• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiloka Nasional Prospek Industri Sap Perah Menuju Perdagangan Bebas PENDAHULUAN Pelaksanaan usahatani di tingkat masyarakat pada umumnya masi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semiloka Nasional Prospek Industri Sap Perah Menuju Perdagangan Bebas PENDAHULUAN Pelaksanaan usahatani di tingkat masyarakat pada umumnya masi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KELEMBAGAAN PERSUSUAN DAN MANFAATNYA

DI TINGKAT PETERNAK SAPI PERAH :

Studi Kasus di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat

(Milk Institutional Organization and Its Benefit for the Dairy Cattle

Farmers : Case Study in Pagerwangi, Lembang, West Java)

DARMAwAN, Y. RisMAYANTI, T. MARYATi dan 0 . MARBuN

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Baral

ABSTRACT

The objective of the case study was identify the quality profile of milk institutional and its benefit for the dairy cattle farmers in the village of Pagerwangi, Lembang, West Java. A qualitative method was used in this study using a non survey approach, such as : field observation, indepth interview with respondents and key informant, group discussion and secondary data assessment . The results show that: (1) Economic asset ownership consists of land, in average of 0 .1 Ha, and 2 - 4 dairy cattle household . Milk production is 15 1/head/day, in which 8 1 in the morning and 7 1 in the afternoon . The milk sold at TPK Bukanegara, KPSBU Lembang with the price varied between Rp . 2,800 - Rp. 3,100/1 depend on the milk quality . Payment has been done once in a week, while that sold directly to the consumer at the barn at Rp . 3,000/1 . (2) Socially, kinship relation to help sick neighbor is provided free, (3) Socially, the members follow a group of contribution to and take turns at winning an aggregate sum of money every two weeks of Rp. 50,000/farmer; (4) The milk institutional quality has determine the level of social interaction for the contribution exchange of non-cash incentive such as: health ID, free transportation on fee, free AI service and main food lending from the cooperation-mart that paid by installment after selling the milk in TPK Bukanegara ; (5) In terms of economic valuable exchange, financially in money lending is depend on the milk production, which Rp. 3 -Rp. 5 Million for the best, Rp . I Million for the medium and Rp . 500 Thousand for the low of each farmer . Keywords : Dairy cattle farmers, milk institutional, benefit

ABSTRAK

Tujuan studi kasus ini adalah mengidentifikasi profil kualitas kelembagaan persusuan dan manfaatnya bagi masyarakat peternak sapi perah Desa Pagerwangi, Lembang, Jawa Barat . Studi ini menggunakan metode pengkajian kualitatif dengan pendekatan metode-metode non survei, meliputi : pengamatan lapangan, wawancara mendalam dengan responden, wawancara dengan informan kunci, diskusi kelompok dan kajian dokumen (data sekunder) . Hasil kajian menunjukkan bahwa : (1) Penguasaan aset ekonomi dalam pemilikan lahan kurang dari 0,1 Ha dan pehiilikan ternak berkisar antara 2 sampai 4 ekor sapi perah. Produksi susu per had 15 liter/hari, dimana 8 liter pada pagi had dan 7 liter pada sore hari . Penjualan susu di TPK Bukanegara, KPSBU Lembang dengan harga berkisar antara Rp 2 .800 - Rp. 3 . 100,/liter tergantung kualitas susu . Sistem pembayaran dilakukan setiap minggu sekali, sedangkan penjualan di kandang Rp 3 .000,-/liter dilakukan secara insidental ; (2) Secara sosial kekerabatan bertetangga untuk menolong orang sakit diberikan gratis ; (3) Secara sosial para anggota ikut arisan kelompok secara partisipatif yang dibuka setiap 2 minggu sekali @ Rp 50.000,-/anggota; (4) Kualitas kelembagaan persusuan sangat menentukan tingkat interaksi struktur sosial dalam pertukaran besarnya kontribusi yang bernilai tambah (insentif) dengan menghindari biaya tunai, seperti : kartu kesehatan bagi keluarga peternak sapi perah, pengangkutan pakan ternak gratis, pelayanan IB gratis, dan pinjaman sembako dari waserba yang dipotong setiap pembayaran dari TPK Bukanegara; (5) Dalam batas kualitas nilai pertukaran ekonomi, diperhitungkan secara finansial berkaitan dengan pinjaman uang dikonversikan dengan kemampuan produksi susu yang dihasilkan, untuk yang bagus nilai pinjaman Rp 3 -Rp .5 juta, sedangRp Ijuta,- dan rendahRp500 .000,/peternak .

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan usahatani di tingkat masyarakat pada umumnya masih bersifat individual, meskipun secara formal telah terbentuk kelompok tani sebagai media atau wadah mengelola usahatani secara bersama (kolektif/ kelompok). Kelompok tani secara teoritis diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang bergabung dalam suatu organisasi yang berfungsi untuk menyatukan kepentingan bersama dalam mengelola usahatani pada satu hamparan . Kelompok tani terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna, yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (DEPARTEMEN PERTANIAN, 1983) .

Peran kelompok tani bagi pengembangan usahatani khususnya kelompok peternak sapi perah bagi para anggotanya dalam mewujudkan kemandirian sangat penting. Fungsi kelompok merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitas meningkat, pendapatan bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera (MENTERI PERTANIAN, 2007) . Tujuan dalam studi ini adalah mengidentifikasi profil kelembagaan persusuan dan manfaatnya bagi masyarakat peternak sapi perah Desa Pagerwangi, Keamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat .

MA TERI DAN METODA

Kajian ini menggunakan metode pengkajian kualitatif dengan strategi studi kasus yang meliputi pengamatan lapangan, wawancara mendalam dengan responden kasus, wawancara dengan informan kunci, diskusi kelompok dan kajian dokumen (data sekunder) . Data pengkajian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur pada bulan April 2008 (indepth interview) terhadap 7 orang petani, meliputi : umur, pendidikan,

Semiloka Nasional Prospek Industri Sap Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

pengetahuan, dan jumlah pemilikan sapi perah . Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif (SIEGAL, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profit Desa Pagerwangi

Desa Pagerwangi secara geografi profil lahannya datar/berbukit/lereng gunung, terletak pada ketinggian 1 .250 m dpl dengan curah hujan 2 .500 mm/tahun dan suhu rata-rata harian 18-20°C . Pada tahun 2007 tercatat populasi ternak sapi perah sebanyak 284 ekor dengan jumlah total 480 RTP (rumah tangga petani), pemilikan lahan kurang dari 0,5 ha adalah sebesar 324 RIP (67,5%) dan tidak memilik lahan pertanian 556 RTP. Tempat Pelayanan Koperasi Bukanegara sebagai TPK Induk di Desa Pagerwangi dari KPSBU Lembang dengan TPK pendukung, antara lain : TPK Gunung Batu, TPK Medu, TPK Pasir Muncang, dan TPK Cilanguk (ANoNIMous,

2007) .

Profil Kelembagaan Persusuan di Desa Pagerwangi, Lembang

Pengetahuan seseorang dapat berasal dari pengalaman yang telah dialami, sehingga pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis dan berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia (ADIMIHARDJA, 1999). Pengetahuan merupakan fenomena yang mampu dipahami petani melalui pengamatan secara empirik, dan dapat berasal dari pengalaman diri sendiri atau dari orang lain. Peningkatan pengetahuan juga dapat dilakukan melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal seperti kursus tani dan penyuluhan. Petani dalam kegiatan usahatani dengan pengetahuan yang terbatas dihadapkan kepada kondisi ketidakpastian (uncertainty)

lingkungan dan resiko (risk) yang harus dipilih untuk diputuskan berdasarkan faktor kendala yang ada.

HARDAKER et al. (1997) menjelaskan bahwa resiko dalam usahatani terdiri dari resiko produksi (akibat faktor iklim yang tidak dapat diprediksi, serangan hama penyakit), resiko pasar (fluktuasi harga yang tidak tertentu), resiko institusi (kebijakan pemerintah

(3)

yang berlaku), dan resiko personal (sikap petani mengelola usaha) . Lebih lanjut dinyatakan bahwa perilaku individu terhadap resiko ada tiga kelompok, yaitu : (1) risk averter, kelompok yang meng-hindari resiko; (2) risk neutral kelompok yang netral terhadap resiko ; dan (3) risk preferer, kelompok yang

berani mengambil resiko . Pada umumnya peternak sapi perah termasuk kelompok risk averter, dengan keterbatasan pemilikan lahan dan skala usaha. Beban keluarga sangat tergantung dari usaha ini, sehingga dengan beternak sapi perah akan selalu bertindak menggeser resiko fmansial ke beban resiko kelembagaan persusuan (sosial) .

Pranata kelembagaan persusuan di wilayah Desa Pagerwangi dan wilayah TPK (tempat pelayanan koperasi) Bukanegara merupakan acuan utama bagi para peternak sapi perah untuk disepakati bersama . Aktivitas kehidupan masyarakat peternak sapi perah untuk kepentingan pendapatan keluarga, kepentingan interaksi gotong-royong, prestasi keunggulan dalam pengelolaan pemeliharaan dan produktivitas susu menduduki tingkat sosial lebih tinggi dibandingkan para peternak pada umumnya .

Pada prinsipnya manusia dalam interaksinya akan terlibat pada proses menilai perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan yang mencerminkan cost (biaya) dan reward

(imbalan) atau profit yang diharapkan . Asumsi dasarnya adalah manusia terlibat dalam perilaku untuk memperoleh imbalan atau menghindari biaya. Struktur sosial suatu masyarakat terbangun oleh jalinan interaksi orang-orang dengan status dan peran yang berbeda . Interaksi masyarakat peternak sapi perah dengan hasil utama nilai susu sapi diidentifikasi secara kualitatif antara nilai-nilai pertukaran sosial dan nilai-nilai pertukaran ekonomi . Usaha beternak sapi perah sudah melembaga (menjadi tatanan sosial di lingkungan setempat) dan merupakan bagian utama dari kehidupan masyarakat di Desa Pagerwangi. Hal ini ditunjukkan dari alokasi waktu anggota keluarga rumah tangga peternak baik bapak, ibu maupun anak setiap hari . Kegiatan ini meliputi : pagi jam 04 .00 - 05 .00 membersihkan kandang dan ternak sapi, memerah susu pada jam 06 .00-06 .30, dengan rata-rata produksi susu sebesar 8 liter, dan mengantar susu ke TPK . Jam 07 .00-09.00

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju PerdaganganBebas - 2020

mencari rumput di sekitar wilayah Desa Pagerwangi atau ke wilayah desa lain dalam satu Kecamatan Lembang. Sore hari jam 15 .00-16 .00 kembali memerah sapi dan menghasilkan 7 liter dan mengantarkan ke TPK Bukanegara . Dalam satu hari, rata-rata produksi susu yang dihasilkan adalah 15 liter.

Kelembagaan persusuan di wilayah Desa Pagerwangi saat ini berada dalam kondisi mantap, yang artinya semua aktivitas peternak dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan bersamua . Musyawarah yang dilakukan dalam bentuk kelompok peternak sapi perah dalam mentaati pelaksanaan kesepakatan selama periode 10 tahun terakhir. Kerjasama antar anggota untuk pengelolaan sapi perah sangat bagus dalam kelompok peternak sapi perah dengan organisasi TPK Bukanegara . Sikap masyarakat peternak ini termasuk kriteria peka terhadap potensi dan peluang usaha yang berlanjutan . POPKIN(1986) menyatakan bahwa petani (peternak) sebenarnya adalah seorang pengamat, dan menyukai uji coba, dimana peka terhadap perubahan, dan secara terus menerus mengevaluasi, menyeleksi, dan mengkombinasi-kan berbagai informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber guna memenuhi kebutuhan hidup .

Kelembagaan persusuan yang eksis secara operasional dan tahan terhadap goncangan sosial maupun ekonomi dan aspek pendukungnya sangat diperlukan oleh petemak sapi perah. Hal ini diharapkan dapat memberikan stabilitas usaha persusuan bagi keluarga petemak sapi perah maupun sentra usaha susu di wilayah lainnya .

Kelembagaan ini sangat bermanfaat bagi kelompok peternak temak sapi perah dan keberadaan pada wilayah operasional TPK Bukanegara serta pembinaan dari pemerintah dan KPSBU Lembang secara keseluruhan bernilai positif. Dinamika proses pembinaan dan hasilnya, adalah sebagai berikut :

1 . Kelompok peternak didirikan dengan latar belakang adanya kepentingan dan tujuan bersama, kelompok sangat diperlukan sebagai wahana belajar dan kerjasama, untuk : (a) meningkatkan manfaat dalam usaha ternak sapi perah, dan (b) menciptakan nilai manfaat terhadap lapangan pekerjaan, dan (c) memberikan kepastian pendapatan secara rutin (mingguan).

(4)

2 . Pertemuan kelompok tani dilakukan satu kali dalam sebulan atau secara insidental apabila terjadi perubahan kualitas susu atau perubahan nilai jual susu di tingkat petani . Muatan materi'informasi dalam pertemuan memberikan nilai manfaat terutama dalam pemupukan modal, serta kerukunan warga peternak sapi perah. 3 . Forum pertemuan kelompok tani sapi

perah memberikan manfaat dalam menyusun rencana kerja balk rencana kerja bagi anggota, kelompok maupun TPK Bukanegara. Hal ini dilakukan satu tahun sekali secara teratur, terukur (balk kemampuan produksi/ produktivitas), kebutuhan kesehatan ternak, kebutuhan volume, jenis dan mutu pakan ternak (konsentrat), kebutuhan jumlah sapi yang perlu di inseminasi buatan (IB), dan bimbingan teknis dan manajemen bagi seluruh anggota .

4 . Usaha persusuan secara berkelompok dapat menekan biaya usahatani karena adanya faktor sosiologis (keakraban dan interaksi) . Para petani dapat menerapkan teknologi pemeliharaan ternak sapi perah dan teknologi perah pemerahan susu dengan balk sesuai

kondisi aktual.

5 . Aktifitas peran, tugas dan fungsi pengurus kelompok sudah dapat dirasakan oleh para anggota kelompok terutama pada setiap awal kebutuhan penyediaan sarana produksi (pakan ternak dan obat-obatannya) .

Pembinaan kelembagaan persusuan di TPK Bukanegara mempunyai pendekatan aktual di lapangan berorientasi magajeman pada pengelolaan mutu ternak, efisiensi produksi dan distribusi produk susu sampai ke KPSBU Lembang yang terjangkau para peternak sapi perah (carriying capacity produktivitas secara berkelompok atau kawasan) .

Indikator keberhasilan usaha sapi perah di wilayah Desa Pagerwangi, antara lain : (1) Peternak mampu menghitung keuntungan yang diperoleh dan mampu memilih alternatif tindakan yang meningkatkan pendapatan dan beresiko rendah; (2) Pendapatan rata-rata peternak senilai Rp . 663 .750,-/2 minggu/ekor (Rp. 1 .327 .500,-/bulan/ekor); (3) Populasi

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

ternak sapi perah meningkat dalam batas tertentu

(berkisar antara 2 sampai 10 ekor/peternak); (4) Pemasaran dan kualitas susu menjadi lebih balk dan lebih lancar karena adanya peningkatan harga jual di tingkat peternak ; (5) Terbentuknya sebuah organisas kelompok peternak diharapkan dapat berbadan hukum; (6) Jumlah anggota kelompok peternak/ koperasi bertambah ; dan (7) Modal dasar kelompok meningkat karena ada perkembangan kemitraan usaha dalam deversifikasi produk susu.

Hasil kajiannya pada bulan Maret-April 2008 adalah sebagai berikut:

1 . Rata-rata pemilikan lahan kurang dari 0,1 ha dengan pemilikan ternak berkisar antara 2 sampai 4 ekor sapi perah . Anggota KPSBU Lembang di TPK Bukanegara terdiri dari 217 orang pria dan 31 orang wanita .

2 . Kualitas susu pada musim kemarau biasanya lebih bagus dibandingkan pada musim hujan, dimana produksi susu pada musim hujan, dimana lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Harga susu di TPK berkisar antara Rp 2 .800 - Rp 3 .100/liter, tergantung dari kualitas susu yang dihasilkan . Kualitas susu dinilai dari Total Solid (TS), Total Plate Count (TPC), dan Titik Beku (TB). Apabila kualitas susu (TS, TPC, TB) balk, maka peternak akan memperoleh bonus, sedangkan apabila kualitas yang dihasilkan kurang bagus, peternak akan dikenakan denda . Bonus atau denda akan diakumulasi pada harga akhir susu yang akan diperoleh peternak .

3 . Penilaian terhadap kualitas susu oleh petugas KPSBU dilakukan sebanyak empat kali dalam waktu dua minggu . Penilaian dilakukan tanpa diberitahukan kepada peternak sebelumnya . Sistem pembayaran oleh KPSBU terhadap peternak dilakukan setiap dua minggu sekali. Harga yang diberikan peternak untuk pembelian langsung di kandang adalah Rp 3 .000/liter, akan tetapi hal ini jarang dilakukan.

4 . Beberapa fasilitas yang diberikan KPSBU Lembang kepada peternak, diantaranya :

(5)

a. Kartu kesehatan/kartu berobat yang dapat dipergunakan oleh keluarga peternak pada enam klinik kesehatan yang telah ditunjuk. Selama satu tahun petemak memperoleh lima lembar kartu, dimana per-lembamya akan diserahkan setiap kali berobat pada klinik kesehatan yang ditunjuk. Terdapat pula dana sumbangan kematian bagi peternak sebesar Rp . 500

.000,-b . Sarana teknis, seperti : (1) pengang-kutan konsentrat secara gratis, dimana pembayaran konsentrat dilakukan melalui pemotongan setiap bulan sekali pada waktu peternak menerima pembayaran ; (2) Pelayanan lB secara gratis ; dan (3) Peternak dapat mem-peroleh modal bibit melalui program sapi bergulir . c. Pelayanan pinjaman uang dengan

lima kali angsuran . Peternak dapat mem-peroleh pinjaman sebesar 3-5 juta, 1 juta, dan Rp. 500 ribu

Peluang peternak dapat memperoleh sembako melalui pinjaman ke Waserda, dimana pembayaran dilaku-kan melalui pemotongan setiap kali peternak menerima pembayaran .

5 . Beberapa aktivitas tertentu dikelola oleh TPK sendiri, diantaranya yaitu : (a) Pengadaan onggok dan dedak secara kelompok; (2) Arisan kelompok sebesar Rp. 50 .000 per petemgk yang dilakukan setiap dua minggu sekali ; dan (3) Pelayanan kas bon.

6 . Sebagian besar penghasilan dari susu dialokasikan peternak untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari . Sedangkan sebagai tabungan atau investasi, peternak biasanya menjual anak sapi yang telah digemukkan.

7 . Ketua TPK Bukanagara terpilih berdasar-kan penunjukan oleh anggota . Kriteria yang ditentukan oleh anggota untuk memilih ketua diantaranya adalah keakraban dengan anggota dan

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

memiliki pengetahuan lebih dalam beternak maupun organisasi koperasi . 8 . TPK Bukanagara tidak memiliki jadwal

pertemuan rutin. Pertemuan akan dilakukan oleh penyuluh apabila terjadi kenaikai harga susu, pakan temak, dan kualitas susu yang dihasilkan rendah . Penyuluh akan langsung melakukan pemeriksaan terhadap temak sapi apabila kualitas susu yang dihasilkan rendah .

9 . Nilai kualitas kelembagaan persusuan secara sosial diwujudkan dengan keikut-sertaan anggota dalam pertemuan kelompok dilakukan secara insidental yang ditentukan atas dasar faktor kendala pengelolaan temak dan turunnya produktivitas susu secara umum .

KESIMPULAN

1 . Kualitas kelembagaan persusuan peternak sapi perah sangat menentukan tingkat interaksi struktur sosial dalam pertukaran besamya kontribusi yang bemilai tambah (insentif) dengan menghindari resiko (cost), artinya besarnya nilai manfaat sosial dan ekonomi kerakyatan di wilayah Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Jawa Barat.

2 . Dalam batas kualitas nilai pertukaran tertentu (nilai ekonomi sebesar Rp 378 .332,-/2

ekor

sapi/bulan) diperhitungkan secara finansial pada usaha ternak sapi perah yang tergabung dalam kelembagaan persusuan di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Jawa Barat .

DAFTAR PUSTAKA

ADIMIHARDJA, KUSNAKA . 1999. Petani merajut tradisi era globalisasi . Humaniora Utama Press, Bandung :

ANONIMOUS . 2007 . Potensi desa dan tingkat perkernbangan Desa Pagerwangi 2007 . Laporan Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

DEPARTEMEN PERTANIAN. 1983 . Pembinaan kelompok tani . Badan Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

masing-masing untuk kriteria produksi susu tinggi, sedang dan rendah . Pembayaran dilakukan melalui pemotongan setiap kali peternak menerima pembayaran.

(6)

HARDAKER, HuIRNE, and ANDERSON . 1997 . Coping POPKIN. 1986 . Petani rasional. SJAHRIR MAW! with risk in agriculture . Ca International . (penerjemah) . Yayasan Padamu Negeri, Wallingford, UK.

Jakarta.

SmGAi. S . 1998 . Statistik non parametrik untuk ilmu-ilmu s osial . PT Gramedia Jakarta. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

(7)

Semiloka Nasiona! Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020

Lampiran 1 . Analisa usaha sederhana beternak sapi perah dalam satuan ekor/2 minggu di Desa'Pagerwangi Lembang, April 2008

Keterangan :

a . Kebutuhan rumput gajah per had adalah 70 kg dengan harga Rp. 100/kg .

b. Selama dua minggu diperlukan konsentrat sebanyak 150 kg dengan harga Rp. 975/kg.

c . Pemberian konsentrat dicampur bersama dedak dengan perbandingan 1 :3, sehingga selama dua minggu diperlukan dedak sebanayak 50 kg dengan harga Rp . 1 .000/kg.

d. Onggok yang diperlukan selama dua minggu sebanyak 3 karung dengan harga Rp. 20 .000/karung. e . Kebutuhan mineral selama dua minggu adalah 2 kg dengan harga Rp. 10.000/kg.

f. Biaya listrik per bulan sebesar Rp . 20.000 . No Uraian

Volume Harga satuan (Rp .) Jumlah (Rp .) Keterangan

A . Biaya investasi Harga cash Rp . 12

.000.000,-1 . Sapi (umur 3 tahun)

1 ekor 71 .429 umur produktif 7 tahun

Kandang Rp 2 .000 .000,-2 . Kandang

I unit 11 .905 umur ekonomis 5 tahun

B .

Jumlah 1

Biaya operasional (selama 2 minggu)

83 .334 1 . Rumput gajah 105 .000 2 . Konsentrat 146.250 3 . Dedak 50.000 4. Onggok 60.000 5 . Mineral 20.000 6. Listrik 10 .000 Jumlah 11 391 .250 C . D . Jumlah I + II Pendapatan (2 minggu) 474 .584 Susu sampai TPK 225 liter 2 .950 663 .750

E . Pendapatan bersih 189 .166 Jadi pendapatan rata-rata sebesar

G . Nilai ekonomis Rp. 1 .134 .990, /3 ekor/bulan/

R/C rasio 1,27 peternak .

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ditarik benang merah kasus kejadian mulai dari penurunan jumlah peternak anggota, penurunan produksi, dugaan pemberlakukan harga terkait dengan capaian kualitas produk,