Modul ke:
Fakultas
Program Studi
SEJARAH PERKEMBANGAN
EKONOMI INDONESIA JAMAN
ORDE BARU
Perkembangan ekonomi Indonesia jaman Orde Baru Yusman, SE., MM. Ekonomi dan Bisnis Manajemen – S1 Perekonomian Indonesia www.mercubuana.ac.id
Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa ORBA
Di masa Orde Baru, pemerintah menerapkan sistem ekonomi Indonesia yang berdasarkan Demokrasi Ekonomi. Sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945, antara lain menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, sebagaimana dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 23, 27, 33, dan 34 UUD 1945.Melaksanakan keadilan sosial tidak lain adalah dengan serta merta dinikmati oleh seluruh rakyat. Ini antara lain berarti bahwa segala bentuk kesenjangan sosial dan dan kesenjangan dalam pembagian kekayaan nasional harus ditiadakan. Apabila kita perhatikan arti keadilan social sebagaimana diutarakan di atas, maka ini mengandung dua
Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa ORBA
makna sebagai berikut :
1. Sebagai prinsip pembagian pendapatan yang adil :
Tercermin pada “Sila keadilan sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di antara seluruh rakyat. Jadi di sini yang dikejar bukan saja “masyarakat yang makmur”, tetapi tingkat pertumbuhan dari pendapatan masyarakat juga harus meningkat. Demikian juga prinsip pembagian pendapatan yang adil tercermin dalam melaksanakan keadilan sosial bahwa, “segala bentuk kesenjangan dalam pembagian kekayaan nasional harus ditiadakan.”
2. Prinsip demokrasi ekonomi :
Dalam arti keadilan sosial antara lain dinyatakan bahwa, “seluruh kekayaan alam Indonesia, seluruh potensi
GBHN DAN TRILOGI PEMBANGUNAN
kemampuan bidang masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagiaan sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat”.
Strategi pembangunan inilah yang kemudian dituangkan kedalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) : adalah arah dan strategi Pembangunan nasional. GBHN ini kemudian dijabarkan kembali dalam REPELITA-REPELITA dengan tujuan setiap tahap pembanguan (REPELITA) adalah : meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Kemudian demi tercapainya setiap tahap pembangunan (REPELITA) tersebut, maka setiap kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan harus berdasarkan kepada TRILOGI PEMBANGUNAN.
GBHN DAN TRILOGI PEMBANGUNAN
TRILOGI PEMBANGUNAN mengandung tiga unsur pokok yang merupakan tiga dimensi, artinya mencerminkan tiga segi permasalahan dalam pembangunan sebagai satu proses kegiatan terus menerus. Oleh sebab itu tiga dimensi tersebut sebagai segi-segi bidang kegiatan yang saling berkaitan, yang dalam menelaah dapat kita bedakan, tetapi tidak dipisahkan satu dari yang lainnya.
1). Pembangunan Ekonomi, menunjukkan kepada usaha untuk meningkatkan produksi barang dan jasa-jasa di bidang-bidang yang semakin meluas dalam masyarakat secara keseluruhan. Hasil produksi masyarakat ini di sebut produksi nasional. Produksi nasional ini kemudian dipasarkan dan dinilai dengan harga pasar yang berlaku, sehingga membawa pendapatan bagi masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan masyarakat ini dinamakan
Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa ORBA
pendapatan nasional (national income)
2). Pemerataan, dalam kaitannya dengan pendapatan nasional tersebut, samapi seberapa jauh hasil produksi nasional berada dalam jangkauan daya beli sebagin besar penduduk yang ingin membeli sejumlah hasil produksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hubungan ini harus dipersoalkan masalah pemerataan. Yang dimaksud dengan pemerataan dalam TRILOGI
PEMBANGUNAN adalah suatu pembagian hasil
produksi masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan lebih adil dalam kehidupan masyarakat.
3). Stabilitas Nasional
Kebijaksanaan pembangunan yang menuju pada dua sasaran kembar diatas tadi memerlukan suasana
GBHN DAN TRILOGI PEMBANGUNAN
syarat pokok bagi usaha pembangunan yang kontinue. Dalam pada itu stabilitas yang bersipat dinamis harus pula merupakan hasil dari pola pembangunan yang berimbang, artinya pembangunan yang senantiasa memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi dan pola pembagian hasil produksi itu secara lebih merata.
Namun dalam pelaksaan pembanguan pada setiap
REPELITA, susunan ketiga logi tersebut berbeda penekanannya, sebagai berikut :
PELITA I:
Penekanan ditonjolkan pada segi stabilitas nasional (kedudukan pertama) diikuti oleh pertumbuhan ekonomi, kemudian pemerataan pembangunan.
GBHN DAN TRILOGI PEMBANGUNAN
PELITA II:
Pertumbuhan ekonomi menduduki tempat pertama, diikuti dengan stabilits nasional kemudian pemerataan. Sasaran yang ingin dicapai dalam PELITA II, adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
PELITA III, IV dan V:
Penekanan lebih menonjolkan pada segi pemerataan pembangunan (kedudukan pertama) kemudian berturut-turut pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan menyusul pada urutan ke tiga yaitu stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Ketiga unsur dan TRILOGI PEMBANGUNAN tersebut merupakan unsure yang sama penting bobotnya. Karena itu ketiga-tiganya hrus dikembangkan secara serasi dan
GBHN DAN TRILOGI PEMBANGUNAN
saling memperkuat didasarkan pada aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat serta berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosial/politik saat itu.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sejak PELITA III, telah dilakukan berbagai langkah untuk meningkatkan peran serta masyarakat pedesaan dalam pembangunan. Untuk itu
pemerintah daerah membentuk, membina dan
mengembangkan suatu lembaga perkreditan pedesaan yang dikenal dengan nama lembaga dana dan kredit pedesaaan (LDKP). Peranan LDKP ini menjadi semakin penting, terutama setelah dikeluarkannya paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 dan 25 Maret 1989, karena selain diakui keberadaanya, LDKP dapat diberikan status sebagai bank perkreditan rakyat (BPR) setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
Persepsi para ahli ekonomi untuk merumuskan arah dan strategi pembangunan nampaknya telah mengalami pergeseran. Pada awalnya strategi pembangunan ekonomi menitikberatkan pada konsep dorongan besar (big-push), lepas landas (take off), lompatan ke depan (leaf-forward), pembangunan tak seimbang (unbalanced growth),
keterkaitan (linkage), mekanisme yang mendorong pertumbuhan (growth inducing mechanism), orientasi komersial (commercial points), pengangguran tak kentara (disguised unemployment). Strategi tersebut telah semakin berkurang, karena strategi ini ternyata sangat tidak memuaskan. Strategi pembangunan yang demikian telah menimbulkan ketimpangan ekonomi, kelebihan kapasitas produksi, kepadatan perkotaan, pengangguran, kemiskinan, dan stagnasi pedesaan.
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
Dewasa ini telah terjadi pergeseran ke arah strategi pembangunan yang baru, yang menitikberatkan kepada pembangunan pedesaan yang terpadu (integrated rural
development), intensifikasi pertanian (agricultural
intensification), penggunaan teknologi madya (intermediate technology), pendidikan yang layak (appropriate education),
perluasan angkatan kerja (labor force expansion), promosi industri kecil dan ekspor (small industries and export
promotion), penciptaan lapangan kerja (employmeny
generation), perbaikan gizi dan kesehatan (nutricion and health development), pengembangan sumber daya manusia
dan social (social and human recources development), distribusi pendapatan (income distribution), dan perubahan kelembagaan (institutional change).
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non-ekonomi. Akan tetapi yang penting adalah dalam menentukan sasaran pembangunan. Menurut Goulet, kehidupan yang lebih baik pada dasarnya meliputi (i) kebutuhan hidup, (ii) kebutuhan harga diri, (iii) kebutuhan kebebasan. Sementara menurut Todaro (1983:1280) sasaran pembangunan minimal yang harus ada : (i) Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/ pemerataan bahan kebutuhan pokok, seperti pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan keamanan serta lingkungan, (ii) Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi,
yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan materi, tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun bangsa, (iii) Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan bangsa dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan Negara lain, tetapi juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Untuk mencapai sasaran pembangunan di atas, strategi pembangunan ekonomi harus diarahkan kepada : (i) Meningkatkan output riil/ produktivitas yang tinggi yang terus-menerus meningkat. Karena dengan output yang tinggi ini akhirnya akan dapat meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian bahan kebutuhan pokok untuk
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
hidup, termasuk penyediaan perumahan, pendidikan, dan kesehatan, (ii) Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi dan pengangguran yang rendah yang ditandai dengan tersedianya lapangan kerja yang cukup, (iii) Pengurangan dan pemberantasan ketimpangan, (iv) Perubahan sosial, sikap mental, dan tingkah laku masyarakat dan lembaga pemerintah.
Secara garis besar masalah kebijakan makroekonomi mencakup dua permasalahan pokok :
a. Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi :
Masalah ini berkaitan dengan bagaimana mengendalikan roda perekonomian dari waktu ke waktu agar terhindar dari tiga penyakit perekonomian makro yaitu : (i) inflasi, (ii) pengangguran dan (iii) ketimpangan dalam neraca pembayaran.
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
Dalam analisis jangka pendek, faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah : (a) kapasitas total dari perekonomian, (b) Jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja, (c) Lembaga-lembaga sosial politik dan ekonomi yang ada.
b. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan
Masalah ini adalah bagaiman kita mengendalikan roda perekonomian agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Pada dasarnya masalah jangka panjang juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perspektif waktunya lebih panjang (> 5 tahun).
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
• Secara umum ada dua strategi pembangunan ekonomi yang lazim digunakan, Pertama, strategi yang berorientasi ke luar (outward-looking policies), yaitu pembangunan ekonomi dengan menempatkan ekspor sebagai motor penggerak utama. Kedua, strategi yang berioentasi ke dalam (inward-looking policies), yaitu pembangunan ekonomi yang dilandasi oleh pembangunan sektor-sektor domestic yang kuat. Dari masing-masing strategi tersebut bias diuraikan dua kategori dari kebijaksanaan perdagangan, yaitu :
1). Primary outward-looking policies : pembangunan ekono-mi didorong oleh pertumbuhan ekspor komoditas perta-nian dan sector primer lainnya.
2).Secondary outward-looking policies : pertumbuhan sektor industri, terutama untuk promosi ekspor barang-barang
STRATEGI PEMBANGUNAN ORDE BARU
manufaktur.
3). Primary inward-looking policies : pembangunan ekonomi dengan prioritas pada swasembada komoditas pertanian.
4). Secondary inward-looking policies : pembangunan ekonomi dengan prioritas pada swasembada barang-barang industri melalui kebijaksanaan subsitusi impor.
Daftar Pustaka
Dumairy, (1997), “Perekonomian Indonesia”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
P.C. Soeroso, (1995), “Perekonomian Indonesia : Buku
Panduan Untuk Mahasiswa”, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Tulus Tambunan, (2000), “Perekonomian Indonesia”,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Zulkarnain Djamin, (1993), “Perekonomian Indonesia”, LPFE-UI, Jakarta.
Terima Kasih
Yusman, SE., MM.