1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo & Saini, 1988:3). Sementara itu, sastra adalah suatu kegiatan kreatif dan sebuah karya seni (Wellek & Warren, 1988:3). Nurgiyantoro mengatakan (1995:2-3) bahwa sastra merupakan hasil dari sebuah perenungan dan penghayatan dengan menggunakan imajinasi, sehingga membuahkan kreativitas sebagai karya seni. Teeuw juga mengatakan (1984:121) bahwa sastra mengemukakan berbagai peristiwa yang masuk akal dan harus terjadi berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita.
Salah satu jenis karya sastra adalah prosa. Nurgiyantoro (1995:9) menyatakan bahwa prosa menunjuk pada novel dan cerita pendek. Menurut Stanton (2007:76), ciri yang terpenting dalam cerpen adalah harus padat, kalimat-kalimatnya harus jauh lebih berisi daripada novel. Setiap bab dalam novel menjelaskan unsurnya satu demi satu. Sebaliknya, dalam cerpen pengarang menciptakan karakter-karakter, semesta, dan tindakan-tindakan sekaligus secara bersama-sama. Oleh karena itu, bagian awal cerpen harus lebih padat daripada novel. Sayuti (2000:8) juga mengatakan bahwa panjang cerpen bervariasi, ada yang pendek, bahkan pendek sekali, yang berkisar lima ratusan kata, ada juga
cerpen yang panjang. Akan tetapi, sebuah cerpen bukanlah sebuah novel yang dipendekkan dan juga bukan bagian dari novel yang belum ditulis.
Saat ini, telah banyak sastrawan Arab yang memunculkan karya sastra mereka dalam bentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan puisi. Semakin banyak pula khazanah kehidupan yang diangkat dalam karya sastra mereka dan semakin banyak pula karya sastra berupa cerita pendek yang mengangkat tentang fenomena kehidupan. Sebagai contoh adalah cerpen “Kibriyāʹ” dalam antologi cerpen Al-Mūdīl yang diterbitkan pada tahun 2009 di Mesir. Karya sastra ini ditulis oleh seorang sastrawan muda, Saʻīd ‘Arafah. Cerpen ini menceritakan tentang sebuah fenomena gaya hidup seorang anak perempuan yang memiliki kesempurnaan dalam kecantikan, yang menggoda setiap orang yang melihatnya. Perempuan ini selalu mengukur setiap pemuda yang mencintainya dengan kekayaan, hingga pada suatu saat dia terlena dengan kesombongannya sendiri yang membuatnya kehilangan kehormatannya.
Karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling terikat, saling berkaitan, saling bergantung, dan saling menentukan. Dengan demikian, unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra saling berhubungan dengan unsur-unsur lain, sehingga setiap unsur tidak dapat berdiri sendiri (Pradopo, 2002:118). Ini berarti bahwa cerpen “Kibriyāʹ” memiliki kompleksitas peristiwa yang membuatnya menarik untuk dianalisis unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsurnya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis struktural sehingga struktur
dan unsur-unsur pembentuk cerpen ini dapat dianalisis dengan menyeluruh dan lengkap.
Dalam cerpen “Kibriyāʹ” dari antologi cerpen Al-Mūdīl karya Saʻīd ‘Arafah adalah sebuah sebuah struktur yang dibangun dari sejumlah unsur yang saling berkaitan. Untuk dapat mengatahui dan memahami makna yang terkandung dalam cerpen “Kibriyāʹ”, makna cerpen tersebut dapat diteliti dengan menggunakan analisis struktural.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik yang membangun cerpen “Kibriyāʹ” karya Saʻīd ‘Arafah dan hubungan antarunsurnya.
1.3 Tujuan penenlitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap unsur-unsur intrinsik cerpen “Kibriyāʹ” dan hubungan antarunsurnya.
1.4 Tinjauan pustaka
Antologi cerpen Al-Mūdīl karya Saʻīd ‘Arafah terdiri atas dua puluh cerpen. Sejauh pengamatan penulis, objek material cerpen yang berjudul “Kibriyāʹ” dalam antologi cerpen Al-Mūdīl karya Saʻīd ‘Arafah belum pernah dibahas, baik dari segi sastra maupun linguistik, oleh mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, mahasiswa Fakultas
Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan. Oleh karena itu, penelitian terhadap cerpen ini dilakukan dengan menggunakan analisis struktural.
1.5 Landasan teori
Dalam penelitian sebuah karya sastra dibutuhkan teori untuk menggali unsur-unsur yang ada dalam cerpen. Pada penelitian ini, teori yang digunakan untuk menganalisis cerpen “Kibriyāʹ” antologi cerpen Al-Mūdīl karya Saʻīd ‘Arafah adalah teori struktural. “Strukturalisme menekankan pada kajian hubungan antarunsur intrinsiknya yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan utuh” (Nurgiyantoro, 2013:57). Begitu juga dengan pendapat Teeuw (2003:135) yang mengemukakan bahwa teori struktural merupakan teori yang melihat sebuah karya sastra sebagai sebuah struktur dan semua unsurnya bisa diteliti dan keterkaitan antar unsurnya menghasilkan sebuah makna dari karya tersebut secara keseluruhan.
Adapun menurut Stanton (2007:11), unsur pembangun sebuah karya sastra dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Fakta cerita terdiri atas tiga unsur, yaitu plot, karakter, dan latar; elemen-elemen yang berfungsi sebagai catatan kegiatan imajinatif dari sebuah cerita. Apabila dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “struktur faktual” atau “Tingkatan Faktual Cerita”. Tema adalah makna yang merangkum semua bagian dalam cerita dengan cara yang paling sederhana (Stanton, 2007:41). Menurut
Suharianto (dalam Sangidu, 2005:128) “tema sering disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra”. Sarana cerita adalah cara seorang pengarang dalam memilih dan menyusun setiap bagian cerita agar tercapai suatu keadaan yang diinginkan oleh pengarang (Stanton, 2007:46). Sarana sastra terdiri atas sudut pandang, judul, suasana, dan gaya bahasa. Unsur-unsur intrinsik dalam prosa meliputi tema, fakta cerita, dan sarana sastra
1.6 Metode Penelitian
Berdasarkan landasan teori di atas, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis struktural. Metode berasal dari bahasa Latin,
methodos. Kata methodos itu sendiri merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti
jalan, cara, arah. Dalam penelitian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara atau strategi untuk memahami realitas atau langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2011: 34).
Penelitian ini menggunakan metode struktural yang bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2003: 135). Metode analisis struktural dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Unsur-unsur intrinsik itu diidentifikasi dan dideskripsikan, misal: bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah itu, dijelaskan fungsi dari masing-masing unsur
tersebut dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu (Nurgiyantoro, 2010: 37).
Langkah awal dalam penelitian ini adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam cerpen yang terdiri atas tema, fakta cerita yang meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sarana sastra yang berupa judul dan sudut pandang. Unsur-unsur tersebut dipilih karena dinilai dominan dalam cerpen “Kibiriyāʹ” Setelah semua unsur dianalisis maka dilanjutkan dengan menganalisis keterkaitan antarunsur dalam membentuk kesatuan makna yang utuh.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan hasil analisis terhadap cerpen “Kibriyāʹ” dalam antologi cerpen
Al-Mūdīl karya Saʻīd ‘Arafah ini disajikan dalam empat bab, sebagai berikut. Bab
I adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pemasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II berisi sinopsis cerpen “Kibriyāʹ” dalam antologi cerpen Al-Mūdīl. Bab III berisi analisis cerpen “Kibriyāʹ” dengan teori struktural. Bab IV adalah penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian.
1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi huruf Arab ke Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia no: 158 tahun 1987 dan no: 0543b/u/1987. Berikut pedoman transliterasinya.
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dengan tanda, dan sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus, di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkanﺏ
Ba B Beﺕ
ta` T Teﺙ
Sa s\ es (dengan titik di atas)ﺝ
Jim J Jeﺡ
h{a h} ha (dengan titik di bawah)ﺥ
Kha Kh ka dan haﺩ
Dal D Deﺫ
Zal z\ zet (dengan titik di atas)ﺭ
Ra R Erﺯ
Zai Z Zetﺱ
Sin S Esﺵ
Syin Sy es dan yeﺹ
Sad s} es (dengan titik di bawah)ﺽ
d}ad d} de (dengan titik di bawah)ﻃ
Ta t} te (dengan titik di bawah)Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ﻉ
Ain ‘ koma terbalik di atasﻍ
Gain G Geف
Fa F Efق
Qaf Q Kiك
Kaf K Kaﻝ
Lam L Elم
Mim M Emﻥ
Nun N Enﻭ
Wau W Weﻫ
Ha H Haﺀ
Hamzah ´ apostrofﻲ
Ya Y Ye B. VokalVokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ــَــ Fath{ah A A ــِــ Kasrah I I ـــُــ D}ammah U U Contoh:
بتك
- katabaركذ
- z|ukiraVokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda Dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama
ﻲــَــ fath{ah dan ya Ai a dan i
وـــَـ fath{ah dan wau Au a dan u
Contoh:
يك
ف -kaifa لوق -qaulun
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama َا
ى fath{ah dan alif atau ya a> a dengan garis atas يِـــ kasrah dan ya´ i> i dengan garis atas وُــ d{ammah dan wau u> u dengan garis atas
Contoh:
لاق
- qa@laليق
-qi@laلوقي
-yaqu@lu C. Tā´ Marbu>t}ah
Transliterasi tā´ marbu>t}ah ada dua, yaitu tā´ marbu>t}ah hidup dan tā´ marbu>t}ah mati. Tā´ marbu>t}ah hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, atau
ḍammah transliterasinya adalah /t/. Adapun tā´ marbu>tah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/. Apabila ada kata yang berakhir dengan tā´ marbu>t}ah dikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata tersebut terpisah maka tā´ marbu>t}ah tersebut ditransliterasikan /h/
ةضور لافﻃلأا - raud}ah al-at}fa@l ةنيدلما ةرونلما - al-Madi@nah al-Munawwarah ةحلﻃ - T}alh}ah D. Syaddah
Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.
Contoh:
انّبر
-rabbana@
ّجلحا -
al-h}ajju E. Kata SandangKata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. Kata sandang tersebut dalam transliterasi dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah dan huruf qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut.
Contoh:
لجرلا ar-rajulu سمشلا asy-syamsu
Adapun kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang (-).
Contoh: ملقلا al-qalamu باتكلا al-kita@bu F. Hamzah
Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan
tidak dilambangkan dengan apostrof karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
ءﻲش syai´un
ّنإ inna G. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun h}arf, ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yag penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau h{arakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu bisa dipisah perkata dan bisa pula dirangkaikan.
Contoh:
ينقزارلايرخولهللهانإو – Wa innalla@ha lahuwa khair ar-ra@ziqi@n - Wa innalla@ha lahuwa khairur-ra@ziqi@n
H. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab, huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini, huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menulis huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat.
Contoh: