• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

Penetapan Target

Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan, perlu dilakukan perencanaan panen yang rutin agar produksi yang dihasilkan sesuai dengan potensi produksi tanaman. Perencanaan panen dilakukan setiap tahun, semester dan harian. Dasar perencanaan panen adalah potensi produksi. Penentuan target tahunan mengacu pada standar produksi yang berdasarkan pada umur tanaman dan kelas lahan. Data produksi selama beberapa tahun terakhir juga dijadikan dasar bagi penentuan target selama setahun. Target satu tahun didistribusikan pada bulan Januari-Desember dan dikelompokkan antara semester 1 dan semester 2.

Target semester disusun setiap enam bulan sekali. Untuk menetapkan target per semester dilakukan sensus buah dan bunga. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) ditentukan oleh jumlah bunga yang kemudian berkembang menjadi buah. Proses berkembang dari bunga menjadi buah membutuhkan waktu sekitar 5-6 bulan. Dengan menghitung jumlah buah dan tandan dapat diketahui produksi untuk enam bulan ke depan. Sensus dilakukan dengan mengambil contoh sampel secara acak antara 250-300 pokok per blok. Waktu pengamatan dua kali dalam setahun, biasanya pada bulan Desember dan Juni (Astra Agro Lestari, 1996). Potensi produksi kebun berdasarkan sensus produksi ditampilkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Potensi 2009 (ton) 5248 4627 5179 5663 4903 5041 5248 6146 6629 6975 7113 6284 Real 2008 (ton) 5426 4496 4540 4254 5008 4502 4978 4942 5399 6145 5996 5988 Real 2009 (ton) 5388 4474 4912 4372 5412 - - - -Sumber : PT. SAL 1 (2009)

(2)

Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa real produksi Kebun Inti 1 PT. SAL 1 belum mampu mencapai potensi produksi tanaman. Penyimpangan tertinggi terjadi pada bulan April dimana total produksi hanya mencapai

target produksi sebesar 5 663 ton

beberapa blok yang memiliki pencapaian produksi < 70 %. Tidak tercapainya potensi produksi diakibatkan beberapa hal meliputi masih terdapat beberapa blok dengan kondisi pokok kerdil di Afdeling OA, OB, OC, OD. Rotasi panen belum mencapai standar yakni rotasi 6/7 atau minimal 4 kali dipanen dalam satu bulan, dan keterbatasan jumlah tenaga panen yang tersedia. Kurangnya tenaga panen mengakibatkan tidak optimalnya penggalia

bulan April 2009 kekurangan 18 tenaga panen, masing

OA, 3 HK di Afdeling OC, 6 HK di Afdeling OD dan 7 HK di Afdeling OF. Dengan menambah tenaga panen diupayakan mampu meningkatkan efisiensi untuk mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan.

Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan dalam pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan areal dan organisasi pa

Target harian disusun berdasarkan taksasi buah siap panen sehari sebelum panen. Taksasi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi dan tenaga panen

Gambar 8. Grafik Plan Produksi Kebun Inti 1 Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa real produksi Kebun Inti 1 PT. SAL 1 belum mampu mencapai potensi produksi tanaman. Penyimpangan tertinggi terjadi pada bulan April dimana total produksi hanya mencapai 77.20 % dari target produksi sebesar 5 663 ton ( Gambar 8). Hal ini disebabkan terdapat beberapa blok yang memiliki pencapaian produksi < 70 %. Tidak tercapainya potensi produksi diakibatkan beberapa hal meliputi masih terdapat beberapa blok pokok kerdil di Afdeling OA, OB, OC, OD. Rotasi panen belum mencapai standar yakni rotasi 6/7 atau minimal 4 kali dipanen dalam satu bulan, dan keterbatasan jumlah tenaga panen yang tersedia. Kurangnya tenaga panen mengakibatkan tidak optimalnya penggalian potensi produksi. Kebun Inti 1 pada bulan April 2009 kekurangan 18 tenaga panen, masing-masing 2 HK di Afdeling OA, 3 HK di Afdeling OC, 6 HK di Afdeling OD dan 7 HK di Afdeling OF. Dengan menambah tenaga panen diupayakan mampu meningkatkan efisiensi

tuk mencapai potensi produksi yang telah ditetapkan.

Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan dalam pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya yakni keadaan areal dan organisasi panen yang efektif.

Sensus Harian

Target harian disusun berdasarkan taksasi buah siap panen sehari sebelum panen. Taksasi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi dan tenaga panen

Grafik Plan Produksi Kebun Inti 1 Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa real produksi Kebun Inti 1 PT. SAL 1 belum mampu mencapai potensi produksi tanaman. Penyimpangan tertinggi 77.20 % dari . Hal ini disebabkan terdapat beberapa blok yang memiliki pencapaian produksi < 70 %. Tidak tercapainya potensi produksi diakibatkan beberapa hal meliputi masih terdapat beberapa blok pokok kerdil di Afdeling OA, OB, OC, OD. Rotasi panen belum mencapai standar yakni rotasi 6/7 atau minimal 4 kali dipanen dalam satu bulan, dan keterbatasan jumlah tenaga panen yang tersedia. Kurangnya tenaga panen n potensi produksi. Kebun Inti 1 pada masing 2 HK di Afdeling OA, 3 HK di Afdeling OC, 6 HK di Afdeling OD dan 7 HK di Afdeling OF. Dengan menambah tenaga panen diupayakan mampu meningkatkan efisiensi Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan dalam pencapaian produksi sangat dipengaruhi oleh bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya yakni

Target harian disusun berdasarkan taksasi buah siap panen sehari sebelum panen. Taksasi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi dan tenaga panen

(3)

yang dibutuhkan untuk satu hari panen. Penghitungan jumlah buah menjadi sangat penting jika sistem panen yang digunakan merupakan sistem ancak giring. Hasil taksasi yang berupa persentase kerapatan panen akan menentukan jumlah dan pendistibusian tenaga pada ancak panen. Pemanen akan diberikan luasan panen berdasarkan persentase kerapatan panen yang disesuaikan dengan kemampuan panennya. Pemanen yang memiliki output yang tinggi ditempatkan pada areal yang memiliki kerapatan panen yang tinggi dan begitupun sebaliknya. Jumlah pokok yang harus diambil adalah 10 % dari total pokok dalam blok panen.

Sensus harian merupakan tanggung jawab mandor I. Sehari sebelum panen, mandor I bersama mandor panen melakukan perhitungan jumlah buah matang untuk panen besok. Selain untuk mempermudah pendistribusian tenaga panen. Sensus harian juga bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan dumb / truk pengangkut buah. Hasil dari sensus harian berupa persentase kerapatan panen dan perkiraan produksi yang keluar dari kebun. Berikut ini merupakan contoh perhitungan persentase kerapatan panen di Blok OC 14 Kebun Inti 1.

Pokok sampel : 306 pokok Jumlah buah merah : 45 tandan

BJR : 11.00 kg

Total pokok produksi : 3 217 pokok

Kerapatan panen = Jumlah buah merah × 100 % Pokok sampel

= 45/306 = 15 %

Perkiraan produksi = Kerapatan panen × BJR × Total pokok produksi = 0.15 × 11.00 kg/pokok × 3 217 pokok

= 5.3 ton

Menurut perhitungan sensus harian di atas, persentase kerapatan panen adalah 15 %. Berdasarkan angka kerapatan tersebut, maka diperkirakan produksi yang keluar dari Blok OC 14 adalah 5.3 ton. Dengan demikian, jumlah armada yang dibutuhkan hanya satu truk angkut buah karena kapasitas angkut truk buah sendiri mampu menampung 8 ton TBS per tripnya. Selama penulis melakukan pekerjaan sebagai pendamping mandor, hasil sensus tidak selalu tepat dengan

(4)

kondisi real panen, dimana jumlah yang dipanen lebih besar dari yang diperkirakan. Untuk menghindari terjadinya kekurangan armada, mandor panen senantiasa menetapkan standar error sebesar 5 % dari hasil sensus.

Organisasi Panen

Sistem panen yang berlaku di PT. Sari Aditya Loka I ini adalah sistem ancak giring tetap per mandoran. Sistem ini menjelaskan bahwa aktivitas panen setiap harinya berdasarkan persentase kerapatan panen yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pemanen. Pada pelaksanaanya, masing-masing pemanen tetap mendapatkan ancak panen yang telah tertentu (ancak tetap), namun ancak tersebut berubah mengikuti persentase kerapatan yang ada. Bila kerapatan panen tinggi, pemanen diberikan ancak yang lebih kecil dari luas ancak tetap. Demikian juga pada saat kerapatan rendah, pemanen diberikan ancak yang lebih luas dari ancak tetap. Sistem panen yang diterapkan ini bekerja sangat efektif. Indikatornya adalah kegiatan panen tuntas meskipun jumlah tenaga panen masih kurang. Dengan memberikan ancak panen yang tetap diharapkan dapat mempermudah pengawasan sehingga dapat menekan terjadinya pelanggaran. Pembagian ancak panen yang dilakukan setiap apel pagi merupakan wewenang mandor panen. Sistem ini juga menjelaskan bahwa sistem potong buah dan memungut brondolan sepenuhnya dilakukan oleh pemanen.

Kebutuhan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dihitung berikut ini merupakan tenaga kerja panen yang dibutuhkan per hari dalam satu afdeling. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan areal panen dalam satu afdeling, kemampuan rata-rata pemanen per hari, dan rotasi panen yang digunakan. Kemampuan rata rata pemanen mengacu pada kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara dengan 7 jam .

Berikut contoh perhitungannya :

Luas areal Panen = 635 ha Kemampuan pemanen = 3.0 ha/hari

(5)

Kebutuhan tenaga panen = luas areal panen Seksi panen × kemampuan pemanen = 635 ha

6 seksi × 3 ha / hari = 35 pemanen/hari Keterangan : Data diperoleh dari kantor Afdeling OC

Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga kerja panen yang dibutuhkan adalah 35 orang. Akan tetapi, jumlah tenaga panen yang ada saat ini hanyalah 30 orang. Hal ini menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap harinya belum terpenuhi. Kurangnya tenaga kerja mengakibatkan panen yang tidak tuntas karena luas areal panen melebihi kemampuan rata-rata pemanen. Rotasi panen juga menjadi panjang akibat pengulangan panen pada ancak yang belum tuntas akibatnya jumlah buah lewat matang bertambah dan berpotensi menjadi kehilangan produksi. Hal ini akan berdampak pada tidak tercapainya target produksi bulanan. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor mengambil kebijakan dengan memerintahkan pemanen yang telah tuntas ancaknya agar membantu pemanen lain yang belum tuntas. Keputusan ini efektif karena pemanen termotivasi dengan adanya premi lebih basis borong.

Basis Borong

Basis borong adalah jumlah tonase minimal yang harus didapatkan oleh seorang pemanen perharinya. Basis yang berlaku disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi lahan (areal mineral, gambut 1, dan gambut 2) . Jumlah tonese minimal ditetapkan menurut berat janjang rata-rata (BJR) per blok dan akan mengalami penyesuaian setiap enam bulan sekali. Basis akan meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya umur tanaman hingga tanaman mencapai umur optimal kemudian akan menurun. Blok yang didominasi tanah gambut memiliki basis borong yang lebih kecil dibandingkan areal mineral karena pada blok yang dominan gambut memiliki ukuran dan bobot buah yang lebih kecil dibandingkan pada blok mineral. Setiap blok hanya memiliki satu basis borong. Basis borong yang berlaku di PT. SAL 1 tertera pada Tabel 14.

(6)

Tabel 14. Keputusan Penentuan Basis Borong

Premi Panen

Setiap pemanen dalam satu hari dapat memanen antara 400 - 900 kg, sesuai dengan produksi per hektar yang berkaitan dengan umur tanaman, topografi areal panen, kerapatan panen, insentif yang disediakan dan musim panen ( panen puncak atau panen rendah ). Untuk mendorong tercapainya kuantitas dan kualitas panen yang baik, perusahaan melakukan upaya pemberian premi berdasarkan standar target panen. Premi diberikan kepada pemanen karena jumlah TBS yang diperoleh melebihi basis borong yang telah ditetapkan dengan kualitas buah yang sesuai dengan ketentuan panen. Semakin tinggi outputnya maka semakin tinggi penghasilan yang diperoleh. Tarif premi lebih basis borong dihitung berdasarkan dengan kelas pemanen yang ditentukan oleh mandor panen, krani angkutan dan mandor I. Jika output hariannya mencapai minimal dua kali basis borong, pemanen juga mendapatkan premi tambahan yakni Rp 4 000,- / hari panen. Pemanen juga diberikan premi brondolan dari perusahaan sebesar Rp 1 000,- / karung. Langkah perusahaan memberikan premi brondolan sangat efektif untuk

Umur

(tahun) BJR (kg)

Basis Borong (kg)

Mineral Gambut 1 Gambut 2

> 19 > 20.01 1 100 990 880 16-18 19.01-20.00 1 225 1 103 980 14-15 17.01-19.00 1 250 1 125 1 000 13 15.01-17.00 1 275 1 148 1 020 12 13.01-15.00 1 300 1 170 1 040 11 11.01-13.00 1 150 1 035 920 10 9.01-11.00 1 100 990 880 9 7.01-9.00 900 810 720 7-8 6.01-7.00 850 765 680 6 5.01-6.00 800 720 640 4-5 3.01-5.00 550 495 440 3 < 3.00 450 405 360 Sumber : PT. SAL 1 (2009)

(7)

memotivasi pemanen mengumpulkan brondolan sehingga kebersihan ancak dapat terjaga. Penentuan premi untuk pemanen dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Premi untuk Pemanen Umur (tahun) BJR (kg) Tarif Premi (Rp/kg) Kelas Pemanen C B A > 19 > 20.01 24.73 29.09 34.91 16-18 19.01-20.00 22.20 26.12 31.35 14-15 17.01-19.00 21.76 25.60 30.72 13 15.01-17.00 21.33 25.10 30.12 12 13.01-15.00 20.92 24.62 29.54 11 11.01-13.00 23.65 27.83 33.39 10 9.01-11.00 24.73 29.09 34.91 9 7.01-9.00 30.22 35.56 42.67 7-8 6.01-7.00 32.00 37.65 45.18 6 5.01-6.00 34.00 40.00 48.00 4-5 3.01-5.00 49.45 58.18 69.82 3 < 3.00 60.44 71.11 85.33 Sumber : PT. SAL 1 (2009)

Contoh perhitungan premi basis borong : Basis Borong : 450 kg Output panen : 550 kg Jumlah karung : 1 karung Kelas Pemanen : A

Jadi preminya adalah = (( 550-450) × 85.33) + Rp 1 000,-= Rp 9

500,-Pemanen yang tidak mencapai basis panen hanya mendapatkan upah harian biasa yakni Rp 32 000,- / hari. Bagi pemanen yang panen di luar hari kerja mendapatkan premi khusus yang dihitung berdasarkan jumlah janjang yang diperoleh. Sistem perhitungan premi panen di luar hari kerja ditampilkan pada Tabel 16.

(8)

Tabel 16. Sistem Perhitungan Premi Khusus Panen Umur Tanaman BJR Rp/Kg > 19 > 20.01 37.80 16-18 19.01-20.00 34.53 14-15 17.01-19.00 33.96 13 15.01-17.00 33.41 12 13.01-15.00 32.88 11 11.01-13.00 36.41 10 9.01-11.00 37.80 9 7.01-9.00 44.91 7-8 6.01-7.00 47.21 6 5.01-6.00 49.80 4-5 3.01-5.00 69.80 3 < 3.00 84.20 Sumber : PT. SAL 1 (2009)

Premi juga diberikan kepada mandor panen panen, krani panen, mandor transpor, dan mandor I. Besarnya premi yang diberikan disesuaikan dengan faktor grading kualitas buah (FGK) di pabrik dengan kriteria buah mentah < 3 %, Buah busuk < 2 % dan tangkai panjang = 0. Apabila semua kriteria tersebut terpenuhi maka FGK = 1. Namun, apabila salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi maka FGK dinyatakan 0 dan tidak mendapatkan premi.

Perhitungan premi mandor panen adalah sebagai berikut : Jumlah premi pemanen × 150 % × FGK

Jumlah pemanen (15)

Keterangan : Jika dalam satu hari mandor hanya membawa < 15 maka pembaginya disamakan dengan norma anggota per kemandoran yaitu minimal 15 orang.

Berikut contoh perhitungannya :

Jumlah premi pemanen : Rp 180 000,-Jumlah pemanen : 24 orang

Hasil grading pabrik : buah mentah 2 %, buah busuk 0 %

(9)

Premi yang diperoleh = 180 000 × 150 % × 1 24

= Rp 11 250,-Perhitungan premi mandor I adalah sebagai berikut :

Jumlah premi mandor panen × 150 % × FGK Jumlah Mandor panen (2)

Keterangan : Jika dalam satu hari mandor I membawa kurang dari 2 mandor panen maka pembaginya tetap 2 orang

Perhitungan premi krani panen adalah sebagai berikut : Jumlah Premi Pemanen × 125 % × FR (Faktor Restan)

Jumlah pemanen (15 Flat)

Perhitungan premi mandor transport adalah sebagai berikut : Jumlah premi krani panen × 150 % × FR (Faktor Restan)

Jumlah krani panen

FR = ((Ton Restan Hari ini + Produksi Hari ini) - Ton angkut hari ini × 100% ( Tonase Restan hari ini + Produksi hari ini )

Keterangan : Pembagi disamakan dengan norma anggota per kemandoran yaitu minimal 15 orang, jika dalam satu hari panen membawa lebih dari 15 orang maka pembaginya disesuaikan dengan riil jumlah pemanen yang dibawa. Persentase buah restan FR

0 % = 1

0.1 – 5 % = 0.75

5 – 10 % = 0.50

> 10 % = 0

Kehilangan Hasil

Kehilangan (losses) merupakan hal yang menjadi perhatian utama untuk mencapai target produksi. Produksi yang optimal hanya akan tercapai apabila kehilangan produksi minimal. Dengan demikian, arti meningkatkan produksi yaitu memperkecil kerugian. Sumber kehilangan produksi di kebun antara lain : (a) buah masak tidak panen (buah tinggal), (b) buah mentah terpanen, (c) buah restan, dan (d) brondolan tidak dikutip. Buah dan brondolan tertinggal di dalam blok (pokok dan gawangan) dan TPH. Penulis melakukan pengamatan terhadap kinerja

(10)

pemanen dan menghubungkan dengan tingkat kehilangan produksi. Berikut ini hasil pengamatan terhadap kinerja pemanen tertera pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pengamatan Jumlah Buah dan Brondolan Tinggal di Afdeling OC

No Nama

Rata-rata Losses % Losses Buah Tinggal Brondolan Tinggal (janjang) Buah Tinggal Brondolan Tinggal (janjang) 1 Ali Ashari 1.00 0.0738 4.52 0.353 2 Caswak 0.00 0.0585 0.00 0.284 3 Erikson 1.00 0.0550 4.34 0.298 4 Frengky Purba 0.67 0.0738 3.21 0.420 5 Jamil 0.33 0.0642 1.85 0.299 6 Kamin 0.33 0.0192 1.92 0.104 7 Kipli 0.00 0.0838 0.00 0.460 8 M. Rivai 2.00 0.0615 9.04 0.301 9 Pahan 1.00 0.1515 6.31 0.977 10 Pistar Siagan 0.33 0.0502 1.78 0.230 11 Sartaman 1.00 0.0504 4.80 0.237 12 Sumanto 0.33 0.0202 1.74 0.109 13 Suwito 0.00 0.0173 0.00 0.093 14 Yahmin 0.33 0.0619 1.72 0.294 15 Agustin 0.33 0.0365 1.65 0.221 16 Aritonang 0.00 0.0340 0.00 0.310 17 Bambang Rasino 1.00 0.0346 8.28 0.260 18 Barman 0.67 0.0385 7.35 0.341 19 Basori 1.33 0.0446 5.90 0.344 20 Eko Suratman 0.00 0.0215 0.00 0.205 21 Eko Susilo 1.67 0.0171 15.07 0.124 22 Haerul 0.33 0.0235 3.13 0.180 23 Johan 0.33 0.0225 4.44 0.254 24 Maryono 0.67 0.0377 3.66 0.215 25 Nurdin 0.67 0.0783 3.73 0.406 26 Parjono 0.33 0.0083 1.57 0.055 27 Slamet L 0.33 0.0315 3.11 0.273 28 Sukiman 0.67 0.0648 6.78 0.689 29 Sunarto 0.67 0.0919 4.21 0.556 30 Suyadi 1.33 0.0269 15.62 0.292 4.19 0.31 Total losses 4.497

Berdasarkan hasil pengamatan di kebun, jumlah buah dan brondolan tinggal mencapai 4.497 %. Angka tersebut masih di atas standar buah tinggal yang

(11)

ditetapkan perusahaan sebesar 5 %. Data Pengamatan buah dan brondolan tertera pada Lampiran 6. Dari Tabel 17 dapat dihitung rata-rata kehilangan produksi dalam setahun, yaitu :

Kehilangan produksi = A x B x C x D

= 1 300 x 303 x 30 x 4.497 % = 566.034 ton/tahun

Keterangan :

A = Rata-rata output pemanen/hari (kg) B = Jumlah hari kerja efektif dalam setahun C = Jumlah pemanen/hari

D = Rata-rata kehilangan hasil/hari

Kehilangan produksi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi lahan, tanaman dan tenaga kerja panen. Kondisi lahan meliputi kebersihan piringan, jalur pikul dan TPH. Piringan yang banyak ditumbuhi gulma dan anak sawit menyulitkan pemanen untuk memungut brondolan. Jalur pikul yang tidak bersih menyebabkan pemanen sulit mengeluarkan hasil panen. Berdasarkan pengamatan, diketahui adanya hubungan antara kebersihan piringan dengan jumlah brondolan tinggal. Semakin tidak terawatnya piringan, semakin banyak brondolan yang tertinggal. Pemeliharaan lahan berupa penyemprotan dan rawat manual harus rutin dilaksanakan agar memudahkan kegiatan panen. Lahan rendahan menjadi sumber kehilangan hasil, disaat musim penghujan, lahan akan tergenang akibat mendapatkan limpahan air dari sungai sehingga kegiatan panen terganggu karena harus menunggu hingga banjir surut. Untuk mengatasi keadaan diatas maka perlu dibuat parit dalam blok untuk mengalirkan air ke luar dari lahan.

Faktor kondisi tanaman yang menyebabkan kehilangan hasil adalah (a) tanaman under prunning sehingga jumlah pelepahnya berlebih (b) pokok steril merupakan tanaman yang tidak berproduksi dan (c) pokok tumbang. Tanaman

under prunning menyebabkan pemanen mengalami kesulitan untuk memanen

buah matang. Pemanen terkadang tidak memanen buah pada pokok seperti ini karena membutuhkan waktu dan energi lebih untuk menurunkan pelepah yang ada. Selain itu, tanaman under prunning juga menyebabkan brondolan yang jatuh

(12)

tersangkut di pelepah sehingga pemanen tidak mengetahui adanya buah siap panen karena tidak adanya brondolan di piringan. Kondisi piringan yang perlu mendapatkan perawatan dapat dilihat pada Gambar 9.

Hasil pengamatan terhadap 30 pemanen di Afdeling OC Kebun Inti 1 menunjukkan bahwa tidak semua pemanen bekerja sesuai dengan norma kerja yang ditetapkan manajemen kebun. Hal ini berhubungan dengan aspek kedisiplinan dan kelalaian tenaga panen. Sering ditemukan adanya pemanen yang tidak disiplin dengan memanen buah belum matang, tidak mengutip bersih brondolan di piringan, dan tidak memanen buah matang. Untuk mengurangi kehilangan hasil yang diakibatkan oleh pamenan maka diperlukan fungsi kontrol dan pengawasan yang intensif dari mandor panen. Pemberian sangsi yang tegas bagi pemanen yang melakukan kesalahan harus dilakukan oleh mandor. Mandor dan asisten pun perlu melakukan pembinaan berkala kepada pemanen untuk meningkatkan pemahaman pentingnya menjaga kualitas buah.

Buah Restan

Pengelolaan hasil panen secepat mungkin bertujuan agar diperoleh minyak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang, kemudian menurun lagi pada tahap lewat matang. Sedangkan kandungan free fatty acid (FFA) meningkat terus dari matang ke lewat matang.

(13)

Buah restan adalah buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada hari itu juga, disebabkan jumlah

bisa dilalui. Secara umum, pada musi

jalan mengalami banyak kerusakan sehingga menyebabkan tingginya jumlah buah restan. Buah yang telah dipanen harus diangkut se

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005

selesai diolah dalam jangka waktu 24 jam setelah panen. Kebun Inti 1 dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 18. Buah Restan Kebun Inti 1 P AFD Jan Inti 1 (Ton) 911.36 OA 118.99 OB 160.34 OC 186.28 OD 87.29 OE 240.06 OF 118.4 Sumber : PT. SAL 1 (2009) Gambar

Buah yang telah dikeluarkan ke TPH oleh pemanen banyak yang ditinggal. Di bulan Mei 2009 (Gambar

dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebab utamanya adalah adanya kebijakan Buah restan adalah buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada hari itu juga, disebabkan jumlah kendaraan kurang atau karena jalan rusak sehingga tidak bisa dilalui. Secara umum, pada musim penghujan, produksi meningkat namun jalan mengalami banyak kerusakan sehingga menyebabkan tingginya jumlah buah

. Buah yang telah dipanen harus diangkut segera ke pabrik. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) buah dikatakan masih segar jika tiba dan selesai diolah dalam jangka waktu 24 jam setelah panen. Jumlah Buah restan Kebun Inti 1 dapat dilihat pada Tabel 18.

. Buah Restan Kebun Inti 1 PT.SAL 1 Periode Januari-Mei 2009 Bulan

Jan Feb Mar Apr

911.36 770.3 802.65 467.36 118.99 77.76 68.13 71.42 160.34 134.1 104.63 57.34 186.28 188.31 158.48 79.88 87.29 142.53 145.27 45.25 240.06 83.96 179.14 129.52 118.40 143.64 147 83.95

Gambar 10. Grafik Buah Restan Kebun Inti 1

Buah yang telah dikeluarkan ke TPH oleh pemanen banyak yang Di bulan Mei 2009 (Gambar 10), jumlah buah restan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebab utamanya adalah adanya kebijakan Buah restan adalah buah yang tidak sempat dibawa ke pabrik pada hari itu kendaraan kurang atau karena jalan rusak sehingga tidak m penghujan, produksi meningkat namun jalan mengalami banyak kerusakan sehingga menyebabkan tingginya jumlah buah

gera ke pabrik. Menurut ) buah dikatakan masih segar jika tiba dan Jumlah Buah restan

Mei 2009 Mei 1 170.45 286.84 163.05 263.2 237.97 131.53 87.86

Buah yang telah dikeluarkan ke TPH oleh pemanen banyak yang ), jumlah buah restan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebab utamanya adalah adanya kebijakan

(14)

baru dari manajemen perusahaan bahwa buah matang dan outspect tidak boleh diangkut karena kuantitas CPO. Buah outspeck

kg. Buah outspect tidak diikutkan dalam angkutan pada hari panen harus diketrek terlebih dahulu.

membutuhkan waktu maks

Kegiatan panen dimulai sejak pagi hari hingga ancak panen tuntas. Untuk menuntaskan panen satu hari pemanen membutuhkan waktu yang lebih lama biasanya pemanen harus bekerja hingga sore hari sehingga pengangkutan harus dilaksanakan hingga malam. Proses angkut buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Hal ini menyebabkan buah tidak habis pada hari terse

mandor panen harus memastikan bahwa pemanen yang telah selesai panen tidak langsung pulang namun terlebih dahulu membantu pemanen lain yang belum menuntaskan ancak panennya

baru dari manajemen perusahaan bahwa buah yang termasuk kategori tidak boleh diangkut karena dapat menurunkan kualitas

outspeck merupakan buah dengan ukuran kurang dari 4.5

tidak diikutkan dalam angkutan pada hari panen tersebut

harus diketrek terlebih dahulu. Dari proses ketrek hingga dibawa ke pabrik membutuhkan waktu maksimal 3 hari. Buah restan dapat dilihat pada Gambar 1

Kegiatan panen dimulai sejak pagi hari hingga ancak panen tuntas. Untuk menuntaskan panen satu hari pemanen membutuhkan waktu yang lebih lama pemanen harus bekerja hingga sore hari sehingga pengangkutan harus dilaksanakan hingga malam. Proses angkut buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Hal ini menyebabkan buah tidak habis pada hari tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka mandor panen harus memastikan bahwa pemanen yang telah selesai panen tidak langsung pulang namun terlebih dahulu membantu pemanen lain yang belum menuntaskan ancak panennya.

Gambar 11. Buah Restan Kebun Inti 1

yang termasuk kategori lewat dapat menurunkan kualitas dan kurang dari 4.5 tersebut namun Dari proses ketrek hingga dibawa ke pabrik imal 3 hari. Buah restan dapat dilihat pada Gambar 11.

Kegiatan panen dimulai sejak pagi hari hingga ancak panen tuntas. Untuk menuntaskan panen satu hari pemanen membutuhkan waktu yang lebih lama pemanen harus bekerja hingga sore hari sehingga pengangkutan harus dilaksanakan hingga malam. Proses angkut buah pada malam hari tidak dapat berjalan efektif karena kendala waktu dan tenaga tukang muat. Hal ini but. Untuk mengatasi hal ini maka mandor panen harus memastikan bahwa pemanen yang telah selesai panen tidak langsung pulang namun terlebih dahulu membantu pemanen lain yang belum

Gambar

Gambar 8. Grafik Plan Produksi Kebun Inti 1 Tahun 2009
Tabel 14. Keputusan Penentuan Basis Borong
Tabel 15. Premi untuk Pemanen Umur (tahun) BJR (kg) Tarif Premi (Rp/kg)Kelas Pemanen C B A &gt; 19 &gt; 20.01 24.73 29.09 34.91 16-18 19.01-20.00 22.20 26.12 31.35 14-15 17.01-19.00 21.76 25.60 30.72 13 15.01-17.00 21.33 25.10 30.12 12 13.01-15.00 20.92 24
Tabel 16. Sistem Perhitungan Premi Khusus Panen Umur Tanaman BJR Rp/Kg &gt; 19 &gt; 20.01 37.80 16-18 19.01-20.00 34.53 14-15 17.01-19.00 33.96 13 15.01-17.00 33.41 12 13.01-15.00 32.88 11 11.01-13.00 36.41 10 9.01-11.00 37.80 9 7.01-9.00 44.91 7-8 6.01-7.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi program dapat dilakukan dengan melihat parameter keberhasilan yang meliputi perubahan sikap dan perilaku secara konsisten yang ditunjukkan oleh mitra yaitu

Dengan alas an tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagamana masyarakat dusun Ngemplak ini mayoritasnya hafal Alquran dan bagama tah}fiz} Al-Qur’a&gt;n

Probolinggo Tahun Anggaran 2016, dengan ini mengumumkan Penyedia Pengadaan Langsung Pengadaan Barang untuk paket tersebut diatas adalah sebagai berikut :.. Badan Usaha :

4 Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan formal ipengawasan hasil gagasan sendiri yang tidak dipublikasikan. (1) dalam

In practice my priorities are complementary, for it should be mutually enlight- ening to compare Alberti’s work with that of such radical avant-gardists as Salvador Dalí, Luis

Namun untuk kelengkapan dan keutuhan dari masalah yang diteliti, maka akan disempurnakan dengan penggunaan data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok dan

1) Mengetahui syarat dan kebutuhan standar perancangan Maguwoharjo Sport Center yang menyediakan fasilitas olahraga badminton dan berenang sebagai dua cabang

44/Pdt.Plw/2016/PN.Sbr, yang dibuat oleh Juru Sita Pengadilan Negeri Sumber yang menerangkan bahwa para pihak masing- masing kepada Kuasa Hukum Para Pembanding semula