• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA DANGKE DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG RISWANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA DANGKE DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG RISWANTO"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA DANGKE DI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

Disusun Dan Diajukan Oleh :

RISWANTO

Nomor Stambuk : 105610467813

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMUH SOSIAL DAN ILMUH POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA DANGKE DI KECAMATAN ANGGERAJA

KABUPATEN ENREKANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun Dan Diajukan Oleh :

RISWANTO

Nomor Stambuk : 105610467813

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawa ini

Nama Mahasiswa : Riswanto

Nomor Stambuk : 105610467813

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesunguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 03 Februari 2019

Yang Menyatakan,

(6)

v ABSTRAK

RISWANTO. Peran pemerintah dalam Pemberdayaan Pengusaha Dangke Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh Mappamiring dan Adnan Ma'ruf).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat pengusaha dangke di Kabupat Enenrekang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analisis untuk mengetahui mengenai pemberdayaan masyarakat pengusaha dangke di Kabupaten Enrekang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan filed research meliputi observasi, wawancara dan dokumenter. Data dianalisis melalui analisis deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Peranan Pemerintah di Kabupaten Enrekang dalam Pemberdayaan masyarakat Pengusaha Dangke ada 3 yaitu Tatanan regulasi, Pembinaan dan Pelatihan. Faktor pendorong pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat pengusaha dangke adalah Partisipasi Masyarakat, Kekayaan Sumber Daya Alam, Bantuan Modal, Pemasaran, Tingginya Permintaan Dari Konsumen. Sedangkan faktor penghambatnya adalah Keterbatasan Anggaran dan modal, Belum Ada Peralatan Yang Canggih Untuk produksi, Kemampuan untuk memenuhi kualifikasi pasar terkait BPOM dan Halal, Pembangunan Tempat Usaha.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

ا ِمــــــــــــــــْسِب

ِﷲ

مي ِح َّرلا ِنَمْح َّرلا

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillahirabbil‟alamin segala puji hanya milik Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis hanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai satu-satunya uswah dan qudwah, petunjuk jalan kebenaran dalam menjalankan aktivitas keseharian kita. Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya teriring sujud dan terima kasihku kepada orang tua tercinta, ayahanda Lasa dan Ibunda Sahati yang tidak pernah sedikitpun melewatkan hidupnya untuk mencurahkan, semangat kasih sayang dan doanya yang tulus selama ini sehingga terselesainya studi S1 penulis. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Mappamiring,M.Si selaku pembimbing I dan bapak Adnan Ma’ruf,S.Sos.M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dapat menyusun skripsi dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik,S.Sos.M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq,S.Sos,M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dosen Penasehat Akademik, Dr.Abdul Mahsyar,M.Si yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat demi tercapainya prestasi yang baik.

5. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Pemerintah Kabupaten Enrekang, khususnya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas bantuannya dan kesediaan menjadi informan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

7. Ayahanda Lasa dan Ibunda Sahati yang senantiasa dan tidak pernah lelah menasehati, mengarahkan, mendoakan memberikan semangat dan bantuan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Saudara saudariku Ramlan,Rismawari Lasa, Hairul Hidayat terima kasih atas doa dan dukungannya.

9. Para sahabat seperjuangan: Suhardi, Henra, Raif, Sapriadi, Andi Akbar,dan Iksan serta teman-teman kelas B Administrasi Negara Angkatan 2013 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

(9)

viii

Skripsi ini bukanlah akhir dari sebuah pembelajaran karena sesungguhnya ini merupakan awal untuk kembali memulai fase pembelajaran yang lain. Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai pembelajaran diri. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridho dari Allah SWT amin.

Makassar, 03 Februari 2019

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata pengantar ... vi

Daftar isi ... ... vii

Daftar bagan ... xi Daftar tabel ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Keguanaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori ... ... 8

1. Konsep Peran ... 8

2. Konsep Pemerintah ... 11

3. Tugas Pokok Pemerintah... 14

4. Kebijakan Publik ... 17

5. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 20

6. Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)Dangke ... 33

B. Kerangka Pikir ... 36

C. Fokus Penelitian ... 38

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELTIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 40

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 41

D. Informan Penelitian ... 41

E. Metode Pengumpilan Data ... 42

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 44

1. Dinas Peternakan dan Perikanan ... 44

2. Profil Kabupaten ... 45

3. Geografi dan Iklim ... 45

B. Karakteristik Informal ... 48

1. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

2. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur ... 48

3. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 49

4. Karakteristik Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 50

5. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendapatannya ... 51

C. Perana Pemerintah Dalam Pemberdayaan Pengusaha Dangke di Kecamatan Anggeraja Kabupatan Enrekang ... 52

1. Peran Pemerintah ... 53

1.a. Pembinaan/Pelatihan ... 53

2.b. Tatanan Regulasi ... 59

2. Faktor pendorong Pemberdayaan Pengusaha Dangke Di Kabupaten Enrekang ... 62

2.a. Partisipasi Masyarakat ... 62

2.b. Kekayaan Sumber Daya Alam ... 65

2.c. Bantuan Modal ... 65

2.d. Pemasaran ... 67

2.e. Tingginya Permintaan ... 68

3.Faktor Penghambat Pemberdayaan Pengusaha Dangke Di Kabupaten Enrekang ... 69

3.a. Keterbatasan Anggaran dan modal ... 69

3.b. Belum Ada Peralatan Yang Canggih Untuk produksi ... 72

3.c. Kemampuan untuk memenuhi kualifikasi pasar terkait BPOM dan Halal ... 73

3.d. Pembangunan Tempat Usaha ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Kerangka Pikir ... 38 Bagan 2: Informan Penelitian ... ...41

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemerintah merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam mencapai tujuan suatu negara. Proses pencapaian tujuan bagi setiap negara pada dasarnya sama walaupun berbeda dalam rumusannya. Tujuan kebijakan negara Indonesia tertuang dalam konstitusi negara Republik Indonesia, yakni Undang Undang Dasar 1945 yang terjabar ke dalam 2 tujuan utama yaitu tujuan nasional dan internasional.

Tujuan nasional terdiri atas 3 capaian, yaitu : (1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2)Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.Sedangkan tujuan internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam mencapai tujuan negara, pemerintah harus menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Ryaas Rasyid mengemukakan bahwa pemerintah itu mempunyai 3 fungsi yang hakiki, yaitu:fungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan Sufianto (2016;18). Ketiga fungsi ini mempunyai keterkaitan satu sama lain. Fungsi pelayanan (service) yang akan memudahkan masyarakat dalam dalam mengurus kepentingannya. Pemerintah sebagai aparat negara berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disemua sektor. Dalam fungsi pemberdayaan (empowering) yang akan mendorong masyarakat agar memiliki kemandirian. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dengan tujuan untuk

(14)

2

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ketergantungan terhadap pemerintah akan semakin berkurang dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan fungsi pembangunan (development) yang akan menciptakan masyarakat agar memiliki kemakmuran. Pemerintah sebagai pemacu pembangunan di wilayahnya, dimana pembangunan ini mencakup segala aspek kehidupan tidak hanya fisik tapi juga mental spriritu.

Dalam fungsi pemberdayaan tersebut, hal penting yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memberdayakan masyarakat dengan sistem perekonomian yang baik. Hal ini diwujudkan dalam penerapan ekonomi kerakyatan yang termanifestasikan melalui masyarakat Pengusaha Dangke Dalam sistem perekonomian yang baik, masyarakat akan lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhannya. Tidak hanya kemandirian, melalui cara tersebut secara langsung akan mengubah kemampuan atau skill masyarakat menjadi lebih profesional yang akan bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Pengusaha Dangke merupakan pelaku bisnis yang bergerak dalam berbagai bidang usaha yang menyentuh kepentingan masyarakat. Secara ekonomi, pelaku Usaha Dangke memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa dalam arti memberikan kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja dan produk domestik bruto (PDB).

Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pasal 2 menyatakan bahwa tujuan dunia usaha ini dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Pembangunan nasional diselenggarakan oleh rakyat dan pemerintah,

(15)

3

dengan rakyat sebagai aktor yang vital perannya untuk pembangunan atau disebut pelaku utama pembangunan. pemerintah berperan dalam mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang pertumbuhan dunia usaha. Pengusaha dangke yang inovatif akan melahirkan usaha yang kompetitif, dalam artian mampu bersaing dengan usaha-usaha sejenis dan dapat bertahan lama. Usaha jenis ini telah mampu memberikan keunggulan bersaing dengan usaha sejenis, serta keberlangsungan usaha ini bisa bertahan lama di dunia usaha. Seiring dengan melonjaknya pengusaha dangke, salah satu faktor yang menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh pengusaha dangke adalah dalam sistem pembukuan dan pengelolaan keuangan. Akibatnya terkadang cukup sulit untuk mengetahui perkembangan usahanya. Pada umumnya pengusaha hanya memproduksi Dangke sesuai dengan pesanan. Hal ini menyebabkan sulitnya mengembangkan usahanya. Para pengusaha dangke juga masih enggan melaksanakan pembukuan dengan alasan sulitnya menyediakan sarana dan prasarana, menyiapkan tenaga kerja dan penggunaan uang yang tidak terstruktur antara pengeluaran pribadi dan untuk kegiatan usaha. Berdasarkan penjabaran tersebut sedapatnya ditanggulangi sehingga kekuatan pengusaha dangke dalam memajukan perekonomiannya dapat dimaksimalkan.

Titik berat pembangunan Ekonimi di kabupaten Enrekang yaitu harus bergeser dari pertanian ke sektor industri, namun tidak berarti lompatan dari sektor pertanian ke sektor industri yang tidak berbasis pada pertanian. Industri yang seharusnya dikembangkan sebagai kelanjutan pembangunan pertanian adalah industri yang mengolah hasil-hasil pertanian primer menjadi produksi

(16)

4

olahan, yaitu agro industri. Pengembangan produk unggulan agroindustri memerlukan upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing. Untuk itu diperlukan manajemen pengolahan professional pada seluruh komponen sistem mulai dari pembibitan, budidaya, paska panen, pengolahan ,transportasi/distribusi dan pemasaran. Karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka diperlukan adanya skala prioritas dalam pengembangan agroindustri sehingga diperoleh hasil yang optimum dari setiap penggunaan sumberdaya. Salah satu produk agroindustri peternakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi adalah produk olahan susu sapi/ kerbau adalah dangke.

Produk peternakan merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat, hal ini tentunya berdampak positif pada peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap komoditi tersebut. Untuk hal tersebut maka pengembangan usaha peternakan menjadi salah satu keharusan dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Salah satu usaha peternakan yang menjanjikan adalah usaha peternakan sapi perah yang memiliki dwiguna yaitu selain sebagai penghasil daging, juga sebagai penghasil susu,keripuk dangke dangke.

Usaha susu sapi perah belakang ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik minat masyarakat, terutama dipedesaan, sehingga masyarakat di Kecamatan Anggeraja mencoba untuk mengoptimalkan potensi susu sapi perah dengan melakukan inovasi yaitu pengolahan susu menjadi beberapa alternatif produk, salah satunya adalah dangke.Musdar (2014:1).

(17)

5

Berikut ini adalah gambaran tentang produksi susu, dangke dan jumlah pembelian dangke di Kecamatan anggeraja, Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 1;

Tabel 1 . Produksi Susu, Dangke dan Jumlah Pembelian Dangke pada di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

No Nama Inisial Produksi Susu (Liter/bulan) Produksi Dangke (buah/bulan) Jumlah Pembelian (buah/bulan) 1 RW 420 280 280 2 MS 600 400 400 3 JL 600 400 400 4 BK 450 225 225 5 TR 630 420 420 Jumlah 2.700 1.725 1.725

Sumber: diolah dari data primer, oktonber, 2018

Jika dilihat dari Tabel menunjukkan bahwa produksi susu sapi perah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yaitu 2.700 liter/bulan. Sedangkan untuk jumlah pembelian dangke sama dengan jumlah produksi dangke karena produksi dangke disesuaikan dengan jumlah pesanan dari konsumen yaitu 1.725 buah/bulan (rata-rata perbulannya tidak jauh berbeda). Aktivitas produksi yang dilakukan industri kecil dangke sapi di Kecamatan Anggeraja selama ini kecenderungan para peternak pengolah dangke sapi melakukan kegiatan produksi setelah mendapat order atau pesanan dari konsumen, ini disebabkan karena dangke cepat rusak. Tingginya jumlah pesanan dangke dari konsumen

(18)

6

menyebabkan peternak pengolah dangke sapi tidak mampu memenuhi semua permintaan konsumen.

Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat pengusaha dangke menjadi perhatian untuk dikaji berkenaan juga dengan prestasi-prestasi yang sudah diraih oleh Kabupaten Enrekang. Pemerintah juga dituntut untuk membentuk dan mengubah pola pikir masyarakat agar mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas yang bukan hanya terbarukan, tetapi juga tak terbatas yaitu ide, talenta, dan kreativitas. Maka dari itu penulis menyusun skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Pengusaha Dangke di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Pengusaha Dangke Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang?

2. Apa saja Faktor Pendorong dan Penghambat Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Pengusaha Dangke Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

(19)

7

1. Untuk mengetahui Upaya pemerintah dalam pemberdayaan pengusaha dangke di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui Faktor Pendorong dan Penghambat Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Pengusaha Dangke Di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ?

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Administrasi pada umumnya, khususnya mengenai peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat pengusaha dangke di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

b. Dapat bermanfaat juga selain sebagai informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi ilmiah yang digunakan untuk mengembangkan teori yang sudah ada dalam bidang Ilmu Administrasi.

2. Secara praktis

a. Sebagai suatu sarana untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b. Untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan perimbangan yang menyangkut masalah ini.

(20)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori

Wiliam Wiersma menyatakan bahwa: A theory is a generalisation orseries of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik Sugiono (2016:52).

1. Konsep Peran

Dalam pendapatnya Soekanto (2009:212) menjelaskan:”Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, ia menjalankan suatu peran, Pembedaan antara kedudukan dan peran adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisahkan karena yang satu

tergantung pada yang lainnya”.

Lebih lanjut Soekanto (2013:217) mengemukakan dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan bahwa Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal, yaitu.

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

(21)

9

3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Sedangkan menurut Poerwodarminta (1995: 571) “peran merupakan tindakan

yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”.

Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat.

Mengenai peranan ini, Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003), mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut:

a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik dilaksanakan b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalikan bahwa peran

merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan dengan baik, maka keputusan tersebut memiliki kredibilitas.

c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai, guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.

(22)

10

d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi dan meredam konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini dalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess).

e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran dilakukan sebagai upaya

“mengobati” masalah masalah psikologis masyarakat seperti halnya

perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

Menurut Horton dan Hunt peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton dinamakan perangkat peran. Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap aktivitas- aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari

(23)

11

perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Teori Peran memberikan dua harapan Pertama Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap orang lain yang mempunyai relasi dengannya dalam menjalankan perannya. David (1981:41).

2. Konsep Pemerintah

Bersamaan dengan munculnya negara sebagai organisasi terbesar yang relatif awet dan kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, maka pemerintahan mutlak harus ada untuk membarenginya. Yaitu munculnya keberadaan dua kelompok orang yang memerintah di satu pihak yang diperintah di lain pihak.

a) Keberadaan Pemerintah di semua negara tidak terlepas dari tujuan pembentukannya. Menurut Ryaas Rasyid, secara umum ada 2 tujuan pembentukan pemerintah suatu negara, yaitu : Menegakkan keteraturan. Pemerintah dibentuk agar tercipta rasa aman di kalangan masyarakat suatu negara. Sebelum negara terbentuk, keadaan masyarakat sungguh kacau atau tidak teratur. Masing-masing membuat aturannya sendiri-sendiri sehingga timbul ketidak-amanan, misalnya perampokan dan pemerkosaan. Agar aman maka perlu ada pihak yang mengatur, dan yang mengaturnya itu adalah pemerintah.

b) Menciptakan suasana yang adil. Pemerintah dibentuk dengan harapan bahwa anggota masyarakatnya dapat difasilitasi untuk memperoleh peluang yang sama (adil) dalam berbagai segi kehidupan, misalnya dalam bidang politik, hukum dan ekonomi. Ibid (14-15).

(24)

12

Secara etimologi, pemerintahan dan pemerintah dapat diartikan sebagai berikut:

a) “Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh. Yang berarti di

dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.

b) Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah. Yang berarti badan

yang melakukan kekuasaan memerintah.

c) Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan. Berarti

perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut. Syafiie (2013;4). Untuk definisi pemerintah, W.S. Sayre mengatakan

bahwa: “Pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi

dari negara yang memperlihatkan dan yang menjalankan kekuasaannya.”

Syafiie (2013:10).

Selanjutnya menurut Samuel Edward Finer, hal yang harus dilakukan oleh

pemerintah yaitu : “Pemerintah harus mempunyai kegiatan terus menerus

(process), negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty) dan cara, metode serta sistem (manner, method and system) dari pemerintah terhadap masyarakat.

Pemerintahan di Indonesia diselenggarakan berdasarkan tingkatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi kabupaten/kota) dan desa berdasarkan keberadaan desentralisasi yang berlaku pada masing-masing negara dan pemerintahan. Seperti di negara kesatuan lainnya, daerah di Indonesia tidak bersifat negara, karena itu di daerah tidak memiliki kekuasaan negara dan atribut

(25)

13

kenegaraan lainnya seperti ditingkat pusat/nasional. yang dimilikinya adalah wewenang sebagai turunan dari kekuasaan negara untuk mengurus urusan

pemerintahan „tertentu‟ menurut asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sufianto (2016:22-23).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa:

1) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Dalam melakukan otonomi daerah perlu asas yang harus dijalankan sebagai berikut.

a) “Desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur daerahnya sendiri.

b) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari aparat pemerintah pusat atau pejabat di atasnya (misalnya, wilayah provinsi).

c) Tugas pembantuan. Dalam hal ini pemerintah daerah ikut serta mengurus sesuatu urusan tetapi kemudian urusan itu harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat.

(26)

14

Berdasarkan hasil amandemen pasal 18 Undang-Undang Dasar1945 dikemukakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Secara formal, otonomi daerah diartikan sebagai hak wewenang dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku. Berdasarkan literatur otonomi dapat dibedakan menjadi otonomi materiil, formil, riil. Sebagai realisasi asas desentralisasi kepada Daerah, diserahkan berbagai kewenangan pemerintahan yang wajib dilaksanakan sekitar 11 bidang pemerintahan. Berdasarkan konsep pemerintah yang dikemukakan beberapa ahli di atas bahwa pemerintah merupakan unsur negara yang hubungannya tidak terlepas dengan pihak yang diperintah. Kedua unsur ini harus memiliki sinergitas yang baik dalam membangun negara. Namun, dalam hubungannya diperlukan aturan yang mengikat agar tidak terjadi penyelahgunaan kekuasaan. Lebih luas dari pada itu, pemerintah mempunyai tingkatan yang disebut pemerintah pusat dan daerah. Kedua lembaga pemerintahan ini bekerjasama dalam menjalankan sistem pemerintahan Indonesia yang berlandaskan atas asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

3. Tugas Pokok Pemerintah

Pembagian urusan pemerintahan di Indonesia, pada hakikatnya dibagi ke dalam tiga kategori, yakni urusan pemerintahan yang dikelola oleh pemerintah pusat; urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi; urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Terkait dengan

(27)

15

tugas pokok pemerintah maka ada tugas yang dapat diserahkan atau dilimpahkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, namun adapula beberapa tugas pemerintah yang tidak dapat dikerjakan oleh pemerintah pusat maupun daerah kabupaten/kota. Siswanto (2014;34).

Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, fiskal nasional atau moneter dan urusan agama. Selebihnya merupakan tugas pemerintah yang dapat diserahkan wewenangnya kepada pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerahnya.Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid dalam

bukunya menjelaskan tugas Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan

sebagai berikut: “Tugas Eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah to

execute atau melaksanakan apa yang sudah disepakati atau diputuskan oleh pihak legislative dan yudikatif. Bisa juga dikatakan sebagai mengimplementasikan semua kebijaksanaan yang sudah diputuskan oleh pihak legislative dan yudikatif. Namun karena pembuatan kebijaksanaan pemerintahan atau kebijaksanaan publik bukan semata-mata domain atau kewenangan legislative, maka dalam sebuah pemerintahan yang modern tidak jarang mengambil inisiatif sendiri dalam mengagendakan dan merumuskan kebijakan”.

Dalam pengambilan kebijakan dan keputusan di daerah, arah tindakan aktif dan positif pemerintah daerah haruslah berlandaskan pada penyelenggaraan kepentingan umum. Sudah menjadi tugas penyelenggaraan pemerintah daerah

(28)

16

untuk menjaga kepentingan umum tersebut guna mencapai harapan daerah dalam rangka memperkuat kesatuan bangsa. Sabarno (2008;18).

Penjelasan mengenai tugas-tugas pokok pemerintah kemudian dijelaskan oleh

Ryaas Rasyid sebagai berikut : “Pertama, menjamin keamanan negara dari segala

kemungkinan serangan dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan. Kedua, memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontok-gontokan diantara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai. Ketiga, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi keberadaan mereka. Keempat, melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintahan atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah. Kelima, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial: membantu orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo dan anak terlantar: menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif dan semacamnya. Keenam, menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas, seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja baru, memajukan perdagangan domestic dan antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan masyarakat. Ketujuh, menerapkan kebijakan untuk memelihara

(29)

17

sumber daya alam dan lingkungan hidup, seperti air, tanah dan hutan. Ryaas Rasyid (2000;13).

Selanjutnya, Ryaas Rasyid menjelaskan bahwa dalam pemerintahan modern fungsi pemerintahan dapat dibagi menjadi empat bagian yakni sebagai berikut:

“Dalam pemerintahan modern dewasa ini Rasyid membagi fungsi pemerintahan

menjadi empat bagian, yaitu pelayanan (public service), pembangunan (development), pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation). Dengan mengutip Franklin D. Rosevelt, Rasyid mengemukakan bahwa untuk

mengetahui suatu masyarakat lihatlah pemerintahannya.” Labolo (2014:34).

Fungsi-fungsi pemerintahan yang dijalankan akan menunjukan gambaran kualitas pemerintahan itu sendiri. Apabila pemerintah dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka secara otomatis akan berpengaruh pada tugas-tugas pokok pemerintah yang dijalankannya. Hal ini juga akan berdampak pada terciptanya keteraturan hidup dalam negara. Berdasarkan beberapa fungsi dan tugas pokok pemerintah yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah merupakan unsur yang penting dalam memajukan negara dengan fungsinya sebagai pembangun, pemberdaya dan pelayan bagi unsur-unsur lain negara yang ada di bawahnya.

4. Kebijakan Publik

Thomas R. Dye memberikan pengertian dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan Easton memberikan pengertian kebijakan Publik sebagai

(30)

18

pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannnya mengikat, sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Menurut Woll, Kebijakan Publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sedangkan James E. Anderson memberikan definisi kebijakan Publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu adalah: 1) kebijakan Publik selalu memPunyai tujuan tertentu atau memPunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan; 2) kebijakan Publik berisi tindakan pemerintah; 3) kebijakan Publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan Publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Adapun proses kebijakan Publik menurut James E. Anderson adalah sebagai berikut:

(31)

19 1) Identifikasi Masalah dan Agenda Setting

Fokus pada tahap ini adalah bagaimana masalah-masalah bisa di jadikan sebagai kebijakan Publik yang di spesifikasikan dan di identifikasikan. Mengapa hanya beberapa masalah dari semua yang ada, yang dapat menerima pertimbangan oleh pembuat kebijakan yang membutuhkan sebuah pemeriksaan dari agenda setting. Hal ini mengenai bagaimana badan-badan pemerintah memutuskan masalah apa yang layak. Apakah sebuah kebijakan Publik, mengapa hanya beberapa? Keadaan atau persoalan apa yang bisa menjadi masalah Publik? Bagaimana masalah bisa menjadi agenda pemerintahan? Mengaapa beberapa masalah tidak berhasil menjadi agenda kebijakan?

2) Formulasi

Hal ini meliputi berbagai macam tindakan berupa pembuatan dan pengidentifikasian, seringkali disebut pilihan untuk memecahkan atau memperbaiki masalah Publik. Siapa yang ikut serta dalam perumusan kebijakan? Bagiamana pilihan untuk menghadapi sebuah masalah pembangunan? Adakah kesulitan dan penyimpangan dalam usulan perumusan kebijakan?

3) Adopsi

Tahap ini tentang memutuskan pilihan yang dimaksud, termasuk tidak mengambil tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah. Di Badan Legislatif Amerika fungsi ini dilakukan oleh sebagian besar/ kaum mayoritas.

(32)

20

Bagaimana sebuah kebijakan diadopsi atau ditetapkan? Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi? Apa isi dari kebijakan yang ditetapkan?

4) Implementasi/ Pelaksanaan

Pada tahap ini, perhatiannya pada apa yang terselesaikan untuk melaksanakan atau menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan. Seringkali pembangunan lebih lanjut atau pengembangan kebijakan akan menjadi bagian dari pelaksanaan mereka. Siapa yang dilibatkan? Apakah sesuatu hal sudah terlaksana sesuai kebijakan yang diselenggarakan atau ditetapkan? Bagiamana bentuk bantuan pelaksanaan atau menentukan isi dari kebijakan?

5) Evaluasi

Kegiatan ini memerlukan maksud untuk menentukan apakah sebuah kebijakan terpenuhi, apakah kebijakan tersebut memiliki akibat yang lain? Siapakah yang dilibatkan? Siapakah yang diuntungkan dan dirugikan oleh kebijakan? Apakah akibat dari evaluasi kebijakan? Apakah ada permintaan untuk perubahan atau pencabutan kebijakan? Apakah terdapat permasalahan baru yang teridentifikasikan? Apakah proses kebijakan diulangi kembali karena evaluasi? James E. Anderson (2006:3-4).

5. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal

(33)

21

pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan,terlepas dari keinginan dan minat mereka. Edi Suharto (2010: 57).

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan yang sama, perasaan memiliki dan biasanya satu tempat yang sama. Menurut kodratnya manusia tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain yang dalam hubungannya saling membantu untuk dapat mecapai tujuan hidup menurut kemampuan dan kebutuhan masing- masing atau dengan istilah lain saling berinteraksi Ahdawati (2015 :12 )

Para ilmuan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan masyarakat mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat ilmuan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

Sulistiyani (2004:77) secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar

“daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,

maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya (kemampuan/kekuatan) kepada pihak yang belum berdaya. Liton dalam Poerwadarminta (2002:24) Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat

(34)

22

mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Menurut Aziz, (2005:136) pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandirian didalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus menerus, proses partisipatif dimana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses.

Kartasasmita (2005:18) menegaskan bahwa “memberdayakan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat

kemiskinan dan keterbelakangan”. Muflich (2006:46) pemberdayaan masyarakat

berarti tidak bisa dilepaskan dan diserahkan begitu saja kepada masyarakat yang bersangkutan agar mampu memberdayakan diri menjadi lebih baik harus dengan terlibatnya pemerintah secara optimal dan mendalam.

Adisasmita (2006:35)” Pemberdayaan masyarakat adalah upaya

pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan yang lebih efektif dan efesien, seperti:

1) Aspek masukan atau input

Seperti Sumber Daya Manusia (SDM) , dana, peralatan atau sarana, data, rencana, teknologi.

(35)

23 2) Aspek proses

Seperti pelaksanaan, monitoring dan pengawasan 3) Aspek keluaran dan out put

Seperti pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi.

Menurut Edi Suharto (2010:59) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu – individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas – tugas kehidupannya. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

Dari beberapa konsep pemberdayaan masyarakat, kegiatan pemberdayaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian.Nidraha (2003:98) yaitu sebagai berikut:

(36)

24 1) Bantuan modal

Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat yang tidak berdaya adalah permodalan. Tidak adanya modal mengakibatkan masyarakat tidak mampu berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungan

2) Bantuan pembangunan prasarana

Usaha untuk mendorong masyarakat berdaya maka perlu ada sebuah bantuan untuk pembangunan prasarana. Prasarana di tengah-tengah masyarakat yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali potensi yang dimilikinya dan mempermudah mereka melakukan aktifitasnya.

3) Bantuan pendampingan

Pendampingan masyarakat memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi mediator untuk masyarakat.

4) Kelembagaan

Keberadaan sebuah lembaga atau organsasi ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu aspek penting untuk menciptakan keberdayaan. Adanya lembaga akan mempermudah masyarakat untuk berkoordinasi, selain itu mereka juga dilatih untuk hidup terlatih.

Menurut Schuler, Hashemidan Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan (Suharto,2004) yaitu :

1) Kebebasan mobilitas, kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop,

(37)

25

rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

2) Kemampuan membeli komoditas kecil, kemampuan individu untuk membeli barang-barang keluarga sehari-hari (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak,shampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

3) Kemampuan membeli komoditas besar, kemampuan individu untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

4) Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga, mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha. 5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga, responden ditanya mengenai

apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja di luar rumah.

(38)

26

6) Kesadaran hukum dan politik, mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan; seseorang anggota DPRD setempat; nama presiden; mengetahui memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris. 7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes, seseorang dianggap

berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil; penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah.

8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki rumah, tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan dari klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektifitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara indifidual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan

(39)

27

dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo dan makro. Edi Suharto (2010: 66)

1) Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas

– tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang

berpusat pada tugas (task centered approach)

2) Aras Mezzo. Pemberdayaan dilaukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3) Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large

– system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobying, pengorganisasian mayarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Suharto (1997:216),memberikan pendapat tentang prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial : Pertama pemberdayaan adalah proses

(40)

28

kolaboratif. Karenanya pekerja sosial dan masyarakat harus bekerja sama sebagai partner. Kedua Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang kompoten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan. Ketiga masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan. Keempat kompetensi diperoleh atau pertajam melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat. Kelima solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situai masalah tersebut. Keenam jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang. Ketujuh masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri. Kedelapan tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilitasi tindakan bagi perubahan. Kesembilan pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif. Kesepuluh proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergi, berubah terus, evolutif : permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

Dan ada dua faktor yang mempegaruhi pemberdayaan yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Hal yang berkaitan dengan internal yaitu a) Kelembagan dan SDM, b) Pemasaran dan teknologi, c) Modal Intelektual. Dan yang berkaitan

(41)

29

dengan eksternal yaitu a) akses pembiayaan usaha yang terbatas, b) mahalnya biaya infrastruktur dan c) layanan birokrasi yang tidak efisien.(Wilantara 2016:24)

1) Faktor Internal

a. Kelembagaan dan SDM

Upaya membangun UMKM tidak lepas dari masalah kelembagan dan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kapasitas dan kompetensi pelaku usaha menjadi tonggak utama dalam memajukan UMKM. Masalah SDM tentu berimplikasi pada mutu kelembagaan UMKM. Kecilnya akses produk barang dan jasa ke pasar ekspor tidak lepas dari masalah kelembagaan. Berdasarkan pandangan ekonomi kelembagaan, kesehatan kelembagaan UMKM idealnya memiliki ciri-ciri : a) berpegang pada aturan main (role of the game) b) memiliki asas legalitas yang kuat, baik lembaga maupun kegiatannya d) memiliki kemampuan membiayai operasional usaha sesuai dengan skalanya dan e) memiliki jaringan ke hulu dan hilir sama baiknya.

Ciri-ciri tersebut sulit dimiliki oleh setiap pelaku UMKM secara individual. Namun hal ini bisa diatasi, apabila asosiasi sudah berjalan dengan baik. Asosiasi atau koperasi pada dasarnya memiliki potensi untuk menjalin pola integrasi dan sinergi para pelaku UMKM untuk mengatasi masalah kelembagaan usahanya. Asosiasi atau koperasi inilah yang akan malakukan kegiatan pengembangan kapasitas SDM melalui mentoring,training, coaching, technical assistence dan pendampingan bagi UMKM. Sistem kelembagaan ini pula yang dapat mengembangkan kerja

(42)

30

sama dengan seluruh stakeholder lembaga-lembaga pendidkan, balai-balai latihan kerja, lembaga keuangan, lembaga penjaminan, perusahaan asuransi, pemerintah, LSM, dan swasta.

b. Produksi dan Pemasaran

Tuntutan untuk mengikuti standar, desain, dan kualitas produk agar sesuai ketentuan, menuntut perubahan dalam kegiatan produksi dan pemasaran.UMKM sering terhambat masalah karena disebabkan antara lain a) produk seni dan manual dilaksanakan berdasarkan tradisi yang sulit distandarisasi, b) pemahaman dan penguasaan teknis implementasi standar dalam produksi, c) penguasaan teknologi dalam produksi terbatas, d) pengawasan dan penegakan hukum yang lemah tidak mendorong UMKM untuk memaksakan diri dan e) konsumen lokal cenderung masih belum kritis tentang standarisasi mutu.

Selain masalah kegiatan produksi masalah pemasaran masih menghadapi problem. Masalah pemasaran bersumber dari mutu kemasan, promosi, inovasi, dan penetapan strategi harga, ataupun pemanfaatan saluran pemasaran termasuk penguasaan teknologi informasi untuk kepentingan pemasaran. Semua itu berasal dari belum optimalnya fungsi bidang research and development dan terbatasnya modal intelektual yang dimiliki.

c. Modal Intelektual

Abad XXI ini muncul information Society dan Knowledge Base Society yang menempatkan “Knowledge” menjadi sumber daya yang lebih

(43)

31

“Powerful” dibandingkan kapital dan sumber daya alam.Peran informasi

sebagai input sekaligus output dari iptek menjadi penting dalam era knowledge-based economy. Penguasaan teknologi informasi merupakan bentuk modal intelektual masih sangat terbatas dimanfaatkan oleh UMKM.Sistem yang berbasis pada jaringan (network) menjadi komponen dalam menentukan kesuksesan bisnis di era globalisasi, namun faktanya masih terbatas dimanfaatkan dan masih sangat lemah dikuasai oleh para pengusaha.

2) Faktor Eksternal a. Layanan Birokrasi

Sebagaimana diungkap tentang hambatan utama bagi dunia usaha adalah korupsi.Birokrasi merupakan akar masalah korupsi. Masalah korupsi tentu berkaitan langsung dengan mutu birokrasi. Tingginya angka indeks persepsi korupsi, bukan semata masalah personal, melainkan impersonal, bahkan sudah menjadi masalah institusional. Masalah institusionalini sudah merembet ke daerah. Kapasitas kelembagaan daerah terkait dengan pelakssanaan otonomi ini menunjukkan, bahwa sebagian besar daerah memiliki kapasitas yang relatif masih rendah. Kondisibirokrasi seperti itu membuat prosedur dan lamanya layanan masih belum ideal bagi dunia usaha.

b. Infrastruktur

Infrastruktur mempunyai pengaruh positif terhadap gerak laju UMKM karena sarana dan prasarana infrastruktur mempunyai peran strategis

(44)

32

dalam proses produksi, distribusi, ataupun pemasaran. Infrastuktur sebagai bagian dari modal fisik (physical capital) tidak kalah penting dari modal lainnya. Kendala yang dihadapi dalam pengadaan dan peningkatan infrastuktur adalah masalah pendanaan dan permasalahan hukum. Alokasi belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir berkisar pada rata-rata 1,6 % dari produk Domestik Bruto (PDB).

Ketersediaan infrastruktur memberikan pengaruh besar terhadap biaya logistik. Karena biaya logistik yang tinggi ini, khususnya pada beberapa jenis komoditinya itu sendiri. Jalan raya yang ada saat ini tidak memadai, sementara 90% barang dan jasa hasil UMKM dikirim lewat darat.

Berdasarkan perundang-undangan, UKM dalam menjalankan kegiatan pemberdayaan usahnya didasari oleh asas-asas sebagai berikut:

a) Asas kekeluargaan, yaitu asas yang melandasi upaya pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasrkan atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersaaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat indonesia.

b) Asas demokrasi ekonomi, yaitu pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

(45)

33

c) Asas kebersamaan, yaitu asas yang mendorong peran seluruh UMKM dan dunia usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

d) Asas efisiensi berkeadilan,yaitu asas yang melandasi pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usahayang adil, kondusif, dan berdaya saing.

e) Asa berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri.

f) Asas berwawasan lingkungan, yaitu asas pemberdayaan UMKM yamg dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

g) Asas kemandirian, yaitu asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian UMKM.

h) Asas keseimbangan kemajuan, yaitu asas pemberdayaan UMKM yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonom nasional

i) Asas kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari embangunaan kesatuan ekonomi nasional.

(46)

34

Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) dibedakan pengertian antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha kecil menegah adalah sebagian dari usaha kecil dan menegah disingkat UKM, usaha kecil menegah mengelompokkan jenis usaha yang meliputi usaha industri dan usaha perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil menegah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi uasaha kecil ternyata sangat bervariasi,disuatu Negara

(47)

35

berlainan dengan Negara lainnya. Sedangkan menurut Darwanto (2008:22) beberapa alasan kuat mengapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu dikembangkan di Indonesia. Pertama, usaha kecil menyerap banyak tenaga kerja, adanya perkembangan usaha kecil menengah akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Kedua, pemerataan dalam distribusi pembangunan.Lokasi usaha kecil menengah banyak di pedesaan dan menggunakan sumber daya alam lokal. Ketiga, pemerataan dalam distribusi pendapatan.

Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktifitas dengan tujuan menghasilkan barang atau jasa untuk dijual, ditukar dengan barang lain dan ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab dan mempunyai kewajiban untuk mengelola usaha tersebut.

Pemerintah telah melakukan bentuk usaha pemberdayaan untuk mewujudkan UKM dengan program pokok pembinaan usaha kecil, menegah dan koperasi (Sumodiningrat 2005:65) setidaknya dapat dilihat dari tiga sisi:

1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif. Program ini bertujuan untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai persyaratan untuk berkembangnya usaha.

2. Program peningkatan akses kepada sumber daya produktif. Tujuan program ini adalah meingkatakan kemampuan UKM dalam memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia dan tersedianya lembaga pendukung untuk

(48)

36

meningkatkan akses terhadap sumber daya produktif seperti sumber daya manusia (SDM), modal, pasar, dan teknologi dan informasi.

3. Program pengembangan kewirausahaan dan pelaku UKM berkeunggulan kompetitif. Tujuannya untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan serta meningkatan daya saing seperti meningkatnya pengetahuan serta sikap wirausaha dan meningkatkan produktivitas usaha.

Dangke merupakan produk olahan susu yang diolah secara tradisional yang bersal dari Kabupaten Enrekang khusunya Kecamatan Anggeraja. Dangke adalah susu sapi atau kerbau yang dikentalkan sehingga berbentuk padat seperti tahu, dangke bisa digoreng atau dibakar . Dangke telah dikenal sejak tahun 1905. Nama dangke berasal dari bahasa Belanda yaitu Dangk U yang berarti terima kasih, yang diucapkan oleh orang Belanda ketika mengonsumsi produk olahan susu bersal dari susu kerbau ini. Dari kata Dangk U inilah asal nama dangke untuk produk susu olahan masyarakat Kabupaten Enrekang. Musdar (2014: 7).

Dangke adalah suatu bahan pangan dengan nilai gizi tinggi karena didalamnya terkandung zat-zat gizi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Meski nama dangke ini belum begitu familiar di masyarakat luar tapi semua orang bisa melakukannya. Dangke diolah dari susu sapi, susu kerbau atau susu kambing yang dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih, kemudian ditambahkan garam dan getah pepaya atau sari buah pepaya yang masih muda. Getah pepaya memiliki kandungan enzim-enzim protease yaitu papain dan kimopapain yang berfungsi sebagai pengurai protein. Dangke terkenal memiliki kandungan protein betakaroten yang cukup tinggi. Hasil rebusan kemudian disaring untuk

(49)

37

memisahkan airnya, kemudian dicetak denga mengunakan tempurung kelapa. Syamsu (2005:9).

Dangke ini biasanya dihidangkan sebagai lauk pauk dengan cara diiris tipis terlebih dahulu kemudian digoreng atau dipanggang. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan gizi balita masih ada beberapa anggota masyarakat yang menggantungkan pada susu formula dan makanan instan yang harganya semakin mahal. Padahal jika mereka mau mengolah makanan sendiri seperti dangke uangnya bisa digunakan untuk keperluan lainnya Anonim (2011:5).

B. Kerangka Pikir

Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Indonesia, salah satu fungsi yang dijalankan pemerintah yakni pemberdayaan. Dalam fungsi pemberdayaan, pemerintah melakukan berbagai inovasi dengan menggunakan sumber daya manusia sebagai penggerak disertai sumber daya alam sebagai pendukung yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu kebijakan pemerintah yang digunakan dalam mengimplementasikan fungsi pemberdayaan adalah mengatur perekonomian rakyat. Hal tersebut dianggap penting karena dengan adanya sistem perekonomian rakyat, diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian dan keleluasaan pada rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang terwujud pada pembentukan UKM (pengusaha Dangke).

Fenomena di Kabupaten Enrekang terlihat bahwa berbagai peran telah dilakukan oleh Pemerintah dalam pemberdayaan Pengusaha Dangke. Upaya tersebut dapat dikategorisasi secara umum berdasarkan indikator pemberdayaan diatas. Semua upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten

(50)

38

Enrekang meskipun belum sepenuhnya maksimal dan terdapat indikator yang belum dilaksanakan yakni dukungan kelembagaan. Sedangkan upaya dalam melindungi pengusaha dangke belum menjadi perhatian oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang dan Faktor yang mempengaruhi pemberdayaan Pengusaha dangke di Kabupaten Enrekang meliputi factor pendorong dan faktor penghambat.

(51)

39 Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu peran pemerintah dalam pemberdayaan pengusaha dangke di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang yaitu untuk mensejahterakan dan memandirikan masyarakat pengusaha dangke yaitu: : 1. Faktor penghambat pemberdayan, 2.Faktor pendukung pemberdayan serta output dan outcomenya.

Peran Pemerintah

Faktor Pendorong

Output:

1. Peningkatan keterampilan dan kreatifitas masyarakat 2. Masyarakat mampu menerapkan ilmu yang diperoleh

Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Pengusaha Dangke Outcome:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 2. Masyarakat mampu hidup mandiri

(52)

40 D. Deskripsi Fokus Penelitian.

1. Pemerintah yang dimaksud yakni Dinas Peternakan Dan Perikanan, yang mempunyai peranan besar dalam pemberdayaan pengusaha dangke. Dinas Peternakan dan Perikanan merupakan salah satu lembaga teknis daerah yang mempunyai fungsi terkait pemberdayaan pengusaha dangke.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan Pengusaha Dangke di Kabupaten Enrekang yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.

(53)

41 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan dua bulan setelah proposal. Penelitian ini dilakukan Dinas peternakan dan perikanan dan masyarakat pengusaha dangke. B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis peneltian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Peran Pemerintah dalam Pemberdayaaan Masyarakat Pengusaha Dangke Di Kecamatan Anggerja Kabupaten Enrekang.

Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia dalam wilayahnya. Dan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lexy J Meleong (1989:4)

Menurut Taylor dan Bog Penelitian Kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata tertulis maupun lisan dan tingkahlaku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.

(54)

42 C. Sumber Data

a) Data Primer

Adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

b) Data Sekunder

Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sugiyono (2014:308).

D. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu sengaja memilih informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2. Tabel daftar informan penelitian

No. Nama Informan

Insial Jabatan Jumlah

1. H.Abd.Karim C AK Sekretaris 1

2. Samarwati SA Kasi pengolahan pemasaran dan promosi

1 3. Hasanuddin HA Kabid pengembangan usaha

dan kelembagaan

1 4. Emmy Kalsum EK Kasi pelayanan usaha

investasi dan perkreditan

1 5. Rawasa, Musa,

Jalil, ,Bakri ,Tari

RW,MS,JL, BK,TR Masyarakat Pengusaha dangke 5 Total Informan 9

Gambar

Tabel  1  .  Produksi  Susu,  Dangke  dan  Jumlah  Pembelian  Dangke  pada  di  Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang
Tabel 2. Tabel daftar informan penelitian
Tabel 3. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kami menggunakan basis dari aktifitas rekayasa pengamanan perangkat lunak yang diuraikan pada bagian 2 untuk mengamankan aplikasi kompilator online untuk pemrograman paralel yang

Berdasarkan indikator dependability atau keteguhan dalam bekerja pada kinerja pegawai dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) di PLN

Pendekatan ini memiliki dua makna, kuratif (penyembuhan), dan, preventif (pencegahan). Melalui pendekatan kolaboratif, guru didorong secara bersama-sama dengan guru-guru lain

(d) Tidak seorangpun dapat bertindak sebagai personel penunjang operasi pesawat udara kabin dengan hubungannya dengan pesawat sipil di penerbangan komersial keeuali jika ia

Dengan kegiatan diskusi, tanya jawab diharapkan siswa dapat mempelajari tentang Ijin perkawinan bagi PNS yang di ketahui siswa.Selain itu diharapkan siswa terlibat

Adapun tahapan proses analisis data menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi (1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999) adalah sebagai berikut : 1) Memiliki

Hasil analisa lithofasies dan petrofisik ini diharapkan dapat digunakan sebagai arah pengembangan sumur lapangan “HAFUZA” sehingga eksploitasi cadangan hidrokarbon

Hasilnya menunjukkan bahwa klon-klon yang diamati tersebut relatif peka terhadap gejolak lengas tanah sampai jeluk 100 cm yang terjadi selama periode musim kemarau