• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Uji Efekti Pe cairan rum serat kasa efektivitas amilase, p lipase me dibanding menunjuk berikut en (0,0036 U Gambar 2 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 Ak tif ita enzim  (UI/ml/menit) ivitas Caira nelitian Tah men domba ar bungkil s enzim pa protease, da enunjukan b kan denga kan nilai akt

nzim amilas UI/ml/menit) 2. Aktifitas rumen d Sellulase 0,511±0,11 HASI an Rumen hap 1 dilaku dan lama w kelapa. T ada cairan an lipase. U bahwa akti an aktivita tivitas enzim se (0,510 U ). enzim selul domba. amilase 1 0.510±0 IL DAN PE Domba ukan denga waktu inkuba Tahapan se rumen do Uji efektivit ivitas enzim s enzim p m terbesar a UI/ml/menit) lase, amilas Protea 0,015 0.057 Enzim EMBAHAS an tujuan un asi yang tep ebelum hid omba melip tas enzim s m selulase protease d adalah enzim ), protease ( se, protease se Lip 7±0,013 0 SAN ntuk menge pat untuk pe drolisis ada puti aktivit selulase, am dan amila dan lipase. m selulase ( (0,057 UI/m e dan lipase pase .0360,002 tahui volum enurunan ka alah melaku tas enzim milase, prot se lebih be Pada Ga (0,511 UI/m ml/menit) d pada enzim me enzim andungan ukan uji selulase, tease dan esar jika ambar 1 ml/menit), an lipase m cairan

(2)

Analisis Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa

Hasil uji efekvitas enzim diketahui maka selanjutnya dilakukan proses hidrolisis bungkil kelapa. Analisis proksimat bungkil kelapa dengan perlakuan penambahan volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang berbeda disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan lemak, protein, serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi

Volume enzim (ml/kg) waktu inkubasi (jam)

Abu Lemak Protein Serat kasar BETN

………..(%)……… 0  0 12 24 4,93±0,04 6,93±0,01 4,99±0,03 17,66±0,02 18,33±0,03 17,25±0,03 18,64±0,05 18,26±0,01 17,46±0,01 13,76±0,04b 12,50±0,03ab 11,32±0,0a 45,20±0,11 44,53±0,02 48,98±0,01 25 0 12 24 5,52±0,43 5,17±0,02 6,47±0,10 18,12±0,64 17,87±0,03 16,88±0,12 19,10±0,75 20,98±0,06 20,00±0,01 12,68±0,40ab 13,43±0,07b 11,43±0,04ab 44,58±0,46 42,55±0,02 45,21±0,16 50 0 12 24 6.22±0,18 5,73±0,03 5,9±0,05 16,29±0,34 14,30±0,03 14,58±0,09 19,37±0,19 18,77±0,04 20,85±0,08 12,22±0,19a 11,61±0,05a 11,25±0,08a 45,89±0,34 49,60±0,13 47,42±0,18 75 0 12 24 5,98±0,23 5,20±0,05 4,51±0,07 15,32±0,41 13,66±0,03 12,92±0,01 20,60±0,46 20,37±0,05 21,00±0,04 12,76±0,30b 12,80±0,04b 9,16±0,06a 45,35±0,36 47,97±0,15 52,40±0,30 100 0 12 24 5,63±0,43 5,34±0,02 5,68±0,24 13,64±0,46 13,55±0,07 13,11±0,07 21,30±0,65 21,04±0,04 21,57±0,16 13,84±0,35b 13,21±0,04b 9,69±0,16a 45,59±0,57 46,87±0,07 49,96±0,10 125 0 12 24 5,54±0,22 6,25±0,02 6,09±0,03 14,10±0,15 13,48±0,05 12,44±0,15 21,81±0,03 21,84±0,02 22,94±0,05 14,34±0,36c 13,76±0,04b 6,98±0,02a 44,21±0,47 44,89±0,04 51,57±0,08 Keterangan : huruf superscript yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan

(3)

Tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan dosis enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Nilai serat kasar pada bungkil kelapa tanpa penambahan enzim cairan rumen domba lebih tinggi dibandingkan dengan nilai serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba dengan lama waktu inkubasi 24 jam. Nilai serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba 125 ml/kg dengan lama waktu inkubasi 24 jam lebih rendah (6,98%) dibandingkan dengan nilai serat kasar dengan lama waktu inkubasi 12 jam dan 0 jam pada dosis 25, 50, 75 dan 100 ml/kg.

Glukosa Terlarut Bungkil Kelapa

Hasil analisis pada Tabel 8 menunjukan bahwa kandungan glukosa terlarut pada bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba mengalami peningkatan seiring dengan penambahan volume enzim dan lama waktu inkubasi. Kandungan glukosa terlarut tertinggi sebesar 0,464% diperoleh dari perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba 125 ml/kg selama 24 jam.

Tabel 7. Kandugan glukosa terlarut pada bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba

Volume enzim cairan rumen domba (ml/kg)

Lama waktu inkubasi (jam) 12 jam 24 jam 0 0.013 0.014 25 0.053 0.142 50 0.135 0.248 75 0.145 0.275 100 0.212 0.358 125 0.232 0.464

(4)

Uji Kecernaan Bungkil Kelapa yang telah Dihidrolisis dengan Enzim Cairan Rumen Domba Sebagai Pakan Benih Ikan Mas

Tahapan uji kecernaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kecernaan ikan terhadap bungkil kelapa yang digunakan sebagai bahan baku pakan. Hasil uji kecernaan bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba volume 125 ml/kg dengan lama waktu inkubasi 24 jam dan bungkil kelapa tanpa hidrolisis meliputi nilai kecernaan total, kecernaan protein dan kecernaan energi disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis data menunjukan bahwa pakan komersil dan pakan 30% BKe memiliki kecernaan yang lebih tinggi dari pakan 30% BK.

Tabel 8. Kecernaan total, kecernaan protein dan kecernaan energi

Parameter Uji Pakan

(100% Pakan komersil) A (30% BKe) B(30% BK) Kecernaan (%) Total Protein Energi 67,35±2,01a 76,93±1,42ab 71,50±0,81b 66,32±2,17a 63,52±0,39b 77,71±1,80a 75,51±0,65a 69,60±0,81b 64,80±0,77a

Notasi yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P<0,05).

Hasil perhitungan uji kecernaan bahan baku menunjukan bahwa baik kecernaan total, protein dan energi mengalami peningkatan nilainya. Nilai kecernaan BKe lebih tinggi dari BK (Tabel 9).

Analisa sidik ragam nilai kecernaan bahan uji menunjukan bahwa nilai kecernaan (total, protein dan energi) pada pakan BKe ternyata memiliki nilai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan nilai kecernaan pada pakan BK. Nilai kecernaan total BKe sebesar (63,92%), kecernaan protein (79,53%), dan kecernaan energi (72,2% ), sedangkan nilai kecernaan total BK (54,58%), kecernaan protein (65,17) dan kecernaan energi (49,17%).

(5)

Tabel 9. Kecernaan bahan uji

Bahan Uji Total Kecernaan Bahan (%) Protein Energi

Bugkil kelapa + enzim Bungkil kelapa 63,92±0,35 54,58±0,70 79,53±0,65 65,17±0,43 72,2±0,28 49,17±0,53 Pembahasan

Tingginya aktivitas enzim selulase dan amilase pada cairan rumen domba diduga akibat jenis pakan yang dikonsumsi selama masa pemeliharaan. Domba yang diambil cairan rumennya ini mengkonsumsi rumput, dimana rumput mengandung serat yang cukup tinggi sehingga dikonversi pada saluran pencernaan menjadi enzim pendegradasi serat yang dibutuhkan di dalam rumen domba untuk mencerna rumput. Menurut Moharery dan Das, (2002), aktifitas enzim dalam cairan rumen tergantung dari komposisi atau perlakuan makanan. Cairan rumen domba yang digunakan untuk penelitian tersebut mengkonsumsi rumput selama pemeliharaan, sehingga aktifitas enzim selulase lebih tinggi. Lubis (1992) mengemukakan bahwa kandungan serat kasar rumput sangat tinggi yaitu 30,86%, sehingga enzim selulase yang dihasilkan di rumen juga lebih banyak. Pada penelitian ini diperoleh hasil aktifitas enzim tertinggi pada perlakuan volume 125 ml/kg bahan dengan lama waktu inkubasi 24 jam yaitu pada enzim selulase sebesar 0,511 IU/ml/menit diikuti enzim amilase sebesar 0,510 μg glukosa/ml/menit; enzim protease 0,057 μg protein/ml/menit dan lipase 0,036 μg lemak/ml/menit. Penelitian Pamungkas (2011) mendapatkan efektivitas enzim tertinggi adalah enzim selulase 0,31 IU/ml/menit sedangkan Fitriliyani (2010) menghasilkan aktivitas enzim tertinggi adalah enzim selulase 1,66 IU/ml/menit.

Perbedaan respon aktivitas enzim tersebut diduga akibat perbedaan domba yang digunakan enzim cairan rumennya. Budiansyah (2010) menemukan aktifitas enzim tertinggi dihasilkan oleh rumen sapi asal lokal dibandingkan rumen sapi impor. Hal ini disebabkan karena sapi lokal lebih banyak mengkonsumsi hijauan sehingga mikroba yang dihasilkan adalah mikroba pencerna serat. Sementara sapi impor

(6)

banyak mengkonsumsi konsentrat, sehingga lebih sedikit menghasilkan mikroba pencerna serat. Akibatnya, aktivitas enzim selulase pada cairan rumen sapi lokal lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas enzim selulase pada sapi impor. Perbedaan nilai tersebut juga diduga akibat dari umur domba yang diambil cairan rumennya berbeda. Agarwal et al., (2002) melaporkan bahwa anak domba dengan berat badan 23,5 kg yang diberi makan minum susu sampai 8 minggu dan diteruskan dengan 50% konsentrat dan 50% rumput sampai umur 24 minggu mendapatkan bahwa enzim-enzim yang ada dalam cairan rumen antara lain carboxymethyl cellulase dengan aktivitas enzim 3,60 mol glukosa per jam per ml, alpha amylase 0,33 umol glukosa per menit per ml, xylanase 0,29 umol xylosa per menit per ml. Perbedaan respon aktivitas enzim amilase juga terjadi.

Penelitian ini menghasilkan aktifitas enzim amylase 0,510 IU/ml/menit. Pamungkas (2011) mendapatkan aktivitas enzim amilase 0,14 IU/ml/menit, sedangkan Fitriliyani memperoleh aktivitas enzim amilase 1,32 IU/ml/menit. Perbedaan nilai tersebut diduga adanya perbedaan domba dan umur domba serta makanan yang dimakan selama masa pemeliharaan. Aktivitas enzim amylase yang dilaporkan Fitriliyani (2010) lebih tinggi dibanding yang dilaporkan penelitian lainnya disebabkan domba yang digunakan mengkonmsi rumput dan ditambahkan daun lamtoro yang mengandung serat kasar yang tinggi sehinggi enzim amylase yang dihasilkan di rumen juga cukup tinggi. Moharery dan Das (2002) melaporkan bahwa cairan rumen domba yang berisi sel-sel bakteri mempunyai aktivitas enzim selulase, amylase, protease dan lipase yang lebih tinggi dari cairan rumen tanpa sel-sel mikroba.

Di dalam penelitian ini, hasil hidrolisis terbaik mampu menurunkan serat kasar bungkil kelapa dari 14,34% menjadi 6,98%, sehingga kadar serat kasar yang tertinggal dari semula menurun lebih dari setengahnya. Penelitian Kurniansyah (2012) juga menggunakan enzim cairan rumen domba volume 150 ml/kg untuk mendegradasi kandungan serat kasar kakao dengan lama waktu inkubasi 24 jam. Hasil yang diperoleh terjadi penurunan kandungan serat kasar kakao dari 27,97% menjadi 21,67%, sehingga terjadi penurunan hanya seperempatnya. Penurunan kadar

(7)

serat pada tepung daun lamtoro dengan menggunakan enzim cairan rumen domba volume 100 ml/kg, lama waktu inkubasi 24 jam dapat mendegradasi serat kasar dari 16,77% menjadi 7,774%, atau turun sebanyak 53,7% (Fitriliyani, 2010). Penelitian dengan menggunakan enzim cairan rumen domba volume 100 ml/kg untuk menghidrolisis bungkil kelapa sawit selama 24 jam juga dilakukan Pamungkas (2011). Hasil penelitian tersebut berhasil menurunkan kandungan serat kasar BKS dari 17,54% menjadi 10,63% (turun 40%). Prosen penurunan serat kasar bervariasi diduga karena bahan yang dirumen berbeda dan substrat yang digunakan juga berbeda. Aktifitas enzim dalam rumen yang semakin tinggi akan efektif menurunkan serat kasar dibandingkan penambahan rumen yang memiliki aktivitas enzim yang lebih rendah.

Meningkatnya kandungan glukosa terlarut dalam bungkil kelapa seiring penambahan volume enzim cairan rumen domba. Kandungan glukosa terlarut pada BKe meningkat dari 0,013% menjadi 0,464%. Pamungkas (2011) menggunakan enzim cairan rumen domba dosis 100 ml/kg bahan bungkil kelapa sawit dengan lama waktu inkubasi 24 jam meningkatkan kandungan glukosa terlarut sebesar 0,469%. Perbedaan nilai tersebut diduga erat hubungannya dengan kerja enzim selulase. Enzim selulase terbukti efektif mendegradasi serat kesar menjadi gula-gula sederhana yang dapat diserap oleh ikan. Hardjo et al.(1989) mengemukakan bahwa selulosa adalah polimer tak bercabang dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan 1,4 β glukosida. Enzim yang mendegradasi selulosa yaitu endoglukanase atau karboksil metal selulase (endo-1,4- β-glukanase). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kompleks enzim selulase mempunyai tiga komponen utama yang bekerja bersama-sama atau bertahap dalam menguraikan selulosa menjadi unit glukosa, yaitu :

1. Endo-selulase yang memotong bagian dalam struktur Kristal dari selulosa dan mengeluarkan unit selulosa dari rantai polisakarida.

2. Ekso-selulase yang memotong 2-4 unit selulosa dari rantai akhir hasil produksi endo-selulase dan menghasilkan tetrasakarida atau disakarida seperti selubiosa.

(8)

3. Selubiosa atau β-glukosidase yang menghidrolisis produk dari ekso-selulase menjadi monosakarida.

Tiga reaksi tersebut yang dikatalis oleh selulase memotong interaksi nonkovalen dalam bentuk ikatan hidrogen yang ada dalam struktur kristal selulosa oleh enzim endo-selulase, menghidrolisis serat selolusa menjadi sakarida yang lebih sederhana oleh ekso-selulase, serta menghidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi glukosa oleh enzim β-glukosidase.

Kandungan serat kasar bungkil kelapa yang rendah mampu meningkatkan kecernaan benih ikan mas. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecernaan total (63,92%), protein (79,53%), maupun energi (72,2%) pada pakan BKe memiliki nilai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan nilai kecernaan total (54,58%), protein (65,17%) dan energy (49,17%) pada pakan BK. Rendahnya serat kasar dalam pakan BKe menyebabkan peningkatan penyerapan zat-zat makanan dalam saluran pencernaan sehingga mempercepat pertumbuhan dan proses fisiologis lainnya. Proses tersebut terjadi akibat mekanisme kerja enzim yaitu memperbaiki kecernaan, menurunkan kekentalan (viskositas) digesta, memodifikasi morfologi dan histologi saluran pencernaan dan memodifikasi komunitas mikroba saluran pencernaan (Khan et al. 2006). Hidrolisis nutrient makro dimungkinkan dengan adanya beberapa enzim pencernaan seperti protease, karboksilase, dan lipase (Zonneveld et al. 1991). Robinson (2001) mengemukakan bahwa rendahnya serat kasar dalam pakan menyebabkan tingginya daya cerna dan penyerapan zat-zat makanan didalam alat pencernaan ikan. Selama pakan berada dalam usus ikan, nutrient dicerna oleh berbagai enzim menjadi bentuk yang dapat diserap oleh dinding usus dan masuk dalam sistim peredaran darah. Sebaliknya pakan yang mengandung serat kasar tinggi akan menghasilkan feses yang lebih banyak sehingga serat kasar yang tidak tercerna tersebut dapat membawa zat-zat makanan yang seharusnya dicerna. Kebutuhan serat didalam pakan dalam jumlah maksimal berkisar 7%. Serat yang melebihi batas maksimal akan menurunkan kandungan gizi dalam pakan.

Keberadaan serat kasar yang tinggi dalam pakan tidak diharapkan karena menghambat proses penyerapan didalam saluran pencernaan sehingga pertumbuhan

(9)

ikan terhambat. Keterbatasan ikan dalam memanfaatkan serat berkaitan dengan ketersediaan enzim sellulotik yang terbatas dalam saluran pencernaan ikan, bahkan pada level tertentu dapat menghambat pertumbuhan ikan. Pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat menyebabkan absorbs zat makanan berkurang dan koefisien cerna semua zat makanan menurun. Namun, tak dapat dihindari bahwa serat kasar juga dibutuhkan dalam pakan walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Serat kasar dibutuhkan dalam pakan untuk membantu proses pencernaan makanan. Menurut Piliang (2006), serat kasar mernbantu mempercepat ekskresi sisa-sisa makanan rnelalui saluran pencernaan. Dalam keadaan tanpa serat, feses dan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus yang dapat rnenyebabkan gangguan pada gerakan peristaltik pada usus besar sehingga eksresi feses menjadi lebih lamban.

Gambar

Tabel 6. Kandungan lemak, protein, serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan  penambahan enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi
Tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan dosis enzim cairan rumen domba dan  lama waktu inkubasi berpengaruh nyata  terhadap penurunan kandungan serat kasar  bungkil kelapa

Referensi

Dokumen terkait

&lt; α maka Ho ditolak dan menerima Ha, dengan Ha adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran VCT tipe analisis nilai dalam meningkatkan nilai

Media pembelajaran berbasis katalog merupakan media visual yang dapat dirancang sendiri oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan materi dan karakteristik peserta didik, memiliki

dalam jabatan terakhir bagi administrator dan pengawas;.. c) 1 (satu) tahun sebelum batas usia pensiun bagi administrator yang akan menduduki jabatan fungsional madya;

Asosiasi terhadap sebuah merek adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap suatu merek (Aaker:

Orang-orang Ahlul kalam berasumsi: kalau Allah ّلجوّزع itu beristiwa‟ di atas „Arasy, tentu Allah itu memiliki tubuh, karena istiwa‟ adalah sifat bagi

Stanley anak Abang

a). Pemenuhan kebutuhan dasarKebutuhan penduduk perkotaan dan perdesaan terhadap akses pelayanan air limbah dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar bagi kesehatan

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan peneliti dapat dibuat kesimpulan bahwa ada perbedaan keterampilan membaca pemahaman antara penggunaan