1 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
BAB VII
RENCAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR CIPTA KARYA
Program pembangunan Daerah Kota Kotamobagu Tahun 2015-2019,
dilaksanakan sesuai dengan fokus agenda pembangunan daerah, untuk
melaksanakan misi guna mewujudkan visi pembangunan daerah.
Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana prasarana
dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi
listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan
infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus
dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan
oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan
perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan-harapan yang
tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya.
Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat
dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya,
selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha.
Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai
penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat,
Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak
akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola
infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasarana dan
sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen,
teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas-fasilitas dasar
dan penunjang tersebut.
7.1
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
7.1.1 KONDISI EKSISTING
I. KONDISI EKSISTING KAWASAN KUMUH
Saat ini pengaturan penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
perumahn dan kawasan Permukiman, mendukung penataan dan pengembangan
wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan
lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk
mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat
2 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan maupun
lingkungan hunian perdesaan dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni
dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman merupakan kegiatan yang bersifat
multi sektor. Keluarannya langsung menyendtuh salah satu kebutuhan dasar
serta menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat, juta
mendorong pertumbuhan perekonomian.
Tabel 7.1 Data Luas Kawasan Kumuh
No Kab/Kota Luas Kawasan
5 Kab. Kepulauan Talaud 72.87 SK Bupati No. 420 Tahun 2014
6 Kab. Kepulauan Sangihe 87.64 SK Bupati No. 177 Tahun 2014
7 Kota Manado 124 SK Walikota No.163 Tahun 2015
8 Kota Kotamobagu 36.07 SK Walikota Tahun 2014
9 Kab. Minahasa Selatan 32.58 SK Bupati No. 217 Tahun 2015
10 Kab. Bolaang Mongondow 100 Belum Ada
11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 48.42 SK Bupati No. 1 Tahun 2016
12 Kab. Bolaang Mongondow Timur 0 Belum Ada
13 Kab. Siau Tagulandang Biaro 10.4 Belum Ada
14 Kab. Bolaang Mongondow Utara 50.76 SK Bupati No. 211 Tahun 2014
15 Kab. Minahasa Tenggara 69.66 SK Bupati No. 124 Tahun 2014
Adapun data lokasi kumuh sesuai dengan SK Kumuh Kota Kotambagu adalah sbb:
Tabel 7.2 Data Kumuh Sesuai SK Kumuh
Luas wilayah kumuh terbesar berada di Kecamatan Kotamobagu Timur di
1 Kobo Besar 1.71 57 133 Lingkungan 2 Kobo Besar
Permukiman
6 Malinou 1.09 10 37 Lingkungan 9 Malinou
3 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
tangga sebanyak 209 KK dengan klasifikasi kumuh yaitu Kumuh Ringan. Kumuh
sedang berada di dua (2) Kelurahan yaitu Kelurahan Kotamobagu dan
Gogagoman di Kecamatan Kotamobagu Barat dengan luas kumuh 8.07 (ha) dan
9.5 (ha) serta kumuh berat berada di 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Malinou
dan Mogolaing dengan luas kawasan kumuh 1.09 (ha) dan 1.74 (ha).
II. KONDISI EKSISTING PERMUKIMAN PEDESAAN, PERMUKIMAN NELAYAN,
RAWAN BENCANA, PULAU KECIL DAN PERBATASAN
Umumnya perkembangan permukiman yang berlangsung selama ini
memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih
berbasis wilayah bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan
antara yang baru dengan yang lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor
kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan
desa dan seterusnya, harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang
menumbuhkan konflik dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya
pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun permukiman. Ke
depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus memungkinkan
berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui
mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun
permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh pemerintah,
sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan
permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana dasar dan
ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman merupakan
masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada. Masalah tersebut
justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan baru yang cenderung
dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri, dibandingkan sebagai
bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik
yang luas.
Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman
(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,
yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan
salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan. Penyediaan rumah adalah tanggung jawab kita bersama. Baik oleh
pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri. Pemerintah dan swasta
4 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan alaminya memenuhi
kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi permukiman.
Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan
perumahan dan permukiman dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan
suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan kemasyarakatan. Tentu saja tidak
secara otomatis begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan:
a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban dan
tanggung jawab masyarakat sendiri.
b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang layak
dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan di lingkungan
perumahan dan permukiman.
c. penyediaan infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan
dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai
berikut :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman,
diantaranya adalah:
a. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah b. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota
c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dsb.
d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
e. Dalam penyusunan RPIJM hams memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.
f. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam
Pengembangan Permukiman.
g. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya
dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,
sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam
penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik
h. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam
Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan.
i. Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.
5 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
maupun swasta.
k. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman
l. Investasi Prasarana Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.
m. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau
pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut.
n. Safeguard Sosial dan Lingkungan.
o. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh permukiman yang
layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan
permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,
pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi
kota, serta penciptaan sosial dan budaya yang kondusif di perkotaan.
Pengembangan permukiman juga hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek
sosial budaya setempat agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya, meliputi desain, pola dan struktur, serta
bahan material yang digunakan.
Kebijakan, Program Dan Lingkup Kegiatan Pembangunan Permukiman
Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah
perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:
a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana
dasar permukiman)
b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi,
dan teratur
c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman b. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA
6 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan
e. Permukiman
Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:
a. Lahan siap bangun
b. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan
c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat
d. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni
e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak
perekonomian yang dinamis
f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara
menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan
menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan
lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan
lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya
Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:
Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat
berpenghasilan rendahMengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait
Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman
yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu
mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan
Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program
Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan
Permukiman Perdesaan.
A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Penyediaan PSD Bagi
Kawasan RSH
Target:
Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.
Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.
Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
7 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah
Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.
Penanganan:
Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan
keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI
dan POLRI.
Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan bare
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
B. Penataan Dan Peremajaan
Kawasan Target:
Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.
Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaan.
Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.
Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.
Penanganan:
Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.
Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.
Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Target:
Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.
8 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.
Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.
Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh
Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.
Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.
Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama.
Penanganan:
Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.
Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.
Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan Rusunawa.
Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).
Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.
Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.
Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.
f. Peningkatan Kualitas
Permukiman Target:
Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.
Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif.
Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki.
Penanganan:
Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.
Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.
9 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
g. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa Target:
Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%
Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya
Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )
Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.
Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis
Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.
Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.
Penanganan:
Bantuan Teknis berupa:
Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).
Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun
perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri
Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal,
bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.
Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang
tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP
ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.
Peningkatan prasarana desa pusat pertumbuhan diarahkan pada
Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi "Kegiatan Ekonomi
10 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
h. Pengembangan Kawasan
Agropolitan Target:
Kawasan pertanian yang terdiri dan kota Pertanian, desa-desa sentra produksi
pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas
untuk berkembangnya pertanian industri.
Penanganan:
Pembangunan prasarana sarana untuk mendukung kawasan agropolitan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
i. Pengembangan PS Kawasan Eks
Transmigrasi Target:
Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan
Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan prasarana di kawasan
transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina).
Penanganan:
Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan
identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di
kawasan eks transmigrasi.
Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar
permukiman,dilaksanakan dalam rangka mendukung program.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati. Review minimal setahun sekali.
j. Penyediaan Prasarana Permukiman Di Pulau Kecil
Terpencil Target:
Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasanlainnya.
11 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyaktersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)
Penanganan:
Bantuan teknis berupa:
Pedoman Pengembangan prasarana di Pulau Kecil dan Terpencil
Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam
pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan
meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal
didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat
Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan
kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan
Rencana Tindak
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
k. Pengembangan PS Kawasan
Perbatasan Target:
Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan
Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya
Penanganan:
Bantuan Teknis berupa:
Pedoman Pengembangan prasarana Kawasan Perbatasan
Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta pulau terluar.
Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria kawasan perbatasan dan pulau terluar.
Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
- Menyediakan dana pendamping.
- Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
12 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
III. Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a) Masalah.
Berdasarkan kondisi pembangunan prasarana dan sarana jalan tersebut diatas
maka masalah yang dirasakan dalam pembangunan infrastruktur kota yang
terkait dengan penyediaan prasarana dan sarana jalan adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kondisi pelayanan prasarana dan sarana jalan akibat masih tingginya kerusakan jalan.
2. Masih terbatasnya kualitas sarana pelayanan angkutan umum.
3. Masih relatif tinggi jumlah kecelakaan lalulintas jalan raya.
4. Masih adanya daerah yang aksesibilitasnya rendah.
5. Belum optimalnya manajemen arus lalu lintas jalan.
b) Sasaran
Berdasarkan kondisi pembangunan prasarana jalan di Kota Kotamobagu maka
sasaran 5 (lima) tahun kedepan adalah sebagai berikut:
1. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana jalan di Kota Kotamobagu.
2. Meningkatnya aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum berkembang
melalui dukungan pelayanan prasarana jalan yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan transportasi.
3. Terwujudnya partisipasi aktif pemerintah, BUMN, dan swasta dalam pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan prasarana jalan.
c) Arah Kebijakan
1. Pembangunan prasarana jalan terutama pada daerah yang aksesibilitasnya
rendah.
2. Peningkatan kualitas jalan dan pemeliharaan prasarana jalan.
3. Harmonisasi dan keterpaduan sistim jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang Kota Kotamobagu.
4. Meningkatkan keterlibatan peran swasta dan masyarakat untuk pembangunan dan pengelolaan prasarana jalan.
5. Peningkatan pelayanan prasarana jalan dan keselamatan lalu lintas jalan
13 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
d). Sasaran Program
Untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai dan berdasarkan kebijakan
yang di tetapkan maka program pembangunan prasarana jalan untuk lima tahun
kedepan adalah sebagai berikut :
Pemeliharaan prasarana jalan. Kegiatan:
a. Pemeliharaan rutin dan berkala prasarana jalan.
b. Pemeliharaan bahu jalan, pembuatan lampu jalan dan lampu hias kota.
c. Pemeliharaan cainstein dan pohon peneduh.
Peningkatan dan rehabilitasi jalan dan jembatan. Kegiatan:
a. Peningkatan dan Perbaikan kualitas jalan.
b. Peningkatan dan perbaikan jembatan.
Pembangunan jalan dan jembatan. Kegiatan: Penataan akses transportasi
Program manajemen transportasi. Kegiatan:
c. Peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan rambu-rambu lalulintas.
d. Peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan terminal angkutan kota.
e. Pengendalian muatan sarana angkutan barang secara intensif.
f. Pengadaan fasilitas perlengkapan jalan dan pengujian kendaraan bermotor.
e. Pembinaan terhadap pengusaha, petugas terminal dan pengemudi
angkutan.
f. Peningkatan sistim informasi perijinan angkutan jalan.
g. Pengusulan penetapan status jalan.
Ketenagalistrikan
Fasilitas listrik sebagai alat penerangan sudah merupakan kebutuhan masyarakat
yang utama baik daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Disamping itu
manfaat listrik juga untuk menggerakan masin-mesin secara mekanis yang akan
mempercepat proses pruduksi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan.
Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut antara
lain ditandai program Listrik Masuk Desa yang dikelola PLN.
Dengan adanya listrik, masyarakat dapat memanfaatkan waktu yang lebih banyak
di malam hari untuk melakukan berbagai kegiatan, selain juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan produksi secara mekanis dengan
ongkos produksi yang lebih murah. Bagi Pemerintah, dengan bertambahnya
sarana televisi pada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, setiap
informasi pembangunan dapat disampaikan kepada masyar akat secara tepat dan
14 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Banyaknya Travo tenaga terpasang di sentra pembangkit PLN mempunyai daya
sebesar 33.510 KVA, dengan panjang saluran udara tegangan menengah 882,35
KMS dan tegangan rendah 513,85 KMS. Jumlah Produksi listrik pada PT. PLN
Cabang Kotamobagu tercatat 67,979 MWH, dengan jumlah pelanggan sebanyak
27,973.
a). Masalah
1. Adanya ketidakseimbangan antara permintaan dengan kemampuan kapasitas produksi.
2. Adanya keterbatasan pendanaan pemerintah dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik baru.
3. Biaya operasional dan perawatan PLTD relative tinggi.
4. Rendahnya kualitas pelayanan terhadap konsumen.
b). Sasaran
1. Terciptanya keseimbangan antara kebutuhan akan energi listrik dengan ketersediaannya.
2.Meningkatnya jaringan dan mutu pelayanan keseluruh wilayah.
c). Arah Kebijakan.
1. Penyediaan energi listrik yang ramah lingkungan.
2. Pengembangan infrastruktur energi listrik untuk meningkatkan
ketersediaannya dalam rangka mempermudah konsumen mengakses
kebutuhan akan energi listrik.
3. Membangun Kemitraan pemerintah dan swasta untuk melaksanakan
pembangunan energi listrik terutama yang berskala besar.
4. Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan energi secara
mandiri.
d). Program-Program Pembangunan
1. Peningkatan aksesibilitas pemerintah daerah, BUMN, koperasi dan
masyarakat terhadap jasa pelayanan sarana dan prasarana energi dan
kelistrikan.
Kegiatan : Pengadaan listrik tenaga surya untuk wilayah-wilayah yang
sangat sulit dijangkau dengan fasilitas pelayanan PLN.
2. Peningkatan kualitas jasa pelayanan sarana prasarana ketenagalistrikan
3. Penambahan kapasitas terpasang pada kawasan-kawasan cepat tumbuh. 4. Sosialisasi hemat energi listrik.
15 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
ketenagalistrikkan
6. Penggantian kabel jaringan listrik yang terbuka dengan kabel yang terbungkus.
7. Penambahan gardu listrik.
Telekomunikasi
Telekomunikasi dibutuhkan agar tersedia informasi yang cepat dan tepat, artinya
dituntut sarana dan prasarana yang memadai dan mudah di jangkau. Banyaknya
sambungan induk telepon pada tahun 2007 berjumlah 3.219 sambungan. Jumlah
kantor telepon, sentra telepon masing-masing 1 unit.
a). Masalah
Berdasarkan kondisi pembangunan infrastuktur khususnya dalam penyediaan sarana telekomunikasi diatas, masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1. Belum terbangunnya secara merata jaringan telepon di seluruh wilayah.
2. Belum efektifnya sistem pelayanan telekomunikasi khususnya jasa
telepon.
3. Tingginya biaya penggunaan telepon selular.
b). Sasaran
1. Meningkatnya pembangunan fasilitas telekomunikasi di seluruh wilayah.
2. Meningkatnya kapasitas serta kemampuan masyarakat dalam mengembangkan dan mendayagunakan teknologi dan aplikasi telematika
secara efektif.
c). Arah Kebijakan
1. Pengembangan jaringan sambungan baru telepon rumah.
2. Pengembangan system pelayanan jasa telepon kepada masyarakat.
3. Pengembangan dan pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
d). Program-Program Pembangunan
1. Pengembangan jaringan sambungan baru telepon wilayah perkotaan dan
pedesaan.
2. Kegiatan : Membangun jaringan sambungan telepon baru.
3. Mendayagunakan informasi serta teknologi informasi dan komunikasi, beserta aplikasinya guna mewujudkan Tata Pemerintahan yang transparan, efisien dan efektif.
Kegiatan :
a. Penyediaan fasilitas komputer murah bagi laboratorium komputer
disekolah-sekolah.
16 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
C. Parameter Teknis Wilayah
Menurut Pedoman Krieria Teknis Kawasan Budidaya menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 oleh Direktorat Penataan Ru ang Dep.
Pekerjaan Umum, bahwa parameter teknis kawasan permukiman adalah sebagai
berikut :
a. Ketentuan Umum
Fungsi utama
Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:
a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan
interaksi sosial;
b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
c. Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan
pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);
Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai
dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan
lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan
masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan
terjangkau oleh sarana tranportasi umum;
Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus
didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat
perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan,
penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan,
pendidikan, agama);
Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
17 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
(lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan
pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan
Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
Aspek Pendanaan
Kemampuan masyarakat, swasta, perumnas/pemerintah dalam pembangunan PSD permukiman skala besar serta pembiayaan operasi dan pemeliharaannya: a. Kemampuan masyarakat dalam pembangunan PSD di Kota Kotamobaguti dak
ada karena pembangunan PSD masih sangat bergantung sepenuhnya pada
pemerintah. Sedangkan Operasi dan Pemeliharaannya umunya dilakukan
secara individual (pemilik bangunan) khususnya untuk air bersih dan
sanitasi. Untuk jalan lingkungan, draianse, dan persampahan tidak ada
pembiayaan operasi dan pemeliharaan sepenuhnya bergantung pada
pemerintah.
b. Kemampuan swasta dalam pembangunan, operasi dan pemeliharaan PSD
permukiman skala besar di Kota Kotamobagu :
Jalan lingkungan untuk ruas jalan utama biasanya pembangunannya sudah
disiapkan oleh pihak pembangun/developer dan ruas jalan lainnya hanya
berupa perkerasan tanah/sirtu. Sedangkan untuk operasi dan
pemeliharaan umunya tidak dibiayai lagi oleh swata/pembangun. Jika ada
pemeliharaan jalan sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah.
Sanitasi/air limbah pemabngunannya disiapkan oleh swasta berupa
sanitasi individual (on site), namun kondisi septic tank biasanya kurang
baik, sehingga hampir sebagian besar diperbaiki kembali oleh pemilik
rumah. Sedangkan untuk operasi dan pemeliharaan dilakukan secara
individual (pemilik rumah masing-masing).
Drainase lingkungan permukiman pembangunannya dilakukan oleh
swasta hanya pada saluran drainase utama dalam kawasan dan tidak
disiapkan pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan. OP umunya
dilakukan oleh pemerintah kota.
Persampahan di kawasan perumahan tidak disiapkan/ditangani oleh
swasta/pembangun, namun sepenuhnya ditangani oleh pemerintah
termasuk operasi dan pemeliharaannya.
18 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
d. dengan pendanaan dari APBD. Prosentasi alokasi dana APBD di Kota
Kotamobagu untuk pembangunan, operasi dan pemeliharaan infrastruktur
setiap tahunnya + 40% dari APBD.
Permasalahan Pembangunan Permukiman
Besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui
PSD Permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan
sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaa dan
keuangan yang ada, disajikan pada tebel berikut.
Analisis Kelayakan Program Pembangunan Permukiman
Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah
perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:
a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana
dasar permukiman)
b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur
c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan
permukiman
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
b. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA
c. Terarahnya pertumbuhan wilayah
d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan
permukiman
Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:
a. Lahan siap bangun
b. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan
c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat
d. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni
e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis
f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara
menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan
19 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan
lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya
7.1.2 SASARAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Penyediaan permukiman adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat.
Permukiman yang dimaksud adalah permukiman yang tertata lingkungannya
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang dengan fisik, sosial, dan
ekonomi. Permukiman yang tertata akan memberikan dampak langsung maupun
tidak langsung kepada masyarakat dan kinerja lingkungan perkotaan secara
keseluruhan.
Rencana pengembangan maupun pengelolaan permukiman mengandung 2 (dua)
pengertian pokok :
Penyediaan permukiman baru dengan konsep berwawasan lingkungan dan ditunjang dengan keberadaan infrastrukturnya,
Revitalisasi kawasan permukiman yang umumnya sudah ada dan cenderung tumbuh dan berkembang tanpa adanya pola yang tertata, umumnya adalah permukiman lama.
Program pengembangan permukiman perkotaan
Program kerangka dasar pengembangan kawasan perumahan RSH/PNS/TNI/Polri
Target:
Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.
Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.
Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerj a masyarakat berpenghasilan rendah
Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah
Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.
Penanganan:
Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan
keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI
dan POLRI.
20 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
Permasalahan yang dihadapi
Permasalahan pembangunan permukiman saat ini adalah:
Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana dasar RSH/perumahan serta operasi dan pemeliharaannya
Peningkatan jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah
Kapasitas pembiayaan perumahan terbatas
Pola subsidi yang ada cenderung dimanfaatkan oleh yang bukan menjadi sasaran
Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan
permukiman belum terbentuk atau belum berfungsi secara optimal.
Sistem PSD RSH yang diusulkan
Usulan dan prioritas program pembangunan PSD RSH sesuai dengan prioritas
program meliputi:
a) Pembangunan/rehabilitasi jalan akses yang menghubungkan antar kawasan/lingkungan RSH
b) Pembangunan/rehabilitasi jalan lingkungan perumahan dan atau jalan setapak yang menghubungkan antar rumah-rumah
c) Pembangunan/rehabilitasi jaringan drainase primer/sekunder kawasan
RSH
d) Pembangunan/rehabilitasi saluran air hujan lingkungan
e) Pembangunan/rehabilitasi sistem penyediaan air minum
f) Pembangunan jaringan-jaringan air minum perpipaan (jaringan distribusi ke rumah-rumah)
g) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah IPAL/IPLT
h) Penyediaan TPS (Container Sampah).
i) Penyediaan prasarana dan sarana pengangkutan sampah.
Penataan dan peremajaan kawasan Target:
Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.
21 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.
Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.
Penanganan:
Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.
Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.
Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
Target:
Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.
a) Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).
b) Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.
c) Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.
Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh
d) Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah
setempat.
e) Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.
Penanganan:
a) Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan.
b) Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.
c) Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
22 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).
Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.
Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.
Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.
Peningkatan Kualitas Permukiman Target:
Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.
Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta
melaksanakan proses secara partisipatif.
Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi
oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah
Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasita s
Fiskal yang dimiliki.
Penanganan:
Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.
Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.
Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.
Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan
Pelatihan dan Pendampingan.
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
Review minimal setahun sekali
Program pengembangan permukiman perdesaan
a) Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
Target:
Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%
Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya
23 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )
Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.
Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis
Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.
Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.
Penanganan:
Bantuan Teknis berupa:
Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).
Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara
mandiri
Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi
lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.
Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP ke desa -desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.
b) Pengembangan kawasan eks transmigrasi
Target:
Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan
prasarana di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT
Bina).
Penanganan:
Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di
kawasan eks transmigrasi.
Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program
Departemen Transmigrasi
Kontribusi Pemerintah Daerah:
Menyediakan dana pendamping.
Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.
24 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
7.1.3 Usulan Program dan Kegiatan
Tabel 7. 3 Usulan Program dan KegiatanPKP
KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC VOL SAT PEMANFAAT
(Jiwa/Ha)
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-
TAHUN ATRIBUT
REDINES CRITERIA
Rp. MURNI APBD
PROV.
APBD KAB / KOTA
SWASTA Masy DAK Lahan DED SCORE
Pembinaan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 9.400.000 - -
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman Perkotaan - - - - - 0 0 0 0 0 9.400.000 - - - - -
Pengembangan Lingkungan Per mukiman Per kotaan - - - - - 0 0 0 0 0 9.400.000 - - - -
Pengembangan Fasilitas Umum (PSU) Perumahan Pobundayan KOTAMOBAGU KOTAMOBAGU SELATAN POBUNDAYAN / 21428 M2 0 0 0 0 0 0 9.400.000 2017 Umum - - 0
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 0 - - - - -
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Per mukiman
Per desaan Potensial - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 0 - - - -
Pembangunan Paving Block jalan Pemukiman di belakang Puskesmas
Ling. 3 Kel. Motoboi Kecil KOTAMOBAGU
MOTOBOI KECIL /
KOTAMOBAGU SELATAN 650 Meter 0 500.000 0 0 0 0 0 2019 Kosong Kosong 0
25 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupuin di perdesaan,
khususnya wujud fisik bangunan gedung maupun lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung
dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: 1)
memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
tertib, layak huni, berjati diri, serasi, dan selaras dan 2) memberdayakan
masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan
berkelanjutan.
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain:
a. Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung
- Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
- Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian
- Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
b. Permasalahan dan tantangan di bidang gedung dan rumah negara
- Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
- Penyelenggaraan bangunan gedunng dan rumah negara kurang tertyib dan efisien.
- Masih banyak aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
c. Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
- Masih adanya permukiman kumuh
- Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan
bangunan gedung bersejarah padahal mempunyai potensi pariwisata
- Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga,
dan lain-lain kurang diperhatikan.
d. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat
perkotaan
26 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
- Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
- Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
d. Tantangan penataan bangunan dan lingkungan
- Amanat Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UUBG, bahwa semua bangunan gedung harus layak fungsi
pada tahun 2010.
- Komitmen terhadap kesepakatan internasional tentang Millenium
Development Goals (MDGs), bahwa pada tahun 2015, 2000 daerah
kabupaten/kota bebas kumuh dan 2025 semua daerah bebas kumuh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan antara lain :
- Peran dan fungsi daerah
- Rencana Pembangunan Daerah
- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah
- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
- Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Pembangunan Kota
- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan pengembangan
- Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan dengan sektor lain
dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,
sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan
- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia
- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan di daerah
- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan
lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan
- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan pemerintah
27 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
- Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi
- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut
- Safeguard sosial dan lingkungan
- Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam laporan.
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman
pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
Bangunan Gedung merupakan kewenangan pemerintah daerah dan hanya
bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindaklanjutinya sebagaimana mestinya, seperti terlihat dari:
- Masih banyak daerah yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung
yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama daerah hasil
pemekaran belum memiliki Perda Bangunan Gedung;
- Masih banyak daerah yang belum memiliki atau melembagakan institusi
dan tim ahli bangunan gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan
bangunan dan lingkungan;
- Masih banyak daerah belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;
- Masih banyak daerah belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi
seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil
pembangunan sejak 2003-2007;
- Masih banyak daerah belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran
daerah atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana
dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selalu siap pakai setiap
saat;
- Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi prasarana dan sarana bagi penyandang cacat;
- Masih banyak daerah, pengembangan wilayahnya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
- Masih banyak daerah yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang;
28 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab daerah;
- Masih banyak daerah belummelaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
Untuk itu Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis penataan
bangunan dan lingkungan empunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan
daerah agar mampu melaksanakan amanat UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
Di samping hal tersebut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan
permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu
pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran RTRW
yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan
responsif.
Selaras dengan upaya pencapaian target MDGs tahun 2015, yakni: 1) mengurang
sampai setengahnya proporsi penduduk miskin pada tahun 1990, dan 2)
mengurangi sampai setengahnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air
minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan pada tahun 1990, maka
peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensif
dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara
aktif.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara
komprehensif dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan
masyarakat sesuai siklus P2KP/PNPM-Mandiri Perkotaan.
1) Strategi Pendukung
Grand strategy 1.
Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal dan efisien.
Tujuan:
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.
Sasaran:
29 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
- Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi
- Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung.
- Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum Terlaksananya pendataan bangunan
- Terwujudnya pusat informasi arsitektur dan bangunan gedung
- Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000
- Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis, pengawasan dan pengendalian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
- Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan
- Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan
- Terlaksananya Penyusunan Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK).
Grand strategy 2.
Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan
Berjatidiri
Tujuan:
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan
Sasaran:
- Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh
- Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejar ah
- Terlaksananya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Pemberdayaan komunitas perkotaan.
Grand strategy 3.
Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Agar Dapat
Memberikan Nilai Tambah Fisik, Sosial dan ekonomi.
Tujuan:
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi
penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran:
- Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis.
30 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Grand strategy 4.
Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk Mewujudkan
Arsitektur Perkotaan, dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang
Dilindungi dan Dilestarikan untuk menunjang Kearifan Budaya Lokal
Tujuan:
Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan
kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, selaras dengan memunculkan ciri
arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi
lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur
budaya bangsa.
Sasaran:
Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan
bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur dengan teknologi
dan rekayasa arsitektur perkotaan.
Grand strategy 5.
Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk
Menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang Berkelanjutan
Tujuan:
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk
menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara
internasional
Sasaran:
31 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Rekomendasi
Tabel 7. 4 Perbandingan alternatif pemecahan masalah penataan bangunan gedung dan lingkungan
32 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Parameter Yang
No. Satuan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Diperbandingkan
4. Hukum dan Peraturan Jumlah dan Jenis Identifikasi jenis hukum Penyusunan draft Konsultasi publik/ uji Penetapan
Peraturan Yang dan peraturan terkait produk hukum dan publik dan sosialisasi Produk Hukum
Terbentuk atau peraturan bidang produk hukum dan dan Peraturan
tersosialisasi penataan bangunan peraturan di bidang (PERDA/Atura
gedung dan lingkungan penataan bangunan dan n Lainnya)
lingkungan.
33 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
Tabel 7.5 Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Kotamobagu
Sumber: Sippa Online – ciptakarya.pu.go.id/sippa/v25
Rp. MURNI APBD PROV. APBD KAB / KOTA SWASTA Masy DAK Lahan DED SCORE
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 -
-Penyelenggaraan Bangunan Gedung - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 - - - -
-Pembangunan Bangunan Gedung Pusaka - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 - - -
-Sarana Prasarana Pasar Poyowa KOTAMOBAGU POYOWA KECIL / KOTAMOBAGU SELATAN 1 Lokasi 0 200.000 0 0 0 0 0 2018 Kosong Kosong 0
Pembangunan sarana Prasarana Makam Raja KOTAMOBAGU MATALI / KOTAMOBAGU TIMUR 1 kws 0 460.000 0 0 0 0 0 2018 Kosong Kosong 0
Pembangunan sarana Prasarana Makam Raja KOTAMOBAGU MATALI / KOTAMOBAGU TIMUR 1 kws 0 460.000 0 0 0 0 0 2019 Kosong Kosong 0
TAHUN ATRIBUT
REDINES CRITERIA
KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC VOL SAT PEMANFAAT (Jiwa/Ha)
1.000,-34 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
7.3
RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PLP
7.3.1 KONDISI EKSISTING
Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk
mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan
yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang
dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri
atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,
dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri
rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Bebahaya (B3). Air
limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti
mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko
menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera, dll.
Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman yaitu:
- Pencapaian open defecation free hingga akhir 2014
- Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai
60% akhir tahun 2014
Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:
- Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site
maupun off-site di perkotaan dan perdesaan
- Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air
limbah permukiman
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
- Penguatan kelembagaan
- Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan
Analisis kebutuhan pengelolaan air limbah untuk 5 (lima) tahun ke depan dilakukan dengan langkah-langkah:
- Menetapkan sasaran pengelolaan air limbah lima tahun ke depan
- Melakukan analisis kondisi sistem pengelolaan air limbah saat ini,
meliputi tingkat pelayanan dan kualitas sistem prasarana dan sarana yang ada
- Merumuskan persoalan, yaitu kesenjangan antara sasaran lima tahun
dengan kondisi saat ini
- Menetapkan prioritas berdasarkan skenario pengembangan
kota dan kemampuan berdasarkan tingkat kebutuhan
- Menentukan program dan kegiatan lima tahun ke depan
- Menentukan investasi tahunan
- Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem
pengelolaan air limbah antara lain:
35 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u
- Rencana Pembangunan Daerah
- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah
- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
- Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem
Pengelolaan Air Limbah
- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan investasi
pengelolaan Air Limbah
- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia
- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi pengelolaan air limbah di
daerah
- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi
peningkatan lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan
- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan
pemerintah
- Kelembagaan yang mengelola air limbah
- Investasi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah memperhatikan
kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan
- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau
pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut
- Safeguard sosial dan lingkungan
I. Kondisi Eksisting Pengolahan Air Limbah
Pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau
sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini.Sistem pengelolaan air
limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik
melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem
penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau
komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan,
yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumbe r.
Kondisi pengelolaan air limbah pada umumnya belum menggunakan suatu
sistem pengelolaan.Limbah tinja pada umumya dikumpulkan menggunakan
tangki septik. Air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci, dapur dan
industri rumah tangga pada umumnya hanya dialirkan melalui permukaan
tanah, saluran drainase atau sungai.Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)