• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Bisnis

Menurut (Alma, dalam Sugiyono,2003) “ Bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi bidang pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.”

Menurut Hughes dan Kapoor (Sugiyono,2003) “ Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapat keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Menurut Brown dan Petrello (Sugiyono,2003) “ Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Jadi bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu ataupun secara kelompok dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang dan jasa kepada masyarakat.

II.1.2. Pemegang Kepentingan Utama Dalam Bisnis

Berdasarkan Madura (2007) Pemegang kepentingan (Stakeholders), orang – orang yang mempunyai kepentingan dalam bisnis adalah :

(2)

• Pemilik

a) Wiraswasta (entrepreneur) adalah orang yang mengorganisasi, mengelola, dan mengasumsi resiko yang dihadapi untuk memulai bisnis.

b) Pemegang saham (shareholder / stockholder). Saham adalah sertifikat kepemilikan suatu perusahaan, Pemegang saham adalah seseorang yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan.

• Karyawan

a) Karyawan perusahaan diangkat untuk menyalurkan operasi perusahaan.

b) Manajer adalah karyawan yang mempunyai tanggung jawab mengelola pekerjaan yang ditugaskan kepada karyawan lain dan membuat keputusan penting perusahaan.

• Kreditor

Institusi keuangan atau individu yang memberikan pinjaman.

• Pemasok

Penyedia bahan baku dan mengantarkannya tepat waktu. • Pelanggan

(3)

Gambar II.1 Interaksi antara Pemilik, Karyawan, Pelanggan, Pemasok, dan Kreditor

Sumber : Madura (2007)

II.1.3. Jenis – jenis utama dari keputusan bisnis

Berdasarkan Madura (2007) Jenis – jenis utama dari keputusan yang terlibat dalam menjalankan bisnis dapat diklasifikasikan sebagai keputusan:

Manajemen (management)

Cara bagaimana karyawan dan sumber daya lainnya (seperti mesin) digunakan oleh perusahaan.

Pemasaran (marketing)

Cara bagaimana produk (atau jasa) dikembangkan, ditetapkan harganya, didistribusikan dan dipromosikan ke pelanggan.

(4)

Keuangan (finance)

Cara bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan dana operasi bisnisnya.

Akuntansi (accounting)

Ikhtisar dan analisis atas kondisi keuangan perusahaan dan digunakan untuk membuat beragam keputusan bisnis.

Sistem informasi (information system)

Meliputi teknologi informasi, orang, dan prosedur yang menyediakan informasi yang sesuai sehingga karyawan perusahaan dapat membuat keputusan bisnis.

II.1.4. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Menurut Thomas R. Dyckman, Roland E. Dukes, dan Charles J. Davis (2000) mendefinisikan sewa (lease) sebagai berikut:

“ Lease, yaitu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan properti, pabrik, atau peralatan (tanah atau aktiva yang dapat disusutkan), biasanya dalam periode waktu yang ditetapkan.”

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa edisi keempat Departemen Pendidikan Nasional terbitan PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2008 mendefinisikan guna sebagai berikut:

“ Guna, yaitu manfaat atau fungsi yang mendatangkan keuntungan untuk kepentingan umum.”

(5)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa edisi keempat Departemen Pendidikan Nasional terbitan PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2008 mendefinisikan usaha sebagai berikut:

“ Usaha, yaitu kegiatan yang mengerahkan tenaga (pikiran atau badan) untuk mencapai sesuatu."

Financial Accounting Standard Board (FASB- 13) yang diterjemahkan oleh Dahlan Siamat (2005) mendefinisikan sewa guna usaha (leasing) sebagai berikut:

“ Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.”

The Equipment Leasing Association (ELA-UK) yang diterjemahkan oleh Dahlan Siamat (2005) mendefinisikan sewa guna usaha (leasing) sebagai berikut:

“ Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu jenis barang (asset) tertentu langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tetap berada pada lessor. Lessee memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa leasing merupakan suatu bentuk pembiayaan barang modal yang diperlukan lesse dimana barang modal tersebut disediakan oleh lessor dan kemudian hak penggunaan barang modal tersebut dialihkan kepada lessee untuk suatu jangka

(6)

waktu tertentu. Atas penggunaan barang modal tersebut lessee harus membayar sejumlah angsuran (lease payment) kepada lessor.

Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama yaitu:

Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang

memiliki hak kepemilikan atas barang.

Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki

hak opsi pada akhir perjanjian.

Supplier adalah pihak penjual barang yang di sewa guna usahakan.

II.1.4.1. Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Keuntungan Sewa guna usaha (leasing) sebagai berikut:

1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur sedemikian rupa sesuai kondisi perusahaan. 2. Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih

sederhana dan relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan. 3. Adanya kepastian hukum, artinya suatu perjanjian leasing tidak

dapat dibatalkan dalam keadaan keuangan umum yang sangat sulit, sehingga dalam keadaan keuangan atau moneter yang sulitpun leasing tetap berlaku, yaitu di satu pihak lesse tetap berhak menggunakan barang modalnya, sedangkan di lain pihak si

(7)

lessor tetap akan menerima jumlah uang yang telah diperjanjikan sejak semula.

4. Dapat diatur pembiayaannya, baik untuk proyek besar maupun kecil, artinya baik untuk mendapatkan satu, atau dua traktor maupun untuk melengkapi suatu keseluruhan kegiatan bisnis lesse.

Kerugian sewa guna usaha (Leasing) sebagai berikut:

1. Seandainya terjadi pembatalan suatu perjanjian sewa guna usaha, maka kemungkinan biaya yang ditimbulkan cukup besar.

2. Risiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab atas barang yang dimilikinya jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang yang disebabkan oleh lesse.

II.1.4.2. Teknik Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing)

Teknik pembiayaan leasing yang digunakan pada jasa penyewaan traktor pada PT Bumireksa Nurdana Intibangun adalah Operating lease yaitu:

Operating Lease

Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di lease kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut

(8)

berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di lease kan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya.

Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:

a) Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal tersebut.

b) Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar

sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease.

c) Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas

barang-barang tersebut.

d) Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada

lessor.

e) Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu atau disebut cancellable.

Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran. Pada operating lease objek leasing di akhir masa kontrak merupakan hak milik

(9)

lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal.

II.1.4.3. Metode Perhitungan Angsuran Sewa (Lease Payment)

Penghitungan angsuran sewa dapat menggunakan dua cara. Penggunaan kedua cara tersebut memiliki konsekuensi terhadap jumlah angsuran sewa atau lease payment yang dibayarkan setiap bulannya.

1. Pembayaran di muka (Payment in advance)

Pembayaran angsuran sewa dilakukan di muka atas kontrak leasing yang telah disetujui. Oleh karena itu, metode ini sering disebut dengan angsuran sewa dibayar di muka atau payment in advance. Formula yang digunakan untuk menghitung nilai lease payment setiap bulan adalah:

di mana:

PV = nilai sekarang dari barang.

(10)

i = tingkat bunga perbulan.

n = jumlah periode angsuran.

2. Pembayaran dibayar dibelakang (Payment in arrears)

Pembayaran angsuran sewa dibayar di belakang setelah kontrak leasing disetujui, misalnya, sebulan setelah penarikan. Oleh karena itu metode ini sering disebut dengan angsuran dibayar dibelakang (payment in arrears). Formula yang digunakan untuk menghitung nilai angsuran sewa atau lease payment setiap bulan adalah:

di mana:

PV = nilai sekarang dari barang.

PV = nilai sekarang dari barang.

FV = nilai dimasa akan datang.

i = tingkat bunga perbulan.

(11)

II.1.4.4. Metode Operating Lease

Perusahaan Leasing (Lessor)

Apabila suatu sewa guna usaha digolongkan sebagai operating lease maka metode perlakuan akuntansi bagi lessor adalah operating method. Menurut metode ini, lessor tetap mencatat aktiva yang disewagunausahakan tersebut sebagai bagian dari aktiva tetap milik perusahaan leasing. Oleh karena itu, lessor tetap melakukan penyusutan atas aktiva yang di lease tersebut.

Pembayaran sewa guna usaha berkala oleh lessee akan dicatat sebagai pendapatan sewa guna usaha. Kemudian apabila lessor mengeluarkan biaya penyiapan misalnya komisi, biaya notaris dan sebagainya, maka biaya tersebut akan ditangguhkan dan diakui secara proporsional dengan pendapatan sewa guna usaha.

Jurnal Metode Operating Lease bagi Lessor:

1. Pada saat permulaan sewa guna usaha:

Aktiva sewa guna usaha xxx

Simpanan jaminan xxx

Kas xxx

2. Pencatatan penerimaan sewa guna usaha berkala:

(12)

Pendapatan sewa guna usaha xxx

3. Pencatatan penyusutan aktiva yang disewagunausahakan:

Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan xxx

Akumulasi penyusutan aktiva yang disewagunausahakan xxx

4. Penangguhan biaya – biaya penyiapan (komisi, notaris dan

sebagainya)

Biaya penyiapan yang ditangguhkan xxx

Kas xxx

5. Pengakuan biaya – biaya penyiapan secara berkala:

Biaya – biaya penyiapan xxx

Biaya – biaya penyiapan yang ditangguhkan xxx

Penyewa Guna Usaha (Lessee)

Apabila sewa guna usaha digolongkan sebagai operating lease, maka metode perlakuan akuntansi bagi lessee adalah metode operasional atau operating method. Metode ini relatif mudah dan lebih sederhana karena pembayaran sewa guna usaha berkala diperlakukan langsung sebagai biaya berdasarkan metode garis lurus. Metode ini sering pula disebut sebagai off balance sheet presentation karena dalam neraca lessee tidak tercantum transaksi sewa guna usaha yang dilakukan tersebut.

(13)

Jurnal Metode Operating Lease bagi Lessee:

Perlakuan akuntansi untuk metode ini hanyalah dengan menjurnal setiap dilakukannya pembayaran sewa guna usaha berkala, sebagai berikut:

Biaya sewa guna usaha xxx

Kas xxx

II.1.5. Pengertian Jasa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa edisi keempat Departemen Pendidikan Nasional terbitan PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2008 jasa adalah aktivitas, kemudahan, manfaat dan sebagainya yang dapat dijual kepada orang lain (konsumen) yang menggunakan atau menikmatinya.

Menurut Philip Kotler (2003) pada http://rimaru.web.id/pengertian-jasa-menurut-para-ahli/ Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan produk fisik.

Jadi jasa adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan untuk melayani dan memuaskan pelanggan.

II.2 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko peluang dimasa yang akan datang. Berikut ini adalah pengertian analisis rasio menurut para ahli:

(14)

• Analisis Rasio menurut Kuswandi (2004) adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan – perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi.

• Analisis Rasio Keuangan menurut Weston dan Copeland (2001): Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan. Analisis rasio digunakan untuk membandingkan utang perusahaan terhadap aktiva dan membandingkan bunga yang harus dibayar terhadap laba yang tesedia untuk membayar bunga.

Analisis rasio memiliki arti penting baik bagi manajemen maupun bagi investor, karena manajemen dapat mengetahui hasil kerja yang telah dicapai berdasarkan analisis yang menunjukkan likuiditas, hutang dan profitabilitas perusahaan dan membantu perusahaan untuk mengetahui masalah yang timbul, selanjutnya dapat dipakai untuk perencanaan yang akan mempengaruhi arah perusahaan dan mengantisipasi keadaan dimasa yang akan datang. Bagi investor analisis ini digunakan sebagai informasi untuk memprediksi dan mengamati keadaan perusahaan, sehingga investor dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

II.2.1 Jenis – jenis Analisis Rasio Keuangan

Untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio – rasio keuangan yang mencerminkan aspek – aspek tertentu. Rasio – rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka – angka yang ada dalam neraca ataupun laba rugi dan juga rasio yang dibuat menurut kebutuhan penganalisa.

(15)

Menurut Bambang Riyanto (2001) membagi rasio keuangan menjadi 4 rasio utama yaitu:

1. Rasio Likuiditas.

• Current Ratio : Membandingkan aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam satu tahun dan kewajiban yang harus dibayar dalam satu tahun.

Rumusnya : Current assets

Current liabilities

• Quick (acid – test) Ratio : Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya dengan alat yang paling likuid yang dimiliki oleh pihak perusahaan. Rasio ini dirumuskan dengan aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi dengan hutang lancar perusahaan.

Rumusnya : Current assets - Inventory Current liabilities 2. Rasio Aktivitas.

• Inventory Turnover : Rasio ini menunjukkan posisi persediaan dan berapa kali dana yang ditanamkan dalam persediaan berputar pada suatu periode. Semakin besar turn over berarti semakin baik bagi perusahaan karena dianggap penjualan berjalan dengan cepat.

(16)

Rumusnya sebagai berikut: Cost of revenues Inventory

• Account Receivable Turnover : Rasio ini menunjukkan besarnya modal kerja yang tertanam dalam piutang dan berapa kali piutang rata-rata ditagih dalam periode tersebut. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin rendah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.

Rumusnya sebagai berikut: Sales

Account receivable

• Days of Receivable Period : Rasio ini menunjukkan berapa lamanya dana perusahaan yang ditanamkan dalam piutang dan rata-rata waktu untuk menagih atau mencairkan piutang. Semakin kecil rasio ini semakin baik bagi perusahaan karena semakin cepat piutang dapat dicairkan.

Rumusnya sebagai berikut: Days of the year

Account receivable turnover

• Account Payable Turnover : Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali utang dagang perusahaan berputar dalam setahun. Rumusnya sebagai berikut: Purchase

Account payable

• Days of Payable Period : Rasio ini menunjukkan umur rata-rata utang dagang atau rata-rata periode pembayaran.

(17)

Rumus nya sebagai berikut: Days of the year

Account payable turnover

• Total assets turnover : Rasio ini mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.

Rumusnya sebagai berikut: Sales

Total assets

3. Rasio Profitabilitas.

• Gross Profit Margin : Rasio ini menunjukkan berapa besar laba kotor yang dapat diperoleh perusahaan untuk setiap rupiah penjualan pada periode yang sama.

Rumusnya sebagai berikut: Gross profit

Sales

•Operating Profit Margin : Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

(18)

Rumusnya sebagai berikut: Operating profit (EBIT)

Sales

• Net Profit Margin : Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih yang diperoleh pada tingkat penjualan yang telah dilakukan dan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba cukup tinggi.

Rumusnya sebagai berikut: Net profit (EAT)

Sales

II.2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Keown (2001) tujuan rasio keuangan adalah untuk menjawab: 1. Tingkat likuiditas perusahaan.

2. Keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan.

3. Dana perusahaan.

4. Tingkat pengembalian pemegang saham biasa. II.3 Manajemen Risiko

Kondisi dunia usaha selalu penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut menimbulkan risiko usaha yang dihadapi oleh perusahaan. Manajemen tidak bisa menghindari adanya risiko usaha. Sehubungan dengan itu, maka perusahaan berinisiatif untuk mengelola risiko tersebut. Pengelolaan risiko yang baik dapat menghindarkan

(19)

perusahaaan dari kondisi yang tidak diinginkan. Cara – cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengelola risiko disebut manajemen risiko.

Menurut Djojosoedarso (2003) manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, termasuk risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Penanggulangan tersebut mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, mengkoordinasi dan mengawasi.

Menurut Djohanputro (2008) Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan risiko. Dalam mengelola risiko langkah – langkah manajemen risiko sebagai berikut (ICAEW,2002):

1. Pengidentifikasian risiko – risiko yang mungkin mengancam kegiatan operasi perusahaan, analisis dan penilaian profitabilitas serta dampak potensial risiko yang tidak terpisahkan dari strategi perusahaan.

2. Pemilihan teknik yang sesuai untuk menangani risiko berdasarkan pada probabilitas terjadinya risiko tersebut dan dampak yang dihasilkannya.

3. Mengimplementasikan pengendalian untuk mengelola risiko yang tersisa. 4. Mengawasi keefektivitasan manajemen risiko.

5. Belajar dari pengalaman dan membuat perbaikan terhadap manajemen risiko. II.4 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini meliputi:

(20)

1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat langsung dan mengamati kegiatan yang sedang berjalan pada PT. Bumireksa Nurdana Intibangun.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh gambaran serta keterangan yang lebih mendalam sehubungan dengan skripsi ini.

c. Evaluasi

Merupakan teknik dengan mengevaluasi data-data yang diperoleh dari perusahaan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui pencarian dan pengumpulan data dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan teori-teori yang sesuai.

II.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian – penelitian sebelumnya yang memfokuskan kepada topik sewa guna usaha jasa traktor. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Henry Wijaya dari Binus University, Indonesia, Jakarta yang meneliti mengenai “Evaluasi

(21)

Praktek Akuntansi Sewa Guna Usaha Dari Segi Lessor Pada PT. KMP”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang praktik akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan perusahaan pembiayaan (Lessor) dan mengevaluasi praktik akuntansi sewa guna usaha lessor untuk dibandingkan dengan standar teori yang berlaku.

Berdasarkan evaluasi terhadap praktik akuntansi sewa guna usaha di PT KMP dalam kedudukannya sebagai lessor maka ditarik kesimpulan: 1) Pencatatan, pelaporan dan pengungkapan transaksi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT KMP telah sesuai dengan teori dan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia tentang akuntansi sewa guna usaha. 2) Dalam perhitungan pembayaran angsuran sewa guna usaha yang harus dibayar oleh lessee, perusahaan memasukkan biaya asuransi yang merupakan biaya eksekutori ke dalam harga pokok barang yang disewagunausahakannya kepada lessee. Hal inilah yang tidak sesuai dengan teori akuntansi. 3) PT KMP hanya mengakui pendapatannya pada saat menerima cash saja dan tidak mencatat pendapatan yang masih harus diterimanya pada akhir bulan dan tahun sehingga pencatatan pendapatan perusahaan tidak mencerminkan pendapatan pada periode berjalan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian di atas terletak pada objek yang digunakan dalam sewa guna usaha tersebut. Henry Wijaya melakukan penelitian terhadap laporan keuangan perusahaan dari segi lessor pada tahun 2001, sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan di bidang jasa penyewaan traktor dan fokus sewa guna usaha dengan menggunakan metode operating lease.

Penelitian kedua dilakukan oleh Handaka dan Joyo Winoto, mengenai “Proses Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian di Indonesia”, Isi dari penelitian tersebut

(22)

bahwa dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan (traktor) dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin.

Usaha jasa penyewaan alsintan (traktor) oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan manajemen kelompok tani dan KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan. Meningkatkan jasa penyewaan alat dan mesin pertanian agar petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan (traktor) dapat menggunakan alsintan (traktor) dan mendapatkan manfaat darinya. Dalam usaha sewa jasa alsintan (traktor), kemampuan manajemen dan profesionalisme kelompok tani dan KUD perlu ditingkatkan agar mendapatkan keuntungan dari sewa jasa yang dilakukan.

Jadi, penelitian terdahulu yang mengenai “Proses Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian di Indonesia” oleh Handaka dan Joyo Winoto mendapatkan hasil bahwa:

1. Bahwa penyewaan alat pertanian (traktor) dikoordinir melalui kelompok tani dan KUD dimana terjadi kurangnya profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik.

2. KUD dan kelompok tani dalam hal ini sebagai pihak yang menyewakan alat pertanian (traktor) tidak mendapatkan keuntungan yang optimal.

(23)

Penelitian yang saya tulis membahas mengenai jasa penyewaan traktor yang dikelola oleh pihak swasta melalui sewa guna usaha dengan metode operating lease, diharapkan mendapatkan hasil yang lebih optimal, baik dari sisi perusahaan (lessor) maupun dari sisi penyewa traktor (lessee)

Gambar

Gambar  II.1  Interaksi  antara  Pemilik,  Karyawan,  Pelanggan,  Pemasok,    dan     Kreditor

Referensi

Dokumen terkait

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap meningkat cukup tinggi dari 16.28 persen

Penegakan hukum di Indonesia sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga penegakan hukum di Indo Sistem pemenjaraan yang sangat

The conclusions of this study are age, occupation, income, patient satisfaction , illness perception , fear of treatment, competitive advantage , and comparative

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

Apabila sosok model mengalami keberhasilan dalam bidang pekerjaan, maka sales tersebut akan memiliki kepercayaan bahwa dirinya pun mampu melakukan aktivitas yang

memperoleh data tentang variabel yakni kedisiplinan mengajar guru. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai hasil

Dalam penelitan ini akan dilakukan peralihan peran dalam pendataan, pengolahan, dan penyajian informasi dilakukan oleh aparat desa atau kelurahan hingga RW dan RT

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas 1 Kembaran.. Metode: