• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan pembelajar bahasa asing pada pendidikan informal. Min Seon-Hee (2009:1), dalam tesisnya mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran tersebut, pembelajar akan menyerap semua pengetahuan bahasa dan mempraktikkannya. Dalam proses menguasai bahasa asing, pembelajar tidak akan lepas dari proses kesalahan berbahasa. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh seperti kurangnya pemahaman terhadap bahasa asing dan interferensi bahasa ibu si pembelajar.

Menurut Corder via Min Seon-Hee (2009:2), kesalahan dalam pembelajaran bahasa asing ini dibedakan menjadi dua, yaitu mistake atau errors of performance dan error atau errors of competence. Penyebab terjadinya mistake tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang sistem bahasa. Mistake adalah penyimpangan yang tidak sistematis, dapat terjadi akibat faktor psikologis, seperti kelelahan yang mengakibatkan turunnya daya konsentrasi. Sementara error merupakan kesalahan yang sistematis, konsisten, karena kurangnya pengetahuan tentang bahasa.

Kesalahan dalam pembelajaran bahasa asing juga dijumpai dalam proses pembelajaran menerjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa ibu. Faktor kesalahan

(2)

yang ada pun sama dengan faktor kesalahan berbahasa, yaitu karena kurangnya kurangnya pemahaman terhadap bahasa asing dan interferensi bahasa ibu si pembelajar. Dalam suatu kalimat, unsur inti dan penentu makna kalimat adalah predikat. Kridalaksana (1983:176) mengungkapkan bahwa predikat suatu kalimat diperankan oleh verba. Oleh karena itu, kesalahan penerjemah verba selaku predikat akan mengubah makna kalimat secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pembaca teks bahasa sasaran menerima informasi yang salah. Berikut contoh kesalahan dalam menerjemahkan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia oleh pembelajar bahasa Jepang di Universitas Gadjah Mada yang mengambil mata kuliah Penerjemahan semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

(1) Jibun ga minna ni mitomerareteireba, sore diri sendiri – par – semua orang – oleh – bilamana diakui – itu – dake de manzoku na n desu. (Chinmoku, hal 193) hanya – dengan – puas – mod – mod – kop

*‟Jika diri sendiri diperbolehkan pada semua, hanya itu saja kepuasan.‟

„Bilamana aku diakui oleh semua orang, aku akan puas hanya dengan hal itu.‟

Kalimat (1) tersebut memperlihatkan kesalahan penerjemahan verba dalam pemilihan padanan kata yang tepat untuk verba mitomerareteireba. Dalam Kamus Jepang – Indonesia karya Kenji Matsura, verba mitomerareteireba yang memiliki bentuk kamus mitomeru memiliki beberapa padanan kata, salah satunya adalah „memperbolehkan‟ (2005:645). Namun pada konteks kalimat (1), padanan kata tersebut tidak sesuai dengan makna verba bahasa sumber. Kesalahan lainnya juga dapat dilihat pada kalimat berikut.

(3)

(2) Okaasan ga sou itteru n da. ibunya – par – demikian –mengatakan– par – kop (Chinmoku, hal 205)

*‟Seperti yang diceritakan ibunya.‟ „Ibunya mengatakan demikian.‟

Pada kalimat (2) dapat dilihat bahwa penerjemah salah menerjemahkan verba itteru. Kesalahan tersebut berupa mengubah bentuk verba aktif dalam bahasa sumber menjadi verba pasif dalam bahasa sasaran. Sebaliknya, kesalahan penerjemahan dimana penerjemah mengubah bentuk verba pasif menjadi verba aktif dapat dilihat pada verba nagurareta dari kalimat berikut.

(3) Yohodo hidoku nagurareta n da yo. (Chinmoku, hal 205)

cukup – parah – dipukul – par – kop – lho *‟Memukulinya dengan sangat parah.‟

„Ia dipukuli dengan cukup parah.‟

Dalam bahasa Jepang, verba nagurareta merupakan verba pasif, sedangkan penerjemah menerjemahkan verba tersebut ke dalam bentuk verba aktif. Kesalahan ini menyebabkan terjadinya penyimpangan makna kalimat. Kesalahan penerjemahan verba pada karya terjemahan cerpen Chinmoku juga dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.

(4) Kurasu de mo ichimokuokareteita shi, kyoushi ni mo

kelas – di – juga – dihormati – par – guru – oleh – juga – kawaigarareteimashita. (Chinmoku, hal 191)

disayangi

*‟Di kelas pun dihargai, bagi pengajar pun dia merupakan murid yang manis.‟

(4)

(5) Daibubun wa toshiue de, mou shigoto wo sebagian besar – par – lebih tua – par – sudah – pekerjaan – par – motteiru hitotachi datta n desu ga, karera memiliki – orang-orang – kop – mod – kop – tetapi – mereka – to wa totemo tanoshiku tsukiau koto ga dekimashita. dengan – par – sangat – senang – bergaul – hal – par – dapat (Chinmoku, hal 201)

*‟Sebagian besar lebih tua, orang-orang yang sudah mempunyai pekerjaan, tetapi aku bisa berkencan dengan merekadengan sangat senang.‟

„Sebagian besar adalah orang-orang yang lebih tua yang sudah memiliki pekerjaan, tetapi (aku) dapat bergaul dengan mereka dengan senang.‟

Pada kalimat (4) terjadi kesalahan penerjemahan verba berupa pengubahan kategori kata oleh penerjemah. Verba pada kalimat bahasa sumber diubah menjadi kategori kata lain dalam terjemahan bahasa sasaran, yaitu verba bahasa Jepang kawaigarareteimashita menjadi adjektiva bahasa Indonesia „manis‟. Sementara pada kalimat (5) penerjemah melakukan kesalahan dalam memilih padanan verba sesuai dengan konteks kalimat. Verba yang mengalami kesalahan tersebut adalah verba tsukiau.

Jika penerjemah mampu memahami setiap komponen penyusun kata, maka akan didapatkan terjemahan yang tepat. Namun kesalahan pada verba yang terdapat pada kalimat-kalimat di atas menunjukkan bahwa penerjemah belum mampu menerjemahkan dengan benar ke dalam bahasa sasaran. Akibatnya, terjadi penyimpangan makna pada kalimat terjemahan. Terjemahan kata yang tidak sesuai dengan makna bahasa sumber tidak akan menyampaikan pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber.

(5)

Menerjemahkan suatu teks berbahasa sumber ke dalam teks berbahasa sasaran bukan hanya sekedar mengganti dari suatu bahasa ke bahasa lain, tetapi mengganti kata-kata ke bahasa sasaran yang sesuai dengan makna yang terkandung dalam teks berbahasa sumber. Dapat dikatakan bahwa menerjemahkan adalah pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan mengungkapkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk bahasa sasaran yang mengandung makna yang sama dengan bentuk-bentuk bahasa sumber tersebut (Simatupang, 2000:2).

Kesesuaian makna antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran merupakan hal yang perlu diperhatikan. Teks bahasa sasaran yang tidak sesuai dengan pesan dalam teks bahasa sumber dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan informasi yang diterima oleh pembaca teks bahasa sasaran. Misalnya, dalam menerjemahkan suatu karya sastra, apabila teks hasil terjemahan tidak sesuai dengan makna teks bahasa sumber, maka akan didapatkan karya sastra yang ceritanya tidak lagi sama dengan aslinya.

Kesepadanan makna merupakan hal yang harus dicapai dalam penerjemahan. Makna yang tidak mampu disampaikan oleh penerjemah kepada pembaca bahasa sasaran akan menyebabkan kekeliruan pemahaman. Pada contoh kalimat yang diambil dari cerpen Chinmoku di atas, dapat dilihat bahwa penerjemah belum mampu mengalihbahasakan teks atau kalimat bahasa sumber dengan baik dan benar. Kesalahan penerjemahan verba yang terjadi menyebabkan penyimpangan dan tidak tersampaikannya makna kalimat kepada pembaca bahasa

(6)

sasaran. Pada penilitian ini, penerjemah yang dimaksud adalah pembelajar bahasa asing, bukan penerjemah profesional.

Cerpen Chinmoku dipilih sebagai data penelitian ini karena cerpen tersebut merupakan salah satu cerpen yang memiliki cerita yang panjang. Selain itu, cerpen tersebut merupakan satu-satunya cerpen yang semua kalimatnya telah diterjemahkan. Berdasarkan hal tersebut penulis berasumsi bahwa kesalahan penerjemahan verba akan ditemukan paling banyak pada karya terjemahan cerpen Chinmoku. Cerpen Chinmoku sendiri adalah salah satu cerpen yang terdapat pada buku kumpulan cerpen karangan Haruki Murakami yang berjudul Hajimete no Bun’gaku. Chinmoku merupakan cerpen keenam belas dari tujuh belas cerpen yang terdapat dalam buku tersebut.

Proses menerjemahkan teks bahasa sumber dalam penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran bahasa asing. Kesalahan-kesalahan dalam penerjemahan verba yang ditemukan pada cerpen Chinmoku akan dianalisis untuk kemudian dideskripsikan pada hasil penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa bentuk-bentuk kesalahan penerjemahan kategori kata verba yang ditemukan dalam hasil terjemahan pertama dari buku karya Haruki Murakami oleh mahasiswa yang peserta mata kuliah Penerjemahan semester ganjil tahun ajaran 2012/2013?

(7)

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bidang penerjemahan yang berfokus pada penerjemahan verba/kata kerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari salah satu karya terjemahan cerpen karangan Haruki Murakami yang berjudul Chinmoku. Cerpen tersebut diterjemahkan oleh beberapa peserta mata kuliah Penerjemahan semeseter ganjil tahun ajaran 2012/2013 sebagai salah satu tugas perkuliahan. Penelitian ini tidak mencakup seluruh kesalahan yang ditemukan pada karya terjemahan tersebut, tetapi hanya kesalahan penerjemahan verba dan yang berkaitan dengan verba tersebut. Hal ini didasari oleh pertimbangan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan penerjemahan yang berkaitan dengan verba yang ditemukan dalam terjemahan pertama mahasiswa peserta mata kuliah Penerjemahan dan solusi agar tidak terjadi kesalahan penerjemahan tersebut.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini akan mengacu pada beberapa referensi berupa literatur dan peneltian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penerjemahan dan analisis kesalahan dalam bidang linguistik. Berikut merupakan tinjauan pustaka yang menjadi acuan penelitian ini.

Pertama, tesis yang ditulis oleh Tanipu (2010) dengan judul “Analisis Kesalahan Penerjemahan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia: Studi Kasus di

(8)

Pusat Pelatihan Bahasa dan Penyiapan Studi Luar Negeri Universitas Negeri Gorontalo”. Dalam tesisnya, Tanipu mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penerjemahan yang dilakukan oleh penerjemah di Pusat Pelatihan Bahasa dan Penyiapan Studi Luar Negeri Universitas Negeri Gorontalo, serta menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan penerjemahan. Hal tersebut juga menjadi tujuan penelitian yang ia lakukan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari terjemahan teks bidang linguistik dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh penerjemah di Pusat Pelatihan Bahasa dan Penyiapan Studi Luar Negeri Universitas Negeri Gorontalo dan hasil wawancara mendalam dengan para penerjemah. Hasil pengamatan terhadap proses penerjemahan juga digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.Tanipu berpendapat bahwa analisis kesalahan penerjemahan perlu dilakukan guna mengontrol kualitas terjemahan.

Penelitian ini dilakukan dengan memilah data ke dalam beberapa bagian yakni, bagian kata, frase, klausa, dan kalimat. Kemudian kelompok data tersebut dianalisis dan dipilah lagi menjadi pasangan data yang sudah ekuivalen dan yang belum ekuivalen. Selanjutnya, Tanipu menganalisis data yang belum ekuivalen secara lebih rinci guna melihat tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan dari teks terjemahan.

Dari hasil penelitian ini, Tanipu menyimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan yang ada pada teks terjemahan bidang linguistik yang ia jadikan data digolongkan menjadi dua, yaitu kesalahan referensial dan kesalahan linguistik. Kesalahan referensial berupa kesalahan penerjemahan faktar dan proposisi,

(9)

penerjemah tidak mencantumkan informasi tambahan tentang istilah yang sulit dipahami pembaca teks terjemahan, dan tindakan penerjemah yang tidak menerjemahkan beberapa bagian teks bahasa sumber. Kesalahan linguistik meliputi kesalahan penerjemahan pada tataran kata, kesalahan penerjemahan frase, kesalahan penerjemahanklausa dan kalimat, dan kesalahan penerjemahan pronomina.

Kedua, penelitian mengenai analisis kesalahan oleh Min Seon-Hee pada tahun 2009. Dalam tesisnya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Korea (Studi Kasus Karangan Mahasiswa Jurusan Bahasa Korea, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada), ia memaparkan kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada kategori pelafalan, tata bahasa, dan kosakata, dan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan pada karangan bahasa Korea yang ditulis oleh pembelajar Indonesia.

Menggunakan kumpulan karangan yang ditulis oleh 20 mahasiswa yang mengambil kuliah Menulis V pada semester genap 2008 sebagai data, Min Seon-Hee melakukan analisis data secara kualitatif berdasarkan langkah-langkah penelitian analisis kesalahan. Langkah analisis kesalahan ini akan digunakan sebagai acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini. Langkah analisis tersebut sebagai berikut. Pertama, menganalisis kalimat dalam data yang telah dikumpulkan. Kedua, berdasarkan hasil analisis, dideskripsikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya. Ketiga, memperbaiki kesalahan dengan catatan arti atau kalimat harus tetap sama.

(10)

Dari hasil analisis data oleh Min Seon-Hee, ditemukan kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan yang disebabkan oleh adanya perbedaan sistem dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Pada kategori tata bahasa, terjadi kesalahan yang terkait dengan penggunaan partikel, ending, kala, sistem honorifik, dan struktur. Pada kategori kosakata, ditemukan bentuk kesalahan yang dipengaruhi oleh terjemahan langsung dari bahasa Indonesia. Sistem bahasa Korea dan bahasa Jepang yang hampir serupa menjadi pertimbangan peneliti untuk menjadikan hasil penelitian Min Seon-Hee sebagai acuan.

Ketiga, penelitian tentang kritik terjemahan pernah dilakukan oleh Hana Nimashita pada tahun 2004. Ia menyatakan bahwa kritik terjemahan adalah penghubung yang esensial antara teori terjemahan dan penerjemahan (2004:36). Dalam skripsinya, Hana Nimashita melakukan analisis terhadap kesepadanan terjemahan kosakata budaya pada komik Chibi Maruko-chan. Kebudayaan Jepang dan kebudayaan Indonesia yang berbeda menyebabkan permasalahan dalam menerjemahkan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebudayaan Jepang ke dalam Bahasa Indonesia. Alasan komik Chibi Maruko-chan dijadikan sebagai objek penelitian adalah, cerita yang terdapat pada komik tersebut mengenai kegiatan sehari-hari orang Jepang sehingga banyak memuat kosakata budaya dan istilah yang berkaitan dengan kebudayaan Jepang dalam komik tersebut cukup sering muncul dalam komik-komik lain atau majalah yang diterjemahkan dari bahasa Jepang. Nimashita menggunakan metode dan prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark sebagai alat analisis

(11)

untuk mengetahui sejauh mana padanan tersebut memiliki kesepadanan yang wajar.

Dalam tulisannya, Nimashita (2004:7) menyatakan bahwa kesepadanan terjemahan adalah hal yang sangat penting karena hasil terjemahan yang baik akan menyampaikan pesan sesuai dengan teks sumber tanpa mengubah pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh teks sumber. Ia juga menjelaskan bahwa dalam penerjemahan, penerjemah harus memahami adanya berbagai makna dalam suatu kosakata untuk menemukan padanan yang tepat (2004:19). Metode analisis yang digunakan oleh Nimashita adalah mengelompokkan data ke dalam kategori kosakata kebudayaan sosial dan kebudayaan material yang dikemukakan oleh Newmark. Selanjutnya Nimashita melakukan analisis singkat teks bahasa sumber, analisis maksud penerjemah, membandingkan teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran, dan evaluasi terjemahan.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Nimashita, penelitian lain mengenai kritik terjemahan yang menjadi acuan penelitian ini adalah skripsi yang ditulis oleh Agung Setyo Nugroho pada tahun 2004. Nugroho membahas kritik terjemahan pada teks terjemahan Jepang-Indonesia yang berjudul Choonan. Teks terjemahan tersebut didapat dengan meminta responden yang seluruhnya adalah mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang untuk menerjemahkan teks berbahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Nugroho (2004:2), benar tidaknya dan baik buruknya suatu terjemahan merupakan hal yang relatif, karenanya perlu adanya kriteria penilaian terjemahan yang sistematis guna mengetahui keabsahan dan tingkat

(12)

keterpercayaan suatu karya terjemahan. Dalam penelitiannya, Nugroho menggunakan cara berikut untuk melakukan penilaian terjemahan. Pertama, Nugroho menilai ada tidaknya penyimpangan makna referensial baik pada tataran kata maupun kalimat. Kemudian dilanjutkan menilai sejauh mana penerjemah dapat melakukan pemadanan dilihat dari aspek linguistik dan pragmatik. Setelah itu menilai kewajaran penggunaan sebuah kata atau kalimat dalam bahasa sasaran. Terakhir, hal yang dinilai oleh Nugroho adalah ejaan.

Dari keseluruhan penelitian analisis kesalahan dan penelitian tentang kritik terjemahan yang dipaparkan di atas, penulis belum menemukan penelitian yang membahasa mengenai kesalahan penerjemahan verba. Penelitian tentang analisis kesalahan penerjemahan memang sudah pernah dilakukan, tetapi objek data penelitian dan hasil yang diharapkan dari penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

1.6 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori penerjemahan yang dikemukan oleh Newmark dan teori doushi atau verba sebagai landasan. Doushi atau verba memiliki karakteristik dasar yaitu dapat menjadi predikat meskipun berdiri sendiri dan berkonjugasi sesuai dengan fungsinya dalam suatu kalimat (Masuoka dan Takubo, 1997:12). Selain itu penelitian ini juga menggunakan langkah analisis kesalahan penerjemahan yang juga dikemukakan oleh Newmark sebagai landasan.

(13)

1.7 Metode Penelitian

Pengumpulan data merupakan langkah pertama yang akan dilakukan penulis. Data-data dalam penelitian ini diambil dari salah satu karya terjemahan pertama dari kumpulan cerpen Haruki Murakami yang diterjemahkan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Penerjemahan semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data. Data dianalisis berdasarkan langkah-langkah penelitian analisis kesalahan. Data akan diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan kelompok kesalahan penerjemahan verba yang ditemukan pada proses analisis data. Setelah itu, kesalahan-kesalahan yang ditemukan akan dideskripsikan. Pada tahap akhir akan dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis data.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penjelasan dan pembahasan, penulis akan membagi menjadi beberapa bab seperti berikut. Bab satu meliputi: 1) latar belakang masalah, 2) rumusan masalah, 3) ruang lingkup penelitian, 4) tujuan penelitian, 5) tinjauan pustaka, 6) landasan teori, 7) metode penelitian, dan 8) sistematika penulisan. Kemudian di lanjutkan dengan bab dua yang akan membahas mengenai landasan teori yang terbagi dalam beberapa sub-bab yakni: 1) definisi penerjemahan, 2) jenis-jenis penerjemahan, 3) proses penerjemahan, 4) prosedur penerjemahan, 5) definisi verba, 6) verba dalam bahasa Jepang, 7) analisis kesalahan, 8) analisis kesalahan penerjemahan, dan 9) prosedur analisis kesalahan penerjemahan. Bab tiga memaparkan hasil analisis data berupa

(14)

deskripsi kesalahan-kesalahan yang ditemukan. Kemudian kesimpulan mengenai penilitian ini akan dipaparkan pada bab terakhir, yaitu bab empat.

Referensi

Dokumen terkait

kanan: “Hal yang paling mempengaruhi pada dinas kelautan dan perikanan adalah ku- rangnya sumber daya. Hal ini menyebabkan kurangnya pengawasan langsung dilapangan. Baik itu

Untuk arus DC dan berfrekuensi rendah pembagi tegangan cukup akurat jika dibuat hanya dari 2 resistor, dimana respon frekuensi dengan bandwidth yang lebar sangat diperlukan

Dengan demikian X 2 hitung lebih besar dari pada X 2 tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan yang dikelola mempunyai hubungan nyata dengan tingkat

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Adapun konsep diri dari aspek fisik yang dirasakan oleh responden 2 sesuai dengan hasil wawancara adalah :Bahwa Septi merasa kalau ia berjilbab mode, ia akan terlihat

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

Semangat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

Menunjukkan bahwa terdapat 13 responden yang mengalami beban berat dan memiliki kemampuan tidak baik dalam merawat pasien perilaku kekerasan.. Hasil uji