• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pendapatan Daerah yaitu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pendapatan Daerah yaitu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pendapatan Daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah. Dana perimbangan akan dibahas Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, Kualitas Pembangunan Manusia Serta menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) secara khusus mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan ketiga komponen; yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur kinerja pembangunan bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kabutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan. Pembangunan harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh, baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI). IPM juga digunakan untuk

(2)

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, indikator pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah

IPM mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic

capabilities) penduduk.

Pembangunan manusia yang dimaksudkan dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sumber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktifitasnya harus ditingkatkan. Dalam

(3)

hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang berorientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan manusia (Gevisioner,2004).

Salah satu ukuran IPM adalah besarnya pendapatan nasional yang digunakan untuk belanja pendidikan (Kuncoro, 2004). Untuk meningkatkan IPM khususnya dalam bidang pendidikan, caranya dengan memberantas buta aksara. Hal ini akan menjadikan masyarakat menjadi melek aksara. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia terdapat empat hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP, 1995:12).

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan Daerah. Terdapat dua unsur penting dalam pengertian/konsep PAD; potensi asli daerah dan pengelolaannya sepenuhnya oleh daerah. Dalam kontek pembiayaan pembangunan daerah, yang dimaksud dengan potensi asli daerah adalah seluruh sumber daya daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga memberi nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah. Sedangkan pengelolaan sepenuhnya oleh daerah, berarti penyerahan seluruh besar hasil suatu pengelolaan suatu sumber daya tersebut kepada daerah yang bersangkutan. Sesuai Peraturan Perundang-undangan (UU Nomor 33

(4)

Tahun 2004 Pasal1, ayat 18). Sumber Pendapatan Asli Daerah, diperoleh dari: a) Pajak Daerah; b) Retribusi Daerah; c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d) Lain-lain PAD yang sah.

a. Pajak Daerah

Menurut UU No 34 Tahun 2000 yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Sementara itu ada beberapa hal yang dianggap sebagai kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat dianggap sebagai pajak yaitu ; 1)Bersifat pajak dan bukan retribusi; 2) Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; 3) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; 4) Objek pajak bukan merupakan Objek pajak Propinsi dan atau Objek pajak Pusat; 5) Potensinya

memadai serta tidak memberikan dampak ekonomi yang negative; 6) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat serta menjaga

(5)

b. Retribusi daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No 34 Tahun 2000 , pasal 1 ayat 26. jenis retribusi dapat dibedakan menjadi;

1. Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang digolongkan sebagai jasa usaha tersebut tergolong quasy goods dan pelayanan yang memerlukan pengendalian dalam konsumsinya dan biaya penyediaan layanan tersebut cukup besar sehingga layak dibebankan kepada masyarakat misalnya: retribusi pelayanan kesehatan, persampahan, akta catatan sipil dan KTP.

2. Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh Daerah berkaitan dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan ole swasta dan atau penyewaan asset/kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan misalnya retribusi pasar grosir, terminal, rumah potong.

3. Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan sebagai pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu yang perlu dikendalikan oleh Daerah misalnya IMB, Ijin Pengambilan Hasil Hutan Ikutan.

c. Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan: Yaitu

penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah tersebut bertindak sebagai pemiliknya. Jenis pendapatan ini meliputi:a) Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah; b) Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank; c)

(6)

Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank; d) Bagian Laba atas Penyertaan Modal / Investasi;

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan pendapatan daerah yang berasal bukan dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenisnya yaitu meliputi: a)Hasil Penjualan Asset Daerah yang Tidak Dipisahkan; b) Penerimaan Jasa Giro; c) Penerimaan Bunga Deposito; d) Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan; e) Penerimaan Ganti Rugi Atas Kerugian / Kehilangan Kekayaan Daerah (TP-TGR)

PAD merupakan pendapatan murni yang dikelola dari daerah itu sendiri, potensi yang dimiliki berada didaerah yang digali oleh prioritas daerah dalam menjalankan kegiatan pembangunan dan belanja daerah atau usaha daerah yang memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat (mangkusubroto, 1994). Semakin tinggin PAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan cermin keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam membiayai penyelengaraan pemerintah dan pembangunan.

2.1.3. Dana Alokasi Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyususnan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik

(7)

sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan bertujuan untuk Pemerataan Kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan Belanja Pegawai, Kebutuhan Fiskal dan Potensi Daerah. Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal

needs) yang digunakan untuk pendekatan perhitungan DAU untuk kebutuhan daerah

terdiri dari: Indeks Jumlah Penduduk, Indeks Luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Indeks Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sedangkan Kapasitas Fiskal dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam (Fhino & Priyo, 2009).

Pemerintah pusat dalam undang-undang Nomor. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, mengalokasikan sejumlah dana dari APBN sebagai dana perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil. Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan untuk daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Sedangkan

(8)

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Umum sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah. Selain itu, Dana Alokasi Umum juga berfungsi sebagai equalization grant yaitu menetralisir ketimpargan keuangan karena adanya dana bagi hasil yang diperoleh daerah. Mengacu pada PP No. 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan (Mardiasmo, 2002) Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk: horizontal equity dan suffieney. Tujuan

horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan

distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan terutama adalah untuk menutup fiscal gap. suffiency dipengaruhi oleh bebaapa faktor yaitu: kewenangan, beban dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Menurut Henley at al (Mardiasmo, 2002) mengidentitikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk grant kepada pemerintah daerah yaitu: a) Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah (geographical.

equity); b) Untuk meningkatkan akuntabilitas (promote accountability); c) Untuk

meningkatkan sistem pajak yang progresif. Pajak daerah cenderug kurang progresif, membebani tarif pajak yang tinggi kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah; d) meningkatkan keberterimaan (acceptability) pajak daerah. Pemerintah pusat

(9)

mensubsidi beberapa pengeluaran pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah pajak daerah;

2.1.4. Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana perimbangan bahwa Dana Alokasi Khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007 Penggunaan Dana perimbangan Khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.

Pada awalnya DAK yang disediakan bagi daerah seluruhnya bersumber dari dana reboisasi yang dialokasi sebesar 40% dari penerimaannya. Namun dari tahun 2003 selain untuk membiayai kegiatan rebiosasi disaerah penghasil, DAK diberikan juga dalam DAK non DR yang disediakan bagi daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan khusus seperti; (a) Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umumdan/atau (b) kebutuhan yang merupakan

(10)

komitmen atau prioritas nasional. Dalam perkembangannya, realisasi DAK senantiasa menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun.

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.

Daerah tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan : a) Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja pegawai negeri sipil daerah (PNSD); b) Kriteria Khusus dirumuskan berdasarkan (i) peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraaan otonomi khusus , misalnya UU nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus papua dan UU nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan (ii) Karateristik daerah; c) Kriteria Teknis disusun berdasarkan indicator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai DAK. Ktiteria teknis dirumuskan melalui indek teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada menteri keuangan

(11)

2.1.5. Belanja Modal

Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

(12)

Menurut Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebih satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal dapat juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, rneningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal, antara lain untuk pembangunan, peningkatan dan pengadaan serta kegiatan non fisik yang mendukung pembentukan modal. Dalam belanja ini termasuk untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya yang berpedoman dan lain sebagainya dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

1. Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk pengadaan/pernbelian/ pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah.

(13)

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap untuk digunakan. Dalam jumlah belanja ini termasuk biaya untuk penambahan, penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan dapat meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang diperlukan.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang termasuk dalam belanja ini adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan kegiatan pembangunan gedung yang prosentasenya mengikuti Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan bangunan.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan yaitu biaya untuk pengembalian penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan prasejarah dan sarana yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan (termasuk jaringan air bersih), jaringan instalasil distribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik distribusi instalasi. 5. Belanja Modal fisik lainnya adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perolehan

melalui pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan, irigasi) dan belanja modal non fisik, yang termasuk dalam belanja modal ini antara lain: kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-baraug kesenian (art pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah.

(14)

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah pada Pendapatan Per kapita. Hasil penelitian tersebut ada yang mendukung teori dan ada yang menolak teori. Beberapa hasil penelitian terdahulu.

Maimunah (2006) dalam penelitian di 90 Kabupaten/Kota di Pulau Sumatcra menemukan besarnya nilai Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Ash Daerah (PAD) mempengaruhi besarnya nilai Belanja Daerah (pengaruh positii). Flypaper

effect berpengaruh dalam mempredikisi Belanja Daerah periode kedepan. Berikutnya

ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan terjadinya.flypaper effect pada daerah

yang PAD nya rendah maupun daerah PAD-nya tinggi di Kabupaten/Kota pulau Sumatera. Temuan lainnya adalah tidak terjadi flypaper effiect pada belanja daerah bidang Pendidikan sedangkan belanja daerah bidang kesehatan dan Belanja Daerah bidang Pekerjaan Umum-pun terjadi Flypaper Effect.

Harianto dan Adi (2007) menemukan bahwa Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sayangnya kontribusi dari DAU terhadap Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah kurang merata (masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali). Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan per Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah, sangat berpengaruh terhadap Pendapatan per Kapita, tetapi pertumbuhan

(15)

yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antara daerah Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal (efek tidak langsung).

Darwanto & Yustikasari (2007) yang meneliti diseluruh Kabupaten/Kota Se Jawa dan Bali menemukan secara simultan variabel perturrmbuhan ekonomi, Pendapatan Ash Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel Belanja Modal. Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F dengan hasil nilai signifikan sebesar 0,01 berada di bawah 0,05 yang berarti secara sumultan seluruh variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel belanja modal. Pengujian secara parsial yariabel dependen yang digunakan dalam model menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal dalam APBD.

Christy (2009) Hubungan Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia, dalam penelitian menunjukkan Nilai adjusted R adalah sebesar 0,083 dalam hal ini dapat diartikan 8,3% belanja modal dapat dijelaskan dalan DAU dan selebihnya dapat dijelaskan dalam variabel lain. dalan bahwa dana alokasi umum mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal. Dan pada hipotesis nya menyatakan bahawa belanja modal berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia dapat diterima, dengan nilai adjusted R square model regresi ini cukup besar yaitu 43,6 % hal ini berarti IPM dapat dijelaskan oleh belanja modal sebesar 43.6% selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

(16)

Tabel. 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

No. Nama

Peneliti/Tahun Topik Penelitian Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 1 Mutiara

Maimunah (2007)

Flypaper pada Dana Alokasi Umum dan pendapatan Asli daerah terhadap Belanja Daerah pulau sumatera

Dependen veriabel pendapatan asli daerah dan belanja daerah pada Kabupaten/Kota Independen variabel DAU

Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. PAD berpengaruh signufikan dan positif terhadap belanja daerah.

2 Harianto dan Adi,

(2007)

Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan perKapita

Dependen variabel Pendapatan per Kapita Independen variabel DAU. Belanja Modal, PAD

Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap belanja Modal. PAD sangat berpengaruh terhadap pendapatan per kapita

3 Darwanto dan Yulia

Ustikasari (2007)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi,pendapatan asli daerah dan Dana Alokasi

Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja Modal Independen variabel PAD, DAU, PDRB. Dependen variabel Belanja Modal

Secara parsial variabel PAD dan DAU signifikan terhadap belanja modal sedangkan PDRB tidak signifikan mempengaruhi belanja modal.

Secara simultan seluruh variabel independen mempengarui belanja modal.

4 Walidi (2009)

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan per Kapita, Belanja Modal sebagai variabel Intervening

Independen variabel Dana Alokasi Umum dependen veriabel Pendapatan per Kapita variabel Intervening Belanja Modal

DAU berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per Kapita. Belanja Modal berpengaruh signifikan terhdp pendapatan perkapita.DAU

berpengaruh signifikan terhadap belanja Modal. DAU dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita.

Belanja modal berfungsi sbg var. intervening 5 Fhino Andrea

Christie (2009)

Hubungan antara Dana alokasi umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia Dependen variabel Kualitas Pembangunan Manusia Independen variabel DAU dan Belanja Modal

DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal.

Belanja Modal berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan/(kerugian) dari perubahan nilai aset keuangana. 49b dalam kelompok tersedia untuk dijual

Bentuk reduplikasi utuh menyatakan banyak atau bermacam-macam, sifat/ keadaan, hal/ tentang, kesamaan waktu, pekerjaan berulang-ulang, sesuatu yang dikenal karena

Dengan begitu, sperma X yang tahan lebih lama mungkin saja banyak yang masih tertinggal dan akan membuahi sel telur begitu

Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan itu diperoleh dari berbagai hal, antara lain : Pengalaman yang merupakan keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang

Bentuk upaya penanggulangan cybercrime atau kejahatan di bidang komputer dengan menggunakan sarana penal adalah dengan menggunakan kebijakan/politik hukum pidana

Berdasarkan uji F (Simultan) yang dilakukan, diperoleh nilai F hitung 19,488 lebih besar daripada F tabel 3,81 sehingga dapat ditentukan bahwa secara simultan ada

Sistem pembayaran dilakukan setiap minggu sekali, sedangkan penjualan di kandang Rp 3 .000,-/liter dilakukan secara insidental ; (2) Secara sosial kekerabatan bertetangga untuk

[r]