul gesekan yang akan memperlambat putaran