• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII - DOCRPIJM 3d4cdf86f2 BAB VIIBAB 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII - DOCRPIJM 3d4cdf86f2 BAB VIIBAB 7"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

1 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

BAB VII

RENCAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR CIPTA KARYA

Program pembangunan Daerah Kota Kotamobagu Tahun 2015-2019,

dilaksanakan sesuai dengan fokus agenda pembangunan daerah, untuk

melaksanakan misi guna mewujudkan visi pembangunan daerah.

Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana prasarana

dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi

listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan

infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus

dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan

oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan

perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan-harapan yang

tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya.

Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat

dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya,

selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha.

Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai

penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat,

Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak

akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola

infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasarana dan

sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen,

teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas-fasilitas dasar

dan penunjang tersebut.

7.1

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

7.1.1 KONDISI EKSISTING

I. KONDISI EKSISTING KAWASAN KUMUH

Saat ini pengaturan penyelenggaran perumahan dan kawasan permukiman

dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan

perumahn dan kawasan Permukiman, mendukung penataan dan pengembangan

wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan

lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk

mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat

(2)

2 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan

kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan maupun

lingkungan hunian perdesaan dan menjamin terwujudnya rumah yang layak huni

dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,

terpadu, dan berkelanjutan.

Pembangunan Perumahan dan Permukiman merupakan kegiatan yang bersifat

multi sektor. Keluarannya langsung menyendtuh salah satu kebutuhan dasar

serta menyangkut kelayakan dan taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat, juta

mendorong pertumbuhan perekonomian.

Tabel 7.1 Data Luas Kawasan Kumuh

No Kab/Kota Luas Kawasan

5 Kab. Kepulauan Talaud 72.87 SK Bupati No. 420 Tahun 2014

6 Kab. Kepulauan Sangihe 87.64 SK Bupati No. 177 Tahun 2014

7 Kota Manado 124 SK Walikota No.163 Tahun 2015

8 Kota Kotamobagu 36.07 SK Walikota Tahun 2014

9 Kab. Minahasa Selatan 32.58 SK Bupati No. 217 Tahun 2015

10 Kab. Bolaang Mongondow 100 Belum Ada

11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 48.42 SK Bupati No. 1 Tahun 2016

12 Kab. Bolaang Mongondow Timur 0 Belum Ada

13 Kab. Siau Tagulandang Biaro 10.4 Belum Ada

14 Kab. Bolaang Mongondow Utara 50.76 SK Bupati No. 211 Tahun 2014

15 Kab. Minahasa Tenggara 69.66 SK Bupati No. 124 Tahun 2014

Adapun data lokasi kumuh sesuai dengan SK Kumuh Kota Kotambagu adalah sbb:

Tabel 7.2 Data Kumuh Sesuai SK Kumuh

Luas wilayah kumuh terbesar berada di Kecamatan Kotamobagu Timur di

1 Kobo Besar 1.71 57 133 Lingkungan 2 Kobo Besar

Permukiman

6 Malinou 1.09 10 37 Lingkungan 9 Malinou

(3)

3 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

tangga sebanyak 209 KK dengan klasifikasi kumuh yaitu Kumuh Ringan. Kumuh

sedang berada di dua (2) Kelurahan yaitu Kelurahan Kotamobagu dan

Gogagoman di Kecamatan Kotamobagu Barat dengan luas kumuh 8.07 (ha) dan

9.5 (ha) serta kumuh berat berada di 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Malinou

dan Mogolaing dengan luas kawasan kumuh 1.09 (ha) dan 1.74 (ha).

II. KONDISI EKSISTING PERMUKIMAN PEDESAAN, PERMUKIMAN NELAYAN,

RAWAN BENCANA, PULAU KECIL DAN PERBATASAN

Umumnya perkembangan permukiman yang berlangsung selama ini

memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih

berbasis wilayah bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan

antara yang baru dengan yang lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor

kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan

desa dan seterusnya, harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang

menumbuhkan konflik dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya

pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun permukiman. Ke

depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus memungkinkan

berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui

mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun

permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh pemerintah,

sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan

permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana dasar dan

ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman merupakan

masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada. Masalah tersebut

justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan baru yang cenderung

dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri, dibandingkan sebagai

bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik

yang luas.

Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman

(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,

yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan

salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan

kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan. Penyediaan rumah adalah tanggung jawab kita bersama. Baik oleh

pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri. Pemerintah dan swasta

(4)

4 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan alaminya memenuhi

kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi permukiman.

Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu

memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan

perumahan dan permukiman dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan

suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan kemasyarakatan. Tentu saja tidak

secara otomatis begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan:

a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban dan

tanggung jawab masyarakat sendiri.

b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan

masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang layak

dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan di lingkungan

perumahan dan permukiman.

c. penyediaan infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan

dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai

berikut :

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman,

diantaranya adalah:

a. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah b. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dsb.

d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

e. Dalam penyusunan RPIJM hams memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

f. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam

Pengembangan Permukiman.

g. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya

dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,

sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam

penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik

h. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam

Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan.

i. Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan

masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.

(5)

5 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

maupun swasta.

k. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

l. Investasi Prasarana Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.

m. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau

pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu

dilakukan identifikasi lebih lanjut.

n. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

o. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung

analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh permukiman yang

layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan

permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,

pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi

kota, serta penciptaan sosial dan budaya yang kondusif di perkotaan.

Pengembangan permukiman juga hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek

sosial budaya setempat agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi

masyarakat dan alam lingkungannya, meliputi desain, pola dan struktur, serta

bahan material yang digunakan.

Kebijakan, Program Dan Lingkup Kegiatan Pembangunan Permukiman

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum

memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah

perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:

a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana

dasar permukiman)

b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi,

dan teratur

c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman b. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

(6)

6 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan

e. Permukiman

Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

a. Lahan siap bangun

b. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan

c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

d. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni

e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak

perekonomian yang dinamis

f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara

menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan

menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan

lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan

lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:

Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat

berpenghasilan rendahMengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait

Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Dinas

Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman

yang layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu

mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan menyelenggarakan

Program Pengembangan Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas

Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program

Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan

Permukiman Perdesaan.

A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Penyediaan PSD Bagi

Kawasan RSH

Target:

 Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

 Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

(7)

7 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

 Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.

Penanganan:

 Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan

keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI

dan POLRI.

 Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan bare

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

B. Penataan Dan Peremajaan

Kawasan Target:

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

 Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaan.

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.

 Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan:

 Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.

 Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.

 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Target:

Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

(8)

8 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

 Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

 Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.

 Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

 Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama.

Penanganan:

 Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

 Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.

 Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan Rusunawa.

 Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).

 Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.

 Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.

 Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.

f. Peningkatan Kualitas

Permukiman Target:

 Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.

 Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif.

 Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki.

Penanganan:

 Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.

 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.

(9)

9 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

g. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa Target:

 Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%

 Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya

 Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

 Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.

 Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

 Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis

 Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.

 Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.

Penanganan:

Bantuan Teknis berupa:

 Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).

 Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun

perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri

 Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal,

bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.

 Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang

tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP

ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

 Peningkatan prasarana desa pusat pertumbuhan diarahkan pada

Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi "Kegiatan Ekonomi

(10)

10 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

h. Pengembangan Kawasan

Agropolitan Target:

Kawasan pertanian yang terdiri dan kota Pertanian, desa-desa sentra produksi

pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas

untuk berkembangnya pertanian industri.

Penanganan:

Pembangunan prasarana sarana untuk mendukung kawasan agropolitan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

i. Pengembangan PS Kawasan Eks

Transmigrasi Target:

Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan

Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan prasarana di kawasan

transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina).

Penanganan:

 Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan

identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di

kawasan eks transmigrasi.

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar

permukiman,dilaksanakan dalam rangka mendukung program.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati. Review minimal setahun sekali.

j. Penyediaan Prasarana Permukiman Di Pulau Kecil

Terpencil Target:

 Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasanlainnya.

(11)

11 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyaktersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

Penanganan:

Bantuan teknis berupa:

 Pedoman Pengembangan prasarana di Pulau Kecil dan Terpencil

 Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam

pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

 Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan

meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal

didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat

Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka pengembangan

kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan

Rencana Tindak

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

k. Pengembangan PS Kawasan

Perbatasan Target:

 Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan

 Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya

Penanganan:

Bantuan Teknis berupa:

 Pedoman Pengembangan prasarana Kawasan Perbatasan

 Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta pulau terluar.

 Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria kawasan perbatasan dan pulau terluar.

Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

- Menyediakan dana pendamping.

- Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

(12)

12 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

III. Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a) Masalah.

Berdasarkan kondisi pembangunan prasarana dan sarana jalan tersebut diatas

maka masalah yang dirasakan dalam pembangunan infrastruktur kota yang

terkait dengan penyediaan prasarana dan sarana jalan adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kondisi pelayanan prasarana dan sarana jalan akibat masih tingginya kerusakan jalan.

2. Masih terbatasnya kualitas sarana pelayanan angkutan umum.

3. Masih relatif tinggi jumlah kecelakaan lalulintas jalan raya.

4. Masih adanya daerah yang aksesibilitasnya rendah.

5. Belum optimalnya manajemen arus lalu lintas jalan.

b) Sasaran

Berdasarkan kondisi pembangunan prasarana jalan di Kota Kotamobagu maka

sasaran 5 (lima) tahun kedepan adalah sebagai berikut:

1. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana jalan di Kota Kotamobagu.

2. Meningkatnya aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum berkembang

melalui dukungan pelayanan prasarana jalan yang sesuai dengan

perkembangan kebutuhan transportasi.

3. Terwujudnya partisipasi aktif pemerintah, BUMN, dan swasta dalam pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan prasarana jalan.

c) Arah Kebijakan

1. Pembangunan prasarana jalan terutama pada daerah yang aksesibilitasnya

rendah.

2. Peningkatan kualitas jalan dan pemeliharaan prasarana jalan.

3. Harmonisasi dan keterpaduan sistim jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang Kota Kotamobagu.

4. Meningkatkan keterlibatan peran swasta dan masyarakat untuk pembangunan dan pengelolaan prasarana jalan.

5. Peningkatan pelayanan prasarana jalan dan keselamatan lalu lintas jalan

(13)

13 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

d). Sasaran Program

Untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai dan berdasarkan kebijakan

yang di tetapkan maka program pembangunan prasarana jalan untuk lima tahun

kedepan adalah sebagai berikut :

Pemeliharaan prasarana jalan. Kegiatan:

a. Pemeliharaan rutin dan berkala prasarana jalan.

b. Pemeliharaan bahu jalan, pembuatan lampu jalan dan lampu hias kota.

c. Pemeliharaan cainstein dan pohon peneduh.

Peningkatan dan rehabilitasi jalan dan jembatan. Kegiatan:

a. Peningkatan dan Perbaikan kualitas jalan.

b. Peningkatan dan perbaikan jembatan.

Pembangunan jalan dan jembatan. Kegiatan: Penataan akses transportasi

Program manajemen transportasi. Kegiatan:

c. Peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan rambu-rambu lalulintas.

d. Peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan terminal angkutan kota.

e. Pengendalian muatan sarana angkutan barang secara intensif.

f. Pengadaan fasilitas perlengkapan jalan dan pengujian kendaraan bermotor.

e. Pembinaan terhadap pengusaha, petugas terminal dan pengemudi

angkutan.

f. Peningkatan sistim informasi perijinan angkutan jalan.

g. Pengusulan penetapan status jalan.

Ketenagalistrikan

Fasilitas listrik sebagai alat penerangan sudah merupakan kebutuhan masyarakat

yang utama baik daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Disamping itu

manfaat listrik juga untuk menggerakan masin-mesin secara mekanis yang akan

mempercepat proses pruduksi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan.

Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut antara

lain ditandai program Listrik Masuk Desa yang dikelola PLN.

Dengan adanya listrik, masyarakat dapat memanfaatkan waktu yang lebih banyak

di malam hari untuk melakukan berbagai kegiatan, selain juga dapat

dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan produksi secara mekanis dengan

ongkos produksi yang lebih murah. Bagi Pemerintah, dengan bertambahnya

sarana televisi pada masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, setiap

informasi pembangunan dapat disampaikan kepada masyar akat secara tepat dan

(14)

14 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Banyaknya Travo tenaga terpasang di sentra pembangkit PLN mempunyai daya

sebesar 33.510 KVA, dengan panjang saluran udara tegangan menengah 882,35

KMS dan tegangan rendah 513,85 KMS. Jumlah Produksi listrik pada PT. PLN

Cabang Kotamobagu tercatat 67,979 MWH, dengan jumlah pelanggan sebanyak

27,973.

a). Masalah

1. Adanya ketidakseimbangan antara permintaan dengan kemampuan kapasitas produksi.

2. Adanya keterbatasan pendanaan pemerintah dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik baru.

3. Biaya operasional dan perawatan PLTD relative tinggi.

4. Rendahnya kualitas pelayanan terhadap konsumen.

b). Sasaran

1. Terciptanya keseimbangan antara kebutuhan akan energi listrik dengan ketersediaannya.

2.Meningkatnya jaringan dan mutu pelayanan keseluruh wilayah.

c). Arah Kebijakan.

1. Penyediaan energi listrik yang ramah lingkungan.

2. Pengembangan infrastruktur energi listrik untuk meningkatkan

ketersediaannya dalam rangka mempermudah konsumen mengakses

kebutuhan akan energi listrik.

3. Membangun Kemitraan pemerintah dan swasta untuk melaksanakan

pembangunan energi listrik terutama yang berskala besar.

4. Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan energi secara

mandiri.

d). Program-Program Pembangunan

1. Peningkatan aksesibilitas pemerintah daerah, BUMN, koperasi dan

masyarakat terhadap jasa pelayanan sarana dan prasarana energi dan

kelistrikan.

Kegiatan : Pengadaan listrik tenaga surya untuk wilayah-wilayah yang

sangat sulit dijangkau dengan fasilitas pelayanan PLN.

2. Peningkatan kualitas jasa pelayanan sarana prasarana ketenagalistrikan

3. Penambahan kapasitas terpasang pada kawasan-kawasan cepat tumbuh. 4. Sosialisasi hemat energi listrik.

(15)

15 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

ketenagalistrikkan

6. Penggantian kabel jaringan listrik yang terbuka dengan kabel yang terbungkus.

7. Penambahan gardu listrik.

Telekomunikasi

Telekomunikasi dibutuhkan agar tersedia informasi yang cepat dan tepat, artinya

dituntut sarana dan prasarana yang memadai dan mudah di jangkau. Banyaknya

sambungan induk telepon pada tahun 2007 berjumlah 3.219 sambungan. Jumlah

kantor telepon, sentra telepon masing-masing 1 unit.

a). Masalah

Berdasarkan kondisi pembangunan infrastuktur khususnya dalam penyediaan sarana telekomunikasi diatas, masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Belum terbangunnya secara merata jaringan telepon di seluruh wilayah.

2. Belum efektifnya sistem pelayanan telekomunikasi khususnya jasa

telepon.

3. Tingginya biaya penggunaan telepon selular.

b). Sasaran

1. Meningkatnya pembangunan fasilitas telekomunikasi di seluruh wilayah.

2. Meningkatnya kapasitas serta kemampuan masyarakat dalam mengembangkan dan mendayagunakan teknologi dan aplikasi telematika

secara efektif.

c). Arah Kebijakan

1. Pengembangan jaringan sambungan baru telepon rumah.

2. Pengembangan system pelayanan jasa telepon kepada masyarakat.

3. Pengembangan dan pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

d). Program-Program Pembangunan

1. Pengembangan jaringan sambungan baru telepon wilayah perkotaan dan

pedesaan.

2. Kegiatan : Membangun jaringan sambungan telepon baru.

3. Mendayagunakan informasi serta teknologi informasi dan komunikasi, beserta aplikasinya guna mewujudkan Tata Pemerintahan yang transparan, efisien dan efektif.

Kegiatan :

a. Penyediaan fasilitas komputer murah bagi laboratorium komputer

disekolah-sekolah.

(16)

16 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

C. Parameter Teknis Wilayah

Menurut Pedoman Krieria Teknis Kawasan Budidaya menurut Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 oleh Direktorat Penataan Ru ang Dep.

Pekerjaan Umum, bahwa parameter teknis kawasan permukiman adalah sebagai

berikut :

a. Ketentuan Umum

Fungsi utama

Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:

a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung

peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan

interaksi sosial;

b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta

sarana bagi pembinaan keluarga.

c. Kriteria umum dan kaidah perencanaan:

 Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan

pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana

Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);

 Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai

dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan

lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat

memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan

masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan

hidup;

 Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan

terjangkau oleh sarana tranportasi umum;

 Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus

didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat

perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan,

penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan,

pendidikan, agama);

 Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;

 Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;

(17)

17 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

(lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan

pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan

Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

Aspek Pendanaan

Kemampuan masyarakat, swasta, perumnas/pemerintah dalam pembangunan PSD permukiman skala besar serta pembiayaan operasi dan pemeliharaannya: a. Kemampuan masyarakat dalam pembangunan PSD di Kota Kotamobaguti dak

ada karena pembangunan PSD masih sangat bergantung sepenuhnya pada

pemerintah. Sedangkan Operasi dan Pemeliharaannya umunya dilakukan

secara individual (pemilik bangunan) khususnya untuk air bersih dan

sanitasi. Untuk jalan lingkungan, draianse, dan persampahan tidak ada

pembiayaan operasi dan pemeliharaan sepenuhnya bergantung pada

pemerintah.

b. Kemampuan swasta dalam pembangunan, operasi dan pemeliharaan PSD

permukiman skala besar di Kota Kotamobagu :

 Jalan lingkungan untuk ruas jalan utama biasanya pembangunannya sudah

disiapkan oleh pihak pembangun/developer dan ruas jalan lainnya hanya

berupa perkerasan tanah/sirtu. Sedangkan untuk operasi dan

pemeliharaan umunya tidak dibiayai lagi oleh swata/pembangun. Jika ada

pemeliharaan jalan sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah.

 Sanitasi/air limbah pemabngunannya disiapkan oleh swasta berupa

sanitasi individual (on site), namun kondisi septic tank biasanya kurang

baik, sehingga hampir sebagian besar diperbaiki kembali oleh pemilik

rumah. Sedangkan untuk operasi dan pemeliharaan dilakukan secara

individual (pemilik rumah masing-masing).

 Drainase lingkungan permukiman pembangunannya dilakukan oleh

swasta hanya pada saluran drainase utama dalam kawasan dan tidak

disiapkan pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan. OP umunya

dilakukan oleh pemerintah kota.

 Persampahan di kawasan perumahan tidak disiapkan/ditangani oleh

swasta/pembangun, namun sepenuhnya ditangani oleh pemerintah

termasuk operasi dan pemeliharaannya.

(18)

18 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

d. dengan pendanaan dari APBD. Prosentasi alokasi dana APBD di Kota

Kotamobagu untuk pembangunan, operasi dan pemeliharaan infrastruktur

setiap tahunnya + 40% dari APBD.

Permasalahan Pembangunan Permukiman

Besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui

PSD Permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan

sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaa dan

keuangan yang ada, disajikan pada tebel berikut.

Analisis Kelayakan Program Pembangunan Permukiman

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Departemen Pekerjaan Umum

memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah

perkotaan dan perdesaan. Tujuan Pengembangan Permukiman:

a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana

dasar permukiman)

b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur

c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan

permukiman

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

b. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

c. Terarahnya pertumbuhan wilayah

d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan

permukiman

Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

a. Lahan siap bangun

b. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan

c. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

d. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni

e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis

f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara

menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan

(19)

19 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan

lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya

7.1.2 SASARAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Penyediaan permukiman adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus

dipenuhi dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat.

Permukiman yang dimaksud adalah permukiman yang tertata lingkungannya

dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang dengan fisik, sosial, dan

ekonomi. Permukiman yang tertata akan memberikan dampak langsung maupun

tidak langsung kepada masyarakat dan kinerja lingkungan perkotaan secara

keseluruhan.

Rencana pengembangan maupun pengelolaan permukiman mengandung 2 (dua)

pengertian pokok :

 Penyediaan permukiman baru dengan konsep berwawasan lingkungan dan ditunjang dengan keberadaan infrastrukturnya,

 Revitalisasi kawasan permukiman yang umumnya sudah ada dan cenderung tumbuh dan berkembang tanpa adanya pola yang tertata, umumnya adalah permukiman lama.

Program pengembangan permukiman perkotaan

Program kerangka dasar pengembangan kawasan perumahan RSH/PNS/TNI/Polri

Target:

 Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

 Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

 Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerj a masyarakat berpenghasilan rendah

 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

 Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.

Penanganan:

 Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan

keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI

dan POLRI.

(20)

20 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

Permasalahan yang dihadapi

Permasalahan pembangunan permukiman saat ini adalah:

 Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana dasar RSH/perumahan serta operasi dan pemeliharaannya

 Peningkatan jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah

 Kapasitas pembiayaan perumahan terbatas

 Pola subsidi yang ada cenderung dimanfaatkan oleh yang bukan menjadi sasaran

 Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan

permukiman belum terbentuk atau belum berfungsi secara optimal.

Sistem PSD RSH yang diusulkan

Usulan dan prioritas program pembangunan PSD RSH sesuai dengan prioritas

program meliputi:

a) Pembangunan/rehabilitasi jalan akses yang menghubungkan antar kawasan/lingkungan RSH

b) Pembangunan/rehabilitasi jalan lingkungan perumahan dan atau jalan setapak yang menghubungkan antar rumah-rumah

c) Pembangunan/rehabilitasi jaringan drainase primer/sekunder kawasan

RSH

d) Pembangunan/rehabilitasi saluran air hujan lingkungan

e) Pembangunan/rehabilitasi sistem penyediaan air minum

f) Pembangunan jaringan-jaringan air minum perpipaan (jaringan distribusi ke rumah-rumah)

g) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah IPAL/IPLT

h) Penyediaan TPS (Container Sampah).

i) Penyediaan prasarana dan sarana pengangkutan sampah.

Penataan dan peremajaan kawasan Target:

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

(21)

21 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.

 Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan:

 Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.

 Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.

 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa

Target:

Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

a) Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).

b) Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

c) Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.

Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

d) Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah

setempat.

e) Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

Penanganan:

a) Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan

Pengendalian Pembangunan.

b) Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.

c) Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

(22)

22 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).

 Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.

 Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.

 Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD.

Peningkatan Kualitas Permukiman Target:

 Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.

 Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta

melaksanakan proses secara partisipatif.

 Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi

oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah

Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasita s

Fiskal yang dimiliki.

Penanganan:

 Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.

 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.

 Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.

 Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan

Pelatihan dan Pendampingan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

Program pengembangan permukiman perdesaan

a) Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa

Target:

 Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%

 Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya

(23)

23 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

 Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.

 Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

 Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis

 Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.

 Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.

Penanganan:

Bantuan Teknis berupa:

 Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).

 Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara

mandiri

 Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi

lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.

Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP ke desa -desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

b) Pengembangan kawasan eks transmigrasi

Target:

 Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan

prasarana di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT

Bina).

Penanganan:

 Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di

kawasan eks transmigrasi.

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program

Departemen Transmigrasi

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.

(24)

24 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

7.1.3 Usulan Program dan Kegiatan

Tabel 7. 3 Usulan Program dan KegiatanPKP

KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC VOL SAT PEMANFAAT

(Jiwa/Ha)

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-

TAHUN ATRIBUT

REDINES CRITERIA

Rp. MURNI APBD

PROV.

APBD KAB / KOTA

SWASTA Masy DAK Lahan DED SCORE

Pembinaan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 9.400.000 - -

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman Perkotaan - - - - - 0 0 0 0 0 9.400.000 - - - - -

Pengembangan Lingkungan Per mukiman Per kotaan - - - - - 0 0 0 0 0 9.400.000 - - - -

Pengembangan Fasilitas Umum (PSU) Perumahan Pobundayan KOTAMOBAGU KOTAMOBAGU SELATAN POBUNDAYAN / 21428 M2 0 0 0 0 0 0 9.400.000 2017 Umum - - 0

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman Perdesaan - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 0 - - - - -

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Per mukiman

Per desaan Potensial - - - - - 1.150.000 0 0 0 0 0 - - - -

Pembangunan Paving Block jalan Pemukiman di belakang Puskesmas

Ling. 3 Kel. Motoboi Kecil KOTAMOBAGU

MOTOBOI KECIL /

KOTAMOBAGU SELATAN 650 Meter 0 500.000 0 0 0 0 0 2019 Kosong Kosong 0

(25)

25 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupuin di perdesaan,

khususnya wujud fisik bangunan gedung maupun lingkungannya.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung

dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: 1)

memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang

tertib, layak huni, berjati diri, serasi, dan selaras dan 2) memberdayakan

masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan

berkelanjutan.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain:

a. Permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung

- Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana

- Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

- Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

b. Permasalahan dan tantangan di bidang gedung dan rumah negara

- Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

- Penyelenggaraan bangunan gedunng dan rumah negara kurang tertyib dan efisien.

- Masih banyak aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

c. Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan

- Masih adanya permukiman kumuh

- Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan

bangunan gedung bersejarah padahal mempunyai potensi pariwisata

- Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga,

dan lain-lain kurang diperhatikan.

d. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat

perkotaan

(26)

26 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

- Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat

- Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

d. Tantangan penataan bangunan dan lingkungan

- Amanat Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan

Pelaksanaan UUBG, bahwa semua bangunan gedung harus layak fungsi

pada tahun 2010.

- Komitmen terhadap kesepakatan internasional tentang Millenium

Development Goals (MDGs), bahwa pada tahun 2015, 2000 daerah

kabupaten/kota bebas kumuh dan 2025 semua daerah bebas kumuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan antara lain :

- Peran dan fungsi daerah

- Rencana Pembangunan Daerah

- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah

- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

- Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Pembangunan Kota

- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan pengembangan

- Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan dengan sektor lain

dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,

sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan

- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia

- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan di daerah

- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan

lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan

- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan pemerintah

(27)

27 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

- Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi

- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

- Safeguard sosial dan lingkungan

- Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam laporan.

Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan

Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang

-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman

pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan

Bangunan Gedung merupakan kewenangan pemerintah daerah dan hanya

bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindaklanjutinya sebagaimana mestinya, seperti terlihat dari:

- Masih banyak daerah yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung

yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama daerah hasil

pemekaran belum memiliki Perda Bangunan Gedung;

- Masih banyak daerah yang belum memiliki atau melembagakan institusi

dan tim ahli bangunan gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan

bangunan dan lingkungan;

- Masih banyak daerah belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;

- Masih banyak daerah belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi

seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil

pembangunan sejak 2003-2007;

- Masih banyak daerah belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran

daerah atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana

dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selalu siap pakai setiap

saat;

- Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi prasarana dan sarana bagi penyandang cacat;

- Masih banyak daerah, pengembangan wilayahnya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

- Masih banyak daerah yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang;

(28)

28 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab daerah;

- Masih banyak daerah belummelaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

Untuk itu Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis penataan

bangunan dan lingkungan empunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan

daerah agar mampu melaksanakan amanat UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung.

Di samping hal tersebut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan

permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu

pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran RTRW

yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan

responsif.

Selaras dengan upaya pencapaian target MDGs tahun 2015, yakni: 1) mengurang

sampai setengahnya proporsi penduduk miskin pada tahun 1990, dan 2)

mengurangi sampai setengahnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air

minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan pada tahun 1990, maka

peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensif

dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara

aktif.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara

komprehensif dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan

masyarakat sesuai siklus P2KP/PNPM-Mandiri Perkotaan.

1) Strategi Pendukung

Grand strategy 1.

Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal dan efisien.

Tujuan:

Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan

keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras

dengan lingkungannya.

Sasaran:

(29)

29 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

- Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi

- Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung.

- Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum Terlaksananya pendataan bangunan

- Terwujudnya pusat informasi arsitektur dan bangunan gedung

- Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000

- Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis, pengawasan dan pengendalian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan

- Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan

- Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan

- Terlaksananya Penyusunan Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK).

Grand strategy 2.

Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan

Berjatidiri

Tujuan:

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan

Sasaran:

- Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh

- Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejar ah

- Terlaksananya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

- Pemberdayaan komunitas perkotaan.

Grand strategy 3.

Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Agar Dapat

Memberikan Nilai Tambah Fisik, Sosial dan ekonomi.

Tujuan:

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai

tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi

penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Sasaran:

- Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis.

(30)

30 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Grand strategy 4.

Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk Mewujudkan

Arsitektur Perkotaan, dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang

Dilindungi dan Dilestarikan untuk menunjang Kearifan Budaya Lokal

Tujuan:

Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan

kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, selaras dengan memunculkan ciri

arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi

lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur

budaya bangsa.

Sasaran:

Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan

bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur dengan teknologi

dan rekayasa arsitektur perkotaan.

Grand strategy 5.

Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk

Menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang Berkelanjutan

Tujuan:

Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan

teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk

menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara

internasional

Sasaran:

(31)

31 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Rekomendasi

Tabel 7. 4 Perbandingan alternatif pemecahan masalah penataan bangunan gedung dan lingkungan

(32)

32 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Parameter Yang

No. Satuan

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3

Alternatif 4

Diperbandingkan

4. Hukum dan Peraturan Jumlah dan Jenis Identifikasi jenis hukum Penyusunan draft Konsultasi publik/ uji Penetapan

Peraturan Yang dan peraturan terkait produk hukum dan publik dan sosialisasi Produk Hukum

Terbentuk atau peraturan bidang produk hukum dan dan Peraturan

tersosialisasi penataan bangunan peraturan di bidang (PERDA/Atura

gedung dan lingkungan penataan bangunan dan n Lainnya)

lingkungan.

(33)

33 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 7.5 Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Kotamobagu

Sumber: Sippa Online – ciptakarya.pu.go.id/sippa/v25

Rp. MURNI APBD PROV. APBD KAB / KOTA SWASTA Masy DAK Lahan DED SCORE

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 -

-Penyelenggaraan Bangunan Gedung - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 - - - -

-Pembangunan Bangunan Gedung Pusaka - - - - - 1.120.000 0 0 0 0 0 - - -

-Sarana Prasarana Pasar Poyowa KOTAMOBAGU POYOWA KECIL / KOTAMOBAGU SELATAN 1 Lokasi 0 200.000 0 0 0 0 0 2018 Kosong Kosong 0

Pembangunan sarana Prasarana Makam Raja KOTAMOBAGU MATALI / KOTAMOBAGU TIMUR 1 kws 0 460.000 0 0 0 0 0 2018 Kosong Kosong 0

Pembangunan sarana Prasarana Makam Raja KOTAMOBAGU MATALI / KOTAMOBAGU TIMUR 1 kws 0 460.000 0 0 0 0 0 2019 Kosong Kosong 0

TAHUN ATRIBUT

REDINES CRITERIA

KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC VOL SAT PEMANFAAT (Jiwa/Ha)

(34)

1.000,-34 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

7.3

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PLP

7.3.1 KONDISI EKSISTING

Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk

mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan

yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang

dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri

atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,

dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri

rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Bebahaya (B3). Air

limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti

mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko

menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera, dll.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman yaitu:

- Pencapaian open defecation free hingga akhir 2014

- Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai

60% akhir tahun 2014

Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:

- Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site

maupun off-site di perkotaan dan perdesaan

- Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air

limbah permukiman

- Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman

- Penguatan kelembagaan

- Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan

Analisis kebutuhan pengelolaan air limbah untuk 5 (lima) tahun ke depan dilakukan dengan langkah-langkah:

- Menetapkan sasaran pengelolaan air limbah lima tahun ke depan

- Melakukan analisis kondisi sistem pengelolaan air limbah saat ini,

meliputi tingkat pelayanan dan kualitas sistem prasarana dan sarana yang ada

- Merumuskan persoalan, yaitu kesenjangan antara sasaran lima tahun

dengan kondisi saat ini

- Menetapkan prioritas berdasarkan skenario pengembangan

kota dan kemampuan berdasarkan tingkat kebutuhan

- Menentukan program dan kegiatan lima tahun ke depan

- Menentukan investasi tahunan

- Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem

pengelolaan air limbah antara lain:

(35)

35 | B a b V I I – K o t a K o t a m o b a g u

- Rencana Pembangunan Daerah

- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah

- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

- Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem

Pengelolaan Air Limbah

- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan investasi

pengelolaan Air Limbah

- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia

- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi pengelolaan air limbah di

daerah

- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi

peningkatan lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan

- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan

pemerintah

- Kelembagaan yang mengelola air limbah

- Investasi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah memperhatikan

kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan

- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau

pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

- Safeguard sosial dan lingkungan

I. Kondisi Eksisting Pengolahan Air Limbah

Pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau

sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini.Sistem pengelolaan air

limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik

melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL).

Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem

penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau

komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan,

yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumbe r.

Kondisi pengelolaan air limbah pada umumnya belum menggunakan suatu

sistem pengelolaan.Limbah tinja pada umumya dikumpulkan menggunakan

tangki septik. Air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci, dapur dan

industri rumah tangga pada umumnya hanya dialirkan melalui permukaan

tanah, saluran drainase atau sungai.Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Gambar

Tabel 7.1 Data Luas Kawasan Kumuh
Tabel 7. 4 Perbandingan alternatif pemecahan masalah penataan bangunan gedung dan lingkungan
Tabel 7.5 Data Pelayanan Air Limbah
Tabel 7.7 Produksi Air Limbah Domestik daan Non Domestik Di Kota Kotamobagu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya selalu meminta masukan dari karyawan atas apa yang saya kerjakan serta mengevaluasi kinerja setiap karyawan di toko material bangunan saya. 1.000 0.3061

Hasil penelitan menunjukkan bahwa metode FAHP dapat diterapkan untuk penyaringan pemilihan spesimen website portal PPID untuk KE dengan hasil lima spesimen yang

Hasil dari penelitian ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) yang menyatakan bahwa kepercayaan merupakan variabel moderator

Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dapat menjadi alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang baik

Η εμφάνιση του Rorty, από την άλλη πλευρά του Ατλαντικού, αντι­ προσωπεύει τη νεοπραγματιστική συμβολή στη συζήτη­ ση (η

- Pengendalian: Tanaman yang terserang ulat daun disemprot dengan menggunakan Nematoda Entomopatogen dengan dosis ½ juta IJ/M 2 aplikasi dilakukan pada sore hari jam

Setiap individu memiliki potensi dasar, mental yang berkembang dan dapat dikembangkan. Potensi dasar itu meliputi minat, dorongan ingin tahu, dorongan ingin

Gambar 2: Use Case Diagram Sistem Antrian.. sudah disediakan dan secara otomatis akan melakukan trigger pada sistem untuk menambahkan nomor antrian yang berada pada