• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu upaya pencapaian tujuan negara dan bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah bagian integral pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Keberadaan Koperasi dan UMKM selain sebagai pelaku ekonomi nasional juga merupakan subjek vital dalam pembangunan khususnya dalam rangka perluasan kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran serta pro environment.

Pendekatan pembangunan yang ditujukan pada pelaku ekonomi, khususnya pada Koperasi dan UMKM, amat penting. Langkah ini sekaligus untuk mempertegas penataan struktur pelaku ekonomi nasional yang selama ini dalam kondisi yang timpang. Pembangunan yang ditujukan kepada Koperasi dan UMKM diharapkan mengantarkan penataan struktur pelaku ekonomi nasional lebih padu dan seimbang dalam skala usaha, strata dan sektoral.

Selain itu kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM mencakup peningkatan sistem pendukung usaha. Sistem pendukung mencakup lembaga atau sistem yang menyediakan dukungan bagi peningkatan akses koperasi dan UMKM ke sumber daya produktif dalam rangka perluasan usaha dan perbaikan kinerja. Sumber daya produktif mencakup bahan baku, modal, tenaga kerja terampil, dan informasi teknologi. Perluasan usaha mencakup peningkatan tata laksana kelembagaan, peningkatan kapasitas dan perluasan jangkauan pasar.

Sementara itu kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM mencakup peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi dan UKM serta perbaikan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia baik dari aspek kewirausahaan, kemampuan teknis dan manajemen, kapasitas pemasaran, maupun kompetensinya.

(2)

1.2MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi pemerintah dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi pemerintah dengan maksud :

a) Mengukur tingkat pencapaian/keberhasilan sasaran strategis yang telah ditetapkan pada tahun 2015

b) Mengevaluasi kinerja instansi pemerintah

c) Untuk bahan penyusunan perencanaan tahun berikutnya 2. Tujuan

Tujuan penyusunan LAKIP adalah :

a) Mewujudkan akuntabilitas instansi pemerintah kepada pihak-pihak terkait b) Mewujudkan perubahan-perubahan kearah perbaikan dalam pelaksanaan

Tugas Pokok dan Fungsi.

1.3GAMBARAN ORGANISASI 1.3.1. KEDUDUKAN

Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2011 tersebut diatas, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

(3)

Adapun tugas pokok dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2) Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas Kabupaten dan Kota dibidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

3) Pembinaan teknis dibidang Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 4) Pembinaan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD).

5) Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.

1.3.2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat, struktur organisasi Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Sumatera Barat ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 40 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat.

Adapun tugas pokok dan fungsi masing-masing Sekretariat dan Bidang pada Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Sumatera Barat adalah :

1) Sekretariat, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang umum, program, dan keuangan. Untuk menyelenggarakan tugas, Sekretariat mempunyai fungsi :

(a) penyelenggaraan pengkajian serta koordinasi perencanaan dan program dinas (b) menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan (c) menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan

(4)

(e) menyelenggarakan pengendalian administrasi belanja (f) menyelenggarakan pengelolaan admnistrasi kepegawaian

(g) menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan (h) menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga perlengkapan

(i) menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, protokol dan hubungan masyarakat

(j) menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan (k) menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional

(l) menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

(m) menyelenggarakan pengkajian bahan Rencana Strategis, LAKIP, LKPJ dan LPPD Dinas

(n) menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

(o) menyelenggarakan tugas kedinasan lain sesuai dengan tugas pokok dan fugsinya.

2) Bidang Bina Kelembagaan dan Penyuluhan Koperasi, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kelembagaan, penyuluhan, advokasi, dan bantuan hukum. Untuk menyelengarakan tugas Bidang Bina Kelembagaan dan Penyuluhan Koperasi mempunyai fungsi :

(a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kelembagaan

(b) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknsi, pembinaan dan pelaksanaan dibidang penyuluhan

(c) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang advokasi dan bantuan hukum

(5)

(d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

3) Bidang Pemberdayaan Usaha Koperasi, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pertanian, non pertanian dan aneka usaha. Untuk menyelenggarakan tugas Bidang Pemberdayaan Usaha Koperasi mempunyai fungsi :

(a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pertanian

(b) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknsi, pembinaan dan pelaksanaan dibidang non pertanian

(c) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang aneka usaha

(d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

4) Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kemitraan, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah, dan promosi. Untuk menyelenggarakan tugas Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai fungsi :

(a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang kemitraan

(b) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknsi, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pengembangan UMKM

(c) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang promosi

(d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya.

5) Bidang Fasilitasi dan Pemberdayaan Usaha Simpan Pinjam, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

(6)

pelaksanaan dibidang permodalan dan jasa keuangan, pengembangan simpan pinjam serta penilaian kesehatan simpan pinjam. Untuk menyelenggarakan tugas Bidang Fasilitasi dan Pemberdayaan Usaha Simpan Pinjam mempunyai fungsi : (a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan

dibidang permodalan dan jasa keuangan

(b) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknsi, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pengembangan simpan pinjam

(c) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang penilaian simpan pinjam

(d) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya

6) UPTD Balai Pendidikan dan Latihan Koperasi, mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang pendidikan dan latihan koperasi, Untuk menyelenggarakan tugas pokok UPTD Balai Pendidikan dan Latihan Koperasi menyelenggarakan fungsi:

(a) penyusunan rencana pembangunan teknsi operasional pendidikan dan latihan koperasi

(b) pengkajian dan analisa teknis operasional pendidikan dan latihan koperasi (c) pengujian dan persiapan teknologi pendidikan dan latihan koperasi dilapangan (d) pelaksanaan kebijakan teknis pendidikan dan latihan koperasi

(e) pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang pendidikan dan latihan koperasi

(f) pelaksanaan operasional tugas teknis dinas sesuai dengan bidang pendidikan dan latihan koperasi

(g) pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan UPTD 1.3.3. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan

(7)

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat, struktur organisasi Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, yang membawahi :

a. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub. Bagian Keuangan

c. Sub. Bagian Program

3. Bidang Bina Kelembagaan dan Penyuluhan Koperasi, yang membawahi : a. Seksi Kelembagaan

b. Seksi Penyuluhan

c. Seksi Advokasi dan Bantuan Hukum.

4. Bidang Pemberdayaan Usaha koperasi, yang membawahi : a. Seksi Pertanian

b. Seksi Non Pertanian c. Seksi Aneka Usaha

5. Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, yang membawahi: a. Seksi Kemitraan

b. Seksi Pengembangan UMKM c. Seksi Promosi

6. Bidang Fasilitasi dan Pembiayaan Usaha Simpan Pinjam, yang membawahi: a. Seksi Permodalan dan Jasa Keuangan

b. Seksi Standarisasi Pengembangan Simpan Pinjam c. Seksi Kelembagaan Penilaian Kesehatan Simpan Pinjam

Sedangkan susunan organisasi UPTD Balai Latihan Koperasi (BALATKOP) Propinsi Sumatera Barat, terdiri atas :

1.i.a.a. Kepala UPTD

1.i.a.b. Kasubag Tata Usaha

1.i.a.c. Kasi Pelaksanaan Program dan Pengembangan 1.i.a.d. Kasi Penyelenggaraan Diklat

(8)

STRUKTUR OGRANISASI

1.3.4. SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas, Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Sumatera Barat didukung oleh pegawai sebanyak 83 orang dengan kualifikasi yang tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 1.

Kualifikasi Pendidikan Pegawai

Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 S3 JML PNS 1 2 34 5 34 7 - 83 Non PNS JUMLAH ORANG 1 2 34 5 34 7 - 83 Tabel 2.

Kualifikasi Pangkat dan golongan

JENIS

KEPEGAWAIAN GOL. I GOL. II GOL.III GOL.IV JUMLAH

PNS 2 8 59 13 82

PTT/HONOR - - -

-JUMLAH

ORANG 2 8 59 13 83

1.4ASPEK STRATEGIS ORGANISASI

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan koperasi dan UMKM disebabkan faktor internal dan fakor eksternal. Faktor eksternal yaitu perkembangan iklim usaha yang masih kurang mendukung yang disebabkan, antara lain oleh (1) ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan, dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi; (2) proses bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; (3) lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM; dan (4) masih munculnya peraturan-peraturan daerah yang menghambat, termasuk pengenaan

(9)

pungutan-pungutan baru kepada koperasi dan UMKM sebagai sumber pendapatan asli daerah.

Faktor internal yaitu jumlah Koperasi dan UMKM yang besar dari segi kuantitas masih belum didukung oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya sehingga kinerja UMKM masih tertinggal. Ketertinggalan kinerja UMKM tersebut disebabkan terutama oleh kekurangmampuan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Tingkat kinerja yang demikian juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk mengelola dan mengakses ke berbagai sumber daya produktif yang meliputi sumber-sumber permodalan, informasi, teknologi, pasar dan faktor produksi.

Masih terbatasnya sumber daya financial juga merupakan masalah utamabagi usaha mikro. Usaha mikro yang bermodal kecil umumnya tidak berbadan hukum dan masih menerapkan manajemen yang sangat sederhana. Oleh karena itu, usaha mikro ini sulit untuk memperoleh akses dari lembaga keuangan perbankan.

Permasalahan khusus yang dihadapi dalam pengembangan koperasi adalah masih belum meluasnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki struktur kelembagaan dan insentif yang unik/khas dibandingkan dengan badan usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktik berkoperasi yang paling benar (best practices). Bersamaan dengan masalah tersebut, koperasi dan UMKM juga menghadapi tantangan, terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan bersamaan dengan cepatnya tingkat kemajuan teknologi.

Dari uraian diatas maka kendala dalam pengembangan Koperasi dan UMKM meliputi, antara lain :

a.1. Masih rendahnya produktifitas. Produktifitas KUMKM masih dinyatakan rendah, sehingga akan menyebabkan skala yang dikelola terutama skala mikro dan kecil belum layak secara ekonomi. Dengan demikian perlu dilakukan pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan usahanya. Kegiatan pemberdayaan anatara lain peningkatan kapasitas pengelola usaha mikro, kecil dan menengah melalui bimbingan, pelatihan dan pemdampingan dalam pengelolaan usahanya melalui wadah badan hukum koperasi untuk memperkuat posisinya serta memperkuat kerjasama antar

(10)

koperasi. Rendahnya produktifitas ini juga didukung dengan lemahnya penguasaan dibidang manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM.

a.2. Masih terbatasnya akses sumber daya produktif. Usaha mikro dan kecil menghadapi masalah dalam peningkatan kapasitas usahanya, yaitu kurang tersedia collateral apabila akan memperoleh pinjaman/pembiayaan dari perbankan maupun lembaga keuangan. Dengan demikian perlu dikembangkan skim-skim pembiayaan yang membantu usaha mikro dan kecil, yaitu pembiayaan dengan pola syariah, juga dilakukan pendampingan dalam pemanfaatan pembiayaan tersebut.

a.3. Masih rendahnya kualitas kelembagaan Koperasi. Akhir-akhir ini beberapa Koperasi belum menjalankan tata kelola koperasi yang baik (good cooperative governence). Hal ini disebabkan bahwapendirian koperasi belum didasari atas kepentingan dan kesamaan ekonomi yang sama diantara anggota. Namun lebih menekan pada aspek bisinis saja, kurang memperhatikan prinsip-prinsip koperasi yang menjadi landasan operasionalnya. Kelembagaan dan organisasi belum dikelola secara sistem manajemen yang memadai, yaitu sebagian besar belum memiliki rencana jangka menengah dan panjang.

a.4. Masih rendahnya kinerja Koperasi. Rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi manajemen Koperasi akan menyebabkan kurang optimalnya kinerja Koperasi. Dengan demikian diperlukan beberapa kegiatan usaha yang mengarah pada keterkaitan usaha koperasi dan usaha anggotanya. Disamping itu manajemen koperasi perlu dikelola dengan sistem manajemen yang memadai, yaitu memiliki rencana jangka menengah dan panjang serta mengembangkan manajemen kinerja koperasi dengan model Balanced Score Card (BSC) dengan beberapa penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan karakteristik koperasi. Lebih lanjut dilakukan pemeringkatan oleh lembaga independen sebagai layaknya dilakukan oleh dunia pasar modal, yaitu Lembaga Rating, sehingga diharapkan praktik terbaik (best practice) dalam pengelolaan koperasi dapat dipantau dan dapat dijadikan contoh bagi koperasi lainnya.

5. Masih kurang kondusifnya iklim usaha, pengembangan koperasi, usaha mikro,

kecil dan menengah (KUMKM) memerlukan iklim yang kondusif, yaitu prosedur perizinan yang belum dilakukan secara transparan, biaya transaksi perizinan yang mahal, pungutan secara tidak resmi. Peraturan-peraturan yang

(11)

menghambatperkembangan usaha mikro, kecil dan menengah dengan berbagai alasan dalam upaya menigkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Adapun dasar hukum yang mendasari pelaksanaan pembangunan koperasi dan UMKM, yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2) Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3) Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

4) Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5) Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 7) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

8) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

9) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

10) Peraturan Presiden RI (Perpres) Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.

11) Instruksi Presiden RI (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

12) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

13) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

14) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(12)

15) Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015.

16) Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat.

17) Peraturan Gubernur Nomor 40 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat.

18) Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 65 Tahun 2012 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilingkungan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat.

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 maka dilakukan juga perubahan atas Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 050-784-2012 tentang Rencana Strategis Satuan Kerja Perangka Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas pada tahun 2015 ini Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Propinsi Sumatera Barat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengacu kepada Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja yang disempurnakan.

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat dimaksudkan untuk dapat “ Memberikan arah kepada Satuan

(13)

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan untuk jangka waktu lima tahun. Adapun tujuan penyusunan Rencana Strategis adalah : 1) Untuk menetapkan prioritas program dan kegiatan yang strategis selama 4 (lima)

tahun.

2) Untuk memberikan landasan kebijakan taktis strategi lima tahunan dalam kerangka pencapaian visi, misi sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan.

Dalam menunjang pembangunan koperasi dan UMKM di Propinsi Sumatera Barat, Rencana Strategis secara khusus juga berfungsi sebagai :

1.i.a.d.a) Pedoman dan acuan bagi aparat Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Sumatera Barat dalam penyusunan rencana pengembangan yang sifatnya operasional dan rinci.

1.i.a.d.b) Alat untuk mengendalikan pelaksanaan program pembangunan dan tolak ukur evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembangunan koperasi dan UMKM.

2.1. VISI DAN MISI

Visi adalah gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang realistik berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu oleh unit organisasi. Di samping itu visi mengambarkan pandangan jauh ke depan kemana unit kerja akan dibawa pada kondisi yang dinginkan. Visi harus jelas dan mampu menarik komitmen dan mengerakan orang, menciptakan makna bagi kehidupan angota unit kerja/organisasi, menciptakan standar keunggulan, menjembatani keadaan sekarang dengan keaadan masa depan.

Dalam merumuskan visi organisasi hendaknya meliputi aspek-aspek, yaitu: mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh unit kerja/organisasi; memberikan arah dan fokus strategi yang jelas; menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis yang terdapat dalam unit kerja/organisasi; memiliki orientasi terhadap masa depan sehinga segenap jajaran harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan unit kerja/organisasi; serta menjamin kesinambungan kepemimpinan unit kerja/organisasi.

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh unit kerja untuk mencapai visi yang telah ditetapkan agar tujuan kerja unit kerja dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyatan misi ini, diharapkan seluruh pegawai unit kerja dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal peran unit kerja secara lebih baik, dan dapat berpartisipasi dalam mendorong keberhasilannya. Dalam merumuskan misi, unit

(14)

kerja/organisasi telah memperhatikan masukan dari para pihak yang berkepentingan dan memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis.

Dengan berpedoman hal-hal tersebut di atas maka Visi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Barat adalah :

Adapun makna dari visi tersebut adalah Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Barat berusaha sungguh-sungguh memberdayakan Usaha koperasi dan UKM sebagai pelaku/ subyek perekonomian rakyat sehingga memiliki daya saing, tangguh serta mandiri. Kondisi ini diharapkan memungkinkan Koperasi dan UKM mempunyai posisi tawar dalam memecahkan masalah dengan bertumpu pada kepercayaan dan kemampuan sendiri.

Dalam merealisasikan visi dan memberikan arah serta tujuan yang akan diwujudkan, dan untuk memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan serta untuk menumbuhkan sense of participation and sense of belonging maka Dinas Koperasi dan

UKM Provinsi Sumatera Barat menyatakan misi sebagai berikut:

1.1. Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi dan kesadaran masyarakat dalam berkoperasi

1.2. Meningkatkan kapasitas koperasi untuk mengelola potensi ekonomi serta usaha simpan pinjam

1.3. Mengembangkan iklim usaha yang kondusif dan mendorong peningkatan daya saing produk-produk UMKM.

2.2. TUJUAN DAN SASARAN

A. Tujuan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Dinas Koperasi dan UMKM seperti yang dikemukakan diatas, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi.

(15)

Untuk itu, agar dapat diukur keberhasilan organisasi di dalam mencapai tujuan strategisnya, setiap tujuan strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja (performance indicator) yang terukur. Rumusan tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi yang sesuai jati diri koperasi

2. Peningkatan peran koperasi dalam pengembangan sektor riil dan peningkatan kualitas KSP sebagai lembaga keuangan alternatif bagi UMK.

3. Peningkatan usaha UMKM

B. Sasaran

Tujuan yang akan diwujudkan tersebut selanjutnya dirinci pada pencapaian sasaran setiap tahunnya. Secara umum, sasaran tahunan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat ini menggambarkan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan, serta perubahan perbaikan kondisi koperasi dan UMKM yang diakibatkan oleh kebijakan tersebut.

Selanjutnya bagian berikut akan menjelaskan dan merinci masing-masing tujuan yang akan diwujudkan dalam lima tahun mendatang (2011-2015) beserta sasaran strategis sebagai berikut :

1. Meningkatnya koperasi RAT

2. Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP dalam permodalan dan pemberian pinjaman.

3. Meningkatnya kualitas kelembagaan usaha UMKM Tabel. 3

Hubungan hirarkis antara Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Visi : mewujudkan Koperasi dan UMKM yang tangguh, Industri dan Perdagangan yang berdaya saing tinggi, berorientasi pasar dan berbasis sumber daya lokal pada tahun 2015

Misi 1 : Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi dan kesadaran masyarakat dalam berkoperasi

TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN

1. Peningkatan kualitas kelembagaan 1.Meningkatnya koperasi RAT 1. Meningkatkan gerakan masyarakat sadar koperasi (GEMASKOP).

1. Penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM

(16)

dan organisasi koperasi yang sesuai jati diri koperasi 2. Meningkatkan kualitas kelembagaan KUKM 3. Meningkatkan kemampuan pengelolaan kelembagaan KUMKM

Misi 2 : Meningkatkan kapasitas koperasi untuk mengelola potensi ekonomi serta usaha simpan pinjam

1. Peningkata n peran koperasi dalam

pengembangan sector riil dan peningkatan kualitas KSP sebagai lembaga keuangan alternatif bagi UMK 1. Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP dalam permodalan dan pemberian pinjaman 1. Meningkatka n promosi untuk merebut peluang pasar yang tersedia 2. Melakukan perluasan akses jaringan pasar melalui pola kemitraan 3. Melakukan kerjasama dengan perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya untuk mendapatkan perkuatan modal bagi KUMKM

1.Peningkatan promosi dan jaringan pemasaran produk koperasi dan UMKM

2.Pemantapan kemitraan usaha

3.Peningkatan akses KUKM untuk pembiayaan usaha 4.Pengembangan lembaga

keuangan mikro (KSP /USP, KJKS /UJKS dan LKM lainnya

Misi 3 : Mengembangkan iklim usaha yang kondusif dan mendorong peningkatan daya saing produk-produk KUMKM.

TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN

1. Peningkatan usaha UMKM

1.Meningkatnya kualitas kelembagaan usaha UMKM

1.Peningkatan Iklim Usaha KUMKM.

2.Pemantapan

kemampuan (kapasitas) usaha KUMKM 3.Peningkatan SDM

KUMKM dan Aparat Pembina

1.Penumbuhan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM

2.Pengembangan UMKM yang berkeunggulan kompetitif 3.Perbaikan kualitas SDM melalui

pemberdayaan dan keberpihakan

Tabel 4.

Matriks Hubungan Antara Tujuan dan Sasaran

Tujuan Sasaran

Uraian Indikator

1 Peningkatan kualitas kelembagaan dan

organisasi koperasi yang sesuai jati diri koperasi

Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi Persentase koperasi aktif Persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam

2 Peningkatan peran koperasi dalam pengembangan sektor riil dan peningkatan kualitas KSP sebagai lembaga keuangan

Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP

Persentase volume usaha

(17)

alternatif bagi UMK

3 Peningkatan usaha UMKM Meningkatnya

legalitas usaha UMKM binaan Persentase UMKM yang memiliki legalitas usaha Meningkatnya kemampuan permodan UMKM Persentase UMKM binaan yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN Meningkatnya pemasaran produk UMKM Persentase peningkatan UMK yang bermitra

2.3. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Dalam rangka pelaksanaaan pemerintahan yang efektif, Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2015 yang tertuang dalam Rencana Strategis Perubahan Tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 5 .

Perjanjian Kinerja tahun 2015

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi

Persentase koperasi aktif % 71,5 Persentase peningkatan

tingkat kesehatan usaha simpan pinjam

% 32

Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja usaha simpan pinjam/KSP

Persentase peningkatan

volume usaha % 15

Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan

Persentase UMKM yang memiliki legalitas usaha

% 28,57

Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

Persentase UMKM binaan yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN % 9 Meningkatnya pemasaran produk UMKM Persentase peningkatan UMK yang bermitra

% 40

Sasaran 1 ; Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Koperasi

Koperasi diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya. Sehingga kedepannya diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat

(18)

primer dan sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi semakin lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi semakin berfungsi efektif dan mandiri; serta praktek berkoperasi yang baik (best practices) semakin berkembang di kalangan masyarakat. Dalam meningkatkan kulaitas kelembagaan koperasi indikator kinerjanya adalah :

a. Persentase koperasi aktif

Perkembangan koperasi di Sumatera Barat saat ini menunjukkan kinerja yang secara umum positif. Perkembangan tersebut menunjukkan kebutuhan yang tinggi terhadap pendampingan dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi. Perkembangan koperasi juga dipengaruhi oleh perkembangan koperasi aktif. Karena peningkatan jumlah koperasi tidak ada artinya apabila jumlah koperasi aktif menurun persentasenya.

Pada tahun 2015 Dinas Koperasi, UMKM Propinsi Sumatera Barat telah menetapkan target pencapaian indikator tersebut sebesar 71,5%.

b. Persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam

Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

Indikator kesehatan kredit koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/PER/M.KUKM/XII/2009. Peraturan Menteri ini mencakup 24 indikator yang mewakili tentang kondisi keuangan yang terdiri dari :

1. Aspek Permodalan Terdiri dari : a. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset b. Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan yang berisiko c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri

2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif Terdiri dari : a. Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang diberikan c. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah d. Rasio Pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan

3. Aspek Manajemen Terdiri dari : a. Manajemen Umum b. Kelembagaan c. Manajemen Permodalan d Manajemen Aktiva e. Manajemen Likuiditas

4. Aspek Efisiensi Terdiri dari : a. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto b. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor c. Rasio efisiensi pelayanan

(19)

5. Aspek Likuiditas Terdiri dari : a. Rasio Kas b. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima

6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan Terdiri dari : a. Rentabilitas asset b. Rentabilitas Modal Sendiri c. Kemandirian Operasional Pelayanan

7. Aspek Jatidiri Koperasi Terdiri dari : a. Rasio partisipasi bruto b. Rasio promosi ekonomi anggota (PEA)

Pada tahun 2015 target yang ditetapkan dalam indikator persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam adalah 32%.

Sasaran 2 ; Meningkatnya Kinerja Usaha Koperasi Sektor Riil dan Kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP

Secara umum, variable kinerja koperasi diukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi yang terdiri dari kelembagaan, ,keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable tersebut pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat peranan atau pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Dalam sasaran yang ditetapkan ini kinerja usaha yang dinilai adalah kinerja usaha koperasi sektor riil dan koperasi simpan pinjam. Indikator kinerja dari sasaran meningkatnya Kinerja Usaha Koperasi Sektor Riil dan Kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP adalah Persentase Peningkatan Volume Usaha dengan target sebesar 15%.

Sasaran 3; Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan

Rendahnya perkembangan UMKM di Sumatera Barat disebabkan masih banyak UMKM yang belum memiliki legalitas usaha. Legalitas usaha sangat penting dalam penguatan kelembagaan UMKM. Disamping itu dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean legalitas usaha ini juga sangat penting dimana dengan adanya legalitas usaha ini UMKM dapat bersaing dengan kompetitor dari negara lain.Indikator kinerja dalam pencapaian sasaran strategis ini adalah : Persentase UMKM binaan yang

memiliki legalitas usaha, dengan target sebesar 28,57%

Sasaran 4; Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

UMKM sangat membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan melalui UMKM juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang

(20)

akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.

Selain itu masalah klasik yang sering dihadapi UMKM antara lain rendahnya produktifitas, kesulitan akses terhadap permodalan, pasar teknologi dan informasi, serta rendahnya kualitas SDM. Oleh sebab itu kebijakan makro pemerintah diarahkan pada upaya untuk menggerakkan ekonomi rakyat melalui pemberian kesempatan yang lebih besar kepada UMKM dalam segala kegiatan bisnisnya, yaitu melalui perbaikan iklim usaha dan pemberian bantuan perkuatan yang secara langsung mendukung kemampuan UMKM untuk bersaing dalam pasar.

Indikator kinerja pada sasaran strategis ini adalah ; Persentase UMKM binaan

yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN dengan target sebesar 9%

Komitmen pemerintah yang diarahkan pada upaya menciptakan keadilan dibidang ekonomi tersebut sayangnya kurang mendapat dukungan yang kuat dari para stakeholder lainnya. Memang diakui disetiap waktu dan disetiap kesempatan banyak kalangan yang menyatakan berkomitmen kuat untuk mendukung upaya pemberdayaan UMKM. Tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM masih menjadi kelompok marjinal yang sulit dikaitkan dengan usaha modern dan atau usaha besar. Salah satu indikatordari kondisi tersebut adalah kesulitan UMKM untuk mendapatkan akses permodalan dari Lembaga Keuangan Formal (LKF) terutama perbankan.Indikasi dari ketidakmampuan UMKM tersebut terlihat dari rendahnya alokasi dana/kredit dari bank-bank umum untuk UMKM.

Kesulitan akses permodalan UMKM disebabkan UMKM sering dinilai tidak layak untuk menjadi nasabah bank komersial yang berorientasi pada profit, karena umumnya UMKM tidak memiliki agunan yang cukup untuk menjamin sejumlah kredit yang dibutuhkan. Selain itu yang menghambat hubungan UMKM dengan perbankan adalah kecilnya pemilikan aset UMKM sehingga sulit bagi perbankan untuk menilai jumlah kredit yang layak diberikan untuk UMKM.

Sasaran 5 ; Meningkatnya pemasaran produk UMKM

Pada dasarnya pemasaran adalah strategi untuk meningkatkan nilai tambah untuk suatu produk. Di tengah persaingan usaha yang semakin padat, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah harus punya kelebihan dibanding pesaing. UMKM akan sulit berkembang jika tidak mengetahui cara memasarkan suatu produk. Salah satu hal penting yang diaplikasikan melalui strategi pemasaran adalah strategi promosi. Kesuksesan suatu

(21)

UMKM adalah ketika bisa menciptakan produk yang berkualitas serta memasarkan dengan baik.

Pemerintah Propinsi Sumatera Barat selalu berupaya untuk meningkatkan pemasaran produk UMKM. Melalui Dinas Koperasi, UMKM Propinsi Sumatera Barat telah banyak dilakukan upaya dalam peningkatan pemasaran produk UMKM , yaitu melalui pameran, iklan di media sosial dan media promosi lainnya.

Indikator kinerja pada sasaran strategis ini adalah ; Persentase UMK yang

bermitra dengan target 40%.

Dalam rangka pengembangan UMK di Sumatera Barat salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui kemitraan dengan pihak-pihak terkait. Kemitraan merupakan suatu hubungan kerja yang strategis diantara berbagai pelaku untuk mewujudkan tujuan yang disepakati bersama.

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dari hasil pengukuran kinerja terhadap 7 program dan 42 kegiatan yang ditetapkan dalam rencana kinerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat pada Tahun Anggaran 2015 terlaksana sangat baik.

Capaian pelaksanaan kegiatan tahun 2015 ini diharapkan dapat mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan . Sasaran strategis tersebut adalah:

a.i.1.a.i.1. Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi

a.i.1.a.i.2. Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja usaha Simpan Pinjam/KSP

a.i.1.a.i.3. Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan a.i.1.a.i.4. Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

(22)

a.i.1.a.i.5. Meningkatnya pemasaran produk UMKM

Sehubungan dengan pencapaian sasaran tersebut diatas maka dilakukanlah pengukuran kinerja dengan metode membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja dalam bentuk persentase, membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan realisasi kinerja tahun sebelumnya.

Pengukuran kinerja pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2015 dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

a. Tingkat pencapaian sasaran ditetapkan sangat baik apabila persentase pencapaian rencana tingkat capaian sasaran sebesar diatas 95%, baik apabila persentase pencapaian sebesar 75% - 95%, cukup baik apabila persentase pencapaian sebesar 50%-75%.

b. Persentase capaian sasaran merupakan komulatif dari capaian program-program yang digunakan untuk pencapaian kinerja sasaran yang bersangkutan

3.1.1.PERBANDINGAN ANTARA TARGET DAN REALISASI KINERJA TAHUN INI DENGAN TAHUN LALU DAN BEBERAPA TAHUN TERAKHIR

Analisis capaian kinerja tahun 2015 Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat dapat dijelaskan berdasarkan sasaran strategisnya sebagai berikut :

Sasaran 1 Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Koperasi

1.3...a.a.1.a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja

Kelembagaan koperasi sangat dipengaruhi oleh kualitas partisipasi anggota koperasi. Kualitas partisipasi anggota koperasi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain faktor Intern Pengurus dan pengawas koperasi yang lemah. Hal ini disebabkan dipilihnya pengurus/pengawas yang tidak memenuhi kualifikasi, sehingga kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu hal ini juga akan berdampak pada kualitas pelaksanaan RAT yang lemah. Kebanyakan anggota pasif sehingga RAT akhirnya hanya didominasi oleh sekelompok orang tertentu. Hal ini isebabkan kesadaran anggota yang masih rendah dan kegiatan usaha koperasi yang tidak dilandaskan pada kepentingan ekonomi anggota.

(23)

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan kulaitas kelembagaan koperasi. Indikator yang digunakan adalah:

a. Presentase koperasi aktif

Persentase koperasi aktif dapat dihitung dengan perbandingan antara jumlah koperasi aktif dengan jumlah koperasi

b. Persentase Peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam/KSP

Presentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam/KSP dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah koperasi sehat dengan jumlah koperasi aktif

Tabel 6.

Pencapaian Realisasi Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Koperasi Tahun 2011- 2015

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi 2015

2011 2012 2013 2014 Target Realisasi Capaian

Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Koperasi Persentase Koperasi Aktif 66,31 69,36 70,48 69,03 71,5% 69,88% 97,73% Persentase Peningkatan

tingkat kesehatan usaha

simpan pinjam/KSP 30,42 30,48 30,56 32,57

32% 40,45% 126,41%

Dari tabel diatas dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1. Presentase koperasi aktif

Pada tahun 2015 target persentase koperasi aktif sebesar 71,5 % dengan realisasi sebesar 69,88 % atau pencapaian kinerja sebesar 97,73 % dari target yang ditetapkan. Dalam tahun 2015 ini dari jumlah koperasi sebanyak 3.881 unit aktif sebanyak 2.712 unit dan tidak aktif sebanyak 1.169 unit atau persentase koperasi aktif sebesar 69,88 % yang terdiri dari 11 Kab/Kota mencapai target persentase koperasi aktif diatas 70% ( Kab. Agam, Kab. Pasaman Barat,Kab. Padang pariaman, Kab. Tanah Datar, Kota Bukittinggi Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kota Payakumbuh dan Kota Pariaman) dan 8 Kabupaten dengan realisasi persentase koperasi aktif dibawah 70% ( Kab. Pasaman, Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Solok Selatan, Kab. Pesisir Selatan Kab. Dharmasraya, dan Kab. Kep. Mentawai), seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.

(24)

Tahun 2015

(25)

Jumlah koperasi aktif kabupaten/kota Tahun 2015

Dinas Koperasi, UMKM Propinsi Sumatera Barat telah melakukan berbagai upaya dalam pembinaan terhadap koperasi aktif dan pembenahan kepada koperasi tidak aktif. Upaya yang telah dilakukan adalah dalam bentuk penyuluhan, bimbingan teknis, penilaian koperasi, peningkatan kompetensi SDM pengelola dan pembina koperasi, sertifikasi koperasi, dan pendampingan oleh petugas penyuluh lapangan di 19 Kab/Kota sebanyak 20 orang serta penguatan kelembagaan agar persentase koperasi aktif meningkat dari tahun sebelumnya, namun realisasi persentase koperasi tidak aktif terjadi penurunan sebesar 2,27% yang disebabkan masih banyaknya koperasi di Kabupaten/Kota yang tidak bisa dibubarkan karena ada keterkaitan dengan pihak ketiga serta adanya penumbuhan koperasi baru

Persentase koperasi aktif merupakan perbandingan antara jumlah koperasi aktif dengan jumlah koperasi. Pada tahun 2014 persentase koperasi aktif sebesar 69,03 % ,tahun 2013 sebesar 70.48%, tahun 2012 sebesar 69,36%, dan tahun 2011 sebesar 66,31%. Peningkatan koperasi aktif terlihat pada tabel dibawah ini:

Grafik 2.

Persentase Peningkatan Koperasi Aktif Tahun 2011-2015

2. Persentase Peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam/KSP

Salah satu indikator penilaian kinerja Koperasi yang memiliki usaha Simpan Pinjam adalah tingkat kesehatan usaha simpan pinjam koperasi yang bersangkutan. Dalam perkembangannya predikat sehat untuk usaha simpan pinjam koperasi tersebut sangat

(26)

penting, karena koperasi yang sehat menggambarkan bahwa koperasi tersebut telah memiliki sistem pengelolaan usaha dan manajemen yang baik.

Persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam merupakan perbandingan antara jumlah koperasi sehat dengan jumlah koperasi aktif. Pada tahun 2015 ini persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam koperasi ditargetkan sebesar 32% dan terealisasi 40,45% (1.097 unit) atau capaiannya sebesar 126,41%, seperti tabel dibawah ini :

Tabel 8.

Reakpitulasi Jumlah Koperasi Sehat Kab/Kota Tahun 2015

NO. KAB/KOTA JUMLAH

1 2 3

1 Kab. Agam 61 2 Kab. Pasaman 27 3 Kab. Lima Puluh Kota 61 4 Kab. Solok 40 5 Kab. Padang Pariaman 51 6 Kab. Pesisir Selatan 76 7 Kab. Tanah Datar 94 8 Kab. Sijunjung 40 9 Kab. Mentawai -

(27)

10 Kab. Pasaman Barat 24 11 Kab. Dharmasraya 16 12 Kab. Solok Selatan 14 13 Kota Bukittinggi 42 14 Kota Padang 347 15 Kota Sawahlunto 36 16 Kota Padang Panjang 39 17 Kota Solok 35 18 Kota Payakumbuh 60 19 Kota Pariaman 32 20 Provinsi 2

Jumlah 1.097

Capaian realisasi persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam ini disebabkan karena semakin baiknya pengelolaan usaha simpan pinjam yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui Dinas Koperasi, UMKM selalu berupaya untuk meningkat sistem manajemen koperasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam tersebut dilakukan melalui beberapa kegiatan pembinaan seperti rapat koordinasi, bimbingan teknis, dan pelatihan kepada petugas penilai kesehatan untuk 19 kabupaten/kota se- Sumatera Barat.

Jika dibandingkan dengan persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam koperasi terjadi peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2011 sebesar 30,42%, tahun 2012 sebesar 30,48%, tahun 2013 sebesar 30,56%, tahun 2014 sebesar 32,57%, dan tahun 2015 sebesar 40,45%. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja koperasi khususnya Koperasi Simpan Pinjam maupun Usaha Simpan Pinjam semakin membaik.

Grafik 3.

Persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam Tahun 2011-2015

(28)

b. Analisa Penyebab Peningkatan/Penurunan Realisasi dari Target Kinerja

Pada sasaran meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi pencapaian indikator kinerja terlihat bahwa indikator persentase koperasi aktif tidak mencapai target sedangkan indikator persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam/KSP pencapaiannya melebihi target yang telah ditetapkan. Faktor penyebab peningkatan/penurunan capaian realisasi adalah :

1. Penyebab penurunan realisasi persentase koperasi aktif ( dari target kinerja sebesar 71,5% terealisasi 69,88% dengan capaian sebesar 97,73%) adalah karena adanya penumbuhan koperasi baru melalui kegiatan penyuluhan bagi kelompok usaha ekonomi produktif untuk membentuk kelembagaan yang berbadan hukum koperasi, sehingga kelompok usaha produktif tersebut melegalkan usahanya berbadan hukum koperasi. Disamping itu masih banyaknya koperasi yang tidak melaksanakan RAT di Kabupaten/Kota seperti Kab. Pasaman, Kab. Pesisir Selatan, Kab. Kep. Mentawai.

Pada tahun 2015 Provinsi Sumatera Barat mendapatkan beberapa penghargaan di tingkat nasional terkait dengan pemberdayaan koperasi yaitu :

a. Penghargaan Satyalancana Pembangunan/Wirakarya dari Presiden RI kepada 2 Kepala Daerah (Bupati Padang Pariaman dan Walikota Padang)

b. Penghargaan Bhakti Koperasi dari Menteri Koperasi dan UKM RI kepada Kepala Dinas Perindagkoptamben Kab. Lima Puluh Kota.

c. Penghargaan koperasi berprestasi/koperasi award dari Menteri Koperasi dan UKM RI kepada KPN Wilayah Baso Kab. Agam, KPRI Guru-Guru TK/ SD/Pegawai Dinas Pendidikan Kab.Lima Puluh Kota, Primko Kepolisian RI (Primkoppol) Kota Sawahlunto, KUD Sinar Makmur Kab.Dharmasraya, Kopkar PT. PLN Cabang Padang Kota Padang, KPRI RSUD DR.Achmad Mochtar Kota Bukittinggi.

Penghargaan yang diterima oleh penggerak koperasi di Sumatera Barat menunjukkan besarnya keberpihakan, perhatian dan kepedulian yang tinggi para tokok maupun penggiat koperasi dan UMKM dalam mengembangkan koperasi dan UMKM.

(29)

Persentase koperasi aktif dari tahun 2011-2013 selalu mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2013 koperasi aktif sebanyak 2.641 unit atau sebesar 70.48%, tahun 2012 koperasi aktif sebanyak 2.628 unit atau sebesar 69,36%, dan tahun 2011 koperasi aktif sebanyak 2.482 unit atau sebesar 66,31%. Pada tahun 2014 presentase koperasi aktif mengalami penurunan dimana jumlah koperasi aktif sebanyak 2.628 unit atau sebesar 69,03%. Namun pada tahun 2015 jumlah koperasi aktif ini kembali mengalami peningkatan yaitu jumlah koperasi aktif adalah 2.712 unit. Hal ini disebabkan adanya pembenahan koperasi tidak aktif yang berpotensi untuk dapat diaktifkan kembali melalui kegiatan pendampingan langsung oleh pembina koperasi baik dari propinsi maupun dari Kabupaten/Kota. 2. Peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam koperasi ( dari target 32%

terealisasi 40,45% dengan capaiannya sebesar 128,41%) disebabkan :

a) adanya dukungan dana melalui APBN, APBD Kab/Kota/propinsi dalam pelaksanaan pembinaan dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi.

b) berfungsinya satgas pengawasan usaha simpan pinjam koperasi sesuai dengan Permenkop dan UKM No. 15/Per/M.KUKM/12/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 19/Per/MKUKM/11/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.

Sasaran 2 Meningkatnya Kinerja Usaha Koperasi Sektor Riil dan Kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP

Sasaran ini bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kinerja usaha koperasi sektor riil dan koperasi simpan pinjam.

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja

Persentase Peningkatan Volume Usaha.

Volume Usaha koperasi adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku yang bersangkutan. Presentase peningkatan volume usaha dapat dihitung dari jumlah volume usaha tahun 2015 dikurang volume usaha tahun 2014 bagi volume usaha tahun 2014 dikali 100%.

(30)

Perbandingan antara target dan realisasi tahun sebelumnya dari Sasaran 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9

Pencapaian Realisasi Sasaran Meningkatnya Kinerja Usaha Koperasi Sektor Riil dan Kinerja Usaha Simpan Pinjam

Tahun 2011-2015

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi Tahun 2015

2011 2012 2013 2014 Target Realis

asi

Capaian Meningkatnya Kinerja Usaha

Koperasi Sektor Riil dan Kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP Presentase peningkatan volume usaha 29,65 14,79 1,28 12,12 15% 9,74 64,93 Grafik 4.

Persentase Peningkatan Volume usaha Tahun 2011-2015

Berdasarkan tabel diatas pencapaian dari realisasi indikator kinerja mengalami penurunan yaitu sebesar 14,80% dari target sebesar 15% terealisasi sebesar 9,74%

(31)

atau pencapaian sebesar 64,93% dari volume usaha tahun 2014 sebesar Rp. 4.485,154 milyar naik menjadi Rp. 4.921,881 milyar pada tahun 2015.

b. Analisa Penyebab Peningkatan/Penurunan Realisasi dari Target Kinerja

Penurunan capaian realisasi indikator presentase peningkatan volume usaha disebabkan adanya penurunan volume usaha pada beberapa Kabupaten/Kota seperti Kab. Pasaman, Kab. Pasaman Barat, Kab. Solok, Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, Kota Sawahlunto, dan Kota Pariaman. Volume usaha koperasi sektor riil turun disebabkan turunnya harga sawi. Disamping itu salah satu penyebab lain turunnya volume usaha, yaitu kegiatan bantuan modal dan sarana usaha bagi koperasi yang tidak bisa dilaksanakan karena adanya kebijakan bantuan hibah kepada masyarakat untuk tahun 2015 tidak bisa direalisasikan ( sesuai evaluasi Kemendagri).

Disamping itu faktor eksternal yang mempengaruhi penurunan volume usaha koperasi adalah :

a) Volume usaha koperasi secara mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti produksi, harga, tempat usaha dan promosi. Peningkatan hasil produk koperasi yang bergerak di sektor ril akan dipengaruhi oleh tingkat persaingan dan harga pasar yang kompetitif. Selain dari tingkat persaingan dan harga juga dipengaruhi oleh tingkat pelayanan dan partisipasi anggota dalam memanfaatkan jasa dan usaha koperasi. Kemampuan Pengurus/pengelola koperasi dalam menetapkan tempat lokasi usaha serta promosi produk juga akan berpengaruh terhadap peningkatan volume usaha.

b) Volume usaha koperasi juga dipengaruhi oleh terbatasnya modal koperasi dalam pengembangan usaha. Salah satu usaha KUD adalah pengencer pupuk bersubsidi. Dalam penyediaan pupuk bersubsidi ini koperasi harus memiliki modal yang cukup untuk mendapatkan pupuk dari PT. Pusri, sedangkan modal dari koperasi tersebut sangat terbatas sehingga koperasi tidak dapat mengembangkan usahanya secara maksimal.

c) Dengan terjadinya inflasi pada tahun 2015 yang berakibat produk pertanian/perkebunan mengalamai penurunan harga, sehingga dengan terjadinya penurunan harga pada produk tersebut berakibat kepada rendahnya pendapatan koperasi.

(32)

Peningkatan volume usaha koperasi Kabupaten/Kota tahun 2014 s/d 2015 adalah sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:

Tabel 10

Rekapitulasi Volume Usaha Koperasi Kab/Kota Tahun 2014-2015

Sasaran 3 Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan usaha UMKM sehingga dalam perkembangan UMKM ini lebih terarah dan memiliki legalitas usaha

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja

Indikator kinerja dalam mencapai sasaran ini adalah Persentase UMKM yang

memiliki legalitas usaha

Legalitas Usaha merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu usaha dan produk. UMKM seharusnya memiliki legalitas usaha karena banyak sekali manfaat dari legalitas usaha, antara lain : 1) sarana perlindungan hukum; 2) sarana

(33)

promosi; 3) bukti kepatuhan terhadap aturan hukum;4) mempermudah pengembangan usaha.

Tabel 11.

Pencapaian Realisasi Sasaran Meningkatnya Legalitas Usaha UMKM Binaan Tahun 2011-2015

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi (%) Tahun 2015

2011 2012 2013 2014 Target Realisasi Capaian

Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan Presentase UMKM yang memiliki legalitas usaha 10 10 33,33 42,57 28,57 60,44 211,55

Pada table diatas dapat dilihat perbandingan target dengan realisasi kinerja tahun 2015 untuk sasaran meningkatkan legalitas usaha UMKM binaan dengan target sebesar 28,57% dapat direalisasikan sebesar 60,44% dengan capaian kinerja sebesar 211,55 % Pada tahun 2015 realisasi legalitas usaha UMKM sebanyak 303.055 produk/UMKM terdiri dari pendaftaran merek sebanyak 30 produk UMKM, sertifikasi Halal 15 produk UMKM dengan total sebanyak 45 produk UMKM, dan pendaftaran merk dari Kementerian Koperasi Dan UMKM RI sebanyak 150 produk UMKM , dan sertifikasi Halal sebanyak 33 produk UMKM, pemberian izin usaha mikro kecil sebanyak 5.000 IUMK, SIUP sebanyak 117.360 UMKM, TDP sebanyak 123.076 UMKM

Persentase UMKM yang memiliki legalitas usaha selalu mengalami peningkatan dari tahun 2012-2015. Pada tahun 2012 realisasi persentase UMKM yang memiliki legalitas usaha adalah sebesar 10%, tahun 2013 sebesar 33,33%, tahun 2014 sebesar 42,57%, dan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 5.

Persentase UMKM yang memiliki legalitas usaha Tahun 2011-2015

(34)

Peningkatan realisasi presentase UMKM yang memiliki legalitas usaha yang cukup signifikan yaitu diatas 100% yaitu dengan capaian sebesar 211,55% disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a) adanya dukungan kegiatan dan anggaran dari Kementerian Koperasi dan UKM RI berupa pemberian IUMK.

b) adanya dukungan kegiatan dan anggaran dari SKPD terkait dalam pembinaan dan peningkatan legalitas UMKM.

c) adanya kegiatan dan anggaran untuk melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang legalitas usaha UMKM

d) adanya motivasi lanjutan dari kegiatan koordinasi dan sosialisasi untuk memberikan bantuan pendaftaran merk dan sertifikasi halal bagi produk yang sudah bersaing di pasar.

Sasaran 4 Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan UMKM dalam mengakses permodalan sehingga dalam perkembangan UMKM ini lebih kuat.

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja

Indikator kinerja dalam mencapai sasaran ini adalah Persentase UMKM yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN. Salah satu kendala utama dalam pengembangan usaha UMKM adalah masalah permodalan. Untuk itu pemerintah berusaha membantu UMKM dalam mengakses permodalan melalui perbankan/ BUMN. Realisasi dari target indikator meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

(35)

Tabel 12.

Pencapaian Realisasi Sasaran Meningkatnya Kemampuan Permodalan UMKM Tahun 2011-2015

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi (%) Tahun 2015

2011 2012 2013 2014 Target Realisasi Capaian

Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM Presentase UMKM yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN 5 10 33,92 45,14 9 9,55 106,11 Grafik 6.

Persentase UMKM yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN

Tahun 2011-2015

Pada table diatas dapat dilihat perbandingan target dengan realisasi kinerja tahun 2015 , untuk sasaran meningkatnya kemampuan permodalan UMKM dengan target sebesar 9% dapat direalisasikan sebesar 11,44% dengan capaian kinerja sebesar 127,11% .

Pada tahun 2015 realisasi presentase UMKM yang mengakses permodalan ke

perbankan/BUMN sebanyak 57.349 UMKM terdiri dari akses permodalan dari program

KUR sebanyak 56.854 UMKM, program PKBL BUMN sebanyak 495 UMKM.

b. Analisa Penyebab Peningkatan/Penurunan Realisasi dari Target Kinerja

Peningkatan realisasi Presentase UMKM yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN dengan capaian 127,11% disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a) koordinasi dan sosialisasi yang intensif dengan bank pelaksana KUR dan penyalur PKBL BUMN untuk meningkatkan akses permodalan UMKM.

(36)

b) adanya koperasi pendamping KUR yang membantu UMKM dalam mengakses permodalan ke perbankan

Sasaran 5 Meningkatnya pemasaran produk UMKM

Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk UMKM sehingga produk tersebut dapat bersaing dalam pangsa pasar.

a. Perbandingan antara Target dengan Realisasi Kinerja

Indikator kinerja dalam mencapai sasaran ini adalah persentase peningkatan

UMK yang bermitra. Pada indikator ini pencapaian target dengan realisasi kinerja

tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 13.

Pencapaian Realisasi Sasaran Meningkatnya Pemasaran Produk UMKM Tahun 2011-2015

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi (%) Tahun 2015

2011 2012 2013 2014 Target Realisasi Capaian

Meningkatnya pemasaran produk UMKM Presentase peningkatan UMK yang bermitra 5 10 33,92 45,14 40 50,05 125,13 Grafik 7.

Persentase Peningkatan UMKM Yang Bermitra Tahun 2011-2015

Pada tabel diatas dapat dilihat perbandingan target dengan realisasi kinerja tahun 2015 , untuk sasaran meningkatnya pemasaran produk UMKM binaan dengan target sebesar 40% dapat direalisasikan sebesar 50,05% dengan capaian kinerja sebesar 125,13 % .

(37)

Pada tahun 2015 realisasi Presentase peningkatan UMK yang bermitra yang sebanyak 970 UMK yang terdiri dari UMKM yang bermitra pada partisipasi pameran dan bazar rakyat sebanyak 247 UMKM, UMKM pengrajin yang bermitra sebanyak 135 UMKM, UMKM yang bermitra dengan instansi terkait 318 UMKM

b. Analisa Penyebab Peningkatan/Penurunan Realisasi dari Target Kinerja

Peningkatan realisasi Presentase peningkatan UMK yang bermitra sebesar 125,13% disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a) adanya dukungan kegiatan dan anggaran dari Kementerian Koperasi dan UKM RI berupa magang bagi UMKM, pendidikan dan latihan dalam meningkatkan daya saing dan kemitraan UMKM

b) adanya dukungan pendidikan dan latihan bagi pelaku UMKM dalam peningkatan daya saing dan manajemen usaha

c) adanya dukungan kegiatan dari BUMN dan SKPD terkait dalam pembinaan dan peningkatan kemitraan UMKM.

3.1.2. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA SAMPAI DENGAN TAHUN INI DENGAN TARGET JANGKA MENENGAH YANG TERDAPAT DALAM DOKUMEN PERENCANAAN STRATEGIS ORGANISASI

Terkait dengan adanya revisi terhadap Rencana Strategis Dinas Koperasi, UMKM Tahun 2011-2015, terdapat penyesuaian indikator kinerja yang semula berorientasi output menjadi indikator kinerja yang berorientasi outcome sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendayaagunaan Aparatur Negara dan RB, dengan rincian sebagaimana tabel berikut ini:

(38)
(39)

Tabel 14

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Target Kinerja Sasaran Pada Tahun Ke

1 2 4 5

AWAL

1 Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi. Perkembangan jumlah koperasiaktif 3 3 3 3 REVISI

Peningkatan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi yang sesuai jati diri koperasi

Meningkatnya koperasi RAT Persentase koperasi aktif - - 71 71,5 AWAL 2 Peningkatan peran koperasi dalam perekonomian daerah terutama dalam pengembangan sektor riil. 1. Meningkatnya jumlah koperasi yang berusaha di sektor riil

Jumlah koperasi yang berusaha di

sector riil 10 15 25 30 Peningkatan peran koperasi dalam menghimpun dan menyediakan dana bagi UMK 1 Meningkatnya jumlah simpanan/tabungan pada koperasi. 2 Meningkatnya jumlah pemberian pinjaman koperasi.

Jumlah simpanan koperasi 135 140 150 155

REVISI Peningkatan peran

koperasi dalam pengembangan sector riil dan peningkatan kualitas KSP sebagai lembaga keuangan alternatif bagi UMK

Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP dalam permodalan dan pemberian pinjaman

Persentase Koperasi Sehat - - 31 32

Return on Aset - - 9,75 10

Aset turn over - - 1,50 1,60

3 AWAL

Peningkatan peran KUMKM dalam penciptaan lapangan kerja dan pendapatan pelaku usaha

1. Meningkatnya kemampuan wirausaha

2. Meningkatnya kesejahteraan pelaku KUMKM

1. Jumlah wirausaha baru 2. Volume usaha (omset) UMKM

60 15 120 15 210 15 240 15 REVISI Peningkatan usaha UMKM Meningkatnya kualitas kelembagaan usaha UMKM

Persentase UMKM yang memiliki

legalitas usaha - - 35 37

Persentase UMKM yang mengakses

(40)

4.2Untuk beberapa sasaran dan indikator kinerja lainnya perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi, sebagai berikut:

4.3 Sasaran 1. Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi dengan indikator: 4.41. persentase koperasi aktif dengan target sebesar 71,5% terealisasi sampai tahun

ini sebesar 69,88% dengan capaian sebesar 97,33%, jika dibandingkan dengan target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra capaian kinerja sangat baik.

4.52. persentase peningkatan tingkat kesehatan usaha simpan pinjam dengan target sebesar 32% terealisasi sampai tahun ini sebesar 40,45% dengan capaian sebesar 126,41%, jika dibandingkan dengan target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra capaian kinerja sangat baik.

4.6 Sasaran 2. Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja usaha simpan pinjam

4.7 Pada tahun 2015 dilakukan kembali revisi kinerja terhadap sasaran meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja Usaha Simpan Pinjam/KSP dengan indikator semula Return on Asset dan Asset Turn Over

menjadi persentase peningkatan volume usaha.

4.8 Sehubungan dengan hal tersebut realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi tidak dapat dibandingkan terkait dengan adanya perubahan pada indikator kinerja tersebut diatas

4.9 Selain itu pada sasaran meningkatnya kualitas kelembagaan usaha UMKM juga mengalami perubahan menjadi 3 sasaran yaitu : meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan, meningkatnya kemampuan permodalan UMKM, meningkatnya pemasaran produk UMKM

4.10 Sasaran 3. Meningkatnya legalitas usaha UMKM binaan

4.11 Indikator persentase peningkatan UMKM binaan yang memiliki legalitas usaha dengan target sebesar 28,57% terealisasi sampai tahun ini sebesar 60,44% dengan capaian sebesar 211,55%, jika dibandingkan dengan target kinerja

(41)

jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra capaian kinerja sangat baik.

4.12 Sasaran 4. Meningkatnya kemampuan permodalan UMKM

4.13 Indikator persentase UMKM binaan yang mengakses permodalan ke perbankan/BUMN dengan target sebesar 9% terealisasi sampai tahun ini sebesar 9,55% dengan capaian sebesar 106,11%, jika dibandingkan dengan target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra capaian kinerja sangat baik.

4.14 Sasaran 5. Meningkatnya pemasaran produk UMKM

4.15 Indikator persentase peningkatan UMK yang bermitra dengan target sebesar 40% terealisasi sampai tahun ini sebesar 50,05% dengan capaian sebesar 125,13%, jika dibandingkan dengan target kinerja jangka menengah yang terdapat dalam dokumen Renstra capaian kinerja sangat baik

4.16 3.1.3 EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

4.17 Sasaran 1 : Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi

4.18 Dalam mencapaian sasaran meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi dibutuhkan sumber daya seperti sumber daya manusia dan sarana prasarana. Sumber daya manusia yang digunakan dalam pencapaian sasaran tersebut berupa pengelola koperasi yang bersertifikasi ( kegiatan sertifikasi koperasi), pengelola dan pembina koperasi yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan di UPTD Balatkop, serta pembina propinsi. Untuk sarana prasarana penunjang pencapaian sasaran antara lain kendaraan operasional, peralatan dan perlengkapan kantor. 4.19 Sasaran 2 : Meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja

usaha simpan pinjam/KSP

4.20 Untuk pencapaian sasaran meningkatnya kinerja usaha koperasi sektor riil dan kinerja usaha simpan pinjam/KSP sarana pendukungnya adalah penggunaan sumber daya seperti sumber daya manusia dan sarana prasarana . Sumber daya manusia yang digunakan dalam pencapaian sasaran tersebut berupa, pengelola dan pembina koperasi yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan di UPTD Balatkop, tim satuan tugas koperasi simpan pinjam yang merupakan pembina di Kabupaten/Kota.

Referensi

Dokumen terkait

Sarjana Teknik Sipil S1, atau Teknik Pengairan S1 dengan pengalaman kerja selama 5 (lima) tahun dalam pekerjaan perencanaan pengendalian banjir (sungai), mempunyai Sertifikat

- Perlakuan suhu pengukusan daging pada pembuatan abon dari residu daging ekstraksi albumin ikan gabus yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis eksploratif yaitu suatu teknik analisa data yang menggali informasi secara jelas dan terperinci berdasarkan

Sebelum penelitian dilaksanakan maka peneliti melakukan uji validator, untuk mengetahui apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) dan Soal Pretest dan

Disisi lain, adanya merger pada ketiga perbankan syariah milik negara ini ternyata juga akan menimbulkan banyak tantangan mengingat merger dilakukan di tengah bencana

penelitian tindakan kelas. 3) Membuat RPP tentang materi yang akan diajarakan sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan keterampilan

Jika tarbiyat dari orang tua tertanam dalam diri anak-anak sejak awal bahwa dia termasuk dalam Waqfe Nau dan apapun yang ia miliki adalah milik Jemaat, maka akan ada perhatian

Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki agak pendek, tanduk termasuk menengah dan berbentuk bulan sabit, dan kulit berwarna antara hitam atau coklat,